Anda di halaman 1dari 2

BAB 1 KONSEP PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Sekitar 80% penduduk Indonesia memiliki gigi rusak karena berbagai sebab, namun yang paling banyak ditemui adalah karies atau gigi berlubang. Pada hampir setiap mulut orang Indonesia akan ditemukan dua hingga tiga gigi berlubang. Karies adalah suatu penyakit yang disebabkan karena interaksi antara bakteri, diet dan gigi. Walaupun penyebabnya multifaktor, namun dapat dikatakan bahwa pemicu terjadinya karies gigi adalah bakteri kariogenik Streptococcus mutans (S.mutans). Bakteri tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakarida ekstra sel. Polisakarida ekstra sel terutama terdiri dari polimer glukosa yang konsistensinya seperti gelatin yang merupakan komposisi dari plak, akibatnya bakteri terbantu untuk melekat pada gigi sehingga membentuk agregasi. Plak makin lama makin matang, sehingga akan menghambat fungsi saliva untuk melakukan aktivitas antibakterinya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 dari Departemen Kesehatan RI menunjukkan sebanyak 89% anak-anak di bawah usia 12 tahun mengalami karies atau gigi berlubang. Selain itu 43,4% masyarakat Indonesia berusia 12 tahun ke atas mempunyai karies aktif (karies yang belum tertangani) dan 67,2% memiliki pengalaman karies. Dari masalah di atas akhirnya penulis memilih menggunakan bawang merah yang akan digunakan untuk menjaga kesehatan mulut, karena dalam bawang merah mengandung senyawa allin dan juga minyak atsiri yang berpotensi untuk membunuh bakteri bakteri jahat yang terdapat pada rongga mulut seperti staphylococcus sp. dan streptococcus sp. Selain itu bawang merah juga mudah didapat, dan bawang merah bukanlah suatu makanan yang asing bagi masyarakat Indonesia. Dalam bawang merah terdapat minyak atsiri dimana minyak tersebut tersusun dari berbagai senyawa sulfida yang bersifat anti bakteri. Senyawa sulfida ini dapat digunakan sebagai antibakteri terhadap streptococcus mutans. Peran tersebut dilakukan oleh senyawa allin yang merupakan salah satu kandungan dari minyak atsiri yang terdapat dalam bawang merah, senyawa tersebut belum berpotensi menjadi antibakteri. Potensi tersebut muncul saat terjadi allinase dimana senyawa

allin dirubah menjadi allicin, asam piruvat, dan amonia. Allicin bebas inilah yang berpotensi sebagai anti bakteri. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah ekstrak minyak atsiri dari bawang merah dapat digunakan sebagai alternatif antibakteri streptococcus mutans pada rongga mulut? 2. Berapakah konsentrasi ekstrak minyak atsiri dari bawang merah yang efektif untuk menjadi antibakteri streptococcus mutans? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui apakah ekstrak minyak atsiri bawang merah dapat digunakan sebagai alternatif antibakteri streptococcus mutans pada rongga mulut sehingga dapat dijadikan alternatif untuk mengurangi terjadinya karies pada rongga mulut 1.3.2 Tujuan Khusus Untuk mengetahui berapa konsentrasi ekstrak minyak atsiri bawang merah yang efektif untuk digunakan sebagai alternatif antibakteri streptococcus mutans. 1.4 Manfaat 1. Dapat mengurangi terjadinya karies pada gigi masyarakat 2. Menjadi alternatif bagi pencegahan karies 1.5 Hipotesa Dari teori yang telah ada, dapat ditarik hipotesa sementara bahwa ekstrak minyak atsiri dari bawang merah dapat digunakan sebagai alternatif antibakteri streptococcus mutans pada rongga mulut

Anda mungkin juga menyukai