Anda di halaman 1dari 8

Ahli Hadits Ibnu Hajar Al 'Asqalani Ibnu Hajar Al 'Asqalani (( ) Mesir, 773H/1372 - 852H/1449) adalah seorang ahli hadits.

. Salah satu karyanya yang terkenal adalah adalah kitab Fath al-Bari (Kemenangan Sang Pencipta), yang merupakan syarah kitab shahihnya Imam Bukhari dan disepakati sebagai kitab penjelasan yang paling detil yang pernah dibuat. Karya Fath al-Bari Ad-Durar al-Kaminah (kamus biografi tokoh abad ke-8) Tahdzib al-Tahdzib Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah (kamus biografi sahabat) Bulugh al-Maram min Adillah al-Ahkam Al Isti'dad Liyaumil Mii'aad Keluarga Abu'l-Fadl Ahmad ibn Hajar berasal di Kabupaten Qabis di Tunisia. Beberapa anggota keluarga telah menetap di Palestina, yang mereka pergi lagi ketika menghadapi ancaman Tentara Salib, tetapi ia sendiri lahir di Mesir pada 773, putra dari ulama Syafi'i dan penyair Nur al-Din 'Ali dan yang dipelajari dan aristokrat Tujjar. Keduanya meninggal di masa kanak-kanak, dan ia kemudian untuk memuji kakaknya, Sitt alRakb, untuk bertindak sebagai 'ibu kedua' nya. Kedua anak menjadi rawat dari saudara dari istri pertama ayahnya, Zaki al-Din al-Kharrubi, yang memasuki Ibnu Hajar muda di sekolah Al-Qur'an (Kuttab) ketika ia mencapai usia lima tahun. Di sini ia unggul, belajar Surat Maryam dalam satu hari, dan maju ke menghafal teks seperti Mukhtashar Ibn al-Hajib pada usul. Pada saat ia menemani al-Kharrubi ke Mekah pada usia 12, ia cukup kompeten untuk memimpin doa Tarawih di Kota Kudus, di mana dia menghabiskan banyak waktu belajar dan mengingat Allah di tengah kesederhanaan menyenangkan rumah Kharrubi's, al Bayt - 'Ayna', yang jendela menatap langsung pada Hajar Aswad. Dua tahun kemudian pelindungnya meninggal, dan pendidikan di Mesir dipercaya al ulama hadis Syams bin al-Din-Qattan, yang masuk dia dalam kursus diberikan oleh para ulama Cairene besar al-Bulqini (d.806) dan Ibn al -Mulaqqin (d.804) dalam fikih Syafi'i, dan Zayn al-Din al-'Iraqi (d.806) dalam hadits, setelah itu ia mampu untuk melakukan perjalanan ke Damaskus dan Yerusalem, di mana ia belajar di bawah Syams al- din al-Qalqashandi (d.809),

Badr al-Din al-Balisi (d.803), dan Fathimah binti al-Manja al-Tanukhiyya (d.803). Setelah kunjungan lebih lanjut ke Mekah dan Madinah, dan Yaman, ia kembali ke Mesir. Ketika ia mencapai 25 ia menikah dengan Anas hidup dan cemerlang Khatun, kemudian 18 tahun. Dia adalah seorang ahli hadis dalam haknya sendiri, memegang ijazas dari Zayn alDin al-'Iraqi, dan ia memberi kuliah umum dirayakan di hadapan suaminya untuk orang banyak ulama di antaranya adalah Imam al-Sakhawi. Setelah menikah, Ibnu Hajar pindah ke rumahnya, di mana dia tinggal sampai kematiannya. Banyak mencatat bagaimana ia dikelilingi dirinya dengan yang lama, yang miskin dan cacat fisik, yang itu adalah hak istimewa dan kesenangan untuk mendukung. Jadi banyak melakukan reputasinya untuk kesucian memperpanjang bahwa selama lima belas tahun menjanda nya, yang ia dikhususkan untuk perbuatan baik, dia menerima proposal dari Alam al-Din al Imam '-Bulqini, yang menganggap bahwa pernikahan dengan seorang wanita dari amal tersebut dan baraka akan menjadi sumber kebanggaan yang besar. Setelah berlindung di Mesir, Ibnu Hajar diajarkan di (khaniqah) pondok sufi Baybars untuk beberapa dua puluh tahun, dan kemudian di perguruan hadits dikenal sebagai Dar al-Hadits al-Kamiliyya. Selama tahun ini, ia menjabat pada kesempatan sebagai keadilan Syafi'i kepala Mesir. Saat itu di Kairo bahwa Imam menulis beberapa buku yang paling menyeluruh dan menguntungkan yang pernah ditambahkan ke perpustakaan peradaban Islam. Di antaranya adalah al-Durar al-Kamina (sebuah kamus biografi tokoh terkemuka dari abad kedelapan), sebuah komentar pada Empat Puluh Hadis Imam al-Nawawi (seorang cendekiawan untuk siapa ia menghormati tertentu); kitabnya al-kitabnya (sebuah singkatan dari Abu al-Kamal, ensiklopedia dari perawi hadits oleh al-Mizzi), al-Isaba fi tamyiz alSahaba (yang paling banyak digunakan kamus Sahabat), dan Bulugh al-Maram min al-ahkam adillat (di Syafi'i 'i fiqh). Pada 817, Ibnu Hajar memulai tugas besar perakitan nya Fath al-Bari. Ini dimulai sebagai serangkaian uraian formal kepada siswa hadits itu, setelah ia menulis itu di tangannya sendiri dan diedarkan itu bagian demi bagian untuk murid-muridnya, yang akan membahas dengan dia seminggu sekali. Sebagai pekerjaan berlangsung dan ketenaran penulisnya tumbuh, dunia Islam mengambil bunga dekat dalam pekerjaan baru. Pada 833, putra Shahrukh Timur mengirim surat kepada sultan Mamluk al-Asyraf Barsbay meminta beberapa hadiah, termasuk salinan Fath, dan Ibnu Hajar mampu mengirimkan tiga jilid pertama.

Dalam 839 permintaan diulangi, dan volume lebih lanjut dikirim, sampai, pada masa pemerintahan al-Zahir Jaqmaq, semua teks selesai dan salinan lengkap dikirim. Demikian pula, Abd sultan Maroko Abu Faris 'al-Aziz al-Hafsi meminta salinan sebelum selesai. Setelah selesai, pada Rajab 842, sebuah perayaan besar diadakan di tempat terbuka di dekat Kairo, di hadapan ulama, hakim, dan tokoh terkemuka Mesir. Ibnu Hajar duduk di atas panggung dan membacakan halaman terakhir dari karyanya, dan kemudian penyair membacakan eulogi dan emas dibagikan. Saat itu, kata sejarawan Ibnu Iyas, 'perayaan terbesar dari usia di Mesir. " Syaikh al-Islam Ibnu Hajar meninggalkan kehidupan ini di 852. Pemakamannya dihadiri oleh'lima puluh ribu orang, termasuk sultan dan khalifah,' bahkan orang Kristen berduka. "Dia dikenang sebagai seorang yang lembut, pendek, langsing, dan putih-berjenggot, pecinta catur dan kaligrafi, banyak cenderung untuk amal; '. kebaikan bagi mereka yang menganiaya dia, dan memaafkan orang-orang yang mampu menghukum' kedekatan seumur hidup untuk hadits itu dijiwai dia dengan cinta yang mendalam Rasul (semoga Allah memberkati dia dan memberinya kedamaian), seperti yang ditunjukkan tempat lebih jelas daripada dalam puisi berkumpul dalam bukunya Diwan, sebuah naskah asli yang telah disimpan di Perpustakaan Nasional Mesir. Imam Tirmidzi Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Abu Isa Muhammad bin Isa bin Surah At Turmudzi (lebih dikenal sebagai Imam Turmudzi/ At Turmudzi/ At Tirmidzi) adalah seorang ahli hadits. Ia pernah belajar hadits dari Imam Bukhari. Ia menyusun kitab Sunan At Turmudzi dan Al Ilal. Ia mengatakan bahwa dia sudah pernah menunjukkan kitab Sunannya kepada ulama ulama Hijaz, Irak dan Khurasan dan mereka semuanya setuju dengan isi kitab itu. Karyanya yang mashyur yaitu Kitab Al-Jami (Jami At-Tirmizi). Ia juga tergolonga salah satu "Kutubus Sittah" (Enam Kitab Pokok Bidang Hadits) dan ensiklopedia hadits terkenal. Al Hakim mengatakan "Saya pernah mendengar Umar bin Alak mengomentari pribadi At Turmudzi sebagai berikut; kematian Imam Bukhari tidak meninggalkan muridnya yang lebih pandai di Khurasan selain daripada Abu 'Isa At Turmudzi dalam hal luas ilmunya dan hafalannya." Daftar isi [sembunyikan]

1 Biografi
o o o

1.1 Nama dan kelahirannya 1.2 Perkembangan dan lawatannya 1.3 Wafat 2.1 Guru-gurunya 2.2 Murid-muridnya 2.3 Kekuatan Hafalannya

2 Keilmuan
o o o

3 Pandangan para kritikus hadits 4 Fiqh Tirmizi dan Ijtihadnya 5 Karya-karyanya


o

5.1 Sekilas tentang Al-Jami

[sunting]Biografi [sunting]Nama dan kelahirannya Imam al-Hafizh Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dahhak asSulami at-Tirmizi, salah seorang ahli hadits kenamaan, dan pengarang berbagai kitab yang masyhur, lahir di kota Tirmiz. [sunting]Perkembangan dan lawatannya Kakek Abu Isa at-Tirmizi berkebangsaan Mirwaz, kemudian pindah ke Tirmiz dan menetap di sana. Di kota inilah cucunya bernama Abu Isa dilahirkan. Semenjak kecilnya Abu Isa sudah gemar mempelajari ilmu dan mencari hadits. Untuk keperluan inilah ia mengembara ke berbagai negeri: Hijaz, Irak, Khurasan dan lain-lain. Dalam perlawatannya itu ia banyak mengunjungi ulama-ulama besar dan guru-guru hadits untuk mendengar hadits yang kem dihafal dan dicatatnya dengan baik di perjalanan atau ketika tiba di suatu tempat. Ia tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan tanpa menggunakannya dengan seorang guru di perjalanan menuju Makkah. Kisah ini akan diuraikan lebih lanjut. [sunting]Wafat Setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi dan tukar pikiran serta mengarang, ia pada akhir kehidupannya mendapat musibah kebutaan, dan beberapa tahun lamanya ia hidup sebagai tuna netra; dalam keadaan seperti inilah akhirnya at-Tirmizi meninggal dunia. Ia wafat di Tirmiz pada malam Senin 13 Rajab tahun 279 H (8 Oktober 892) dalam usia 70 tahun. [sunting]Keilmuan

[sunting]Guru-gurunya Ia belajar dan meriwayatkan hadits dari ulama-ulama kenamaan. Di antaranya adalah Imam Bukhari, kepadanya ia mempelajari hadits dan fiqh. Juga ia belajar kepada Imam Muslim dan Abu Dawud. Bahkan Tirmizi belajar pula hadits dari sebagian guru mereka. Guru lainnya ialah Qutaibah bin Saudi Arabiaid, Ishaq bin Musa, Mahmud bin Gailan. Said bin Abdur Rahman, Muhammad bin Basysyar, Ali bin Hajar, Ahmad bin Muni, Muhammad bin al-Musanna dan lain-lain. [sunting]Murid-muridnya Hadits-hadits dan ilmu-ilmunya dipelajari dan diriwayatkan oleh banyak ulama. Di antaranya ialah Makhul ibnul-Fadl, Muhammad binMahmud Anbar, Hammad bin Syakir, Ai-bd bin Muhammad an-Nasfiyyun, al-Haisam bin Kulaib asy-Syasyi, Ahmad bin Yusuf an-Nasafi, Abul-Abbas Muhammad bin Mahbud al-Mahbubi, yang meriwayatkan kitab Al-Jami daripadanya, dan lain-lain. [sunting]Kekuatan Hafalannya Abu Isa aat-Tirmizi diakui oleh para ulama keahliannya dalam hadits, kesalehan dan ketakwaannya. Ia terkenal pula sebagai seorang yang dapat dipercaya, amanah dan sangat teliti. Salah satu bukti kekuatan dan cepat hafalannya ialah kisah berikut yang dikemukakan oleh al-Hafiz Ibnu Hajar dalam Tahzib at-Tahzib-nya, dari Ahmad bin Abdullah bin Abu Dawud, yang berkata: "Saya mendengar Abu Isa at-Tirmizi berkata: Pada suatu waktu dalam perjalanan menuju Makkah, dan ketika itu saya telah menuslis dua jilid berisi hadits-hadits yang berasal dari seorang guru. Guru tersebut berpapasan dengan kami. Lalu saya bertanya-tanya mengenai dia, mereka menjawab bahwa dialah orang yang kumaksudkan itu. Kemudian saya menemuinya. Saya mengira bahwa "dua jilid kitab" itu ada padaku. Ternyata yang kubawa bukanlah dua jilid tersebut, melainkan dua jilid lain yang mirip dengannya. Ketika saya telah bertemu dengan dia, saya memohon kepadanya untuk mendengar hadits, dan ia mengabulkan permohonan itu. Kemudian ia membacakan hadits yang dihafalnya. Di sela-sela pembacaan itu ia mencuri pandang dan melihat bahwa kertas yang kupegang masih putih bersih tanpa ada tulisan sesuatu apa pun. Demi melihat kenyataan ini, ia berkata: Tidakkah engkau malu kepadaku? lalu aku bercerita dan menjelaskan kepadanya bahwa apa yang ia bacakan itu telah kuhafal semuanya. Coba bacakan! suruhnya. Lalu aku pun membacakan seluruhnya secara beruntun. Ia bertanya lagi: Apakah telah engkau hafalkan sebelum datang kepadaku? Tidak, jawabku. Kemudian saya meminta lagi agar dia meriwayatkan hadits yang lain. Ia pun kemudian membacakan empat puluh buah hadits yang tergolong hadits-hadits yang sulit atau garib, lalu berkata: Coba ulangi apa yang kubacakan tadi, Lalu aku membacakannya

dari pertama sampai selesai; dan ia berkomentar: Aku belum pernah melihat orang seperti engkau." [sunting]Pandangan para kritikus hadits Para ulama besar telah memuji dan menyanjungnya, dan mengakui akan kemuliaan dan keilmuannya. Al-Hafiz Abu Hatim Muhammad ibn Hibban, kritikus hadits, menggolangkan Tirmizi ke dalam kelompok "Siqat" atau orang-orang yang dapat dipercayai dan kokoh hafalannya, dan berkata: "Tirmizi adalah salah seorang ulama yang mengumpulkan hadits, menyusun kitab, menghafal hadits dan bermuzakarah (berdiskusi) dengan para ulama." Abu Yala al-Khalili dalam kitabnya Ulumul Hadits menerangkan; Muhammad bin Isa atTirmizi adalah seorang penghafal dan ahli hadits yang baik yang telah diakui oleh para ulama. Ia memiliki kitab Sunan dan kitab Al-Jarh wat-Tadil. Hadits-haditsnya diriwayatkan oleh Abu Mahbub dan banyak ulama lain. Ia terkenal sebagai seorang yang dapat dipercaya, seorang ulama dan imam yang menjadi ikutan dan yang berilmu luas. Kitabnya Al-Jamius Sahih sebagai bukti atas keagungan derajatnya, keluasan hafalannya, banyak bacaannya dan pengetahuannya tentang hadits yang sangat mendalam. [sunting]Fiqh Tirmizi dan Ijtihadnya Imam Tirmizi, di samping dikenal sebagai ahli dan penghafal hadits yang mengetahui kelemahan-kelemahan dan perawi-perawinya, ia juga dikenal sebagai ahli fiqh yang mewakili wawasan dan pandangan luas. Barang siapa mempelajari kitab Jaminya ia akan mendapatkan ketinggian ilmu dan kedalaman penguasaannya terhadap berbagai mazhab fikih. Kajiankajiannya mengenai persoalan fiqh mencerminkan dirinya sebagai ulama yang sangat berpengalaman dan mengerti betul duduk permasalahan yang sebenarnya. Salah satu contoh ialah penjelasannya terhadap sebuah hadits mengenai penangguhan membayar piutang yang dilakukan si berutang yang sudah mampu, sebagai berikut: "Muhammad bin Basysyar bin Mahdi menceritakan kepada kami Sufyan menceritakan kepada kami, dari Abi az-Zunad, dari al-Arai dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, bersabda: Penangguhan membayar utang yang dilakukan oleh si berutang) yang mampu adalah suatu kezaliman. Apabila seseorang di antara kamu dipindahkan utangnya kepada orang lain yang mampu membayar, hendaklah pemindahan utang itu diterimanya." Imam Tirmizi memberikan penjelasan sebagai berikut: Sebagian ahli ilmu berkata: " apabila seseorang dipindahkan piutangnya kepada orang lain yang mampu membayar dan ia menerima pemindahan itu, maka bebaslah orang yang memindahkan (muhil) itu, dan bagi orang yang dipindahkan piutangnya (muhtal) tidak dibolehkan menuntut kepada muhil." Diktum ini adalah pendapat Syafii, Ahmad dan Ishaq. Sebagian ahli ilmu yang lain berkata: "Apabila harta seseorang (muhtal) menjadi rugi disebabkan kepailitan muhal alaih, maka baginya dibolehkan menuntut bayar kepada orang

pertama (muhil)." Mereka memakai alas an dengan perkataan Usma dan lainnya, yang menegaskan: "Tidak ada kerugian atas harta benda seorang Muslim." Menurut Ishak, maka perkataan "Tidak ada kerugian atas harta benda seorang Muslim" ini adalah "Apabila seseorang dipindahkan piutangnya kepada orang lain yang dikiranya mampu, namun ternyata orang lain itu tidak mampu, maka tidak ada kerugian atas harta benda orang Muslim (yang dipindahkan utangnya) itu." Itulah salah satu contoh yang menunjukkan kepada kita, bahwa betapa cemerlangnya pemikiran fiqh Tirmizi dalam memahami nas-nas hadits, serta betapa luas dan orisinal pandangannya itu. [sunting]Karya-karyanya Imam Tirmizi banyak menulis kitab-kitab. Di antaranya: 1. Kitab Al-Jami, terkenal dengan sebutan Sunan at-Tirmidzi 2. Kitab Al-Ilal 3. Kitab At-Tarikh 4. Kitab Asy-Syamail an-Nabawiyyah 5. Kitab Az-Zuhd 6. Kitab Al-Asma wal-Kuna Di antara kitab-kitab tersebut yang paling besar dan terkenal serta beredar luas adalah AlJami. [sunting]Sekilas tentang Al-Jami Kitab ini adalah salah satu kitab karya Imam Tirmizi terbesar dan paling banyak manfaatnya. Ia tergolonga salah satu "Kutubus Sittah" (Enam Kitab Pokok Bidang Hadits) dan ensiklopedia hadits terkenal. Al-Jami ini terkenal dengan nama Jami Tirmizi, dinisbatkan kepada penulisnya, yang juga terkenal dengan nama Sunan Tirmizi. Namun nama pertamalah yang popular. Sebagian ulama tidak berkeberatan menyandangkan gelar as-Sahih kepadanya, sehingga mereka menamakannya dengan Sahih Tirmizi. Sebenarnya pemberian nama ini tidak tepat dan terlalu gegabah. Setelah selesai menyususn kitab ini, Tirmizi memperlihatkan kitabnya kepada para ulama dan mereka senang dan menerimanya dengan baik. Ia menerangkan: "Setelah selesai menyusun kitab ini, aku perlihatkan kitab tersebut kepada ulama-ulama Hijaz, Irak dan Khurasan, dan mereka semuanya meridhainya, seolah-olah di rumah tersebut ada Nabi yang selalu berbicara."

Imam Tirmizi di dalam Al-Jami-nya tidak hanya meriwayatkan hadits sahih semata, tetapi juga meriwayatkan hadits-hadits hasan, daif, garibdan muallal dengan menerangkan kelemahannya. Dalam pada itu, ia tidak meriwayatkan dalam kitabnya itu, kecuali hadits-hadits yang diamalkan atau dijadikan pegangan oleh ahli fiqh. Metode demikian ini merupakan cara atau syarat yang longgar. Oleh karenanya, ia meriwayatkan semua hadits yang memiliki nilai demikian, baik jalan periwayatannya itu sahih ataupun tidak sahih. Hanya saja ia selalu memberikan penjelasan yang sesuai dengan keadaan setiap hadits. Diriwayatkan, bahwa ia pernah berkata: "Semua hadits yang terdapat dalam kitab ini adalah dapat diamalkan." Oleh karena itu, sebagian besar ahli ilmu menggunakannya (sebagai pegangan), kecuali dua buah hadits, yaitu: 1. "Sesungguhnya Rasulullah SAW menjamak salat Zuhur dengan Asar, dan Maghrib dengan Isya, tanpa adanya sebab "takut" dan "dalam perjalanan." 2. "Jika ia peminum khamar, minum lagi pada yang keempat kalinya, maka bunuhlah dia." Hadits ini adalah mansukh dan ijma ulama menunjukan demikian. Sedangkan mengenai salat jamak dalam hadits di atas, para ulama berbeda pendapat atau tidak sepakat untuk meninggalkannya. Sebagian besar ulama berpendapat boleh (jawaz) hukumnya melakukan salat jamak di rumah selama tidak dijadikan kebiasaan. Pendapat ini adalah pendapat Ibnu Sirin dan Asyab serta sebagian besar ahli fiqh dan ahli hadits juga Ibnu Munzir. Hadits-hadits dhaif dan munkar yang terdapat dalam kitab ini, pada umumnya hanya menyangkut fadail al-amal (anjuran melakukan perbuatan-perbuatan kebajikan). Hal itu dapat dimengerti karena persyaratan-persyaratan bagi (meriwayatkan dan mengamalkan) hadits semacam ini lebih longgar dibandingkan dengan persyaratan bagi hadits-hadits tentang halal dan haram

Anda mungkin juga menyukai