Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH HIV/AIDS

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah 1
B.Rumusan Masalah 2
C.Tujuan Penulisan 2
D.ManIaat Penulisan 2
E.Sistematika Penulisan 2
BAB II ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME
A.Perkembangan dan Perjalanan HIV/AIDS 4
B.Siapa yang Rentan Terkena HIV/AIDS 6
C.Pencegahan HIV/AIDS 7
D.Situasi HIV/AIDS di Indonesia 8
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan 10
B.Saran 10
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah
Virus AIDS ditemukan dalam cairan tubuh manusia, dan paling banyak ditemukan pada
darah, cairan sperma dan cairan vagina. Pada cairan tubuh lain juga bisa ditemukan (seperti
misalnya cairan ASI) tetapi jumlahnya sangat sedikit.
Sejumlah 75-85 penularan terjadi melalui hubungan seks (5-10 diantaranya melalui
hubungan homoseksual), 5-10 akibat alat suntik yang tercemar (terutama pada pemakai
narkotika suntik), 3-5 melalui transIusi darah yang tercemar.
InIeksi HIV sebagian besar (lebih dari 80) diderita oleh kelompok usia produktiI (14-49
tahun) terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita wanita cenderung meningkat.
InIeksi pada bayi dan anak, 90 terjadi dari ibu yang mengidap HIV. Sekitar 25-35 bayi
yang dilahirkan oleh Ibu pengidap HIV akan menjadi pengidap HIV, melalui inIeksi yang
terjadi selama dalam kandungan, selama proses persalinan dan melalui pemberian ASI.
Dengan pengobatan antiretroviral pada ibu hamil trimester terakhir, risiko penularan dapat
dikurangi menjadi hanya 8.
Pada awalnya dimulai dengan penularan pada kelompok homoseksual (gay). Karena diantara
kelompok homoseksual juga ada yang biseksual, maka inIeksi melebar ke kelompok
heteroseksual yang sering berganti-ganti pasangan.
Pada tahap kedua, inIeksi mulai meluas pada kelompok pelacur dan pelanggannya.
Pada tahap ketiga, berkembang penularan pada istri dari pelanggan pelacur.
Pada tahap keempat, mulai meningkat penularan pada bayi dan anak dari ibu yang mengidap
HIV.
B.Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang di atas maka penulis mengidentiIikasikan beberapa masalah
sebagai berikut :
1.Bagaimanakah perkem HIV/AIDS di dunia?
2.Siapakah yang rawan terhadap virus AIDS?
3.Bagaimana pencegahan AIDS?
4.Bagaimana situasi HIV/ AIDS di Indonesia?

C.Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.Untuk mengetahui perkembangan HIV/ AIDS.
2.Untuk mengetahui siapa saja yang rentan terkena HIV/ AIDS.
3.Untuk mengetahui pencegahan HIV/ AIDS.

D.ManIaat Penulisan
Dengan mengetahui bagaimana perkembangan, dampak HIV/ AIDS, maka kita akan
memahami betapa ganasnya virus HIV/ AIDS tersebut.

E.Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
D.ManIaat Penulisan
E.Sistematika Penulisan
BAB II ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME
A.Perkembangan dan Perjalanan HIV/AIDS
B.Siapa yang Rentan Terkena HIV/AIDS

C.Pencegahan HIV/AIDS
D.Situasi HIV/AIDS di Indonesia
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran
DAFTAR PUSTAKA


BAB II
ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME

A.Perkembangan dan Perjalanan HIV/AIDS
Kasus pertama ditemykan di San Fransisco pada seorang gay tahun 1981. Menurut UNAIDS
(Badan PBB untuk penanggulangan AIDS) s/d akhir 1995, jumlah orang yang terinIeksi HIV
(Human Immuno DeIiciency Virus) di dunia telah mencapai 28 juta dimana 2,4 juta
diantaranya adalah kasus bayi dan anak. Setiap hari terjadi inIeksi baru sebanyak 8500 orang,
sekitar 1000 diantaranya bayi dan anak.
Sejumlah 5,8 juta orang telah meninggal akibat AIDS (Acquired Immuno DeIiciency
Syndrome), 1,3 juta diantaranya adalah bayi dan anak. AIDS telah menjadi penyebab
kematian utama di Amerika Serikat, AIrika Sub-Sahara dan Thailand. Di Zambia, epidemi
AIDS telah menurunkan usia harapan hidup dari 66 tahun menjadi 33 tahun, di Zimbabwe
akan menurun dari 70 tahun menjadi 40 tahun dan di Uganda akan turun dari 59 tahun
menjadi 31 tahun pada tahun 2010.
Pada saat seseorang terkena inIeksi virus AIDS maka diperlukan waktu 5-10 tahun untuk
sampai ke tahap yang disebut sebagai AIDS. Setelah virus masuk kedalam tubuh manusia,
maka selama 2-4 bulan keberadaan virus tersebut belum bisa terdeteksi dengan pemeriksaan
darah meskipun virusnya sendiri sudah ada dalam tubuh manusia. Tahap ini disebut sebagai
periode jendela. Sebelum masuk pada tahap AIDS, orang tersebut dinamai HIV positiI karena
dalam darahnya terdapat HIV. Pada tahap HIV ini maka keadaan Iisik ybs tidak
mempunyai kelainan khas ataupun keluhan apapun, dan bahkan bisa tetap bekerja seperti
biasa. Dari segi penularan, maka dalam kondisi ini ybs sudah aktiI menularkan virusnya ke
orang lain jika dia mengadakan hubungan seks atau menjadi donor darah.
Sejak masuknya virus dalam tubuh manusia maka virus ini akan menggerogoti sel darah
putih (yang berperan dalam sistim kekebalan tubuh) dan setelah 5-10 tahun maka kekebalan
tubuh akan hancur dan penderita masuk dalam tahap AIDS dimana terjadi berbagai inIeksi
seperti misalnya inIeksi jamur, virus-virus lain, kanker dsb. Penderita akan meninggal dalam
waktu 1-2 tahun kemudian karena inIeksi tersebut.
Di negara industri, seorang dewasa yang terinIeksi HIV akan menjadi AIDS dalam kurun
waktu 12 tahun, sedangkan di negara berkembang kurun waktunya lebih pendek yaitu 7
tahun.
Setelah menjadi AIDS, survival rate di negara industri telah bisa diperpanjang menjadi 3
tahun, sedangkan di negara berkembang masih kurang dari 1 tahun. Survival rate ini
berhubungan erat dengan penggunaan obat antiretroviral, pengobatan terhadap inIeksi
oportunistik dan kwalitas pelayanan yang lebih baik.
Pola inIeksi secara global, sekitar 90 kasus HIV/AIDS ada di negara berkembang. Saat ini
penyebabnya adalah :
AIrika Sub-sahara : 14 juta
Asia Selatan-Tenggara : 4,8 juta
Asia Timur-PasiIik : 35.000
Timur Tengah : 200.000
Karibia : 270.000
Amerika Latin : 1,3 juta
Eropa Timur-Asia Tengah : 30.000
Australia : 13.000
Eropa Barat : 470.000
Amerika Utara : 780.000
Dengan globalisasi, pergerakan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, episentrum inIeksi
HIV/AIDS saat ini bergeser ke Asia.
Tahun 2000, diperkirakan jumlah kasus HIV/AIDS akan meningkat menjadi 30-40 juta orang
dan pertambahan kasus baru terbanyak akan ditemukan di Asia Selatan dan Tenggara.
Di negara industri telah terlihat penurunan jumlah kasus baru (insidens) per tahun. Di
Amerika Serikat, telah turun dari 100.000 kasus baru/tahun menjadi 40.000 kasus baru/tahun.
Pola serupa juga terlihat di Eropa Utara, Australia dan Selandia Baru.
Penurunan kasus baru berkait dengan tingkat pemakaian kondom, berkurangnya jumlah
pasangan seks dan memasyarakatnya pendidikan seks untuk remaja.
Penurunan inIeksi HIV juga menjadi sebagai dampak membaiknya diagnosa dini dan
pengobatan yang adekuat untuk penyakit menular seksual (PMS). Di Tanzania, daerah yang
pelayanan PMSnya berjalan baik mempunyai insiden HIV yang 40 lebih rendah. Penelitian
di Pantai Gading, AIrika memperlihatkan bahwa pengobatan PMS juga mengurangi viral load
sehingga mengurangi inIectivity.

B.Siapa yang Rentan Terkena HIV/AIDS
InIeksi virus AIDS terutama disebabkan oleh perilaku seksual berganti-ganti pasangan. Oleh
karena itu yang paling beresiko untuk tertular AIDS adalah siapa saja yang mempunyai
perilaku tersebut. Harus diingat bahwa perilaku seperti ini bukan hanya dimiliki oleh
kelompok pekerja seks tetapi juga oleh kelompok lain seperti misalnya remaja, mahasiswa,
eksekutiI muda dsb. Jadi yang menjadi masalah disini bukan pada 'kelompok mana tetapi
pada 'perilaku yang berganti-ganti pasangan.
Wanita lebih rentan terhadap penularan HIV akibat Iaktor anatomis-biologis dan Iaktor
sosiologis-gender.
Kondisi anatomis-biologis wanita menyebabkan struktur panggul wanita dalam posisi
'menampung, dan alat reproduksi wanita siIatnya 'masuk kedalam dibandingkan pria yang
siIatnya 'menonjol keluar. Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi inIeksi khronik
tanpa diketahui oleh ybs. Adanya inIeksi khronik akan memudahkan masuknya virus HIV.
Mukosa (lapisan dalam) alat reproduksi wanita juga sangat halus dan mudah mengalami
perlakuan pada proses hubungan seksual. Perlukaan ini juga memudahkan terjadinya inIeksi
virus HIV.
Faktor sosiologis-gender berkaitan dengan rendahnya status sosial wanita (pendidikan,
ekonomi, keterampilan). Akibatnya kaum wanita dalam keadaan rawan yang menyebabkan
terjadinya pelecehan dan penggunaan kekerasan seksual, dan akhirnya terjerumus kedalam
pelacuran sebagai strategi survival.
Kasus di Ghana dalam pembangunan Bendung Sungai Volta, menyebabkan ribuan penduduk
tergusur dari kampung halamannya. Kaum pria bisa memperoleh kesempatan kerja sebagai
buruh dan kemudian menjadi nelayan. Kaum wanita yang hanya terbiasa dengan pekerjaan
akhirnya tersingkir ke kota dan terjerumus pada pekerjaan hiburan dan penyediaan jasa
seksual. Akibatnya banyak yang menderita penyakit menular seksual (termasuk HIV) dan
meninggal akibat AIDS.
Di Thailand Utara, akibat pembangunan ekonomi dan industri yang berkembang pesat
menyebabkan lahan pertanian berkurang dan wanita tergusur dari pekerjaan tradisionalnya di
bidang pertanian. Sebagian besar kemudian migrasi ke kota-kota besar dan menjadi pekerja
seks dan akhirnya tertular oleh HIV.

C.Pencegahan HIV/AIDS
Pada prinsipnya, pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencegah penularan virus AIDS.
Karena penularan AIDS terbanyak adalah melalui hubungan seksual maka penularan AIDS
bisa dicegah dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual.
Pencegahan lain adalah melalui pencegahan kontak darah, misalnya pencegahan penggunaan
jarum suntik yang diulang, pengidap virus tidak boleh menjadi donor darah.
Secara ringkas, pencegahan dapat dilakukan dengan Iormula A-B-C. A adalah abstinensia,
artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. B adalah beIaithIul, artinya jika
sudah menikah hanya berhubungan seks dengan pasangannya saja. C adalah condom, artinya
jika memang cara A dan B tidak bisa dipatuhi maka harus digunakan alat pencegahan dengan
menggunakan kondom.
Pertemuan Komperensi Internasional AIDS ke XI di Vancouver bulan Juli 1966 melaporkan
penggunaan tiga obat kombinasi (triple drugs) yang mampu menurunkan viral load hingga
jumlah minimal dan memberikan harapan penyembuhan.
Kendala yang dihadapi untuk pengobatan adalah biaya yang mahal untuk penyediaan obat
dan biaya pemantauan laboratorium, yang mencapai US$ 16.000-US$ 25.000/tahun. Kendala
lain adalah kepatuhan penderita untuk minum obat secara disiplin dalam jangka waktu 1,5-3
tahun, karena obat yang diminum secara tidak teratur akan menyebabkan resistensi.
Diperkirakan karena mahalnya biaya pengobatan, maka hanya ada 5-10 pengidap HIV yang
mampu berobat dengan menggunakan triple drugs ini. Jika masalah biaya ini tidak bisa
diatasi, maka adanya obat tidak akan mampu memberantas HIV/AIDS secara bermakna.
Penelitian untuk menemukan vaksi pencegahan HIV juga terus dilakukan. Biaya vaksinasi
diperkirakan tidak akan semahal triple drugs. Seandainya ditemukan vaksin untuk
pencegahan HIV, kendalanya adalah harus dicapainya jumlah cakupan vaksinasi yang tinggi
(80) jika diinginkan dampak pemberantasan HIV. Untuk mencapai cakupan sebesar ini,
diperkirakan akan membutuhkan biaya yang cukup mahal dan sulit disediakan oleh negara
berkembang.
Dampak sampingan dari mahalnya obat dan ketersediaan biaya untuk pelaksanaan vaksinasi,
menyebabkan munculnya isu diskriminasi baru yaitu kaya dan miskin. Pengidap HIV yang
kaya akan mampu menyediakan biaya untuk triple drugs, tetapi yang miskin tetap akan mati.
Negara industri kaya bisa menyediakan biaya untuk mencapai cakupan vaksinasi yang tinggi,
sedangkan negara berkembang mungkin tidak akan mampu.



D.Situasi HIV/AIDS di Indonesia
Sampai dengan bulan September 1996, jumlah kasus HIV/AIDS mencapai 449 orang, dengan
kelompok umur terbanyak pada usia 20-29 tahun (47) dan kelompok wanita sebanyak 27.
Kelompok usia produktiI (15-49 tahun) mencapai 87. Dilihat dari lokasi, kasus terbanyak
ditemukan di DKI Jakarta, Irian Jaya dan Riau.
Jumlah kasus yang tercatat di atas adalah menurut adalah menurut catatan resmi yang jauh
lebih rendah dari kenyataan sesungguhnya akibat keterbatasan dari sistem surveilance
perangkat kesehatan kita.
Permasalahan HIV/AIDS di banyak negara memang memperlihatkan Ienomena gunung es,
dimana yang tampak memang jauh lebih kecil dibandingkan jumlah sesungguhnya.
Upaya penanggulangan AIDS di Indonesia masih banyak ditujukan kepada kelompok-
kelompok seperti para pekerja seks dan waria, meskipun juga sudah digalakkan upaya yang
ditujukan pada masyarakat umum, seperti kaum ibu, mahasiswa dan remaja sekolah lanjutan.
Yang masih belum digarap secara memadai adalah kelompok pekerja di perusahaan yang
merupakan kelompok usia produktiI.
Proyeksi perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia diperkirakan akan menembus angka 1
juta kasus pada tahun 2005, dan sesuai pola epidemiologis yang ada maka jumlah kasus
terbanyak akan ada pada kelompok usia produktiI (patut diingat bahwa pada tahun 2003
Indonesia akan memasuki pasar bebas APEC dan membutuhkan SDM yang tangguh untuk
bersaing di pasar global).



BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam bab 'ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME
maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1.Kasus pertama ditemukannya HIV/AIDS terjadi di San-Fransisco pada seorang gay tahun
1981.
2.Virus AIDS ditemukan dalam cairan sperma, cairan vagina dan pada darah, serta
penularannya terjadi melalui hubungan seksual, alat suntik narkotika, transIusi darah dan
ASI.
3.AIDS dapat menyerang siapa saja yang melakukan perilaku yang menyebabkan AIDS
(hubungan seksual berganti-ganti, pemakai narkotika suntik, transIusi darah yang tercemar).
4.Pencegahan yang paling tidak bisa mengurangi terjadi HIV/AIDS adalah A-B-C-.
A (abstinensia) tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah.
B (beIaithIul) jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan pasangannya.
C (condom ) jika cara A dan B tidak bisa dipatuhi maka gunakanlah condom.

Anda mungkin juga menyukai