Anda di halaman 1dari 48

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Dengan memandang proses penuaan dari perspektif yang luas dapat membimbing ke arah strategi yang lebih kreatif untuk melakukan intervensi terhadap lansia. Cutillo Schmitter menyarankan untuk memandang penuaan sebagai suatu evolusi sepanjang kehidupan juga sebagai tahap terakhir, yang memberikan tantangan dan pengembangan kesempatan untuk pertumbuhan, dan produktivitas. Status kesehatan, pengalaman hidup, nutrisi, aktivitas, dan faktor keturunan memengaruhi proses penuaan. Sistem neurologis, terutama otak, adalah faktor utama dalam penuaan yang adaptif. Kita mengetahui bahwa neuron-neuron menjadi semakin kompleks dan tumbuh seiring kita dewasa, tetapi neuron-neuron tidak dapat mengalami regenerasi. Perubahan dalam sistem neurologis dapat termasuk kehilangan dan penyusutan, dengan potensial 10% kehilangan yang diketahui pada usia 80 tahun. Pertambahan usia mempengaruhi kapasitas tubuh untuk bekerja dengan baik, salah satunya mempengauhi system syaraf sehingga menimbulkan gangguan dalam proses berfikir. Gangguan ini sering dikatakan sebagai Demensia dan Alzheimer. Alzheimer sejauh ini merupakan penyebab paling umum demensia di Amerika Serikat dan sebagian besar di dunia. Penyakit Alzheimer meningkat secara substansial setelah usia 70 tahun dan dapat
1

mempengaruhi sekitar 50% dari orang dengan usia 85 tahun. Meskipun demikian Alzheimer bukan merupakan bagian normal pada proses penuaan. Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel sel otak yang mati secara abnormal. Penderita Demensia sering menunjukkan perubahan pada tingkah laku harian ( Behavioral symptom ) yang mengganggu atau pun tidak pun mengganggu ( Volicer, L. dkk, 1998 ). Demensia biasanya timbul secara perlahan dan menyerang usia diatas 60 tahun. Namun demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Penyakit alzheimer adalah penyakit progresif pelambatan otak yang ditandai dengan gangguan memori dan akhirnya mengalami gangguan penalaran, perencanaan, bahasa, dan persepsi. Gejala awal Alzheimer adalah mudah lupa pada hal-hal yang sering dilakukan dan hal-hal baru. Penderita juga mengalami disorientasi waktu dan mengalami kesulitan berpikir yang kompleks seperti matematika atau aktivitas organisasi. Penderita penyakit itu biasanya juga mengalami perubahan tingkah laku seperti depresi, paranoia, atau agresif. Orang yang memiliki riwayat keluarga Alzheimer beresiko mengalaminya dan resiko tersebut makin meningkat apabila kedua orang tua mengidap Alzheimer. Alzheimer bukan penyakit menular, melainkan merupakan sejenis kumpulan gejala dengan gambaran sel-sel otak mengalami degradasi, sehingga otak tampak mengerut dan mengecil. Penyakit hipertensi, Diabetes Millitus (Kencing Manis), tingkat kolesterol yang tinggi, dan faktor keturunan merupakan faktorfaktor yang mempertinggi resiko seseorang menderita penyakit Alzheimer. Karena Alzheimer merupakan penyakit degeratif, sehingga pengobatannya membutuhkan waktu yang panjang. Sehingga hal yang terbaik dilakukan adalah pencegahan sebelum penyakit ini menimpa diri seseorang. Laporan dari Acta Neurologica Scandinavia (1993) menyebutkan jumlah demensia akan menjadi dua kali lipat setiap penambahan 5,1 tahun dari umur 60 sampai 90 tahun. Dari jumlah tersebut separuhnya disebabkan oleh penyakit Alzheimer. Penyakit otak yang amat ditakuti ini lebih banyak terdapat di daerah
2

pekotaan daripada pedesaan dan angka kejadian pria sama dengan wanita. Di Eropa angka kejadian Alzheimer berturut-turut adalah 0,02; 0,3 dan 10,8 pada masing-masing kelompok usia 50-59, 60-69, 70-79. dan 80-89. Di Amerika utara dan Eropa penyakit Alzheimer lebih banyak daripada demensia lainnya, yaitu demensia yang disebabkan ganggun pembuluh darah (demensia multi-infark, MID). Tetapi di Jepang, Rusia, dan Cina keadaaannya terbalik, MID lebih banyak daripada penyakit Alzheimer. Laporan Departemen Kesehatan 1998 populasi usia lanjut diatas 60 tahun adalah 7,2 % ( populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta ). Peningkatan angka kejadian berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu populasi. Kira kira 5 % usia lanjut antara 65 70 tahun menderita Demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Kasus penyakit Alzheimer juga dijumpai di Indonesia dan menurut sumber yang pernah dibaca bahwa saat ini dari penduduk yang berusia 60-65 tahun di Indonesia diperkirakan mencapai 500.000 kasus Alzheimer.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang di uraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan pada penulisan makalah ini adalah mengenai penyakit Alzheimer dan asuhan keperawatannya.

C. Tujuan Penulisan a. Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk : Memahami masalah kesehatan yang lazim terjadi pada lansia terutama masalah system syaraf serta asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada lansia dengan masalah system syaraf. b. Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah untuk :
3

Mendokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan alzheimer. Mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

D. Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam pembuatan makalah ini bertujuan untuk membatasi permasalahan pokok saja dari materi yang akan ditulis, yaitu mengenai askep klien dengan Alzheimer E. Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kepustakaan. Pemilihan metode ini karena penelitian yang dilakukan ditujukan untuk mengidentifikasi penyebab penyakit alzheimer dan mengetahui cara penanggulangannya dengan mengacu pada literatur-literatur, artikel-artikel dan sumber bacaan lain.

F. SISTEMATIKA PENULISAN Adapun sistematika dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : KATA PENGANTAR BAB I : PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penulisan Ruang Lingkup Metode Penulisan Sistematika Penulisan BAB II : TINJAUAN TEORITIS
4

B. C. D. E. F.

A. 1. 2. 3.

Konsep Dasar

Pengertian Proses Menua Fungsi Normal Sistem Persyarafan Perubahan fungsi dan struktur tubuh yang terjadi pada lansia 4. Perubahan psikososial dan spiritual yang dialami lansia akibat adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh B. Konsep Dasar (Penyakit)

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Pengertian Etiologi Tanda dan gejala Menifestasi klinik Komplikasi Penatalaksanaan medis BAB III : TINJAUAN KASUS A. B. C. D. E. Pengkajian Diagnosa keperawatan Perencanaan Implementasi keperawatan Evaluasi keperawatan BAB IV : PENUTUP A. B. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

A. SISTEM PERSYARAFAN

1. Definisi Proses Menua Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita ( CONSTANTINIDES, 1994). Menua (Aging) adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya. Proses ini berlangsung terus-menerus sepanjang hidup seseorang. Tidak seperti kondisi patologis, setiap manusia pasti akan mengalami proses menua. Aging sudah terprogram dalam genetik masingmasing individual, tapi faktor eksternal sangat berperan dalam memodifikasi proses ini, sehingga proses menua-pun berlangsung dengan tingkat kecepatan yang berbeda pada tiap orang. Hal inilah yang menjelaskan mengapa beberapa orang dapat tampak lebih tua/muda dari usia kronologisnya. Status kondisi fisik dan aktivitas seseorang dapat secara radikal mempengaruhi fungsi kardiovaskular saat dia tua. Batasan Usia Lansia : Menurut WHO, batasan lansia meliputi: 1. 2. 3.
4.

Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas.
6

Menurut Dra.Jos Masdani (psikolog UI) Mengatakan lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian: 1. 2. 3.
4.

Fase iuventus antara 25dan 40 tahun Verilitia antara 40 dan 50 tahun Fase praesenium antara 55 dan 65 tahun Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia. A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Persyarafan 1. Sistem Saraf Pusat: a. Otak Otak terletak di dalam rongga kepala, yang pada orang dewasa sudah tidak dapat lagi membesar, sehingga bila terjadi penambahan komponen rongga kepala akan meningkatkan tekanan intra cranial.Berat otak 350 gram pada saat kelahiran, kemudian meningkat menjadi 1,375 gram pada usia 20 tahun,berat otak mulai menurun pada usia 45-50 tahun penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal. Berat dan volume otak berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90 tahun. Otak mengandung 100 million sel termasuk diantaranya sel neuron yang berfungsi menyalurkan impuls listrik dari susunan saraf pusat. Bagian-bagian otak : a) Medulla oblongata Merupakan pusat refeleks pada jantung, pernafasan,

2. Fungsi Normal Sistem Persyarafan

bersin/batuk, menelan, dan pengeluaran air liur dan muntah. b) Pons Varoli (Jembatan Varol)

Sebagai penghubung antara hemisfer serebri, serebelum dan mensensepalon dan penghubung kortikosereberalis, yaitu menghubungkan antara hemisfer serebri dengan serebelum. Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang. Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu: Badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea). Serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba). Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam sistem saraf pusat. c) Serebrum (Otak Besar) Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitas mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan
8

psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.

Terdiri atas 2 hemisfer, yang dihubungkan oleh bagian putih yang disebut korpus kolosum. Setiap hemisfer terbagi menjadi 4 lobus, yaitu :
a.

Frontal

: Bertanggung jawab untuk fungsim otorik dan

fungsi intelektual yang lebih tinggi


b. Pariental

: Bertanggung jawab untuk persepsi dan

integrasi sensesi - sensasi visual, gustatorius, dan auditorius dan propriosepsi.


c.

Temporal : Bertanggung jawab untuk indra-indara khusus pendengaran, pengecap, pencium, dan untuk integrasi pembicaraan.

d. Oksipital

: Bertanggungjawab hanya untuk penglihatan

d)

Mesensefalon (Otak Tengah) Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.

Mesensefalon merupakan bagian pendek batang otak yang terletak di atas spons, yang terbagi atas dua bagian, yaitu : Bagian anterior Bagian posterior Bagian ini bercabang mejadi dua lagi, yaitu : Kolikulus inferior
Kolikulus superior ini mengurusi masalah penglihatan

dan koordinasi gerakan penglihatan.

e) Serebelum (Otak Kecil) Sebagai pusat reflek yang berfungsi memepertahankan keseimbanagan dan sikap badan. Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar,keseim bangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
f)

Diensepalon Terdiri atas 4 bagian, yaitu :


Talamus

Menyampaikan

semua

implus

sensori

kecuali

olfaktorius ) ke dan dari sereberumse belum distribusi bagian ini ke area sensori yang berhubungan tepat, menyatukan impplus - implus antara korteks motorik dan serebrum, mempengaruhi gerakan volunteer dan respon motorik, mengontrol status kesadaran, persepsi sadar tentang persepsi sensasi dan perasaan abstrak.
10

Hipotalamus Pusat pengolahan utama terhadap rangsang internal untuk system saraf autonomic mempertahankan pengontrolan suhu, metabolisme air, osmolaritas cairan tubuh, perilaku makanan, dan aktivitas neuroendokrin. Subtalamus Belum diketahui fungsinya secara jelas.
Epitalamus

Lokasi dari badan pineal, perkembangan seksual dan perilaku.

g) Sistem limbic Berfungsi dalam hal yang berkaitan dengan pengalaman, ekspresi kejiawaan dan emosi serta ingatan.

h) Korteks serebri Terdiri atas traktus yang berfungsi menyesuaikan kegiatan dari kedua hemisfer otak.

i)

Basal gangli Memegang peranan penting fungsi-fungsi motorik tubuh yang berhubungan dengan gerakan-gerakan otomatis dan halus.

b. Medulla spinallis (Sumsum Tulang Belakang)


11

Sumsum tulang belakang terdapat memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas tulang pinggang ke dua. Sumsum tulang belakang juga dibungkus oleh selaput meninges. Bila diamati secara melintang, sumsum tulang belakang bagian luar tampak berwarna putih (substansi alba) karena banyak mengandung akson (neurit) dan bagian dalam yang berbentuk seperti kupu-kupu, berwarna kelabu (substansi grissea) karena banyak mengandung badan sel-sel saraf. Sumsum Tulang Belakang:
Merupakan pusat refleks - refleks yang ada disana. Penerus sensorik ke otak sekaligus tempat masuknya

saraf sensorik.
Penerus impuls motorik dari otak ke saraf motorik. Pusat pola gerakan sederhana yang telah lama di pelajari

contoh melangkah.

Sumsum tulang belakang berfungsi untuk:


Menghantarkan impuls dari dan ke otak.

Memberi kemungkinan jalan terpendek gerak refleks.

2. Sistem saraf perifer, yang terdiri atas : a. Saraf somatis Sistem saraf somatis disebut juga dengan sistem saraf sadar. Proses yang dipengaruhi saraf sadar, berarti sesorang dapat memutuskan
12

untuk menggerakkan atau tidak menggerakkan bagian-bagian tubuh di bawah pengaruh sistem ini. Misalnya ketika kita mendengar bel rumah berbunyi, isyarat dari telinga akan sampai ke otak. Otak menterjemahkan pesan tersebut dan mengirimkan isyarat ke kaki untuk berjalan mendekati pintu dan mengisyaratkan ke tangan untuk membukakan pintu. Sistem saraf somatis terdiri atas : a) Saraf otak (saraf cranial) Saraf otak terdapat pada bagian kepala yang keluar dari otak dan melewati lubang yang terdapat pada tulang tengkorak. Urat saraf ini berjumlah 12 pasang. Adapun bagian-bagian dari 12 pasang saraf otak (saraf kranial), antara lain:

1. Olfaktori (I) : Resepsi dan interpretasi bau.

2. Optik (II) : Ketajaman dan lapang pandang.

3. Okulomotor (III) : Kontriksi pupil, perubahan bentuk

lensa, mengangkat kelopak mata, kebanyakan gerak ekstra okuler.

4. Troklearis (IV) : Gerakan mata kebawah dan kedalam.

5. Trigeminal (V) : Pembukaan dan pengatupan rahang,

mengunyah dan mastikasi.

6. Abdusen (VI) : Gerakan mata lateral.

13

7. Rasial (VII) : Gerakan otot ekspresi wajah kecuali

rahang, penutupan mata, bunyi bicara labial, rasa lidah dua pertiga anterior, sensasi pada faring, sekresisali padang air mata.

8. Akustik (VIII) : Pendengaran dan ekuilibrium.

9. Glosofaringeal (IV) : Otot-otot yang polunter untuk

menelan dan fonasi, sensasi nasofaring, reflex gag, sepertiga posterior lidah pengecap, sensesi kelenjar saliva, reflex carotid.

10. Vagus (X) : Otot-otot volunteer fonasi (bunyi bicara

sengau) dan menelan, sensasi di belakang telinga dan bagian kanal telinga eksternal, sekresienzimpencernaan, peristaltik, reflex karitid, kerjajantun ginvolunter, paruparu dan saluran pencernaan.

11. Aksesoris Spinalis (XI) : Memutar kepala, mengangkat

bahu, beberapa kerja untuk fonasi danm enelan.

12. Hipoglosal (XII) : Gerakan lidah untuk artikulasi bunyi

bicara dan menelan. b) Saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal) Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang. Saraf sumsum tulang belakang berfungsi untuk meneruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat juga meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke semua otot rangka tubuh.

14

Adapun bagian-bagian dari 31 pasang saraf tulang belakang (saraf spinal), antara lain :
1. Saraf servikal 8 pasang. 2. Saraf torakal 12 pasang. 3. Saraf lumbal 5 pasang. 4. Saraf sacrum / sacral 5 pasang. 5. Saraf koksigeal 1 pasang.

Saraf spinal mengandung saraf sensorik dan motorik, serat sensorik masuk medula spinalis melalui akar belakang dan serat motorik kaluar dari medula spinalis melalui akar depan kemudian bersatu membentuk saraf spinal. Saraf-saraf ini sebagian berkelompok membentuk pleksus (anyaman) dan terbentuklah berbagai saraf (nervus) seperti saraf iskiadikus untuk sensorik dan motorik daerah tungkai bawah. Daerah torakal tidak membentuk anyaman tetapi masing masing lurus diantara tulang kosta (nervus inter kostalis). Umumnya didalam nervus ini juga berisi serat autonom, terutama serat simpatis yang menuju ke pembuluh darah untuk daerah yang sesuai. Serat saraf dari pusat di korteks serebri sampai ke perifer terjadi penyebrangan (kontra lateral) yaitu yang berada di kiri menyebrang ke kanan begitu pula sebaliknya. Jadi apabila terjadi kerusakan di pusat motorik kiri maka yang mengalami gangguan anggota gerak yang sebelah kanan.

b.

Saraf Otonon Sistem saraf autonom merupakan bagian dari susunan saraf tepi yang bekerjanya tidak dapat disadari dan bekerja secara otomatis. Sistem
15

saraf autonom mengendalikan kegiatan organ-organ dalam seperti otot perut, pembuluh darah, jantung dan alat-alat reproduksi. Menurut fungsinya, saraf autonom terdiri atas dua macam yaitu: a) Sistem saraf simpatik b) Sistem saraf parasimpatik Sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik bekerja secara antagonis (berlawanan) dalam mengendalikan kerja suatu organ. Organ atau kelenjar yang dikendalikan oleh sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik disebut sistem pengendalian ganda. Fungsi dari sistem saraf simpatik adalah sebagai berikut : a) Mempercepat denyut jantung. b) Memperlebar pembuluh darah. c) Memperlebar bronkus. d) Mempertinggi tekanan darah e) Memperlambat gerak peristaltis. f) Memperlebar pupil. g) Menghambat sekresi empedu. h) Menurunkan sekresi ludah. i) Meningkatkan sekresi adrenalin.

Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf parasimpatik akan memperlambat denyut jantung.
3. Perubahan Fungsi Saraf dan Struktur tubuh yang terjadi pada Lansia.

a. Otak

16

Penuaan otak kehilangan 100.000 neuron / tahun. Neuron dapat mengirimkan signal kepada beribu-ribu sel lain dengan kecepatan 200 mil/jam. Terjadi penebalan atropi cerebral (berat otak menurun 10%) antar usia 30-70 tahun. Secara berangsur angsur tonjolan dendrite dineuron hilang disusul membengkaknya batang dendrit dan batang sel. Secara progresif terjadi fragmentasi dan kematian sel. Pada semua sel terdapat deposit lipofusin (pigment wear and tear) yang terbentuk di sitoplasma, kemungkinan berasal dari lisosom atau mitokondria. RNA, Mitokondria dan enzyme sitoplasma menghilang, inklusi dialin eosinofil dan badan levy, neurofibriler menjadi kurus dan degenerasi granulovakuole. Corpora amilasea terdapat dimana-mana dijaringan otak. Berbagai perubahan degenerative ini meningkat pada individu lebih dari 60 tahun dan menyebabkan gangguan persepsi, analisis dan integrita, input sensorik menurun menyebabkan gangguan kesadaran sensorik (nyeri sentuh, panas, dingin, posisi sendi). Tampilan sesori motorik untuk menghasilkan ketepatan melambat.

b. Saraf Otonom Pusat penegndalian saraf otonom adalah hipotalamus. Beberapa hal yang dikatakan sebagai penyebab terjadinya gangguan otonom pada usia lanjut adalah penurunan asetolikolin, atekolamin, dopamine, noradrenalin. Perubahan pada neurotransmisi pada ganglion otonom yang berupa penurunan pembentukan asetil-kolin yang disebabkan terutama oleh penurunan enzim utama kolin-asetilase. Terdapat perubahan morfologis yang mengakibatkan pengurangan jumlah reseptor kolin. Hal ini menyebabkan predisposisi terjadinya hipotensi postural, regulasi suhu sebagai tanggapan atas panas atau dingin terganggu, otoregulasi disirkulasi serebral rusak sehingga mudah terjatuh.
17

c. Sistem Saraf Perifer Saraf aferen Lansia terjadi penurunan fungsi dari saraf aferen, sehingga terjadi penurunan penyampaian informasi sensorik dari organ luar yang terkena ransangan. Saraf eferen Lansia sering mengalami gangguan persepsi sensorik, hal tersebut dikarenakan terjadinya penurunan fungsi saraf eferen pada sistem saraf perifer.

d. Medulla spinalis Medulla spinalis pada lansia terjadi penurunan fungsi, sehingga mempengaruhi pergerakan otot dan sendi di mana lansia menjadi sulit untuk menggerakkan otot dan sendinya secara maksimal.
4. Beberapa Masalah dan Gangguan yang Sering Terjadi pada Lansia.

Demensia Demensia Tipe Alzheimer Demensia Vaskuler Demensia Pick Demensia Penyakit Creutzfeldt Jacob Demensia karena Penyakit Huntington Demensia karena Hidrosefalus Tekanan Normal
18

Demensia karena Penyakit Parkinson


B. C. D. E. F. G. H.

Depresi Skizofrenia Gangguan Delusi Gangguan Kecemasan Gangguan Somatiform Gangguan penggunaan alcohol dan zat lain Gangguan Pola Tidur

5. Perubahan Psikososial dan Spiritual yang dialami Lansia.

a. Psikososial Deficit neurologis yang dapat menyebabkan penarikan diri, isolasi, dan rasa asing mungkin menyebabkan klien lansia lebih bingung dan mengalami disorientasi. Hilangnya fungsi tubuh dan gangguan gambaran diri mungkin turut berperan terhadap hilangnya harga diri klien. Perubahan fisik dan social yang terjadi bersamaan tidak dapat dipisahkan dari perubahan psikologis selama proses penuaan. Sebgai contoh, perubahan organ sensoris dapat menghalangi interaksi dengan lingkungan, serta memengaruhi kesejahteraan psikologis. Status kesehatan umum, factor genetic, dan pencapaian pendidikan dan vokasional juga berpengaruh dalam fungsi psikologis seseorang. b. Spiritual

19

Penyakit dapat menguatkan spiritual seseorang. Penyakit yang sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan bahkan kematian, khususnya pada pasien dengan penyakit terminal. Menderita sakit terutama yang bersifat akut, sering kali membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara lain tidak dapat menghadiri acara resmi, mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman dekat yang bisa memberikan dukungan setiap saat diinginkan.

20

DEMENSIA 1. Definisi Gangguan intelektual yang berlangsung progresif disebut demensia, muncul secara perlahan tetapi progresif (biasanya selang bulanaan hingga tahunaan).Demensia merupakan kelainan yang paling ditakuti di kalangan lansia, meskipun kelainan ini tidak tampak keberdayaan.usia jompo sendiri bukanlah penyebab langsung demensia ( kepikunan , tetapi berlangsung pada system saraf pusat.biasanya ditandai dengan penurunaan umum fungsi intelektual yang bisa meliputi kehilangan ingatan, kemampuan penalaran abstrak, pertimbangan dan bahasa. Demensia adalah salah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara abnormal. Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak degenerative yang progresif. Daya ingatan , pemikiran, tingkah laku dan emosi bila mengalami demensia. Demensia terdapat pada sekitar 3% lansia yang berusia antara 65-74 tahun dan meningkat sampai 47% pada usia jompo ( lebih dari 80 tahun). Demensia dapat bersifat primer seperti pada penyakit alzheimer, multi infark, atau pada alkoholisme, tetapi bisa juga sekunder, seperti pada penyakit Parkinson dan trauma. 2. Etiologi Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar : a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal, Sering pada golongan ini tidak ditemukan atrofia serebri, mungkin kelainan terdapat pada tingkat subseluler atau secara

21

biokimiawi pada sistem enzim, atau pada metabolisme seperti yang ditemukan pada penyakit alzheimer dan demensia senilis. b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati, Penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :

Penyakit degenerasi spino-serebelar. Subakut leuko-ensefalitis sklerotik van Bogaert Khorea Huntington Penyakit jacob-creutzfeld dll c. Sindoma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan ini diantaranya :

Penyakit cerebro kardiofaskuler Penyakit- penyakit metaboli Gangguan nutrisi Akibat intoksikasi menahun Hidrosefalus komunikans

3. Tanda dan Gejala Meningkatya kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari Mengabaikan kebersihan diri Sering lupa akan kejadian-kejadian yang di alami dalam keadaan yang semakin berat, nama orang atau keluarga dapat dilupakan Pertanyaan atau kata-kata sering diulang-ulang

22

Disorentasi waktu, misalnya bangun dan berpakaian pada malam hari

Disorentasi ruang atau tempat Gangguan berbahasa ( Afasia ) Sifat dan perilaku berubah menjadi keras kepala dan cepat marah Menjadi depresi dan menagis tanpa alasan yang jelas Konsentrasi berkurang

C. Alzheimer

1. Definisi Nama penyakit Alzheimer berasal dari nama Dr. Alois Alzheimer, dokter bekembangsaan Jerman yang pertama kali menemukan penyakit ini pada tahun 1906. Penyakit Alzheimer adalah suatu penyakit degeneratif otak yang progresif, dimana sel-sel otak rusak dan mati sehingga mengakibatkan gangguan mental berupa kepikunan (demensia) yaitu terganggunya fungsi-fungsi memori (daya ingat), berbahasa, berpikir dan berperilaku. Hal tersebut membuat pasien demensia kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Sebagian besar demensia disebabkan oleh penyakit Alzheimer (60%). Demensia adalah suatu penyakit yang dapat ditatalaksana, dan demensia bukan merupakan bagian normal dari proses penuaan.

2. Etiologi
23

Usia dan riwayat keluarga adalah faktor resiko yang sudah terbukti untuk penyakit Alzheimer. Bila anggota keluarga ada yang menderita penyakit ini, maka diklasifikasikan sebagai familiar. Komponen familiar yang non spesifik meliputi pencetus lingkungan dan determinan genetik. Penyakit Alzheimer yang timbul tanpa diketahui ada riwayat familiarnya disebut sporadik. Usaha penelitian intensif saat ini sedang dilakukan untuk mengidentifikasi kromosom dan gen tertentu yang merupakan predisposisi seseorang yang mengalami penyakit ini. Penyakit Alzheimer terjadi kehilangan sel saraf di otak di area yang berkaitan dengan fungsi daya ingat, kemampuan berpikir serta kemampuan mental lainnya. Keadaan ini diperburuk dengan penurunan zat neurotransmiter, yang berfungsi untuk menyampaikan sinyal antara satu sel otak ke sel otak yang lain. Kondisi abnormal tersebut menjadi penyebab mengapa pada penyakit Alzheimer fungsi otak untuk berpikir dan mengingat mengalami kemacetan. Alzheimer bukan penyakit menular, melainkan merupakan sejenis kumpulan gejala dengan gambaran sel-sel otak mengalami degradasi, sehingga otak tampak mengerut dan mengecil.

3. Manifestasi Klinis a. Pada tahap pertama

Timbul kehilangan ingatan untuk hal-hal yang baru

terjadi, disertai kesulitan dalam berbahasa untuk kata-kata tertentu, perubahan perilaku serta emosi berubah-ubah. Penderita juga mengalami kesulitan dalam mengerjakan kesehariannya.
b.

Pada tahap selanjutnya (intermediate stage) Penderita sudah tidak mampu belajar dan mengingat kembali informasi-informasi baru.
24

Kejadian-kejadian lama menjadi lupa tetapi sebagian masih ingat. Penderita perlu dibantu kalau mandi, makan dan berpakaian serta ke toilet. Gangguan perilaku terlihat penderita keluyuran, gelisah, bermusuhan, tidak bisa bekerja sama dan agresif hingga berisiko jatuh dan kecelakaan di jalan.

Penderita tahap ini menjengkelkan keluarga sekitarnya. Kepribadian buruk yang diperlihatkan sebelum sakit makin menonjol dan penderita bertindak seperti sewaktu masih muda, sering membicarakan orang-orang tua yang sudah lama meninggal.

Penderita tidak tahu waktu dan tempat, tidak bisa menyadari

lingkungannya secara normal.


Penderita tidak mengenal lagi anggota keluarganya. Penderita sudah menyendiri, dan kesehariannya sudah

sangat tergantung terhadap orang lain.


Mungkin penderita sudah tidak terkontrol dalam buang hajat

dan juga buang air kecil.


Kalau berjalan langkahnya pendek-pendek dan tidak tentu

arah.
c.

Tahap selanjutnya lebih berat lagi


Penderita tidak mampu lagi berjalan dan juga dalam Semua ingatan hilang baik yang baru maupun yang Penderita sudah tidak bisa makan dan menelan. Penderita biasnya meninggal akibat penyakit infeksi

melakukan pekerjaan sehari-hari. lama.

atau kecelakaan.

25

4. Komplikasi : Resiko Mencederai diri sendiri dan orang lain Infeksi Depresi Malnutrisi Kematian

5. Penanganan Medis Pengobatan penyakit alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan patofisiologis masih belum jelas. 2. Pengobatan simptomatik: a. Inhibitor kolinesterase Tujuannya Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti kolinesterase yang bekerja secara sentral. Pemberian obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan apraksia selama pemberian berlangsung Contoh: fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine), donepezil (Aricept), galantamin (Razadyne), & rivastigmin ESO: memperburuk penampilan intelektual pada orang normal dan penderita Alzheimer, mual & muntah, bradikardi, peningkatan HCl, dan penurunan nafsu makan. b. Thiamin Pada penderita alzheimer didapatkan penurunan thiamin

pyrophosphatase dependent enzym yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan neuronal pada nukleus basalis. Tujuannya untuk perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan placebo selama periode
26

yang sama. Contoh: Thiamin hydrochlorida, dengan pemberian dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral, c. Nootropik Nootropik merupakan obat psikotropik. Tujuannya untuk

memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar. Tetapi pemberian 4000 mg pada penderita alzheimer tidak menunjukkan perbaikan klinis yang bermakna. d. Klonidin Gangguan fungsi intelektual pada penderita alzheimer dapat disebabkan kerusakan noradrenergik kortikal. Tujuannya kurang memuaskan untuk memperbaiki fungsi kognitif. Contoh: klonidin (catapres) yang merupaka noradrenergik alfa 2 reseptor agonis dengan dosis maksimal 1,2 mg peroral selama 4 minggu. e. Haloperiodol Pada penderita alzheimer, sering kali terjadi :
Gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan tingkah laku:

Pemberian oral Haloperiod 1-5 mg/hari selama 4 minggu akan memperbaiki gejala tersebut Depresi : tricyclic anti depresant (amitryptiline 25-100 mg/hari) f. Acetyl L-Carnitine (ALC) Merupakan suatu subtrate endogen yang disintesa didalam miktokomdria dengan bantuan enzym ALC transferase. Tujuannya untuk meningkatkan aktivitas asetil kolinesterase, kolin
27

asetiltransferase. Dengan dosis 1-2 gr/hari/peroral selama 1 tahun

dalam pengobatan. Efek nya memperbaiki atau menghambat progresifitas kerusakan fungsi kognitif. g. Suportif
Seakan hanya memberikan rasa puas pada penderita dan

keluarga Pemberian obat stimulan, vitamin B, C, dan E belum mempunyai efek yang menguntungkan.

28

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Alzheimer

Data Dasar Pengkajian 1. Aktivitas / Istirahat a. Gejala : Merasa lelah


b. Tanda :

Siang / malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur. Letargi : penurunan minat / perhatian pada aktivitas yang biasa, ketidakmampuan untuk menyebutkan kembali apa yang dibaca. Gangguan keterampilan motorik. 2. Sirkulasi Gejala : Riwayat penyakit vaskuler serebral / sistemik, hipertensi. 3. Integritas ego a. Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi. Kesalahan persepsi terhadap lingkungan. Perubahan citra tubuh dan harga diri yang dirasakan.

b. Tanda :
29

4. Eliminasi

Menyembunyikan ketidakmampuan. Emosi labil.

a. Gejala : Dorongan berkemih. b. Tanda : Inkontinensia urine / feses. 5. Makanan / Cairan a. Gejala : Riwayat episode hipoglikemia. Kehilangan berat badan.

b. Tanda :

Kehilangan kemampuan untuk mengunyah. Menghindari / menolak makan. Tampak semakin kurus.

6. Higiene
a. Gejala : Perlu bantuan / tergantung pada orang lain.

b. Tanda : Tidak mampu mempertahankan penampilan. Lupa untuk pergi ke kamar mandi.

7. Neurosensori a. Gejala :

30

Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan kognitif.

Adanya keluhan dalam penurunan kognitif. Kehilangan sensasi propriosepsi (posisi tubuh).

b. Tanda : Kerusakan komunikasi : afasia dan disfasia. Kehilangan kemampuan untuk membaca atau menulis bertahap.

8. Kenyamanan a. Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius. Trauma kecelakaan.

b.Tanda : Ekimosis : laserasi. Rasa bermusuhan / menyerang orang lain.

9. Interaksi sosial a. Gejala : Merasa kehilangan kekuatan. b. Tanda : Kehilangan kontrol sosial, perilaku tidak tepat.

B. Kasus Tn. R, usia70 dilakukannya dan tahun. Bekerja sebagai ahli gambar. Klien mengeluh pada saat dirumah mengalami kesulitan dalam
31

mengalami kesulitan dalam mengingat detail dalam pekerjaan yang telah

memperbaharui catatan keuangannya. Kemampuan intelektualnya mengalami penurunan secara progresif. Sehingga memaksanya untuk pensiun. Keluarganya juga mengatakan perilaku Tn. R di rumah menjadi berubah, sering lupa dimana ia berada dan terkadang melakukan hal yang sama berulang-ulang sedangkan hal tersebut belum lama sudah ia lakukan dan kadang klien suka marah-marah jika barang yang ia lupa taruh tidak ketemu. Klien mengatakan ia sering kelelahan, sering nyeri kepala dan nafsu makan berkurang. Klien terlihat seperti orang yang kebingungan, suka menyendiri dan saat berkomunikasi klien kesesulitan mengungkapkan pendapatnya. Saat dilakukan pengkajian didapatkan TD 180/120mmHg, N 100x/menit, R 24x/menit, S 37,5 oC, TB 170 cm, BB 60 kg. Penampilan klien terlihat tidak segar, rambut acak-acakan, tampak bayangan hitam di bawah mata, baju tidak rapi. Saat ditanya apakah klien sudah mandi apa belum, Klien menjawab sudah mandi sejak subuh tadi padahal kegiatan itu belum ia lakukan. Keluarganya juga mengatakan klien sulit untuk memulai tidur dan sering terbangun pada saat tidur dan sering mondar-mandir seperti mencari sesuatu.

C. Pengkajian Kasus

Identitas klien Nama Umur Alamat Pendidikan Jenis Kelamin Agama StatusPerkawinan TanggalPengkajian : Tn. R : 70 tahun : Jl. Anyelir Blok III Rt 01/ 08 No. 17, Ciracas, Jakarta Timur : Sekolah Rakyat (SR) : Laki-laki : Islam : Menikah : 15 Nov 2011

32

RiwayatKeluarga Genogram :
X X X X

7 0

Keterangan : - : klien usia 70 Tahun X : meninggal Dunia : Perempuan :Laki-laki Status Kesehatan Saat ini emosional dan pola tidur Q : klien tidak mampu berkonsentrasi setiap saat R : kerusakan pada system syaraf S : klien merasa sulit tidur T : klien merasakannya setiap waktu Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan keluarga

----- : Tinggal satu rumah

: Demensia Alzheimer

P : klien mengalami kesulitan dalam mengingat, berkonsentrasi, menghitung,

:: Ayah beliau pernah mengalami Demensia

Pemeriksaan Fisik -

TD Nadi Suhu

: 180/120 mmHg : 100x/menit : 37,50C


33

Respirasi TB BB Psikososial

: 24x/menit : 170cm : 60 kg

Pengkajian Psikososial dan Spiritual Klien mengeluh mengalami kesulitan dalam mengingat detail dalam pekerjaan yang telah dilakukannya dan pada saat dirumah mengalami kesulitan dalam memperbaharui catatan keuangannya. Klien terlihat seperti orang yang kebingungan, Suka menyendiri dan saat berkomunikasi klien kesesulitan mengungkapkan pendapatnya. Penampilan klien terlihat tidak segar, rambut acak-acakan, baju tidak rapi. Masalah Emosional Klien terlihat seperti orang yang kebingungan, Suka menyendiri dan saat berkomunikasi klien kesesulitan mengungkapkan pendapatnya. Spiritual Klien membutuhkan bantuan untuk di ingatkan untuk beribadah.

Pengkajian Fungsional Klien KATZ indeks : berdasarkan pengamatan klien membutuhkan bantuan dalm melakuakn aktivitas hariannya.

Pengkajian Status Mental Gerontik Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short Portable Mental Status Questioner : fungsi intelektual klien terganggu Identifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam) : aspek kognitif dari fungsi mental klien mengalamu gangguan.

D. Analisa Data
34

No 1 Ds :

Analisa Data

Masalah Perubahan proses pikir

Penyebab degenerasi neuron irreversible

Klien mengatakan mengalami kesulitan dalam mengingat detail dalam pekerjaan yang telah dilakukannya dan pada saat dirumah mengalami kesulitan dalam memperbaharui catatan keuangannya Keluarganya juga mengatakan perilaku Tn. R di rumah menjadi berubah, sering lupa dimana ia berada dan terkadang melakukan hal yang sama berulangulang sedangkan hal tersebut belum lama sudah ia lakukan dan kadang klien suka marah-marah jika barang yang ia lupa taruh tidak ketemu. Keluarganya juga mengatakan klien sulit untuk memulai tidur dan sering terbangun pada saat tidur dansering mondar-mandir seperti mencari sesuatu. Do : Klien terlihat seperti orang yang kebingungan, suka menyendiri dan saat berkomunikasi klien kesesulitan mengungkapkan pendapatnya. Penampilan klien terliha tidak segar, rambut acak-acakan,tampak bayangan hitam di bawah mata,baju tidak rapi. 2 Ds : Klien mengatakan mengalami kesulitan

Defisit perawatan

Penurunan kognitif, keterbatasan


35

dalam mengingat detail dalam pekerjaan diri yang telahdilakukannya Klien Do: Klien terlihat seperti orang yang kebingungan, suka menyendiri Penampilan klien terlihat tidak segar, rambut acak-acakan,tampak bayangan 3 hitam di bawah mata,baju tidak rapi Ds : Keluarganya juga mengatakan perilaku Tn. R di rumah menjadi berubah, sering lupa diman saia berada dan terkadang melakukan hal yang sama berulangulang sedangkan hal tersebut belum lama sudah ia lakukan dan kadang klien suka marah-marah jika barang yang ia lupa taruh tidak ketemu Keluarganya juga mengatakan klien sulit untuk memulai tidur dan sering terbangun pada saat tidur dan sering mondar-mandir seperti mencari sesuatu. Do: Penampilan klien terlihat tidak segar, rambut acak-acakan,tampak bayangan hitam di bawah mata,baju tidak rapi.
TD180/120mmHg, N 100x/menit, R

fisik

mengatakan

ia

sering

kelelahan, sering nyeri kepala

Perubahan pola tidur

kerusakanne urologis

24x/menit, S 37,5oC
36

Ds : Klien mengatakan ia sering kelelahan, sering nyeri kepala dan nafsu makan berkurang. Do :
TD 180/120mmHg, N 100x/menit, R

Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi

Kurang dari kebutuhan tubuh

24x/menit, S 37,5oC, TB 170 cm, BB 60 kg. Dt : - Pemeriksaan IMT - Pengukuran LLA 5 Ds : Klien mengeluh mengalami kesulitan mengingat detail dalam pekerjaan yang telah dilakukannya dan pada saat dirumah mengalami kesulitan dalam memperbaharui catatan keuangannya. Do : Klien terlihat seperti orang yang kebingungan, suka menyendiri dan saat berkomunikasi klien kesesulitan mengungkapkan pendapatnya. E. Diagnosa Keperawatan Hambatan komunikasi verbal perubahanint elektual

37

1. Perubahan proses pikir berhubungan dengan degenerasi neuron irreversible 2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan, keterbatasan fisik 3. Perubahan pola tidur berhubungan dengan kerusakan neurologis 4. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan sensori, mudahlupa
5. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan intelektual

38

F. Perencanaan No 1 Dx : Data Tujuan / KriteriaHasil Tujuan : perawatan 3x24 jam klien mampu memperlihatkan kemampuan kognitif yang positif tentang diri Kriteria hasil: Klien mampu mampu mengenali perubahan dalam berfikir atau tingkah laku dan faktor penyebab Klien mampu menurunkan tingkah laku yang tidak diinginkan Mampu mengembangkan strategi untuk mengatasi anggapan diri yang negatif Intervensi 1. Kembangkan lingkungan yang mendukung dan hubungan perawat yang terapeutik 2. Pertahankan lingkungan yang menyenangkan 3. Kaji derajat gangguan kognitif 4. Tatap wajah klien saat berbicara 5. Panggil klien dengan namanya 6. Gunakan kata-kata pendek, kalimat dan instruksi sederhana 7. Fokuskan tingkah laku yang sesuai. Berikan penguatan yang positif. Berikan sentuhan dengan bijaksana 8. Ciptakan aktivitas sederhana, bermanfaat dan tidak bersifat kompetitif sesuai kemampuan klien 9. Bantu klien menemukan hal yang salah dalam penempatan. 10. Evaluasi pola tidur. Catat alergi, peningkatan peka rangsang, sering
39

Perubahan proses piker Setelah dilakukan masa berhubungan dengan degenerasi neuron irreversible Ds : Klien mengatakan mengalami kesulitan dalam mengingat detail dalam pekerjaan yang telah dilakukannya dan pada saat dirumah mengalami kesulitan dalam memperbaharui catatan keuangannya Keluarganya juga mengatakan perilaku Tn. R di rumah

menjadi berubah, sering lupa dimana ia berada dan terkadang melakukan hal yang sama berulang-ulang sedangkan hal tersebut belum lama sudah ia lakukan dan kadang klien suka marah-marah jika barang yang ia lupa taruh tidak ketemu. Keluarganya juga mengatakan klien sulit untuk memulai tidur dan sering terbangun pada saat tidur dan sering mondar-mandir seperti mencari sesuatu. Do :

menguap, dan garis hitam di bawah mata.

40

Klien terlihat seperti orang yang kebingungan, suka menyendiri dan saat berkomunikasi klien kesulitan mengungkapkan pendapatnya. Penampilan klien terlihat tidak segar, rambut acak-acakan, tampak bayangan hitam di bawah mata, baju tidak rapi.

G. Implementasi dan Evaluasi

No.

Diagnosa

Implementasi

Evaluasi
41

Perubahan proses pikir berhubungan dengan degenerasi neuron irreversible

1. Mengembangkan lingkungan yang mendukung dan hubungan perawat yang terapeutik 2. Mempertahankan lingkungan yang menyenangkan 3. Mengkaji derajat gangguan kognitif 4. Menatap wajah klien saat berbicara 5. Memanggil klien dengan namanya 6. Menggunakan kata-kata pendek, kalimat dan instruksi sederhana 7. Memfokuskan tingkah laku yang sesuai. Berikan penguatan yang positif. Berikan sentuhan dengan bijaksana 8. Menciptakan aktivitas

S: 1. Klien mengatakan merasa senang dapat berkomunikasi dengan perawat. 2. Klien mengatakan lingkungan yang tenang dapat membantunya dalam mengingat sesuatu 3. Klien mengatakan sudah mampu melakukan aktivitas ringan seperti mandi sendiri. 4. Klien mengatakan sudah mampu pergi sendiri ke kamar mandi. 5. Klien mengatakan tubuhnya sudah lebih segar dan tidak lemas lagi. 6. Klien mengatakan sudah paham dengan perintah sederhana O: 1. Klien sudah mau memulai pembicaraan dengan perawat. 2. Klien sudah beradaptasi sebagian dengan lingkungannya. 3. Klien sudah mau menatap wajah perawat.
42

sederhana, bermanfaat dan tidak bersifat kompetitif sesuai kemampuan klien 9. Membantu klien menemukan hal yang salah dalam penempatan. 10. Mengevaluasi

4. Klien sudah mampu menempatkan sesuatu sesuai dengan letaknya. 5. Klien hitam di mata klien sudah tidak tampak. 6. Klien terlihat paham bila diberikan perintahperintah sederhana. A: Masalah teratasi sebagian. P: Lanjutkan intervensi no : 3

pola tidur. Catat alergi, peningkatan peka rangsang, sering menguap, dan garis hitam di bawah mata.

43

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Dengan memandang proses penuaan dari perspektif yang luas dapat membimbing ke arah strategi yang lebih kreatif untuk melakukan intervensi terhadap lansia. Pertambahan usia mempengaruhi kapasitas tubuh untuk bekerja dengan baik, salah satunya mempengauhi system syaraf sehingga menimbulkan gangguan dalam proses berfikir. Gangguan ini sering dikatakan sebagai Alzheimer. Alzheimer sejauh ini merupakan penyebab paling umum demensia di Amerika Serikat dan sebagian besar di dunia. Penyakit Alzheimer meningkat secara substansial setelah usia 70 tahun dan dapat mempengaruhi sekitar 50% dari orang dengan usia 85 tahun. Meskipun demikian Alzheimer bukan merupakan bagian normal pada proses penuaan. Demensia adalah salah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara abnormal. Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak degenerative yang progresif. Daya ingatan , pemikiran, tingkah laku dan emosi bila mengalami demensia. Penyakit alzheimer adalah penyakit progresif pelambatan otak yang ditandai dengan gangguan memori dan akhirnya mengalami gangguan penalaran, perencanaan, bahasa, dan persepsi. Gejala awal Alzheimer adalah mudah lupa pada hal-hal yang sering dilakukan dan hal-hal baru. Penderita juga mengalami disorientasi waktu dan mengalami kesulitan berpikir yang kompleks seperti matematika atau aktivitas organisasi. Penderita penyakit itu biasanya juga mengalami perubahan tingkah laku seperti depresi, paranoia,
44

atau agresif. Orang yang memiliki riwayat keluarga Alzheimer beresiko mengalaminya dan resiko tersebut makin meningkat apabila kedua orang tua mengidap Alzheimer. Alzheimer bukan penyakit menular, melainkan merupakan sejenis kumpulan gejala dengan gambaran sel-sel otak mengalami degradasi, sehingga otak tampak mengerut dan mengecil.

B. SARAN Agar kita dan keluarga tidak menderita penyakit Demensia, Alzheimer atau penyakit kepikunan lainnya disarankan agar kita Berolahraga secara teratur, dengan berolahraga meningkatkan jumlah oksigen di otak, Makan makanan yang sehat untuk tubuh dan otak, selalu aktif berpikir dengan cara membaca, menulis, melukis atau kegiatan berpikir lainnya, tidur teratur dan cukup dan melindungi otak dari ancaman cedera atau yang lainnya

45

DAFTAR PUSTAKA

Kushariyadi. 2010. Asuhan keperawatan pada klien Lanjut usia. Jakarta : Salemba Medika Lueckenotte, Annette Giesler. 1997. Pengkajian Gerontologi edisi 2. Jakarta : EGC Potter, Patricia A. Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, danPraktik Vol.1.Jakarta : EGC R. Siti Maryam, dkk. 2008. Mengenal Usia lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika S. Tamher, Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia lanjut dengan pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth vol. 1. Jakarta : EGC Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia : Dari Sel KeSistem.Jakarta : EGC Stanley, Mickey, Beare, Patricia Gauntlett. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC http://www.medicinenet.com/alzheimers_disease_causes_stages_and_symptoms/ article.htm Di aksespadaSelasa 15 Nov Pukul 05.10 http://nasional.kompas.com/read/2008/09/08/15243484/kenali.gejala.kepikunan.al zheimer Di aksespadaSelasa 15 Nov 2011 pukul 04.46 http://nasional.kompas.com/read/2008/08/06/22340779/Tangani.Alzheimer.denga n.Tepat Diakses pada Selasa 15 Nov pukul 04.48 http://nasional.kompas.com/read/2008/07/01/16324983/Kolesterol.Sebabkan.Kepi kunan Diakses pada Selasa 15 Nov Pukul 04.49

46

http://nasional.kompas.com/read/2008/08/06/19232728/Berpikir.Aktif.Hindari.Kepik unan Diakses pada Selasa 15 Nov pukul 04.51 http://nasional.kompas.com/read/2008/04/07/10082619/Deteksi.Mudah.Alzheimer. dan.Parkinson Diakses pada Selasa 15 Nov pukul 04.52 http://nasional.kompas.com/read/2008/04/01/20562715/Penderita.Alzheimer.Wasp adai.Obat.AntipsikotikDiaksespadaSelasa 15 Nov pukul 04.53 http://medicastore.com/berita/135/Peringatan_World_Alzheimer_Day__No_Time_ To_Lose.html Diakses pada Kamis 17 11 2011 Pukul 06.28 http://asosiasialzheimerindonesia.wordpress.com/2008/07/11/penyakit-otakalzheimer-adakah-di-indonesia/ Diakses pada Kamis 17 11 2011 Pukul 06.28 http://www.kabarinews.com/article/Berita_Amerika/Amerika_Kesehatan/Pelupa_D an_Pemarah_Merupakan_Tanda_Awal_Penyakit_Alzheimer/35780 Diakses pada Kamis 17 11 2011 Pukul 06.28 Stikes kabmalang.files.wordpress.com/2009/10/tugasq.doc Diakses pada Kamis 17 11 2011 Pukul 06.28

library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-ismayadi.pdf Diakses pada Kamis 17 11 2011 Pukul 06.28 http://masmamad.blogspot.com/2010/02/proses-penuaan-pada-lansia.html Diakses pada Kamis 17 11 2011 Pukul 06.28 http://sehatluarbiasa.blogspot.com/2011/06/pengertian-seputar-penuaan.html Diakses pada minggu 20 11 2011 pukul 09.19 http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/06/02/format-pengkajian-askep-gerontik/ Diakses pada minggu 20 11 2011 pukul 09.19 http://www.scribd.com/doc/39078785/PENGKAJIAN-KLIEN-GERONTIK Diakses pada minggu 20 11 2011 pukul 09.19

Rachman blog : Asuhan Keperawatanpada pasien Alhzeimer Dr. Suparyanto M.kes : Konsep Lanjut usia
47

Askep Alzheimer info4funs

48

Anda mungkin juga menyukai