Anda di halaman 1dari 7

Info soy yoghurt

Kedelai atau kacang kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan
dasar banyak makanan Timur Jauh seperti kecap, tahu dan tempe
II.1.1 Tanaman Kacang Kedelai
Kedelai atau kacang kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan
dasar banyak makanan Timur Jauh seperti kecap, tahu dan tempe. Kedelai yang
dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua spesies: Glycine max (disebut kedelai
putih, yang bijinya bisa berwarna kuning, agak putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai
hitam, berbiji hitam). G. max merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti
Tiongkok dan Jepang selatan, sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia
Tenggara (Winarso, 2005). Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak
nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis
baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910 (Winarso, 2005).
Tanaman ini berupa semak dengan tinggi mencapai 50 cm. Biji tanaman kedelai yang
berbentuk polong seperti kacang-kacangan, yang mengandung berbagai zat seperti lemak
tak jenuh linoleat, oleat, arakhidat, serta zat lainnya, telah dipercaya mampu memberikan
manIaat bagi dunia kesehatan. Beberapa di antaranya merupakan resep warisan para orang
tua dulu yang meyakini kemampuan kedelai bagi penyembuhan penyakit (Winarso, 2005).
Seperti untuk mengobati sakit batuk, kecap yang dibuat dari kedelai dan dicampur air jeruk
nipis telah dipercaya manjadi obat yang cukup mujarab mengobatinya. Begitu pula dengan
berbagai penyakit lainnya, seperti diabetes, ginjal, anemia, rematik, diare, hepatitis, dan
hipertensi. Kandungan zat dalam kedelai diyakini cukup berkhasiat untuk menyembuhkan
berbagai penyakit tersebut (Winarso, 2005).
Konsumsi produk kedelai (soy products) pada populasi penduduk Jepang yang besarnya 10
kali lipat bila dibandingkan dengan penduduk AS, ternyata memperlihatkan rendahnya angka
kejadian banyak penyakit pada kaum wulan. Data menunjukkan bahwa tingginya konsumsi
produk-produk kedelai tersebut sangatlah bermanIaat dalam mencegah pelbagai penyakit
kardiovaskular (yakni dengan mengendalikan kadar kolesterol pada kadar yang normal),
mencegah kanker payudara dan prostat, meningkatkan kesehatan tulang (mencegah
osteoporosis), dan mengurangi berbagai gejala serta keluhan menopause (Achadiat, 2000)
Di Indonesia, kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama, meskipun Indonesia harus
mengimpor sebagian besar kebutuhn kedelai. Ini terjadi karena kebutuhan Indonesia yang
tinggi akan kedelai putih. Kedelai putih bukan asli tanaman tropis sehingga hasilnya selalu
lebih rendah daripada di Jepang dan Tiongkok. Pemuliaan serta domestikasi belum berhasil
sepenuhnya mengubah siIat IotosensitiI kedelai putih. Di sisi lain, kedelai hitam yang tidak
IotosensitiI kurang mendapat perhatian dalam pemuliaan meskipun dari segi adaptasi lebih
cocok bagi Indonesia (Winarso, 2005).
Kedelai merupakan tumbuhan serbaguna. Karena akarnya memiliki bintil pengikat nitrogen
bebas, kedelai merupakan tanaman dengan kadar protein tinggi sehingga tanamannya
digunakan sebagai pupuk hijau dan pakan ternak. PemanIaatan utama kedelai adalah dari biji.
Biji kedelai kaya protein dan lemak serta beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin
(asam Iitat) dan lesitin. Olahan biji dapat dibuat menjadi (Winarso, 2005).
susu kedelai (baik bagi orang yang sensitiI laktosa),
tahu (toIu),
bermacam-macam saus penyedap (salah satunya kecap, yang aslinya dibuat dari kedelai
hitam),
tempe
tepung kedelai,
II.1.2 Sejarah Kedelai
Kedelai di Indonesia konon sudah diketahui sejak zaman Kerajaan Demak sewaktu orang-
orang di pesisir Pulau Jawa melakukan perdagangan dengan orang-orang Cina. Beberapa dari
pedagang Cina tersebut kemudian ada yang menetap di Demak, lalu mereka meminta pada
para petani setempat untuk menanam dan mengusahakan kedelai di sawah dan ladang
mereka. Sejak itulah kedelai menjadi tanaman eksotik di Pulau Jawa dan disebarluaskan di
kalangan petani setempat. (Koswara, 2006).
Kemudian, sekitar tahun 1700, orang-orang Belanda mendirikan loji dagang di Jepara. Saat
itu pula, kedelai sudah menjadi tanaman pangan yang cukup populer di In-donesia. Oleh
orang Belanda, kedelai banyak dibawa ke negerinya, termasuk negara-negara Eropa lainnya.
Hingga akhirnya oleh Rum-phius kedelai diberi nama latin Cadelium. Oleh para taksonomis
lainnya, kedelai diberi nama Soja max, Glycine max, dan Glycine soja. Banyaknya nama
alias tersebut membuktikan bahwa tanaman kedelai cukup dikenal dan tersebar luas di dunia
(Koswara, 2006).
Ternyata kedelai juga tidak hanya dijadikan sebagai makanan. Beberapa abad Sebelum
Masehi, bangsa Cina memanIaatkan kedelai untuk dijadikan susu, yaitu dengan cara
merebusnya, lalu digiling, dan diperas diambil airnya. Resep tersebut lalu menyebar ke
negara-negara lain seperti Jepang, Amerika, termasuk Indonesia Bahkan, pada zaman Orde
lama, adanya susu kedelai ini cukup membantu. Kala itu, bangsa Indonesia mengalami
kekurangan susu sapi dan anak-anak balita cukup tertolong oleh susu kedelai ini, karena nilai
gizinya hampir sama dengan susu sapi. Hingga sekarang, pemanIaatan seperti itu masih
diusahakan, bahkan kini banyak kita jumpai dalam bentuk kemasan yang dijual di toko dan
supermarket (Koswara, 2006).
II.1.3 Kandungan Gizi Susu Kedelai
Komposisi susu kedelai hampir sama dengan susu sapi. Karena itu susu kedelai dapat
digunakan sebagai pengganti susu sapi. Susu ini baik dikonsumsi oleh orang yang alergi
terhadap susu sapi, yaitu orang-orang yang tidak punya atau kurang enzim laktase dalam
saluran pencernaannya, sehingga tidak mampu mencerna laktosa dalam susu sapi.
Laktosa susu sapi yang lolos ke usus besar akan dicerna oleh jasad renik yang ada di sana.
Akibatnya, orang yang tidak toleran terhadap laktosa akan menderita diare setiap kali minum
susu sapi. Umumnya, mereka adalah orang dewasa yang tidak minum susu pada waktu masih
kecil. Karenanya, penderita kebanyakan berasal dari kawasan Asia, AIrika, Amerika Latin,
dan negara-negara berkembang (Koswara, 2006).
Untuk balita dua gelas susu kedelai sudah dapat memenuhi 30 kebutuhan protein sehari.
Dibandingkan dengan susu sapi, komposisi asam amino dalam protein susu kedelai
kekurangan jumlah asam amino metionin dan sistein. Tetapi, karena kandungan asam amino
lisin yang cukup tinggi, maka susu kedelai dapat meningkatkan nilai gizi protein dari nasi dan
makanan sereal lainnya (Koswara, 2006).
Mutu protein dalam susu kedelai hampir sama dengan mutu protein susu sapi. Misalnya,
protein eIisiensi rasio (PER) susu kedelai adalah 2,3, sedangkan PER susu sapi 2,5. PER 2,3
artinya, setiap gram protein yang dimakan akan menghasilkan pertambahan berat badan pada
hewan percobaan (tikus putih) sebanyak 2,3 g pada kondisi percobaan baku. Susu kedelai
tidak mengandung vitamin B12 dan kandungan mineralnya terutama kalsium lebih sedikit
ketimbang susu sapi. Karena itu dianjurkan penambahan atau IortiIikasi mineral dan vitamin
pada susu kedelai yang diproduksi oleh industri besar (Koswara, 2006).
Dari seluruh karbohidrat dalam susu kedelai, hanya 12 14 yang dapat digunakan tubuh
secara biologis. Karbohidratnya terdiri atas golongan oligosakarida dan golongan
polisakarida. Golongan oligosakarida terdiri dari sukrosa, stakiosa, dan raIIinosa yang larut
dalam air. Sedangkan golongan polisakarida terdiri dari erabinogalaktan dan bahan-bahan
selulosa yang tidak larut dalam air dan alkohol, serta tidak dapat dicerna (Koswara, 2006).
Secara umum susu kedelai mempunyai kandungan vitamin B2, B2 niasin, piridoksin, dan
golongan vitamin B yang tinggi. Vitamin lain yang terkandung dalam jumlah cukup banyak
ialah vitamin E dan K (Koswara, 2006).
Tetapi jika dibuat dengan cara yang tidak baik, susu kedelai masih mengandung senyawa-
senyawa antigizi dan senyawa penyebab oII-Ilavor (penyimpan cita rasa dan aroma pada
produk olah kedelai) yang berasal dari bahan bakunya, yaitu kedelai. Senyawa-senyawa
antigizi itu di antaranya antitripsin, hemaglutinin, asam Iitat, dan oligosakarida penyebab
Ilatulensi (timbulnya gas dalam perut sehingga perut menjadi kembung) (Koswara, 2006).
Sedangkan senyawa penyebab oII-Ilavor pada kedelai misalnya glukosida, saponin, estrogen,
dan senyawa-senyawa penyebab alergi. Dalam pembuatan susu kedelai, senyawa-senyawa itu
harus dihilangkan, sehingga menghasilkan susu kedelai dengan mutu terbaik dan aman untuk
dikonsumsi manusia. Untungnya, proses penghilangan senyawa pengganggu ini tidak sulit
(Koswara, 2006).
Untuk memperoleh susu kedelai yang baik dan layak konsumsi, diperlukan syarat bebas dari
bau dan rasa langu kedelai, bebas antitripsin, dan mempunyai kestabilan yang mantap (tidak
mengendap atau menggumpal) (Koswara, 2006).
Langu memang bau dan rasa khas kedelai dan kacang-kacangan mentah lainnya, dan tidak
disukai konsumen. Rasa dan bau itu ditimbulkan oleh kerja enzim lipsigenase yang ada dalam
biji kedelai. Enzim itu akan bereaksi dengan lemak pada waktu penggilingan kedelai,
terutama jika digunakan air dingin. Hasil reaksinya paling sedikit berupa delapan senyawa
volatil (mudah menguap) terutama etil-Ienil-keton (Koswara, 2006).
Bau dan rasa langu dapat dihilangkan dengan cara mematikan enzim lipksigenase dengan
panas. Cara yang dapat dilakukan antara lain (1) menggunakan air panas (suhu 80 100oC)
pada penggilingan kedelai, atau (2) merendam kedelai dalam air panas selama 10 15 menit
sebelum digiling. Agar bebas antitripsin, kedelai direndam dalam air atau larutan NaHCO3
0,5 selama semalam (8 12 jam) yang diikuti dengan perendaman dalam air mendidih
selama 30 menit (Koswara, 2006).
Dalam susu kedelai terdapat bahan padat yang dapat larut dan tidak dapat larut. Bahan-bahan
itu pada mulanya tercampur merata, tetapi jika dibiarkan akan mengendap. Susu kedelai yang
mengandung endapan di bagian bawahnya tidak disukai konsumen, meskipun sebenarnya
tidak rusak (Koswara, 2006).
Supaya stabil atau tidak terjadi pengendapan, cara berikut ini dapat dilakukan: (1)
menambahkan senyawa penstabil misalnya CMC dan Tween 80, (2) menggiling dengan air
panas dan penyimpanan sebaiknya pada suhu dingin (kulkas), (3) melakukan homogenisasi
untuk mendapatkan butir-butir lemak yang seragam menggunakan alat homogenizer, dan (4)
mengatur kadar protein susu kedelai cair sampai kurang dari 7 (jika lebih dari itu protein
mudah menggumpal saat susu kedelai dipanaskan), yang dilakukan dengan menambahkan air
pada bubur kedelai hasil penggilingan sampai perbandingan air dan kedelai 10 : 1. Kadar
protein dalam susu kedelai yang diperoleh dengan rasio ini adalah 3 4 (Koswara, 2006).
KOMPOSISI SUSU KEDELAI CAIR DAN SUSU SAPI TIAP 100 G
KOMPONEN SUSU KEDELAI SUSU SAPI
Kalori (Kkal) 41,00 61,00
Protein (g) 3,50 3,20
Lemak (g) 2,50 3,50
Karbohidrat (g) 5,00 4,30
Kalsium (mg) 50,00 143,00
FosIor (g) 45,00 60,00
Besi (g) 0,70 1,70
Vitamin A (SI) 200,00 130,00
Vitamin B1 (mg) 0,08 0,03
Vitamin C (mg) 2,00 1,00
Air (g) 87,00 88,33
Sumber: Direktorat Gizi, Depkes RI
(Koswara, 2006)
II.1.4 Kandungan Gizi Susu Kedelai Setelah Fermentasi (Soy Yoghurt)
KOMPOSISI DARI SOY YOGURT TIAP 100 G
KOMPONEN SOY YOGHURT
Kalori (Kkal) 59
Air (g) 89
Protein (g) 4,7
Lemak (total lipid) (g) 2,7
Asam lemak, jenuh (g) 0,5
Asam lemak, tidak jenuh tunggal (g) 0,6
Asam lemak, tidak jenuh ganda (g) 1,6
Karbohidrat (g) 3,2
Serat (g) 0,2
Kolesterol (mg) 0,0
Natrium (mg) 0,0
Sumber: USDA Nutrient Database Ior Standard ReIerence

II.1.5 ManIaat susu kedelai Iermentasi (Soy Yoghurt)
1. Mudah dicerna.
Yoghurt lebih mudah dicerna dibandingkan dengan susu. Adanya bakteri hidup dan aktiI
akan memproduksi enzim laktase, enzim yang jumlahnya kurang pada anak dengan
intoleransi laktosa. Proses pengulturan juga akan memecah laktosa menjadi glukosa dan
galaktosa, sehingga lebih mudah diserap oleh anak dengan intoleransi laktosa (Carmen dan
Siagian, 2007)
2. Baik untuk kesehatan usus
Yoghurt mengandung bakteri baik seperti Lactobacteria, terutama acidophilus. Bakteri itu
meningkatkan bakteri baik pada kolon, Sehingga akan menurunkan risiko kanker kolon.
Tipikal dari semua soy yoghurt adalah mengandung bakteri hidup. Bakteri hidup ini baik
untuk tubuh karena dapat meningkatkan kesehatan kolon bahkan menurunkan resiko kanker
kolon. Laktobakteria meningkatkan pertumbuhan bakteri baik di kolon dan menurunkan
konversi asam empedu menjadi asam empedu yang karsinogenik. Selain itu bakteri baik
dalam yoghurt tampaknya menghentikan produk yang berbahaya sebelum menjadi
karsinogenik. Dan enzim bakteri yang dihasilkan dari proses kultur yoghurt akan
mencernakan protein sehingga lebih mudah diserap (Carmen dan Siagian, 2007)
3. Membantu proses penyerapan nutrisi
Yoghurt meningkatkan penyerapan kalsium dan vitamin B. Adanya asam laktat pada
yoghurt akan membantu mencerna kalsium susu. Dengan begitu, kalsium akan lebih mudah
diserap (Carmen dan Siagian, 2007)
4. Meningkatkan kekebalan tubuh
Penelitian yang dilakukan terhadap 68 orang yang mengonsumsi yoghurt dua cangkir per
hari menunjukkan hasil yang cukup positiI. Mereka ini mempunyai kadar interIeron lebih
tinggi, interIeron adalah Iamili glikoprotein yang salah satu pembentukannya dapat
dirangsang oleh bakteri, berIungsi sebagai imunoregulator dan mengeluarkan aktivitas
antivirus. Penelitian lain yang dilakukan pada hewan menunjukkan bahwa yoghurt
mengandung Iaktor yang memiliki eIek antitumor (Carmen dan Siagian, 2007)
5. Membantu penyembuhan inIeksi saluran cerna
Keberadaan virus dan gangguan saluran cerna akan membentuk luka pada lapisan usus,
terutama sel-sel yang memproduksi laktase. Walau hanya sementara, anak-anak bisa
mengalami intoleransi laktosa selama 1-2 bulan pasca inIeksi saluran cerna. Karena
mengandung sedikit laktosa dan banyak enzim laktase, yoghurt dapat memulihkan kesehatan
alat cerna tersebut. Penelitian menunjukkan, yoghurt mempercepat penyembuhan diare pada
anak (Carmen dan Siagian, 2007)
6. Kaya kalsium
Dalam satu gelas yoghurt rata-rata terkandung sekitar 450 mg kalsium. Mineral ini sangat
bermanIaat bagi kesehatan kolon. Orang yang diet tinggi kalsium seperti di negara
Skandinavia, mempunyai tingkat kejadian kanker kolorektal lebih rendah dibanding negara
lain (Carmen dan Siagian, 2007)
7. Sumber protein.
Satu gelas yoghurt tawar mengandung 10-14 gram protein atau sekitar 20 persen dan
kebutuhan protein harian. Proses Iermentasi membuat protein yang ada pada yoghurt lebih
mudah dicerna (Carmen dan Siagian, 2007)
8. Menurunkan kadar kolesterol
Para ahli memperkirakan, bakteri hidup yang ada pada yoghurt mampu berasimilasi dengan
kolesterol. Bisa juga karena yoghurt mengikat asam empedu, sehingga menimbulkan eIek
menurunkan kolesterol (Carmen dan Siagian, 2007)
9. Makanan penolong.
Keberadaan protein yang mudah dicerna serta asam laktat yang meningkatkan penyerapan
mineral, membuat yoghurt baik dikonsumsi oleh anak dengan gangguan penyerapan di
saluran cerna. (Carmen dan Siagian, 2007)
II.1.6 Proses Pembuatan Soy Yoghurt
Seperti halnya susu sapi, susu kedelai juga dapat dibuat menjadi susu asam. Kalau susu asam
yang dibuat dari susu sapi disebut yoghurt, maka susu asam dari susu kedelai dinamakan
soyghurt (Koswara, 2006)
Proses pembuatan soyghurt dan kultur (biakan murni) starter yang digunakan pada dasarnya
sama seperti pada pembuatan yoghurt. Tetapi, proses Iermentasi pada pembuatan soyghurt
mempunyai kesulitan. Karena, jenis karbohidrat yang terdapat pada susu kedelai berbeda
dengan karbohidrat susu sapi. Karbohidrat susu kedelai terdiri atas golongan oligosakarida
yang tidak dapat digunakan sebagai sumber energi maupun sumber karbon oleh kultur starter.
Hasil penelitian menunjukkan, bila susu kedelai langsung dinokulasi (ditambah) dengan
starter dan diinkubasi selama 4 jam pada suhu 45oC tidak menghasilkan perubahan, baik pH
maupun kekentalannya. Dengan kata lain, tidak terbentuk yoghurt kedelai (Koswara, 2006)
Karena itu supaya Iermentasi berhasil, susu kedelai terlebih dulu ditambah sumber gula
sebelum diinokulasi. Hasil percobaan menunjukkan, soyghurt dapat dibuat dengan hasil baik
bila kadar protein susu kedelai berada antara 3,6 4,5, dan dengan penambahan sumber
gula sebanyak 4 5. Sumber gula yang ditambah di antaranya sukrosa (gula pasir),
glukosa, laktosa, Iruktosa, atau susu bubuk skim (Koswara, 2006)
Yang pertama kali harus disiapkan dalam pembuatan soyghurt adalah bibit bakteri L.
bulgaricus dan S. thermophilus, serta susu kedelai yang baru. Ada dua cara mendapatkan
starter soyghurt, yaitu dari yoghurt yang belum dipasteurisasi dan dari bibit (biakan) murni.
Perlu diketahui, ada dua macam yoghurt yang dijual di pasar, yoghurt dengan mikroba masih
hidup dan yang sudah dipasteurisasi atau mirkobanya sudah dimatikan. Ukuran 1,5 sendok
teh yoghurt cukup untuk Iermentasi tiga gelas susu (Koswara, 2006)
Pada pembuatan soyghurt, mula-mula susu kedelai dipasteurisasi, dengan merebusnya pada
suhu antara 80 90oC selama 30 menit. Kemudian ditambahkan gula sebanyak 4 5.
Gelatin juga sering ditambahkan (tidak mutlak) sebanyak 0,5 1,5 untuk menjaga agar
soyghurt yang dihasilkan stabil dan baik teksturnya. Untuk menambah aroma, dapat pula
ditambahkan panili, orange, strawberi, atau lemon (Koswara, 2006)
Hasil campuran ini didinginkan sampai 43oC, baru dinokulasikan starter campuran dengan
perbandingan yang sama antara L. bulgaricus dengan S. thermophilus, sebanyak 5 dari
volume susu kedelai. Lalu diinkubasi suhu 45oC selama 3 jam, atau pada suhu ruang selama
12 jam, yang hasil akhirnya merupakan soyghurt. Untuk bisa bertahan lama soyghurt
disimpan pada suhu dingin atau dipanaskan pada suhu 65oC (Koswara, 2006)
II.1.7 Konsumsi Soy Yoghurt
Untuk balita dua gelas susu kedelai sudah dapat memenuhi 30 kebutuhan protein sehari.
Dibandingkan dengan susu sapi, komposisi asam amino dalam protein susu kedelai
kekurangan jumlah asam amino metionin dan sistein. Tetapi, karena kandungan asam amino
lisin yang cukup tinggi, maka susu kedelai dapat meningkatkan nilai gizi protein dari nasi dan
makanan sereal lainnya (Koswara, 2006).
Selain untuk menjaga kesehatan, yoghurt ternyata dapat mencegah kanker saluran
pencernaan. Keampuhan tersebut dikarenakan yoghurt mengandung bakteri 'baik seperti
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus yang dapat memperbaiki
keseimbangan Ilora di saluran cerna. Jika sejak dini anak sudah dibiasakan mengonsumsi
yoghurt sehari sekali sebanyak 200 cc, maka keseimbangan saluran cernanya akan terjaga.
Dampak menguntungkannya, kuman-kuman penyebab berbagai penyakit seperti typhus dan
muntaber tidak akan bisa tumbuh. Menurut beberapa ahli, yoghurt sebagai makanan variasi
mulai bisa dikonsumsi bayi selepas ASI eksklusiI, yakni sekitar usia 6 bulan (Carmen dan
Siagian, 2007)
Selain itu, penelitian yang dilakukan terhadap 68 orang yang mengonsumsi yoghurt dua
cangkir per hari menunjukkan hasil yang cukup optimal dalam hal perolehan manIaat di
bidang imunitas. Mereka ini mempunyai kadar interIeron lebih tinggi, interIeron adalah
Iamili glikoprotein yang salah satu pembentukannya dapat dirangsang oleh bakteri, berIungsi
sebagai imunoregulator dan mengeluarkan aktivitas antivirus. Penelitian lain yang dilakukan
pada hewan menunjukkan bahwa yoghurt mengandung Iaktor yang memiliki eIek antitumor
(Carmen dan Siagian, 2007)
II.1.8 Keamanan dan Cara Penyimpanan Soy Yoghurt
Keistimewaan susu Iermentasi terletak pada umur simpan yang lebih panjang dibanding susu
segar. Hal ini membuat susu ini lebih mudah dalam penanganan dan penyimpanan, serta
delivery. Keasamannya yang tinggi (pH4.5) membuat tidak disukai oleh mikroba-miroba
kontaminan. ManIaat lain yang membuat susu Iermentasi ini digemari oleh penggemarnya
adalah kandungan metabolit-metabolit hasil Iermentasi mikroba yang baik bagi kesehatan
tubuh terutama saluran pencernaan (ACBI team, 2007)
ShelI liIe susu Iermentasi tergantung dari jenis produknya. Jika merupakan jenis susu
Iermentasi yang bakterinya hidup maka umur simpannya pendek dan harus disimpan pada
suhu 4C. Tetapi jika jenis susu Iermentasi yang dipasteurisasi atau sterilisasi maka umur
simpannya bisa panjang (hal ini tergantung pula dari jenis kemasannya, dalam hal soptimum,
penyimpanannya harus dihindarkan dari paparan langsung sinar matahari atau dipilih
kemasan yang mempunyai barrier yang baik terhadap sinar UV (ACBI team, 2007)

Anda mungkin juga menyukai