Anda di halaman 1dari 27

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

1UDUL PROGRAM
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU MENGGUNAKAN
GABUNGAN BIOREAKTOR ANAEROB
DAN TANGKI FILTRASI

BIDANG KEGIATAN
PKM PENELITIAN


Disusun Oleh:
TEDHI (082747) (2008)
LUSIANA ADHYTA (081674) (2008)
MAHDALENA ULIRAPNA (082724) (2008)
ANGGA PRAYOGA (103258) (2010)






UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON
2011
1. Judul Kegiatan : Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Menggunakan
Gabungan Bioreaktor Fixed-Bed Anaerob Dan Tangki Filtrasi
2. Bidang Kegiatan : (\ ) PKM-P ( ) PKM-K
( ) PKM-T ( ) PKM-M
3. Bidang Ilmu : ( ) Kesehatan ( ) PKM-K
( ) MIPA (\ ) Teknologi dan Rekayasa
( ) Sosial Ekonomi ( ) Humaniora
( ) Pendidikan
4. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. ama lengkap : Tedhi
b. IM : 3335082747
c. Jurusan : Teknik Kimia
d. Universitas : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
e. Alamat rumah/ dan o. Tel./HP : Jl. Manyar o. 58 Perumahan
D-Flat Krakatau Steel, Cilegon
081381501788
I. Alamat e-mail : dhypoet0718yahoo.co.id
5. Anggota Pelaksana Kegiatan/ Penulis : 3 orang
6. Dosen Pendamping
a. ama Lengkap dan Gelar : Rahmayetty, ST., M.T.
b. IP : 197410021999032002
c. Alamat Rumah dan o. Telp./HP : Griya Cilegon blok D1/B1 o. 9
081219260041
7. Biaya Kegiatan Total
a. Dikti : Rp. 10.000.000,-
b. Sumber lain : Rp. -
8. Jangka Waktu Pelaksanaan : 4 bulan

Menyetujui
Ketua Jurusan Teknik Kimia Ketua Pelaksana


Dr.-Ing. Anton Irawan, ST., MT. Tedhi
NIP.197510012008011007 NPM. 335082747
Pembantu Rektor Dosen Pendamping
Bidang Kemahasiswaan


Aris Suhadi,SH,.MH. Rahmayetty,ST,.MT.
NIP.19600208200311001 NIP.197410021999032002
A. 1udul Program
Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Menggunakan Gabungan
Bioreaktor Fixed-Bed Anaerob Dan Tangki Filtrasi
B. Latar Belakang Masalah
Tahu adalah salah satu bahan makanan yang paling banyak di
produksi di Indonesia dari skala industri besar sampai industri rumahan. Industri
tahu dapat menjadi peluang usaha yang paling mudah untuk dijalankan, sehingga
pengolahan tahu ini bisa dengan mudah di jumpai di berbagai daerah di seluruh
Indonesia.
Jumlah industri tahu di Indonesia mencapai 84.900 unit usaha, dengan
kapasitas produksi lebih dari 2,67 juta ton per tahun. Industri tahu ini
memproduksi limbah cair sebanyak 20,86 juta meter kubik per tahun (data tahun
2007).
Pada proses pembuatan tahu diperoleh hasil samping limbah padat berupa
ampas tahu dan limbah cair ey). Wey tahu merupakan limbah cair tahu yang
diasamkan dengan cara penyimpanan dalam wadah terbuka selama 24 jam. Dalam
pemrosesannya, setiap tahapan proses umumnya menggunakan air sebagai bahan
pembantu dalam jumlah yang relatiI banyak. Menurut uraida (1985), untuk tiap 1
kg bahan baku kedelai dibutuhkan rata-rata 45 liter air dan akan dihasilkan limbah
cair berupa ey tahu rata-rata 43,5 liter. Wey tahu mengandung bahan-bahan
organik berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak yang tinggi (urhasan dan
Pramudyanto, 1987) dan dapat segera terurai dalam lingkungan berair (EMDI
Bapedal, 1994) menjadi senyawa-senyawa organik turunan yang dapat mencemari
lingkungan.
Limbah cair tahu yang langsung di buang ke lingkungan tanpa adanya
pengolahan terlebih dahulu akan merusak lingkungan karena kandungan BOD,
COD, dan TSS yang cukup tinggi. Dari beberapa hasil penelitian konsentrasi
COD limbah tahu antara 7000 10000 ppm serta mempunyai keasaman yang
rendah yakni pH 4 -5 (BPPT, 1997a). Sementara EMDI Bapedal (1994)
melaporkan kandungan rata-rata BOD, COD dan TSS berturut-turut sebesar 3250,
6520 dan 1500 mg/l. Sedangkan standar baku mutu limbah industri tahu dapat di
lihat dari tabel di bawah:
Tabel 1 Karakteristik Air Limbah Industri Tahu
1 8Cu
3
21302330 130
2 CCu 38007000 300
3 1SS 330830 40
4 1uS 6060
3 1emperaLur 38
0
C

6 pP 4 69
7 ueblL Makslmum
konsenLrasl
(mg/L) *
arameLer no
20m
3
/Lon
8aku MuLu **

Sumber : * Analisa Laboratorium, 2005
** Kep-51/MELH/10/1995
Berdasarkan dari data diatas terlihat jelas bahwa limbah cair industri tahu
telah melampaui baku mutu yang dipersyaratkan. Pada umumnya penanganan
limbah cair dari industri tahu cukup banyak dilakukan, diantaranya menggunakan
metode Iisika-kimia (Husin, 2003 dan Satyanaran et al, 2004), biologis aerob (Tay,
1990 dan Upe, 2001), dan pemanIaatan gulma air (Lisnasari, 1995).
C. Perumusan Masalah
Penerapan dari beberapa metode pengolahan limbah cair industri tahu yang
telah dilakukan, dalam skala riil khususnya di Indonesia relatiI sulit karena
beberapa alasan, antara lain : metode dan operasi relatiI kompleks, kebutuhan
jumlah koagulan besar dan biaya energi listrik untuk aerasi tinggi, lahan Iasilitas
pengolahan yang relatiI luas (MetCalI dan Eddy, 2003) serta produksi lumpur atau
biomassa tinggi (Tobing dan Loebis, 1994).
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, perlu dicari metode pengolahan
limbah cair yang lebih sederhana, eIektiI dan murah dan mudah dioperasikan,
sehingga dapat diterima dan diterapkan di Indonesia (Husin, 2008). Berdasarkan
inIormasi tersebut, salah satu cara pengolahannya adalah menggunakan proses
anaerob. Pemilihan metode ini sesuai dengan gagasan-gagasan yang dikemukakan
oleh EckenIelder (1989) dan Tobing (1989), bahwa untuk limbah cair pekat
dengan kandungan BOD
5
~ 1000 mg/l metode pengolahan yang lebih layak adalah
dekomposisi anaerob. Dalam penelitian ini penulis mencoba menerapkan metode
pengolahan limbah cair industri tahu secara bioreaktor aerobik dengan
menggunakan media batu apung sebagai media tumbuh mikroorganisme serta
menggunakan tangki Iiltrasi untuk menyaring kembali eIIluent dari bioreaktor
sehingga hasil yang diharapkan memenuhi standar air golongan D.
D. Tujuan
Tujuan penelitian !engolaan Limba Cair Industri Tau Menggunakan
Gabungan Bioreaktor Fixed-Bed Anaerob Dan Tangki Filtrasi` diantaranya
adalah:
1. Menentukan tinggi packing pada reaktor untuk mendapatkan tinggi
5acking optimum terhadap kualitas keluaran limbah;
2. Meminimalisasi pembuangan limbah ke lingkungan dengan cara reduksi;
3 MemanIaatkan limbah industri tahu untuk memenuhi kebutuhan air
golongan D.
E. Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan setelah dilaksanakannya program ini adalah dapat
dimunculkannya suatu artikel ilmiah mengenai sistem pengolahan limbah cair
industri tahu yang dapat dimanIaatkan kembali.
F. Kegunaan
Kegunaan dari program ini untuk mendapatkan metode pengolahan limbah
cair industri tahu yang lebih sederhana, eIektiI dan murah dan mudah
dioperasikan, sehingga dapat diterima dan diterapkan di Indonesia.
G. Tinjauan Pustaka
G.1. Industri Tahu
Industri tahu di Indonesia berkembang pesat sejalan dengan peningkatan
jumlah penduduk. Dasar pembuatan tahu adalah melarutkan protein yang
terkandung dalam kedelai dengan menggunakan air sebaagai pelarutnya. Setelah
protein tersebut larut, diusahakan untuk diendapkan kembali dengan penambahan
bahan pengendap sampai terbentuk gumpalan-gumpalan protein yang akan
menjadi tahu. Di sisi lain industri tahu menghasilkan limbah cair yang berpotensi
mencemari lingkungan. Industri tahu membutuhkan air untuk pemrosesannya,
yaitu untuk proses sortasi, perendaman, pengupasan kulit, pencucuian,
penggilingan, perebusan dan penyaringan. Secara umum, skema proses pembuatan
tahu dapat dilihat pada Gambar 2.1.
KEDELAI






















Sumber : Santoso, 1993; Bapedal, 1994; BPPT, 1997; dan Husin, 2008
Gambar 1. Bagan Proses Pembuatan Tahu
Penyaringan
Pencetakan; pengepresan; pemotongan
Perebusan
Penggumpalan
Penyaringan
Pemasakan bubur
Penggilingan
Pencucian
Pengupasan kulit
Perendaman
Sortasi dan pembersihan
FILTRAT
TAHU
OBatu tahu
OAsam Asetat
OAtau whey
Air rebusan
Air tahu
Air tahu/whey
(TSS; BOD)
Limbah cair
(BOD; TSS)
Air
Air hangat, 100
0
C, 15-30 menit
Limbah cair
Air hangat (8 : 1)
(30-40 menit)
Kulit kedelai
Limbah cair
(BOD; TSS)
Kotoran
Limbah cair
(3 - 12 jam)
Ampas tahu
air hangat
(30 menit)
80
0
C
Air
Air
Air
Air
Air
Air
Air
Menurut Wisaksono et al, pada umumnya tahu diproses pada skala industri
kecil. Hasil akhir dari industri tahu adalah tahu, ampas tahu, dan air tahu (ey)
yang biasanya tidak dimanIaatkan dan dibuang. Komposisi tahu mengandung
unsur air, protein, lemak dan karbohidrat dengan kadar air 84-90 , protein 5-8
, lemak 3-4 dan karbohidrat 2-4 .
G.2. Limbah Industri Tahu
Limbah yang dihasilkan dari industri tahu berupa limbah padat dan limbah
cair. PemanIaatan limbah padat pada saat ini adalah untuk makanan ternak dan
untuk pembuatan tempe. Limbah cair yang dihasilkan cukup mengganggu
lingkungan karena mengandung sisa air dari susu tahu yang tidak menggumpal
dan limbah ini masih mengandung bahan organik, seperti protein, karbohidrat, dan
lemak. Karakteristik air limbah tahu meliputi temperatur, warna, bau, kekeruhan,
BOD, COD, dan pH.
G.2.1 Limbah Cair Industri Tahu
Menurut uraida (1985) jumlah kebutuhan air proses dan jumlah limbah
cair yang dihasilkan dilaporkan berturut-turut sebesar 45 dan 43,5 liter untuk tiap
kilogram bahan baku kacang kedelai. Pada beberapa industri tahu, sebagian kecil
dari limbah cair tersebut (khususnya air dadih) dimanIaatkan kembali sebagai
bahan penggumpal (Dhahiyat, 1990). Perincian pengggunaan air dalam setiap
tahapan proses dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2 Perkiraan kebutuhan air pada pengolahan tahu dari 3 kg kedelai
Tahap Proses Kebutuhan Air (Liter)
Pencucian 10
Perendaman 12
Penggilingan 3
Pemasakan 30
Pencucian ampas 50
Perebusan 20
Jumlah 135
Sumber : uraida (1985)
G.2.2 Karakteristik Limbah Cair Industri Tahu
Pengetahuan akan siIat-siIat (karakteristik) limbah akan sangat membantu
dalam penetapan metode penanganan dan atau pembuangan limbah yang eIektiI,
selain itu inIormasi mengenai debit dan mutu limbah yang dikeluarkan diperlukan
guna merancang Iasilitas yang diperlukan untuk mengelola pengeluaran yang
konstan atau sewaktu-waktu (Suprawihadi, 2001).
Dalam limbah industri tahu ada dua hal yang perlu diperhatikan yakni
karakteristik Iisika dan kimia. Karakteristik Iisika meliputi padatan total, suhu,
warna dan bau. Karakteristik kimia meliputi bahan organik, bahan anorganik dan
gas. Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu
limbah cair tahu pada umumnya lebih tinggi dan air bakunya, yaitu 40SC sampai
46SC. Suhu yang meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi
kehidupan biologis, kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan
tegangan permukaan (Said dan Wahyono, 1999).
Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam buangan industri tahu
pada umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan
tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Di antara senyawa-
senyawa tersebut, protein dan lemaklah yang jumlahnya paling besar (urhasan
dan Promudyanto, 1987), yang mencapal 40 - 60 protein, 25 - 50
karbohidrat, dan 10 lemak (Sugiharto, 1987). Semakin lama jumlah dan jenis
bahan organik ini maka akan semakin banyak, dalam hal ini akan menyulitkan
pengolahan limbah, karena beberapa zat sulit diuraikan oleh mikroorganisme di
dalam air limbah tahu tersebut.
Beberapa karakteristik limbah cair industri tahu yang penting antara lain :
1)Padatan tersuspensi, yaitu bahan-bahan yang melayang dan tidak larut dalam
air. Padatan tersuspensi sangat berhubungan erat dengan tingkat kekeruhan air,
semakin tinggi kandungan bahan tersuspensi tersebut, maka air akan semakin
keruh (MetCalI & Eddy, 2003).
2)Biocemical Oxygen Demand (BOD), merupakan parameter untuk menilai
jumlah zat organik yang terlarut serta menunjukkan jumlah oksigen yang
diperlukan oleh aktivitas mikroba dalam menguraikan zat organik secara
biologis di dalam limbah cair (MetCalI & Eddy, 2003). Limbah cair industri
tahu mengandung bahan-bahan organik terlarut yang tinggi.
3)Cemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimiawi
merupakan (COD) atau kebutuhan oksigen kimiawi merupakan jumlah
oksigen yang dibutuhkan oleh oksidator (misal kalium dikhromat) untuk
mengoksidasi seluruh material baik organik maupun anorganik yang terdapat
dalam air (MetCalI & Eddy, 2003). Jika kandungan senyawa organik dan
anorganik cukup besar, maka oksigen terlarut di dalam air dapat mencapai nol
sehingga tumbuhan air, ikan-ikan dan hewan air lainnya yang membutuhkan
oksigen tidak memungkinkan hidup.
4)itrogen-Total (-Total) yaitu Iraksi bahan-bahan organik campuran senyawa
kompleks antara lain asam-asam amino, gula amino, dan protein (polimer
asam amino). Dalam analisis limbah cair, -Total terdiri dari campuran -
organik, -amonia, nitrat dan nitrit (Sawyer et al, 1994). itrogen organik dan
nitrogen amonia dapat ditentukan secara analitik menggunakan metode
Kjeldahl, sehingga lebih lanjut konsentrasi total keduanya dapat dinyatakan
sebagai Total Kjeldahl itrogen (TK). Senyawa-senyawa -Total adalah
senyawa-senyawa yang mudah terkonversi menjadi amonium (H4

) melalui
aksi mikroorganisme dalam lingkungan air atau tanah (MetCalI dan Eddy,
2003). Menurut Kuswardani (1985) limbah cair industri tahu mengandung -
Total sebesar434,78 mg/L.
5)Derajat Keasaman (pH). Air limbah industri tahu siIatnya cenderung asam
(BPPT, 1997a), pada keadaan asam ini akan terlepas zat-zat yang mudah
menguap. Hal ini mengakibatkan limbah cair industri tahu mengeluarkan bau
busuk.
Air buangan industri tahu kualitasnya bergantung dari proses yang
digunakan. Apabila air prosesnya baik, maka kandungan bahan organik pada air
buangannya biasanya rendah (urhasan dan Pramudyanto, 1987).
G.3. Teknologi Pengolahan Limbah Cair
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara
kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik
maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh
masyarakat setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan
kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan.
Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan
polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan
air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3
metode pengolahan:
1. Pengolahan secara Iisika
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air
buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang
mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu.
Penyaringan (screening) merupakan cara yang eIisien dan murah untuk
menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang
mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan.
Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan
mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.
2. Pengolahan secara kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-
logam berat, senyawa IosIor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan
bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada
prinsipnya berlangsung melalui perubahan siIat bahan-bahan tersebut, yaitu dari
tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (Ilokulasi-koagulasi), baik
dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil
reaksi oksidasi.
3. Pengolahan secara biologi
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi.
Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai
pengolahan yang paling murah dan eIisien. Dalam beberapa dasawarsa telah
berkembang berbagai metode pengolahan biologi dengan segala modiIikasinya.
Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua
jenis, yaitu:
1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);
2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).
Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan
berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktiI yang banyak dikenal
berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktiI terus berkembang dengan
berbagai modiIikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi.
Dibandingkan dengan proses lumpur aktiI konvensional, oxidation ditch
mempunyai beberapa kelebihan, yaitu eIisiensi penurunan BOD dapat mencapai
85-90 (dibandingkan 80-85) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit.
Selain eIisiensi yang lebih tinggi (90-95), kontak stabilisasi mempunyai
kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam).
Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses
absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD
tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan.
Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga
termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti
Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi
maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas eIluen
yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi
cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja.
Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas
media pendukung dengan membentuk lapisan Iilm untuk melekatkan dirinya.
Berbagai modiIikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara lain:
1. trickling Iilter
2. cakram biologi
3. Iilter terendam
4. reaktor Iludisasi
Seluruh modiIikasi ini dapat menghasilkan eIisiensi penurunan BOD
sekitar 80-90.
Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian
secara biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis:
1. Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen.
2. Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.
Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat
dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l,
proses anaerob menjadi lebih ekonomis.
Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut
dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.
G.3.1. Pengolahan Lmbah Cair Industri Tahu
Salah satu cara untuk mengatasi masalah air limbah industri tahu adalah
dengan kombinasi proses pengolohan biologis anaerob dan aerob. Secara umum
proses pengolahannya dibagi menjadi dua tahap yakni pertama proses penguraian
anaerob Anaerobic digesting), dan yang ke dua proses pengolahan lanjut dengan
sistem bioIilter anaerob.
Pengolahan limbah indnstri secara biologis dengan metode anaerob dalam
beberapa tahun belakangan ini semakin menunjukkan perkembangan yang cukup
luas. Kemampuan sistem untuk menurunkan konsentrasi bahan organik yang
cukup tinggi dengan sedikit kebutuhan energi, mengakibatkan sistem anaerob ini
banyak diminati dan mendapatkan perhatian yang cukup besar dari berbagai
kalangan (Sahm, 1984).
Mekanisme penguraian bahan organik dalam lingkungan anaerob itu
sendiri pada prinsipnya berlangsnng secara bertahap, yaitu tahap hidrolisa,
asidogenasi, asetogenasi dan metanogenasi yang secara keseluruhan akan
menghasilkan CH
4
dan C0
2
. Dalam Iermentasi metana, keempat tahap penguraian
tersebut melibatkan dua kelompok bakteri, yaitu bakteri pembentuk asam yang
disebut bakteri asidogenik dan penibentuk metana atan disebut metanogenik
(Rich, 1973; Reynolds, 1982; Sahm, 1984). Proses yang berlangsnng dalam
kelompok asidogenik mencakup proses hidrolisa, pembentukan asam organik,
alkohol, C0
2
dan H
2
, sedangkan dalam proses selajutnya bakteri metanogenik
akan mengkonversi asam organik menjadi gas metana. Hidup dan aktivitas bakteri
tersebut terutama bakteri yang hidup dalam kelompok metanogenik sangat
dipengaruhi keadaan lingkungannya, seperti suhu, pH larutan, dan sebagainya
Oleh karenanya, dalam proses anaerob perlu batasan tertentu terhadap parameter
lingkungan tersebnt (BeneIield dan Randall, 1980).
G.3.2. Pengolahan Limbah Cair Secara BioIilter Anaerobik
Berdasarkan keadaan aggregat biakan mikroorganisme dalam medium
limbah cair, secara garis besar pengolahan limbah cair dapat dibedakan atas biakan
tersuspensi (sus5ended culture) dan biakan melekat (attaced culture). Pada sistem
dengan biakan tersuspensi, kultur mikroba dibiakkan secara tersuspensi diseluruh
volume limbah cair. Sistem pengolahan yang menggunakan metode ini diantaranya
adalah proses lumpur aktiI (activated sludge), step aerasi, stabilisasi kontak, proses
campur sempurna (com5letely mixed 5rocess) dan lain-lain.
Pada sistem pengolahan dengan biakan melekat (sering disebut bioIilter),
kultur mikroba dibiakkan pada suatu media, sehingga mikroorganisme yang
terlibat melekat atau membentuk lapisan tipis (biofilm) pada permukaan media
padat (MetCalI dan Eddy, 2003). Berdasarkan posisi media bioIilter dalam
bioreaktor, MetCalI dan Eddy (2003) membagi proses pertumbuhan melekat atas
3 macam, yaitu non-submerged, sus5ended grot 5rocess dengan fixed film
5acking submerged.
1)Proses pertumbuhan melekat dengan biakan tidak terendam (non-submerged)
merupakan proses pengolahan limbah secara biologis dimana media biakan
tidak terendam dalam bulk cairan. Unit proses yang termasuk ke dalam
kelompok ini antara lain adalah trickling filter (MetCalI dan Eddy , 2003).
2)Proses pertumbuhan tersuspensi dengan packing Iilm tetap (sus5ended grot
5rocess it fixed-film 5acking) pada dasarnya merupakan proses pengolahan
dengan biakan tersuspensi sebagaimana halnya dalam sistim lumpur aktiI.
Akan tetapi penggunaan jenis bahan packing yang tersuspensi ke dalam tangki
menyebabkan mikroorganisme yang terlibat melekat pada bahan packing
tersebut. Di samping itu, bahan packing tetap yang sebahagian tercelup ke
dalam tangki seperti halnya rotating biological contactor (RBC) yang
terendam sebagian dapat digolongkan ke dalam pertumbuhan melekat. (WEF,
2000).
3)Proses pertumbuhan melekat dengan biakan terendam (submerged) merupakan
proses pengolahan limbah secara biologis dimana media biakan terendam
sepenuhnya dalam bulk cairan. Unit proses yang termasuk ke dalam kelompok
ini antara lain adalah reaktor biologis unggun-tetap aliran ke atas (u5flo) dan
aliran ke bawah (donflo), unggun terIluida (fluidi:ed bed), ), u5flo
anaerobic sludge blanket (UASB), dan lain-lain (MetCalI & Eddy, 2003).
Dari ketiga jenis sistem bioIilter tersebut, proses pertumbuhan melekat
dengan biakan terendam merupakan metode pengolahan limbah cair yang relatiI
baru khususnya dalam pengolahan biologis anaerobik. Aplikasi proses ini pertama
sekali dikemukakan oleh Young dan McCarty pada tahun 1963 (Rittman dan
McCarty, 2001; Bal dan Dhagat, 2001; MetCalI & Eddy, 2003). Young dan
McCarty menggunakan sistem bioIilter anaerob dalam proses pengolahan limbah
cair organik dalam skala laboratorium dan mendapatkan bahwa bioIilter mampu
mendegradasi kandungan organik air limbah.
Sistem bioIilter anaerob merupakan pengembangan dari sistem pengolahan
limbah anaerob dengan biakan tersuspensi, dimana dengan adanya Iilter tersebut
konsentrasi padatan biologis (biomassa) dalam reaktor dapat dipertahankan.
Dengan penahanan padatan biologis ini diperoleh sludge retention time (SRT)
yang lebih lama meskipun pada aliran limbah cair yang besar (Bal dan Dhagat,
2001).
Sistem pengolahan limbah cair bioIilter anaerobik dengan biakan terendam
dapat dioperasikan dengan berbagai cara, antara lain aliran ke atas (u5flo), aliran
ke bawah (donflo), atau gabungan keduanya, unggun terekspansi dan unggun
terIluida (Rittmann dan McCarty, 2001).
Rittmann dan McCarty (2001), menyatakan bahwa proses bioIiltrasi dalam
kondisi anaerob maupun aerob dapat dilakukan dengan menggunakan media
kerikil, batu apung, karbon aktiI, plastik serta bahan padat inert lainnya. Di
samping itu, proses bioIiltrasi anaerob dalam reaktor 5acked-bed baik aliran
vertikal maupun horizontal dapat diaplikasikan untuk pengolahan limbah cair
antara lain limbah rumah tangga dan perkotaan, limbah industri pengolahan bahan
makanan, minuman, industri Iarmasi serta industri bahan kimia.
Mengacu dari penelitian sebelumnya (Husin, 2008) yang menggunakan
metode pengolahan limbah cair industri tahu menggunakan bioreaktor fixed-bed
anearob dengan dengan alran u5 flo dan don flo yang berhasil mereduksi rata
rata COD sebesar 38,97 (HRT 12 jam), 56,24 (HRT 18 jam) dan 58,97
(HRT 24 jam). Sementan pada keadan yang sama. penyisihan MLSS rata - rata
sebesar 64,41 (HRT 12 jam), 66,43 (HRT 18 jam) dan ,45 (HRT 24jam)
Dari inIormasi-inIormasi tersebut penyusun mencoba mengaplikasikan
proses pengolahan limbah industri tahu dengan bioreaktor fixed-bed anaerob
dengan media batu apung sebagai 5acking column dengan aliran u5-flo kemudian
eIIluent dari bioreaktor dialirkan ke dalam tangki Iiltrasi untuk mendapatkan hasil
yang lebih optimal yang memenuhi standar baku mutu air golongan D.
H. Metode Penelitian
H.1 Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap pendahuluan
dan tahap percobaan utama. Tahap pendahuluan terdiri dari tahap pembibitan,
aklimatisasi, start-u5 bioreaktor anaerob dan tangki Iiltrasi. Tahap percobaan
utama yaitu tahap pengelolahan limbah cair industri tahu.
Tahap penelitian ini dimulai dengan menyusun peralatan penelitian dengan
menggunakan bioreaktor fixedbed anaerob dan tangki Iiltrasi. Kemudian
dilanjutkan dengan tahap pembibitan, aklimatisasi, start-u5 bioreaktor dan tangki
Iiltrasi serta pada tahap percobaan utama yang merupakan tahap pengolahan
limbah cair industri tahu, seperti terlihat pada gambar 3.1 dan 3.2.
Kinerja sistem bioreaktor anaerob dalam mengolah limbah cair dari
industri tahu dapat ditentukan dengan melakukan penelitian yang meliputi tahap
pendahuluan yang terdiri dari pembibitan, aklimatisasi, start-u5 bioreaktor fixed-
bed anaerob dan Iiltrasi serta dengan melakukan pengamatan BOD (biological
oxygen demand), COD (cemical oxygen demand), dan TSS (total sus5ended
solid) pada sampel awal limbah cair, sedangkan pada percobaan utama
pengamatan yang dilakukan adalah BOD, COD, TSS, pH terhadap variasi tinggi
5acking column pada bioreaktor.



Umpan
(Limbah Cair Dari
Industri Tahu)
Pompa limbah dengan laju alir
tertentu sesuai WTC
Bioreaktor Anaerob
Filtrasi
Analisa BOD, COD, pH, TSS
Gambar 3 Diagram Alir Pengolahan Limbah Cair Dari Industri Tahu
EIluent
Perancangan Alat Penelitian
$tart-u5 Bioreaktor dan
Filtrasi
Tahap Percobaan Utama
(Pengolahan Limbah Cair)
Sintetik)
Pembibitan dan Aklimatisasi
Gambar 2 Diagram Alir Tahap Penelitian
H.2. Variabel Penelitian
Penelitian dilakukan dengan laju alir umpan tertentu dengan waktu tinggal
cairan (WTC) selama 12 jam. Variabel berubah dalam penelitian ini adalah tinggi
5acking column yaitu 25, 50, dan 75 cm sebagai media tumbuh mikroorganisme.
Selama percobaan, analisa yang dilakukan adalah BOD, COD, TSS, dan pH pada
bioreaktor serta pada eIluent Iiltrasi.
H.3. Ruang Lingkup Penelitian
Limbah cair tahu yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari
limbah cair yang berasal dari ome industry yang berada di kawasan Serang.
Bioreaktor yang digunakan berada di Laboratorium Pengolahan Limbah Dan
Konversi Energi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, dengan variasi tinggi
5acking column pada penggunaan batu apung sebagai 5acking dalam bioIilter
sehingga menghasilkan nilai COD, BOD, TSS, dan PH yang memenuhi baku
mutu air golongan D.
H.4. Alat dan Bahan Penelitian
H.4.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari alat utama dan alat
pendukung.
A. Alat Utama Bioreaktor Anaerob dan Bak Filtrasi
Bioreaktor yang digunakan terbuat dari fleksi glass dengan ketinggian 100
cm dan diameter 10 cm. Volume kerja eIektiI dari bioreaktor yaitu 6 L. Bagian
atas bioreaktor dilengkapi dengan labu leher angsa untuk mengeluarkan gas yang
dihasilkan dari proses degradasi. Tangki Iiltrasi yang digunakan menggunakan
galon air mineral yang berbahan PET dan PC. Urutan isian Iilter dari tangki
Iiltrasi yaitu batu koral, ijuk, arang, batu kerikil, pasir, dan batu kerikil. Rangkaian
alat secara skematik tersaji pada gambar 3.3.

Gambar 4 Diagram Alir Proses Bioreaktor Fixed-Bed Anaerob
untuk mengolah limbah cair Industri tahu
B. Alat Pendukung
Peralatan pendukung yang digunakan yaitu pompa dossing, katub, tangki
penampung, tempat penyimpanan gas dan pH meter.
H.4.2 Bahan penelitian
Bahan-bahan yang digunakan antara lain adalah :
1. Air limbah
Penelitian ini menggunakan limbah cair industri tahu yang berasal dari
ome industry di daerah Serang.
2. Mikroorganisme
Mikroorganisme yang digunakan berasal dari instalasi pengolahan limbah
cair secara anaerob dari salah satu industri di daerah Cilegon.
H.5. Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan terdiri dari tiga tahapan. Tahapan yang pertama
dilakukan adalah pembibitan dan aklimatisasi, kemudian dilanjutkan start-u5
bioreaktor, setelah itu tahapan yang terakhir yaitu percobaan utama.
H.5.1 Pembibitan Mikroorganisme Anaerob dan Aklimatisasi
Pada tahap pembibitan, lumpur biomassa yang berasal dari instalasi
pengolahan limbah cair secara anaerob diambil 5 liter dan dimasukkan ke dalam
tangki pembibitan. Kondisi anaerob diperoleh dengan mengalirkan gas
2
ke
dalam tangki sampai oksigen terusir keluar sehingga tangki bebas oksigen.
Selanjutnya 100 ml limbah cair industri tahu dimasukan ke dalam tangki setiap
hari sampai volume 8 liter, kemudian dilakukan proses aklimatisasi dengan cara
memasukkan limbah cair industri tahu sebanyak 100 ml dan membuang cairan
bibit sebanyak 100 ml. Proses ini dilakukan sampai nilai TSS di dalam tangki
pembibitan konstan.
H.5.2 $tart-u5 Bioreaktor
Pada tahap start-u5 bioreaktor di isi dengan packing yang berupa batu
apung dengan ketinggian yang telah ditentukan, kemudian cairan bibit yang telah
teraklimatisasi dimasukkan ke dalam bioreaktor anaerob sebanyak 4 liter. Untuk
mencapai kondisi anaerob, maka dialirkan gas
2
ke dalam bioreaktor. Kemudian
dibiarkan selama 1 hari untuk memberikan waktu kepada mikroorganisme untuk
menempel di permukaan batu apung. Setelah itu substrat yang berupa limbah cair
tahu diberikan ke bioreaktor dengan laju alir tertentu hingga mencapai volume 6
liter. Kemudian dibiarkan selama 1 hari untuk penstabilan.
H.5.3 Tahap Percobaan Utama
Setelah tahap start-u5 tercapai maka penelitian dilanjutkan untuk melihat
kinerja bioreaktor anaerob yang dioperasikan secara kontinyu. Air limbah segar
yang berada dalam tangki umpan dialirkan dengan menggunakan pompa dosing
ke dalam bioreaktor dengan laju alir tertentu. Kemudian keluaran dari bioreaktor
dialirkan ke dalam bak Iiltrasi. EIluent dari bak Iiltrasi ditampung dalam tangki
penampungan.
H.6. Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Selama percobaan, analisa yang dilakukan adalah BOD, COD, TSS, dan
pH. Metode analisa kandungan COD dengan menggunakan metode titrimetri,
konsentrasi pH dengan metode elektrimetri dan konsentrasi TSS dengan
menggunakan metode graIimetri berdasarkan standard metode (APHA 1992).
Pelaksanaan analisa dan pengukuran yang dilakukan pada penelitian ini
tersaji pada tabel 3.1.
Tabel 3 Pelaksanaan Analisa dan Pengukuran Bioreaktor
Parameter Lokasi Sampel
BOD Umpan, bioreaktor, eIluent
COD Umpan, bioreaktor, eIluent
TSS bioreaktor, eIluent
pH Umpan, bioreaktor, eIluent

I. 1adwal Kegiatan
Adapun jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada
Tabel.1 di bawah ini.
Tabel 4 Jadwal Kegiatan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Perancangan Alat Penelitian
2 Pembibitan dan Aklamasi
3 Start-up Bioreaktor dan Filtrasi
4 Percobaan Utama
5 Analisa dan Pembahasan
6 Bimbingan dan Evaluasi
7 Penyusunan Laporan Akhir
Kegiatan o.
Bulan ke - 1 Bulan ke - 2 Bulan ke - 3 Bulan ke - 4

1. Rancangan Biaya
1. Peralatan Utama
O Tabung Flexi glass : Rp. 1.000.000,-
O Galon : Rp. 225.000,-
O Pipa 1 : Rp. 100.000,-
O Selang : Rp. 135.000,-
O Valve : Rp 275.000,-
O Pompa Dosing : Rp. 1.500.000,-
2. Bahan habis Pakai
O Aquadesh : Rp 150.000,-
3. Analisa
O Biaya Peralatan
1. Buret : Rp. 450.000,-
2. Beaker glass : Rp. 500.000,-
3. Labu Erlenmeyer : Rp. 470.000,-
4. Pipet Tetes : Rp. 60.000,-
5. Kertas Saring : Rp. 250.000,-
O Biaya bahan untuk analisa
1. kalium hidrogen IosIat : Rp. 383.000,-
2. dinatrium hidrogen IosIat : Rp. 398.000,-
3. amonium klorida : Rp. 318.000,-
4. magnesium sulIat : Rp. 325.000,-
5. kalsium klorida : Rp. 300.000,-
6. kalium dikromat : Rp. 860.500,-
7. Asam SulIat : Rp. 550.000,-
8. Indikator Ferroin : Rp. 370,000,-
4. Administrasi
O Laporan : Rp. 200.000,-
O Pulsa : Rp. 100.000,-
5. Transportasi : Rp. 150.000,-
6. Biaya tak terduga : Rp. 930.500,-

Rp. 10.000.000,-
K. Daftar Pustaka
1. APHA., 1992, ~$tandard Metods for Examination of Water and Wasteater,
18
th
ed., American Public Health Assosiation, Washington.
2. Astuti, A D., Wisaksono W., urwini., A R, 2007, '!engolaan Air Limba Tau
Menggunakan Bioreaktor Anaerob-Aerob Bermedia Karbon Aktif dengan Jariasi
Waktu Tunggal, Universitas Trisakti, Jakarta
3. Bappeda Medan., 1993, ~!enelitian !encemaran Air Limba Di $entra Industri
Kecil Tau/ Tem5e di Kec. Medan Tuntungan Kotamadya Dati II Medan`,
Laporan Penelitian, Bappeda TK II Medan, Medan.
4. EMDI Bapedal., 1994, ~Limba Cair Berbagai Industri di Indonesia. $umber,
!engendalian dan Baku Mutu`, EMDI BAPEDAL.
5. Husin, A., 2008, '!engolaan Limba Cair Industri Tau Dengan Biofiltrasi
Anaerob Dalam Reaktor Fixed-Bed`, Thesis Master, Program Pasca Sarjana USU,
Medan
6. Lisnasari, S.F., 1995, ~!emanfaatan Gulma Air Aquatic Weeds) $ebagai U5aya
!engolaan Limba Cair Industri !embuatan Tau, Thesis Master, Program
Pasca Sarjana USU, Medan.
7. MetCalI & Eddy., 1930., Sewerage and Sewage Disposal, dalam MetCalI & Eddy,
2003, ~Wasteater Engineering . Treatment, Dis5osal and Reuse, 4
th
ed., Mc
Graw Hill Book Co., ew York.
8. uraida, 1985., Analisis Kebutuhan Air Pada Industri Pengolahan Tahu dan
Kedelai, dalam Lisnasari, S.F., 1995, ~!emanfaatan Gulma Air Aquatic Weeds)
$ebagai U5aya !engolaan Limba Cair Industri !embuatan Tau`, Thesis
Master, Program Pasca Sarjana USU, Medan.
9. Rittmann, B.E., and McCarty, P.L., 2001, ~Environmental Biotecnology .
!rinci5les and A55lications, McGraw Hill International Ed., ew York.
10.Tobing, P.L., dan Loebis, S., 1994, '!enggunaan Betagen-Ris5a Untuk
!engendalian Limba !abrik Kela5a $ait, Berita !!K$`, Vol. 2.
11.Yuniarti, Leila., 2007, ~!engolabaii Limbab Cair Ruma !otong Hean dan
!abrik Tau Dengan Menggunakan ABR Anaerobic Buffled Reactor)`, Bandung:
Tugas Akhir TL-ITB.
12.http://www.ristek.go.id
13.http://www.dephut.go.id
L. Lampiran
1) Biodata Ketua serta Anggota Kelompok
1. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. ama Lengkap : Tedhi
b. ama panggilan : Tedhi
c. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 7 Januari 1991
d. Alamat : Jl. Manyar o. 58 Perumahan D-Flat
Krakatau Steel Cilegon- Banten 42435
e. Telp/Hp : 081381501788
I. Pendidikan Terakhir : SMA Setia Bhakti, Tangerang.
g. Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
h. Waktu Untuk Kegiatan : 8 Jam/ minggu
i. Pengalaman Penelitian : -
















Tanda Tangan



(Tedhi)
2. Anggota Pelaksana
a. ama Lengkap : Lusiana Adhyta
b. ama panggilan : Dita
c. Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 03 Juli 1990
d. Alamat : Link. Tegal Wangi Masjid RT. 01/01
o. 13 Kec. Grogol Cilegon - Banten
e. Telp/Hp : 085711056377
I. Pendidikan Terakhir : SMA 2 Krakatau Steel
g. Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
h. Waktu Untuk Kegiatan : 8 Jam/ minggu
i. Pengalaman Penelitian : -


















Tanda Tangan



(Lusiana Adhyta)
3. Anggota Pelaksana
a. ama Lengkap : Mahdalena Ulirapna
b. ama panggilan : ana
c. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 15 September 1990
d. Alamat : Jl. Merak o. 1 Perumahan D-Flat
Krakatau Steel Cilegon-Banten 42435
e. Telp/Hp : 087774682702
I. Pendidikan Terakhir : SMA 113 Jakarta
g. Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
h. Waktu Untuk Kegiatan : 8 Jam/ minggu
i. Pengalaman Penelitian : -


















Tanda Tangan



(Mahdalena Ulirapna)
4. Anggota Pelaksana
a. ama Lengkap : Angga Prayoga
b. ama panggilan : Angga
c. Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 23 Agustus 1989
d. Alamat : Jl. Flamboyan Raya o. 88 BBS II
Cilegon - Banten
e. Telp/Hp : 085694964029
I. Pendidikan Terakhir : D III IPB (Analis Kimia)
g. Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
h. Waktu Untuk Kegiatan : 8 Jam/ minggu
i. Pengalaman Penelitian : Ufi !ola $5ektrum Inframera Ekstrak
Maserasi dan Refluks dari Daun
Tem5uyung, $eledri dan !egagan
















Tanda Tangan



(Angga Prayoga)
2) Biodata Dosen Pendamping
a. ama Lengkap : Rahmayetty, ST., MT.
b. Tempat,Tanggal Lahir : Palembang, 2 Oktober 1974
c. IP : 197410021999032002
d. Golongan Pangkat : III/C/Penata Tingkat I
e. Jabatan Fungsional : Lektor
I. Jabatan Struktural : Sekretaris Jurusan
g. Fak/ Program Studi : Teknik/ Teknik Kimia
h. Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
i. Bidang Keahlian : Pengolahan Air Dan Limbah
j. Waktu untuk kegiatan : 4 jam/ minggu


















Tanda Tangan



(Rahmayetty, ST., MT.)

Anda mungkin juga menyukai