Anda di halaman 1dari 17

99

PENGARUH WAKTU PEMBERIAN KAPUR DAN PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PANEN KEDELAI PADA TANAH GAMBUT PEDALAMAN KALIMANTAN The Effect of the Time of Lime and Dung Application on the Growth and Yield of Soybean on the Peat Soil of Kalimantan Inland Untung Darung Dosen Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya/ Mahasiswa Program Studi Ilmu Tanaman, PPSUB Syekhfani dan Saubari M. Mimbar Dosen Fakultas Pertanian, Unibraw, Malang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh waktu pemberian kapur dan pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil panen kedelai pada tanah gambut di pedalaman Kalimantan. Percobaan menggunakan rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama: Waktu pemberian kapur dan pupuk kandang. W1 : Satu minggu sebelum tanam W2 : Dua minggu sebelum tanam W3 : Tiga minggu sebelum tanam W3 : Empat minggu sebelum tanam Faktor kedua: Kapur dan Pupuk Kandang K1 : Kapur 1,70 ton/ha K2 : Kapur 1,70 ton/ha + kotoran ayam 14 ton/ha K3 : Kapur 1,70 ton/ha + kotoran sapi 14 ton/ha Karena dapat memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah, maka pupuk kandang dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen kedelai. Kotoran sapi lebih mendatangkan manfaat dibanding kotoran ayam. Karena pelepasan unsur hara dari pupuk kandang berlangsung secara bertahap dan lama, maka pupuk kandang haruslah diaplikasikan 3-4 minggu sebelum kedelai ditanam. ABSTRACT The research was aimed at studying the effect of the time of lime and dung application on the growth and yield of soybean on the peat soil of Kalimantan inland. The experiment used a Factorial Randomized Block Design with two factors and three replications. First factor: Time of lime and dung application W1 : One week before planting W2 : Two weeks before planting W3 : Three weeks before planting W4 : Four weeks before planting Second factor : Lime and dung K1 : Lime 1,70 ton/ha K2 : Lime 1,70 ton/ha + Chicken 14 ton/ha K3 : Kapur 1,70 ton/ha + Cow dung 14 ton/ha

100

Due to its ability to improve the physical and chemical characteristics of the soil, then the dung could increase the growth and yield of soybean. Cow dung was more advantageous than chicken dung. Because the release of nutrient elements from the dung was gradual and takes a long time, then dung should be applied 3-4 weeks before soybean planting. PENDAHULUAN Gambut merupakan tanah organik, terbentuk dari proses akumulasi bahan organik yang lebih cepat dibandingkan proses dekomposisinya. Di Indonesia, gambut mencapai areal sekitar 17 juta hektar, sebagian besar terletak di bagian selatan pulau Kalimantan (6,3 juta hektar), sisanya tersebar di pulau Sumatera dan Irian Jaya (Driessen dan Soepraptohardjo, 1974). Pengembangan dan pengolahan tanah gambut didasarkan pada ketebalan gambut yang terbentuk. Berdasarkan kedalamannya, maka gambut dengan ketebalan: (1) kurang dari 0,5 m sesuai bagi penanam padi, (2) 0,5-1,5 m untuk tanaman hortikultura dan palawija, (3) 1,5-3,0 untuk tanaman perkebunan, dan (4) ketebalan lebih dari 3,0 m untuk lahan konversi hutan rawa gambut. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi produksi kedelai, di antaranya adalah kesuburan tanah. Tingkat kesuburan tanah yang rendah dapat diperbaiki dengan penggunaan pupuk organik maupun anorganik. Pada tanah yang bereaksi masam, pemberian pupuk organik akan lebih mendatangkan manfaat jika didahlui dengan pemberian kapur. Tanah gambut, untuk dikelola menjadi lahan pertanian, merupakan salah satu jenis tanah yang banyak memiliki kendala. Tanah gambut bereaksi masam; maka ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman relatif sedikit. Reaksi masam ini disebabkan karena koloid organik didominasi oleh gugus karboksil dan fenol yang bersifat racun bagi tanaman. Menurut Tim Penlititi IPB (Maas, 1995) gambut pedalaman Berenbengkel, Kalimantan Tengah berkadar N tinggi, P rendah, dan K sedang sampai rendah, serta miskin unsur hara mikro. Kejenuhan basa (KB) dan pH rendah, tetapi kapasitas tukar kation (KTK) tinggi. Meskipun kadar N gambut tinggi, tetapi karena nisbah C/N juga tinggi, maka ketersediaan N rendah. Pupuk kandang, khususnya kotoran ayam, dibandingkan kotoran ternak lainnya, mengandung beberapa unsur hara makro dan mikro tertentu dalam jumlah banyak. Kejenuhan basanya tinggi, tetapi kapasitas tukar kation rendah. Kotoran ayam, dalam melepaskan hara, berlangsung secara bertahap serta lama. Tampaknya, pemberian kotoran ayam memungkinkan untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia gambut. Pada jagung manis, pemberian kotoran ayam sampai 14 ton/ha pada tanah gambut pedalaman Berengbengkel dapat mengakibatkan meningkatnya jumlah tongkol (Limin, 1992). Dolomit merupakan salah satu jenis kapur pertanian yang mengandung Ca dan Mg. Kedua unsur hara ini penting untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Untuk meningkatkan ph gambut dari 3,3 menjadi 4,8 diperlukan kapur sebanyak 4 ton/ha (Driessen, 1978). METODE PENELITIAN

101

Penelitian dilakukan di desa Kalampangan, Berengbengkel, Kalimantan Tengah dan di Laboratorium Terpadu Fakultas Pertanian,Universitas Palangka Raya dari bulan April sampai Agustus 1998. Tanah tempat percobaan berlangsung adalah gambut pedalaman jenis saprist dengan pH 3,34. Tempat percobaan terletak pada ketinggian 25 m diatas permukaan air laut dengan suhu 29-30oC, kelembaban 89100%, dan curah hujan 2000-3000 mm/tahun. Dalam penelitian ini dipergunakan benih kedelai Wilis yang diperoleh dari Balitkabi, Malang, pupik kandang kotoran sapi dan kotoran ayam, dan kapur Dolomit. Pupuk dasar yang dipergunakan adalah Urea, TSP, dan KCL, masingmasing dengan dosis anjuran bagi tanah gambut pedalaman, yaiut 135, 100 dan 100 kg/ha. Pestisida yang dipergunakan adalah Furadan 3 G,, Diazinon EC, Radomil, dan Dithane M 45. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok, dengan tiga ulangan, yang disusun secara faktorial dengan dua faktor, yaitu: Faktor pertama : Waktu pemberian kapur dan pupuk kandang, terdiri dari: W1 : Satu minggu sebelum tanam W2 : Dua minggu sebelum tanam W3 : Tiga minggu sebelum tanam W4 : Empat minggu sebelum tanam Faktor ke dua: Kapur dan pupuk kandang, terdiri dari: K1 : Kapur 1,70 ton/ha K2 : Kapur 1,70 ton/ha + Kotoran ayam 14 ton/ha K3 : Kapur 1,70 ton/ha + Kotoran sapi 14 ton/ha Kedelai ditanam dengan jarak 30 x 20 cm dengan satu tanaman per lubang. Ukuran petak percobaan 3,20 m x 3,20 m. Pengamatan dilakukan secara berkala, dimulai sejak tanaman berumur 15 hari sampai panen dengan interval sepuluh hari, dan pengamatan saat panen. Variabel yang diamati meliputi: a. Komponen pertumbuhan tanaman kedelai: tinggi tanaman, luas daun, dan berat kering bagian tanaman diatas tanah. b. Analisis pertumbuhan tanaman: indeks luas daun, laju asimilasi bersih, dan laju pertumbuhan tanaman. c. Komponen hasil dan hasil panen: jumlah polong per tanaman, jumlah biji per polong, berat kering biji per tanaman, berat 100 biji, indeks panen, dan hasil panen. Data dianalisis menggunakan analisis ragam pada taraf nyata 5%. Apabila ditemukan adanya beda nyata antar perlakuan, maka analisis diteruskan dengan uji Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis ragam terhadap angka-angka hasil percobaan yang dilanjutkan dengan uji Duncan menghasilkan data seperti yang tercantum pada Tabel 1 s/d Tabel 14. Data tersebut menunjukkan bahwa interaksi antara waktu pemberian kapur dengan jenis pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap semua komponen pertumbuhan tanaman kedelai. Demikian pula, interaksi tersebut juga berpengaruh

102

nyata terhadap komponen hasil maupun hasil panen, kecuali banyak biji per polong dan indeks panen. A. Hasil 1. Tinggi tanaman Pada tanama kedelai yang dikapur maupun yang tidak dikapur dan diberi pupuk kandang, baik yang berupa kotoran ayam maupun kotoran sapi, pengajuan pemberian kapur dan pupuk kandang seminggu atau dua minggu, yaitu dari pemberian satu atau dua minggu sebelum kedelai ditanam menjadi tiga minggu, dapat mengakibatkan meningkatnya tinggi tanaman kedelai. 2. Luas daun Pada tanama kedelai yang dikapur, pengajuan pemberian kapur tiga minggu, yaitu dari pemberian satu minggu sebelum kedelai ditanam menjadi empat minggu, dapat mengakibatkan meningkatnya luas daun. Pada tanam kedelai yang disamping diberi kapur juga diberi pupuk kandang yang berupa kotoran ayam, pengajuan pemberian kapur dan pupuk kandang satu sampai tiga minggu dapat mengakibatkan meningkatnya luas daun. Sementara itu, pada tanaman kedelai yang diberi kapur dan pupuk kandang kotoran sapi, peningkatan luas daun hanya terjadi jika pemberian kapur dan pupuk kandang diajukan dari pemberian seminggu sebelum kedelai ditanam menjadi dua minggu. 3. Berat kering bagian atas tanaman Pada umumnya interaksi antara waktu pemberian kapur dan jenis pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap berat kering bagian atas tanam (Tabel 3 dan Tabel 4). Pada tanaman kedelai yang diberi kapur dan tidak diberi pupuk kandang, pemberian kapur yang dilakukan pada satu sampai tiga minggu sebelum tanam pada umumnya menghasilkan bagian atas tanaman yang ringan; sebaliknya, jika pemberiannya dilakukan pada empat minggu sebelum tanam menghasilkan bagian atas tanaman yang berat (Tabel 4). Penambahan pupuk kandang, baik kotoran ayam maupun kotoran sapi, pada tanaman kedelai yang dikapur, dapat mengakibatkan meningkatnya berat kering bagian atas tanaman (Tabel 4). 4. Indeks luas daun Pada tanaman kedelai yang dikapur, pemberaian pupuk kandang, baik yang berupa kotoran ayam maupun kotoran sapi, dapat mengakibatkan meningkatnya indeks luas daun (Tabel 5). Terlihat adanya kecenderungan bahwa makin awal pemberian kapur dan pupuk kandang dilakukan sebelum tanam, makin besar indeks luas daun (Tabel 5). Disamping itu juga terlihat adanya kecenderungan bahwa kotoran sapi menghasilkan indeks luas daun lebih besar dibandingkan kotoran ayam (Tabel 5).

5. Laju asimilasi bersih

103

Pada tanaman kedelai yang dikapur, pemberian pupuk kandang, baik yang berupa kotoran ayam maupun kotoran sapi, dapat mengakibatkan meningkatnya laju asimilasi bersih (Tabel 6). Disamping itu juga terlihat adanya kecenderungan bahwa kotoran sapi menghasilkan laju asimilasi bersih lebih besar dibandingkan kotoran ayam. (Tabel 6). 6. Laju pertumbuhan tanaman Pada umumnya, makin awal kapur dan pupuk kandang diberikan sebelum tanam, makin tinggi laju pertumbuhan tanaman (Tabel 7). Pemberian pupuk kandang pada tanaman kedelai yang dikapur, baik kotoran ayam maupun kotoran sapi, dapat mengakibatkan meningkatnya laju pertumbuhan tanaman (Tabel 7). Terlihat adanya kecenderungan bahwa pada tanaman kedelai yang dikapur, kotoran sapi lebih banyak mendatangkan peningkatan laju pertumbuhan tanaman dibandingkan kotoran ayam (Tabel 7). 7. Jumlah polong per tanaman Pada umumnya, interaksi antara waktu pemberian kapur dan jenis pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per tanaman (Tabel 8 dan Tabel 9). Juga pada umumnya, makin awal kapur dan pupuk kandang diberikan sebelum kedelai ditanam, makin banyak jumlah polong per tanaman (Tabel 9). Pemberian pupuk kandang pada tanaman kedelai yang dikapur, baik kotoran ayam maupun kotoran sapi, dapat mengakibatkan meningkatnya jumlah polong per tanaman (Tabel 9). Terlihat juga kecenderungan bahwa pada tanaman kedelai yang dikapur, kotoran sapi lebih banyak mendatangkan peningkatan jumlah polong per tanaman dibandingkan kotoran ayam (Tabel 9). 8. Jumlah biji per polong Pada tanaman kedelai yang dikapur, pemberian pupuk kandang dapat mengakibatkan meningkatnya jumlah biji per polong; yaitu 7,7% jika dipergunakan kotoran ayam dan 15,0% jika dipergunakan kotoran sapi. Penggunaan kotoran sapi dapat meningkatkan jumlah biji per polong 6,8% lebih tinggi dari pada kotoran ayam (Tabel 10). 9. Berat biji per tanaman Berat biji per tanaman paling rendah diperoleh jika kapur maupun kapur dan pupuk kandang diberikan paling dekat sebelum kedelai ditanam. Kapur mendatangkan peningkatan berat biji per tanaman paling tinggi jika diberikan 4 minggu sebelum kedelai ditanam, sedangkan kotoran ayam dan kotoran sapi 3 minggu sebelum kedelai ditanam (Tabel 11). Pemberian pupuk kandang pada tanaman kedelai yang dikapur, baik kotoran ayam maupun kotoran sapi, dapat mengakibatkan meningkatnya berat biji per tanaman. Pada umumnya, kotoran sapi mendatangkan peningkatan berat biji per tanaman lebih tinggi dibandingkan kotoran ayam (Tabel 11). 10. Bobot biji Hasil penelitian menunjukkan bahwa makin awal kapur dan pupuk kandang diberikan sebelum kedelai ditanam, makin berat bobot biji. Sementara itu, pemberian pupuk kandang, baik yang berupa kotoran ayam maupun kotoran sapi, dapat mengakibatkan meningkatnya bobot biji. Selanjutnya, peningkatan bobot biji

104

yang ditimbulkan oleh kotoran sapi lebih tinggi jika dibandingkan kotoran ayam (Tabel 12). 11. Indeks panen Pemberian kapur dan pupuk kandang seminggu sebelum kedelai ditanam menghasilkan indeks panen yang rendah. Pengajuan pemberian kapur dan pupuk kandang menjadi dua dan tiga minggu sebelum kedelai ditanam tidak mengakibatkan meningkatnya indeks panen. Peningkatan indeks panen baru diperoleh jika pemberian pupuk kandang diajukan menjadi empat minggu sebelum kedelai ditanam (Tabel 13). Pada umumnya kedelai yang dikapur, pemberian kotoran ayam tidak mengakibatkan meningkatnya indeks panen. Sebaliknya, pemberian kotoran sapi mengakibatkan meningkatnya indeks panen, sebesar 14,8% (Tabel 13). 12. Hasil panen Pemberian kapur yang dilakukan seminggu sebelum kedelai ditanam memberikan hasil panen yang rendah. Peningkatan hasil panen diperoleh jika pemberian kapur diajukan menjadi tiga minggu sebelum kedelai ditanam (12,3%) dan empat minggu (18,9%) (Tabel 14). Pada tanaman kedelai yang dikapur, pemberian pupuk kandang yang berupa kotoran ayam satu, dua, tiga dan empat minggu sebelum kedelai ditanam memberikan hasil panen yang sama. Selanjutnya pemberian pupuk kandang yang berupa kotoran sapi yang diberikan satu dan dua minggu sebelum kedelai ditanam memberikan hasil panen yang rendah; pemberian tiga dan empat minggu memberikan peningkatan hasil panen (Tabel 14). Pemberian pupuk kandang yang berupa kotoran sapi pada tanaman kedelai yang dikapur dapat mengakibatkan meningkatnya hasil panen, sedang pemberian kotoran ayam hanya meningkatkan hasil panen jika diberikan satu dan dua minggu sebelum kedelai ditanam (Tabel 14). PEMBAHASAN Percobaan lapang ini dilakukan pada tanah gambut di desa Kalampangan, Berengbengkel, Kalimantan Tengah. Untuk dikelola menjadi lahan pertanian, tanah gambut banyak memiliki kendala. Tanah gambut bereaksi masam; maka ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman relatif sedikit. Reaksi masam ini disebabkan karena koloid organik didominasi oleh gugus karboksil dan fenol yang bersifat racun bagi tanaman. Karena tanah gambut bersifat masam, maka pemberian pupuk organik akan mendatangkan manfaat jika didahului dengan pemberian kapur (Maas, 1995). Pupuk organik yang dipergunakan pada percobaan ini berupa pupuk kandang, yaitu kotoran ayam dan kotoran sapi, masing-masing dengan dosis 14,0 ton/hektar. Pemberian pupuk kandang memungkinkan untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah (Limin, 1992). Kapur yang diberikan pada percobaan ini berupa Dolomit yang mengandung Ca dan Mg yang penting untuk memperbaiki sifat kimia tanah gambut demi untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Driessen, 1978).

105

Pada penelitian ini pengamatan dilakukan terhadap komponen pertumbuhan tanaman yang meliputi tinggi tanaman, luas daun, berat kering bagian atas tanaman, indeks luas daun, laju asimilasi bersih dan laju pertumbuhan tanaman; komponen hasil yang meliputi jumlah polong per tanaman, jumlah biji per polong, berat biji per tanaman, dan bobot biji, dan hasil panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang yang berupa kotoran ayam maupun kotoran sapi mendatangkan manfaat bagi pertumbuhan tanaman dan hasil panen pada tanaman kedelai yang ditanam pada tanah gambut di pedalaman Kalimantan. Hal ini terbukti dari meningkatnya semua komponen pertumbuhan, komponen hasil, maupun hasil panen kedelai. Diduga hal ini disebabkan karena pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah (Limin, 1992). Disamping itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagai pupuk kandang, kotoran sapi lebih mendatangkan manfaat dibandingkan kotoran ayam. Peningkatan laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan tanaman, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per polong, bobot biji, dan berat biji per tanaman yang disebabkan oleh pemberian kotoran sapi lebih tinggi dibandingkan kotoran ayam. Padahal, dibandingkan kotoran sapi dan kotoran ternak lainnya, kotoran ayam memiliki unsur hara makro dan mikro lebih banyak (Limin, 1992). Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa pengajuan pemberian pupuk kandang dapat mengakibatkan meningkatnya semua komponen pertumbuhan (kecuali berat kering bagian atas tanaman), semua komponen hasil (kecuali jumlah biji per polong), dengan sendirinya juga hasil panen. Pupuk kandang tidak segera dimanfaatkan oleh tanaman. Pelepasan unsur hara dari pupuk kandang berlangsung secara bertahap dan lama (Limin, 1992) sehingga, seperti yang ditunjukkan oleh hasil penelitian, memerlukan waktu 3-4 minggu untuk dapat diserap oleh tanaman kedelai. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dalam budidaya tanaman kedelai pada tanah gambut di desa Kalampangan, Berengbengkel, Kalimantan Tengah, penggunaan pupuk kandang (kotoran ayam dan kotoran sapi) yang disertai dengan pengapuran (Dolomit) mendatangkan manfaat terhadap pertumbuhan dan hasil panen tanaman, lebih-lebih kotoran sapi. Karena pelepasan unsur hara dari pupuk kandang berlansung secara bertahap dan lama, maka pemberian pupuk kandang harus dilakukan 3-4 minggu sebelum kedelai ditanam. Saran Pada penelitian ini tidak ada perlakuan kontrol (tanah gambut tanpa kapur dan tanpa pupuk kandang) sehingga tidak dapat diketahui sampai berapa jauh manfaat penggunaan ke dua bahan tersebut. Disamping perlakuan kontrol, perlu juga adanya perlakuan pemberian pupuk kandang tanpa kapur sehingga dapat diketahui sampai berapa jauh manfaat kapur pada penggunaan pupuk kandang pada tanah gambut. Maka, disarankan untuk dilakukan penelitian sejenis dengan menambahkan ke dua perlakuan tersebut.

106

DAFTAR PUSTAKA Adhi, W.IPG., dan Suhardjo, 1976. Chemical Characteristics of The Upper 30 cms of Peak Soils From Riau. In : Final Report ATA 106. Soil Res. Inst. Bogor. 10 p. Anomin, 1995. Kalimantan Tengah dalam angka. Kantor Statistik BPS Propinsi Kalimantan Tengah. 138 hal. ______, 1996. Pengembangan lahan Gambut Satu Juta Hektar Untuk Pertanian Tanaman Pangan di Kalimantan Tengah. 20 hal. ______, 1996. Beberapa informasi dan Kesiapan Pemda Kalimantan Tengah Menyukseskan Pengembangan Lahan Gambut Untuk Pertanian Tanaman Pangan di Propinsi Kalimantan Tengah. 38 hal. ______, 1996. Selayang Pandang Pengembangan Lahan Gambut Satu Juta Hektar Untuk Pertanian Tanaman Pangan di Kalimantan Tengah. 47 hal. Ardi, D. S, 1986. Pengaruh Pengapuran dan Inkubasi Terhadap Sifat Kimia Tanah Gambut Dendang III, Jambi. Dalam Proseding Pertemuan Teknis Penelitian Tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Drajat M., Soeprapto.,M.S., Hidayat and Mulyono, 1986. Subsidence of Soil in Tidal Swampland of Barabai, South Kalimantan. The Symposium on Lowland Development in Indonesia. Jakarta. 13 p. Driessen M.P., 1978. Peat Soil. In Soil and Rice. IRRI. Los Banos. Philippines. 16 p. Limin, S.H. 1992. Respon Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt) Terhadap Pemberian Kotoran Ayam, Pospat dan Dolomit Pada Tanah Gambut Pedalaman. Mineral dan Kapur dengan Gambut Pedalaman. Dalam Proseding Kongres II HGI. Jakarta, 14 - 15 Januari 1993. Jakarta. Maas, A., 1995. Peatlands For Estate Crops. Paper: International Symposium of The Tropical Peats and Peatland. 4-8 September 1995. Palangka Raya. Mimbar, S.M. 1995. Pengaruh Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Kacang Hijau. Agrivita 18 (2): 7p. Radjagukguk, GB., 1991. Utilization and Management of Peatlands in Indonesia For Agriculture and Forestry. In Tropical Peat Proseding of The International Symposium on Tropical Peatland MARDI dan Dept . Of Agri. Serawak

107

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman pada berbagai umur karena pengaruh interaksi antara waktu pemberian kapur dan jenis pupuk kandang
Perlakuan W1K1 (Kapur minggu) W2K1 (Kapur minggu) W3K1 (Kapur minggu) W4K1 (Kapur minggu) W1K2 ayam W2K2 ayam W3K2 ayam W4K2 ayam 1 2 3 4 15 11.39 a 14.04 c 14.09 c 12.87 b 14.36 c 13.73 c 13.73 c 13.81 c W1K3 sapi W2K3 sapi W3K3 sapi W4K3 sapi (Kapur + 1 minggu) (Kapur + 2 minggu) (Kapur + 3 minggu) (Kapur + 4 minggu) K. K. K. K. 13.11 bc 13.40 c 14.41 c 13.82 c Tinggi tanaman (cm) pada umur (hari) 25 35 45 55 65 20.49 30.79 37.70 47.09 55.28 a a a a a 22.13 32.66 38.37 47.28 55.79 a b a a a 22.65 34.45 42.25 50.69 58.35 b c b bc b 22.38 36.20 42.27 53.72 55.83 b de a c a 23.36 b 23.74 bc 24.47 bc 23.45 bc 23.17 b 26.43 d 28.67 d 23.45 bc 35.56 e 37.59 e 41.20 f 39.11 e 32.48 ab 39.07 e 42.48 f 35.63c d 44.44 c 44.54 c 47.43 de 43.59 bc 43.24 b 48.01 e 50.37 f 46.77c d 47.99 ab 50.65 bc 57.52 e 52.67 c 54.89 de 57.69 f 50.82 bc 53.98 d 55.84 a 56.39 a 60.04 b 60.01 b 56.59 a 59.89 b 60.33 b 65.24 c 75 56.20 a 56.26 a 58.42 a 58.61 a 56.70 a 56.43 a 60.83 b 60.75 b 58.70 a 59.93 b 65.46 c 60.73 b

(Kapur + K. 1 minggu) (Kapur + K. 2 minggu) (Kapur + K. 3 minggu) (Kapur + K. 4 minggu)

Keterangan: Angka rata-rata yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%. Tabel 2. Rata-rata luas daun pada berbagai umur karena pengaruh interaksi antara waktu pemberian kapur dan jenis pupuk kandang
Perlakuan W1K1 W2K1 W3K1 W4K1 (Kapur (Kapur (Kapur (Kapur 1 2 3 4 minggu) minggu) minggu) minggu) Luas daun (dm2) 25 35 45 91.25 a 140.9 628.8 100.42 5a 2a a 180.1 635.3 122.03 6ab 4ab a 200.7 697.0 123.75 4ab 3ab b 240.1 876.2 4bc 1c pada umur (hari) 55 65 75 711.8 595.4 88.96 3b 6a a 760.9 722.0 149.69 5bc 4b ab 780.5 742.8 159.37 6bc 5bc ab 871.3 893.5 183.59 1cd 6de bc

108

W1K2 (Kapur minggu) W2K2 (Kapur minggu) W3K2 (Kapur minggu) W4K2 (Kapur minggu) W1K3 (Kapur minggu) W2K3 (Kapur minggu) W3K3 (Kapur minggu) W4K3 (Kapur minggu)

+ K. ayam 1 + K. ayam 2 + K. ayam 3 + K. ayam 4 + K. sapi 1 + K. sapi 2 + K. sapi 3 + K. sapi 4

102.77 a 140.90 c 169.84 d 137.37b c 102.60 a 123.87 b 149.40 c 192.06 e

211.4 6b 213.7 6b 212.2 9b 298.8 4c 255.6 3bc 255.6 5bc 310.1 7c 216.6 1b

763.6 1b 876.8 5c 1016.9 6d 1035.9 4d 860.0 5c 1059.7 1d 1153.6 2e 1032.5 4d

650.6 1a 682.5 5a 957.7 5e 951.1 1e 814.7 7cd 910.5 6de 1037.2 1de 926.3 2e

678.7 168.58 6ab b 716.2 193.27 7b bc 968.1 264.50c 5e d 967.0 243.28c 9e d 821.4 4cd 1063. 63f 883.8 1de 926.3 2e 278.19 d 318.39 e 317.09 e 297.22 d

Keterangan: Angka rata-rata yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%.

Tabel 3. Rata-rata berat kering bagian atas tanaman pada umur 15 hari karena pengaruh waktu pemberian dan jenis pupuk kandang. Perlakuan Berat kering bagian atas tanaman (g) Waktu pemberian: W1 (1 minggu sebelum tanam) 0.27 a W2 (2 minggu sebelum tanam) 0.27 a W3 (3 minggu sebelum tanam) 0.32 b W4 (4 minggu sebelum tanam) 0.31 b Jenis bahan: K1 (Kapur) 0.26 a K2 (Kapur + Pupuk kotoran ayam) 0.32 b K3 (Kapur + Pupuk kotoran sapi) 0.31 b Keterangan: Angka rata-rata yang didampingi oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%. Tabel 4. Rata-rata berat kering bagian atas tanam pada berbagai umur karena pengaruh interaksi antara waktu pemberian kapur dan jenis pupuk kandang Perlakuan W1K1 (Kapur 1 minggu) W2K1 (Kapur 2 minggu) W3K1 (Kapur 3 minggu) W4K1 (Kapur 4 minggu) Berat kering bagian atas tanaman (g) pada umur (hari) 25 35 45 55 65 75 2.44 a 3.85 a 6.60a 8.20 a 12.53 12.47 2.45 a 4.53 b 6.86 a 8.69 a a a 2.25 a 4.69 bc 7.74 a 10.84 b 12.80 a 12.83 2.64 b 4.96 bc 7.76 a 11.41 13.45 a bc ab 14.05 14.95 ab bc 15.14

109

W1K2 (Kapur minggu) W2K2 (Kapur minggu) W3K2 (Kapur minggu) W4K2 (Kapur minggu) W1K3 (Kapur minggu) W2K3 (Kapur minggu) W3K3 (Kapur minggu) W4K3 (Kapur minggu)

+ K. ayam 1 + K. ayam 2 + K. ayam 3 + K. ayam 4 + K. sapi 1 + K. sapi 2 + K. sapi 3 + K. sapi 4

2.85 c 2.89 c 2.87 c 3.12 d

4.63 b 4.80 bc 5.13 bc 5.13 bc

9.93b 10.69 b 10.37 b 10.18 b

11.74b c 11.62b c 12.99 e 12.49 cd 12.31 cd 12.42 cd 12.84 de 12.86 de

16.81c d 17.08c d 17.18 c 18.18 d 17.92 d 18.70 d 18.84 d 17.95 d

3.12 d 3.15 d 3.27 e 3.83 e

5.08 bc 5.37 c 5.54 c 5.25 c

10.89 b 11.39 b 12.06 b 10.88 b

b 17.17 c 17.30 c 17.34 cd 18.47 cd 17.99 cd 18.78 cd 19.10 de 19.23 e

Keterangan : Angka rata-rata yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%.

110

Tabel 5.Rata-rata indeks luas daun pada berbagai umur karena pengaruh interaksi antara waktu pemberian kapur dan jenis pupuk kandang Perlakuan W1K1 (Kapur W2K1 ( Kapur W3K1 ( Kapur W4K1 ( Kapur 1 minggu ) 2 minggu ) 3 minggu ) 4 minggu ) Indeks luas daun pada umur (hari) 35 0.15 a 0.17 b 0.20 bc 0.21 c 45 0.23 a 0.30 b 0.33 bc 0.40 d 55 11.05 a 1.06 1.13 a 1.46 bc 65 0.99 a 1.20 bcd 1.23 bcd 1.49 ef 75 0.15 a 0.25 bc 0.27 c 0.31 c 0.28 c 0.32 cd 0.44 ef 0.41 dc

W1K2 (Kapur + K. ayam 1 0.17 b 0.35 c 1.27 a 1.13 ab minggu ) 0.23cd 0.36 c 1.46 abc 1.19 bc W2K2 (Kapur + K. ayam 2 0.28 f 0.35 c 1.69 bc 1.61 fg minggu ) 0.23 cd 0.50 c 1.73 cd 1.61 fg W3K2 (Kapur + K. ayam 3 minggu ) W4K2 (Kapur + K. ayam 4 minggu ) W1 K3 (Kapur + K. sapi 1 0.17 b 0.43 d 1.43 ab 1.37 cde minggu ) 0.20 bc 0.43 d 1.77 cd 1.77 g W2K3 (Kapur + K. sapi 2 0.25 e 0.52 e 1.92 d 1.47 def minggu ) 0.32 g 0.36 c 1.72 cd 1.54 f W3K3 (Kapur + K. sapi 3 minggu ) W4K3 (Kapur + K. sapi 4 minggu ) Keterangan : Angka rata-rata yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5 % Tabel 6. Rata-rata laju asimilasi bersih pada berbagai umur karena pengaruh interaksi antara waktu pemberian kapur dan jenis pupuk kandang
Perlakuan W1K1 ( W2K1 ( W3K1 ( W4K1 ( Kapur Kapur Kapur Kapur 1 minggu ) 2 minggu ) 3 minggu ) 4 minggu ) + + + + K. K. K. K ayam 1 ayam 2 ayam 3 .ayam 4 Laju Asimilasi Bersih (g/dm2/hari) antara umur (hari) 25-35 35-45 45-55 55-65 0.179 0.192 0.197 0.201 0.210 0.221 0.250 0.205 a ab abc abc abc bcd de abc 0.197 0.380 0.447 0.530 0.573 0.597 0.647 0.910 a b c d e f g l 0.173 0.240 0.253 0.310 0.363 0.417 0.513 0.667 a b b c d e g l 0.287 a 0.337 b 0.353 c 0.670 c 0.427 e 0.520 f 0.607 h 0.820 J 0.821

0.46 efg 0.53 g 0.53 g 0.50 fg

W1K2 ( Kapur minggu ) W2K2 ( Kapur minggu ) W3K2 ( Kapur minggu ) W4K2 ( Kapur minggu )

111

W1 K3 ( Kapur + K. minggu ) W2K3 ( Kapur + K. minggu ) W3K3 ( Kapur + K. sapi ) W4K3 ( Kapur + K. sapi )

sapi 1 sapi 2 3 minggu 4 minggu

0.205 0.232 0.252 0.261

abc cde de e

0.563 0.647 0.700 0.973

e g h j

0.363 0.450 0.637 0.867

d e h j

0.390 d 0.523 g 0.647 I 0.910 k

Keterangan : Angka rata-rata yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5 % Tabel 7. Rata-rata laju tumbuh tanaman pada berbagai umur karena pengaruh interaksi antara waktu pemberian kapur dan jenis pupuk kandang
Laju pertumbuhan tanaman (g/g/hari) antara umur (hari) 25-35 W1K1 W2K1 W3K1 W4K1 ( Kapur ( Kapur ( Kapur ( Kapur 1 minggu ) 2 minggu ) 3 minggu ) 4 minggu ) 0.268 a 0.304 a 0.395 bc 0.441 c 0.356 b 0.422 cd 0.451 d 0.461 d 0.366 b 0.436 c 0.455 cd 0.449 c 35-45 0.473 a 0.489 a 0.507 a 0.546 a 0.678a b 0.719 bc 0.817 bc 887 c 45-55 0.908 a 0.958 ab 0.984 ab 1.118 c 0.965 ab 1.113 b 1.545 c 1.647 cd 1.741 cd 1.811 d 1.870 d 1.767 d 55-65 0.613 a 0.633 a 0.671 b 0.725 c 0.789 d 0.814 e 0.660 b 0.948 h 0.811 e 0.878 g h 0.849 f 65-75 0.380 a 0.403 ab 0.430 b 0.488 c 0.500 c 0.547 d 0.572 d 0.632 e 0.578 d 0.633 e 0.709 f 0.720 f

Perlakuan

W1K2 (Kapur+K.ayam minggu ) W2K2 (Kapur+K. ayam minggu ) W3K2 (Kapur+K. ayam minggu ) W4K2 (Kapur+K. ayam minggu )

1 2 3 4

W1 K3 ( Kapur + K. sapi 1 minggu ) W2K3 ( Kapur + K. sapi 2 minggu ) W3K3 ( Kapur + K. sapi 3 minggu ) W4K3 ( Kapur + K. sapi 4 minggu )

0.834 bc 0.865 c 0.937 c 0.862 c

Keterangan : Angka rata-rata yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5 % Tabel 8. Rata jumlah polong per tanaman pada umur 45 hari karena pengaruh waktu pemberian dan jenis pupuk kandang

112

Perlakuan Jumlah polong per tanaman Waktu pemberian: W1 (1 minggu sebelum tanam) 9.03 a W2 (2 minggu sebelum tanam) 10.40 a W3 (3 minggu sebelum tanam) 10.85 a W4 (4 minggu sebelum tanam) 10.03 b Jenis bahan: K1 (Kapur) 7.75 a K2 (Kapur + Pupuk kotoran ayam) 10.27 b K3 (Kapur + Pupuk kotoran sapi) 12.34 b Keterangan: Angka rata-rata yang didampingi oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5% Tabel 9. Rata-rata jumlah polong per tanaman pada berbagai umur karena pengaruh interaksi antara waktu pemberian kapur dan jenis pupuk kandang Jumlah polong pada umur (hari) 55 65 75

Perlakuan W1K1 ( Kapur 1 minggu ) W2K1 ( Kapur 2 minggu ) W3K1 ( Kapur 3 minggu ) W4K1 ( Kapur 4 minggu ) W1K2 ( Kapur + K. ayam 1 minggu ) W2K2 (Kapur + K. ayam 2 minggu ) W3K2 ( Kapur + K. ayam 3 minggu ) W4K2 ( Kapur + K. ayam 4 minggu )

20.92 a 24.03 a 31.37 a 24.51 ab 28.69 b 33.06 a 25.52 ab 31.05 bc 36.24 ab 28.43 bc 34.97 cd 38.36 bc 28.53 bc 35.04 cd 41.58 cd 31.75 cd 36.57 de 45.09 de 29.19 bc 39.89 e 46.15 de 33.70 40.98 e 47.33 e cde W1 K3 ( Kapur + K. sapi 1 minggu ) 23.17 b 37.03 de 49.19 ef W2K3 ( Kapur + K. sapi 2 minggu ) 26.43 d 41.08 ef 53.43 fg W3K3 ( Kapur + K. sapi 3 minggu ) 28.67 e 45.35 f 52.80 fg W4K3 ( Kapur + K. sapi 4 minggu ) 28.38 e 40.40 e 54.27 g Keterangan : Angka rata-rata yang didampingi oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5% Tabel 10. Rata-rata banyak biji per polong karena pengaruh kapur dan pupuk kandang Perlakuan Banyak biji per polong K1 (Kapur) 2.47 a K2 (Kapur + pupuk kotoran ayam) 2.66 b K3 (Kapur + pupuk kotoran sapi) 2.84 c Keterangan : Keterangan: Angka rata-rata yang didampingi oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5% Tebal 11. Rata-rata berat biji per tanaman karena pengaruh interaksi antara waktu pemberian kapur dan jenis pupuk kandang Perlakuan Berat biji per tanaman (g)

113

W1K1 (Kapur W2K1 ( Kapur W3K1 ( Kapur W4K1 ( Kapur

1 minggu ) 2 minggu ) 3 minggu ) 4 minggu )

6.84 a 7.04 b 7.07 b 8.13 c

W1K2 ( Kapur + K. ayam 1 minggu ) 8.17 cd W2K2 ( Kapur + K. ayam 2 minggu ) 8.29 d W3K2 ( Kapur + K. ayam 3 minggu ) 8.54 e W4K2 ( Kapur + K. ayam 4 minggu ) 8.26 d W1 K3 ( Kapur + K. sapi 1 minggu ) 8.32 d W2K3 ( Kapur + K. sapi 2 minggu ) 8.59 e W3K3 ( Kapur + K. sapi 3 minggu ) 10.15 g W4K3 ( Kapur + K. sapi 4 minggu ) 9.37 f Keterangan : Angka rata-rata yang didampingi oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5 % Tebal 12. Rata-rata berat 100 biji karena pengaruh interaksi antara waktu pemberian kapur dan jenis pupuk kandang Perlakuan W1K1 (Kapur W2K1 ( Kapur W3K1 ( Kapur W4K1 ( Kapur 1 minggu ) 2 minggu ) 3 minggu ) 4 minggu ) Berat 100 biji (g) 9.72 a 9.81 b 9.86 bc 9.90 c 9.89 bc 10.05 de 10.11 ef 10.01 d 10.10 ef 10.25 fe 10.21 h 10.17 gh yang sama berarti tidak

W1K2 ( Kapur + K. ayam 1 minggu ) W2K2 ( Kapur + K. ayam 2 minggu ) W3K2 ( Kapur + K. ayam 3 minggu ) W4K2 ( Kapur + K. ayam 4 minggu ) W1 K3 ( Kapur + K. sapi 1 minggu ) W2K3 ( Kapur + K. sapi 2 minggu ) W3K3 ( Kapur + K. sapi 3 minggu ) W4K3 ( Kapur + K. sapi 4 minggu ) Keterangan : Angka rata-rata yang didampingi oleh huruf berbeda nyata pada uji Duncan 5 %

Tabel 13. Rata-rata indeks panen karena pengaruh waktu dan jenis pemberian kapur dan pupuk kandang Perlakuan Indeks panen Waktu Pemberian : W1 ( 1 minggu sebelum tanam ) 0.63 a W2 ( 2 minggu sebelum tanam ) 0.64 ab W3 ( 3 minggu sebelum tanam ) 0.68 ab W4 ( 4 minggu sebelum tanam ) 0.70 b Jenis bahan: K1 ( Kapur ) K2 ( Kapur dan kotoran ayam ) K3 ( Kapur dan kotoran sapi ) 0.61 a 0.68 ab 0.70 b

114

Keterangan : Angka rata-rata yang didampingi oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5 %

115

Tabel 14. Rata-rata hasil panen kedelai karena pengaruh interaksi antara waktu pemberian kapur dan jenis pupuk kandang Perlakuan Hasil panen (Ku/ha) W1K1 (Kapur 1 minggu ) 11.40 a W2K1 ( Kapur 2 minggu ) 11.73 ab W3K1 ( Kapur 3 minggu ) 12.80 bc W4K1 ( Kapur 4 minggu ) 13.55 c W1K2 ( Kapur + K. ayam 1 minggu ) 13.76 c W2K2 ( Kapur + K. ayam 2 minggu ) 13.87 c W3K2 ( Kapur + K. ayam 3 minggu ) 14.31 c W4K2 ( Kapur + K. ayam 4 minggu ) 13.82 c W1 K3 ( Kapur + K. sapi 1 minggu ) 14.24 c W2K3 ( Kapur + K. sapi 2 minggu ) 14.51 c W3K3 ( Kapur + K. sapi 3 minggu ) 16.91 d W4K3 ( Kapur + K. sapi 4 minggu ) 15.83 d Keterangan : Angka rata-rata yang didampingi oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5 %

Anda mungkin juga menyukai