Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Masa remaja pada umumnya dan masa remaja awal pada khususnya tidak
datang secara mendadak tetapi melalui pertumbuhan yang simultan. Tidak ada
pemisah yang membatasi jelas. Di akhir masa kanak-kanak sebenarnya terjadi
masa menjelang kedatangan masa remaja, yang disebut masa pueral dalam waktu
yang singkat (Rumini dan Sundari, 2004).
Penduduk dunia saat ini berjumlah 6,3 miliar jiwa, memiliki jumlah
penduduk remaja lebih dari satu miliar . pada tahun 2008 jumlah penduduk
Indonesia yang saat berjumlah 213 juta, 30 diataranya atau 62 juta adalah
remaja usia 10 24 tahun (KBI, 2008).
Kelompok umur remaja merupakan Iase pertumbuhan yang pesat selain
pada masa balita, sehingga wajar pada masa ini dibutuhkan zat gizi yang relatiI
lebih besar jumlahnya. Untuk pertumbuhan normal tubuh memerlukan nutrisi
yang memadai, kecukupan energi, protein, lemak dan suplai nutrient esensial
yang menjadi basis pertumbuhan. Pertumbuhan remaja dinegara yang sedang
berkembang membutuhkan perhatian khusus pada nutrient vitamin A, seng atau
protein selain kebutuhan energi yang adekuat. Berbeda dengan dinegara barat,
disana dilakukan pengawasan pada produk makanannya sehingga jarang
ditemukan deIisiensi nutrient (Litin, 2001 : Soetjiningsih, 2004).
Pada masa remaja, sering kali merasa bertanggung jawab dan bebas
menentukan jenis makanan yang digemarinya. Tekanan-tekanan sosial sering
dialami ketika harus memutuskan beberapa alternatiI, misalnya berbadan
langsing atau bertubuh atletik, vegetarian atau berdiet dan lainnya. Keadaan
kesehatan remaja erat hubungannya dengan asupan gizi, dan masalah utama pada
usia remaja adalah kegemukan atau kelebihan berat badan dan pengaturan makan
yang kurang baik. (Mahdin, 2006)
Prevalensi masalah gizi remaja pada tahun 1989 didapatkan 4,6 laki-laki
dan 5,9 perempuan, meningkat menjadi 6,3 laki-laki dan 8 perempuan pada
tahun 1992. Remaja putri sangat memperhatikan penampilannya. Mereka
berpendapat bahwa memiliki tubuh kurus akan menambah rasa percaya diri
sehingga mendorong mereka untuk melakukan usaha pengaturan makan guna
menjaga berat badan mereka walaupun berat badan mereka tergolong normal
tetapi mereka menganggap berat badannya lebih. Pengaturan makan remaja
biasanya sembarangan tanpa memperhatikan aspek kesehatan dan kebutuhan zat-
zat gizi untuk pertumbuhan yang tentunya hal ini bisa membahayakan bagi
remaja itu sendiri (Setyowati, 2007).
Status gizi remaja yang kurang dipengaruhi oleh kebiasaan makan yang
tidak benar (makan makanan yang berlemak tinggi), gaya hidup modern yang
kurang gerak, stress yang dilarikan ada makanan, dan Iaktor keturunan.
'Makanan sampah (Iast Iood) kini semakin digemari oleh remaja, baik hanya
sebagai kudapan maupun 'makan besar. Makanan ini mudah diperoleh
disamping lebih bergengsi karena terpengaruh iklan. Prevalensi gizi kurang
dengan IMT 5 persentil, sebesar 17,4 dengan rincian 14,1 pada laki-laki
dan 20,7 pada perempuan (Permaisih, 2003 ; Arisman, 2007).
Status gizi kurang pada remaja putri dikota Bandung banyak terjadi karena
pola makan yang kurang baik dengan hasil penelitian sekitar (26-32) karena
remaja putri kurang membiasakan diri untuk sarapan pagi dan lebih sering
mengkomsumsi makanan cepat saji, pendidikan yang rendah dapat menyebabkan
kurangnya pengetahuan gizi dan minimnya inIormasi kesehatan( 21-29),
sedangkan untuk aktiIitas olahraga jarang dilakukan oleh remaja putri (24-30)
karena tubuh kurang gerak yang akhirnya lemak menumpuk dan terjadi gizi
lebih(Fikasari, 2005).
Dewasa ini remaja putri tidak jarang melakukan makan diluar rumah
bersama teman sebayanya, hal ini menyebabkan waktu makan yang tidak
menentu dan seringkali mengkomsumsi makanan cepat saji sehingga pola makan
menjadi tidak teratur (Saptawati, 2006).


















BAB II
ISI
A. Pengertian Remaja
Remaja dideIinisikan sebagai masa peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya
kematangan, biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada wanita.
Batasan remaja dalam hal ini adalah usia 10 tahun s/d 19 tahun menurut
klasiIikasi World Health Organization (WHO). Sementara United Nations (UN)
atau PBB menyebutnya sebagai anak muda (youth) untuk usia 15-24 tahun. Ini
kemudian disatukan dalam batasan kaum muda (young people) yang mencakup
usia 10-24 tahun (Oka negara, 2008).
Masa remaja atau masa adolensi adalah suatu Iase yang dinamis dalam
kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa
anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan Iisik,
mental , emosional dan social dan berlangsung pada dekade kedua masa
kehidupan (IDAI, 2002).

1. Pengelompokan Remaja
Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan
psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut :
(Soetjiningsih, 2004)
a. Masa remaja awal / dini ( ,7ly ,/olescence ) : umur 11-13 tahun.
b. Masa remaja pertengahan ( /le ,/olescence ) : umur 14-16 tahun.
c. Masa remaja lanjut ( ,te ,/olescence ) : umur 17-20 tahun.
Menurut IDAI, 2004 masa remaja berlangsung melalui 3 tahapan yang
masing-masing ditandai dengan isu-isu biologik, psikologik dan sosial, yaitu
Masa Remaja Awal (10-14 tahun), Menengah (15-16 tahun), dan Akhir (17-
20 Tahun). Masa remaja awal ditandai dengan peningkatan yang cepat dari
pertumbuhan dan pematangan Iisik. Masa remaja menengah ditandai dengan
hampir lengkapnya pertumbuhan pubertas, timbulnya ketrampilan-
ketrampilan berpikir yang baru, peningkatan pengenalan terhadap datangnya
masa dewasa dan keinginan untuk memapankan jarak emosional dan
psikologis dengan orang tua. Masa remaja akhir ditandai dengan persiapan
untuk peran sebagai seorang dewasa, termasuk klariIikasi dari tujuan
pekerjaan dan internalisasi suatu system nilai pribadi.
2. Remaja Putri
Setiap remaja putri termasuk orang-orang dewasa membandingkan
penampilannya dengan penampilan orang lain dan sesekali mereka khawatir
akan penampilannya. Gambaran akan tubuh adalah cara kmu melihat dirimu
sendiri dengan kata lain apakah kamu berpikir kalau kamu menari atau tidak,
apakah puas atau tidak senang dengan penampilanmu. Untuk mengetahui
bahwa remaja bahagia akan penampilannya bisa dilihat darimana gambaran
tubuh itu datang yaitu (weekes,2008) :
a. Mode
b. Budaya
c. Gambaran tubuh itu sendiri
3. Nutrisi Remaja
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi remaja. Status
gizi yang baik atau status gizi yang optimal terjadi bila tubuh memperoleh
cukup zat-zat gizi yang digunakan eIisien, sehingga memungkinkan
pertumbuhan Iisik, pertumbuhan otak, kemampuan kerja dan kesehatan
secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Ketidakseimbangan antara
asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi lebih
maupun gizi kurang (Almatsier, 2003).
Pada remaja yang aktiIitasnya tinggi baik kegiatan disekolah maupun
di luar sekolah, mereka sering makan dengan cepat lalu keluar rumah. Tidak
jarang mareka makan diluar rumah, dengan resiko mereka makan dengan
komposisinya gizi yang tidak seimbang (Soetjiningsih, 2002).
Karakteristik pertumbuhan dan implikasi nutrisi untuk remaja adalah
periode maturasi yang cepat pada Iisik, emosi, sosial dan seksual,
pertumbuhan mulai pada waktu yang berbeda pada remaja yang berbeda,
biasanya pertumbuhan cepat pada remaja putri pada usia 10-11 tahun,
puncaknya pada usia 12 tahun dan selesai pada usia 15 tahun, remaja putri
mengalami deposisi lemak,khususnya di abdomen dan lingkar panggul, pelvis
melebar dalam persiapan untuk hamil, remaja putri sedikit mengalami
pertumbuhan jaringan otot dan tulang dibanding remaja putra, biasanya
pertumbuhan cepat remaja putra pada 12-13 tahun, puncaknya pada usia 14
tahun, dan selesai pada usia 19 tahun, remaja putra mengalami peningkatan
massa otot, jaringan tanpa otot dan tulang (Paath, 2004).
Banyak remaja terlalu memikirkan dietnya karena khawatir tentang
penampilan mereka selain itu juga banyak remaja putri yang tidak memahami
bahwa peningkatan jaringan lemaknya selama masa pubertas diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangan normal, remaja putra dapat memiliki
kenyakinan yang salah bahwa diet akan memperbaiki penampilan mereka.
Kudapan berkontribusi 30 atau lebih dari total asupan kalori remaja setiap
hari. Tetapi kudapan ini sering mengandung tinggi lemak, gula, dan natriun
dan dapat meningkatkan risiko kegemukan dan karies gigi. Remaja harus
didorong untuk bertanggung jawab untuk pemilihan kudapan yang sehat
(Paath, 2004).
Biasakan remaja sarapan sebelum memulai aktivitas. Walaupun
kadang dianggap sepele, namun sesungguhnya sarapan merupakan hal yang
penting. Sarapan yang bergizi akan memberi energi untuk menghadapi
aktivitas sepanjang hari. Selain itu, sarapan dapat mencegah remaja makan
berlebihan pada siang dan malam harinya dan membekali remaja dengan
cemilan sehat seperti buah-buahan (Wulansari, 2008).
4. Kebutuhan Nutrisi Remaja
Remaja membutuhkan energi dan nutrient untuk melakukan deposisi
jaringan. Peristiwa ini merupakan suatu Ienomena pertumbuhan tercepat yang
terjadi kedua kali setelah yang pertama dialami pada tahun pertama
kehidupannya. Nutrisi dan pertumbuhan mempunyai hubungan yang sangat
erat.
Kebutuhan nutrient remaja dapat dikenal dari perubahan komposisi
tubuhnya. Perbedaan jenis kelamin akan membedakan komposisi tubuhnya,
dan selanjutnya mempengaruhi Kebutuhan nutriennya.
1. Energi
nergi dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan,
perkembangan, aktiIitas otot, Iungsi metabolik lainnya (menjaga suhu
tubuh, menyimpan lemak tubuh), dan untuk memperbaiki kerusakan
jaringan dan tulang disebabkan oleh karena sakit dan cedera. Sumber
energi makanan berasal dari karbohidrat, protein, lemak menghasilkan
kalori masing-masing, sebagai berikut : karbohidrat 4 kkal/g dan lemak
9kkal/g. diluar nutrient ini ada yang memasukkan alkohol sebagai salah
satu diantara sumber energi yang menghasilkan kalori 7 kkal/g. energi
yang diperlukan seorang remaja tergantung dari BMR individu masing-
masing, tingkat pertumbuhan, dan aktiIitas Iisik.
Kebutuhan energi bervariasi tergantung aktiIitas Iisik ; remaja
yang kurang aktiI dapat menjadi kelebihan BB atau mungkin obesitas.
Kejar tumbuh pada remaja sangat sensitiI terhadap energi dan
perubahan yang terjadi pada energy. Asupan energi yang rendah
menyebabkan retardasi pertumbuhan. nergi merupakan kebutuhan yang
terutama : apabila tidak tercapai, diet protein, vitamin, dan mineral tidak
dapat dipergunakan secara eIektiI dalam berbagai Iungsi metabolik.
2. Protein
Protein diperlukan untuk sebagian besar proses metabolik,
terutama pertumbuhan, perkembangan, dan maintenen/merawat jaringan
tubuh. Asam amino merupakan elemen struktur otot, jaringan ikat,
tulang, enzim, hormone, antibody. Protein juga mensuplai sekitar 12 -
14 asupan energi selama masa anak dan remaja.
Kebutuhan protein sehari yang direkomendasikan pada remaja
berkisar antara 44-59 g, tergantung pada jenis kelamin dan umur.
Berdasarkan BB, remaja umur 11-14 tahun laki-laki atau gadis
memerlukan protein 1g/kg BB dan pada umur 15-18 tahun berkurang
menjadi 0,9g/kg pada laki-laki dan 0,8 g/kg pada gadis.
Kelebihan asupan protein dapat mengakibatkan kelebihan berat
badan atau sampai obesitas. Bila asupan energi terbatas, diet protein lebih
banyak dimanIaatkan untuk memenuhi Kebutuhan energy, dan tidak bisa
dipakai untuk mensintesis jaringan baru. Pertumbuhan mengalami
kegagalan atau terjadi kurang energi protein (KP). Sumber diet protein
yang baik adalah : daging unggas, ikan, telur, susu, dan keju.
3. Lemak
Lemak memiliki peran penting sebagai komponen struktural dan
Iungsional membran sel dan prekusor senyawa yang meliputi berbagai
segi dari metabolism. Lemak juga sebagai sumber asam lamak esensial
yang diperlukan oleh perumbuhan, sebagai sumber suplai energy yang
berkadar tinggi, dan sebagai pengangkut vitamin yang larut dalam lemak.
Sekarang, Kebutuhan lemak dihitung sekitar 37 dari asupan nergi total
remaja, baik laki-laki maupun gadis. Cara yang digunakan untuk
mengurangi diet berlemak adalah dengan memanIaatkan aneka buah dan
sayur dan produk padi-padian dan sereal ; juga dengan memilih makanan
rendah lemak dan mengiris daging dengan membuang lemaknya.
Asupan lemak yang kurang adekuat, akan terjadi gambaran klinis
deIesiensi asam lemak esensial dan nutrient yang larut dalam lemak, serta
pertumbuhan yang buruk. Sebaliknya kelebihan asupan beresiko
kelebihan BB, obesitas, mungkin meningkatkan resiko penyakit
kardiovaskuler dikemudian hari. Sumber berbagai lemak tertentu,
misalnya : lemak jenuh (mentega, lemak babi), asam lemak tak jenuh
tunggal (minyak olive) asam lemak tak jenuh ganda ( minyak kacang
kedelai), kolesterol (hati, ginjal, otak, kuning telur, daging unggas, ikan
dan keju)
4. Karbohidrat
Sumber terbesar energi tubuh adalah karbohidrat yang menjadi
bagian dari bermacam-macam struktur sel dan substan dan komponen
primer diet serat. Karbohidrat disimpan sebagai glikogen atau diubah
menjadi lemak tubuh. Lebih dari seperempat total karbohidrat pada
remaja didapatkan dari pemanis yang ditambahkan, sebagian besar dari
sucrose dan sirup jagung yang mengandung tinggi sucrose.
Sumber karbohidrat yang baik pada diet, adalah : karbohidrat
simple (buah-buahan, sayur-sayuran, susu, gula, pemanis berkalori
lainnya), dan karbohidrat kompleks (produk padi-padian dan sayur-
sayuran). Asupan yang tidak adekuat menyebabkan ketosis; sebaiknya
asupan yang berlebih-lebihan mengarah pada kelebihan kalori.



5. Serat
Serat pada diet jumlahnya berlimpah, Iungsinya pada tubuh
adalah untuk melancarkan proses pengeluaran tubuh. Sumber yang baik
dari diet, misalnya ; seluruh produk padi-padian, beberapa jenis buah dan
sayur, kacang-kacangan kering, dan biji-bijian. Bila kekurangan asupan
menyebabkan konstipasi; sebaliknya bila kelebihan asupan mungkin
menimbulkan absorpsi mineral berkurang.
6. Mineral
Kebutuhan mineral seluruhnya meningkat pada masa kejar
tumbuh remaja. Mineral berperan penting pada kesehatan, kalsium, zat
besi dan seng, khususnya penting pada pertumbuhan dan perkembangan.
7. Zat besi
Remaja adalah salah satu kelompok yang rawan terhadap
deIesiensi zat besi, dapat mengenai semua kelompok status social
ekonomi, terutama yang berstatus social-ekonomi rendah. Penyebabnya
sebagian besar oleh karena ketidakcukupan at asimilasi zat besi yang
berasal dari diet, dilusi zat besi dari cadangan dalam tubuh dengan
cepatnya pertumbuhan dan kehilangan zat besi.
Prevalensi deIesiensi zat besi pada gadis umur 11 14 tahun
sekitar 2,8 , dan pada anak laki-laki 4,1 seangkan pada umur 15-19
tahun deIesiensi zat besi pada gadis ditemukan sekitar 7,2 dan laki-laki
0,6 .
Kebutuhan zat besi meningkat pada remaja oleh karena terjadi
pertumbuhan yang meningkat dan ekspansi volume darah dan masa otot.
Peran zat besi penting untuk mengangkut oksigen dalam tubuh dan peran
lainnya dalam pembentukan sel darah merah. Gadis yang menstruasi
membutuhkan tambahan zat besi yang lebih tinggi.
Kebutuhan zat besi rata-rata pada saat anak prepubertas adalah
10mg/hari.diet remaja hanya mengandung 6 mg/1000 kkal, sehingga
pada gadis yang umumnya membutuhkan kalori yang lebih rendah akan
kesulitan untuk mencukupi Kebutuhan zat besinya. Kekurangan akan
menyebabkan deIisiensi besi,atau anemia besi, sebaliknya kelebihan
asupan pada pasien dengan predisposisi genetic tertentu menyebabkan
overload zat besi. Sumber besi yang baik dalam diet ; hati, daging sapi,
kacang kering, bayam, dan padi-padian dan sereal yang diperkaya.

8. Kalsium
Pertumbuhan tinggi pada masa remaja mencapai 20
pertumbuhan tinggi dewasa dan 45 masa skeletal dewasa. Kebutuhan
kalsium pararel dengan pertumbuhan skeletal, dan meningkat dari
800mg/hari menjadi 1200 mg/hari pada kedua jenis kelamin pada umur
11-19 tahun.
Retensi kalsium pada gadis mencapai 200mg/hari dan pada laki-
laki antara 300-400 mg/hari. Kebutuhan kalsium sangat tergantung pada
jenis kelamin, umur Iisiologis,dan ukuran tubuh.
Kalsium yng adekuat penting pada remaja untuk pembentukan
dan maintenen pertumbuhan tulang sehingga puncak masa tulang dapat
dipenuhi.
Pada gadis asupan kalsium lebih rendah dari Kebutuhan sehari
yang dianjurkan. Sekitar lebih dari 50 gadis dilaporkan mengkomsumsi
diet dengan kalsium kurang dari 70 Kebutuhan kalsium sehari.
Faktor utama yang mempengaruhi metabolism kalsium adalah
kecukupan asupan vitamin D baik dari Diet maupun sinar matahari.



9. Seng
Seng didapatkan sebagai komponen sekitar 40 metalo-enzim,
terlibat dalam proses metabolism mayor, seperti sintesis protein,
penyembuhan luka, pembentukan sel darah, Iungsi imun, untuk
ertumbuhan dan perawatan jaringan tubuh. Seng diperlukan pada masa
remaja untuk pertumbuhan dan pematangan seksual, terutama saat
pubertas.
DeIesiensi seng ada hubungannya dengan diet sudah diketahui
sejak tahun 1960 pada remaja laki-laki di Mesir dan Iran. Gejala klinis
deIesiensi seng antara lain : gagal tumbuh, naIsu makan berkurang,
letargi mental, perubahan kulit dan pematangan seksual yang terlambat,
tetapi seng dapat meningkatkan pertumbuhan dan pematangan seksual,
sedangkan gejala kelebihan asupan seng adalah emesis/intoksikasi akut.
Sumber seng yang baik dalam ; kerang laut, daging merah,
unggas, keju, seluruh padi-padian sereal, kacang kering, dan telur.
10. Mineral lain
Peran magnesium adalah sebagai komponen tulang, sintesis
protein, melepaskan energy dari glikogen, mengatur suhu tubuh dan
tekanan darah. DeIesiensi magnesium jarang terjadi, gejala klinisnya
spasme otot,tremor, nausea, apati, kejang, dan koma.
Peran FosIor adalah sebagai elemen structural tulang dan gigi,
serta berpartisipasi dalam berbagai reaksi kimia. Asupan yang tidak
adekuat belum diketahui dalam praktek sehari-hari.
Peran Tembaga sebagai komponen beberapa protein dan enzim,
pemakaian zat besi, sumber tembaga yang baik dalam diet ; kerang laut,
kacang tanah, hati, ginjal, minyak jagung, margarine, dan miju-miju
(lentil). DeIesiensi tembaga menimbulkan gejala anemia dan penyakit
tulang.
Peran Selenium sebagai konstituen dari sel darah merah dan
glutation. DeIesiensi selenium menimbulkan kardiomiopati pada
anak.
11. Vitamin
a) Vitamin A
'iamin A merupakan nutrient yang larut dalam lemak,
essensial untuk mata, tulang, pertumbuhan, pertumbuhan gigi,
diIerensiasi sel, reproduksi dan integritas system imun.
DeIesiensi 'itamin A masih merupakan masalah nutrisi
utama yang berakibat kebutaan di Negara berkembang termasuk di
Indonesia. Kelebihan asupan vitamin A menimbulkan teraogenitas,
gejala toksisitas termasuk eIek pada kulit dan tulang.
b) Vitamin C
Fungsi vitamin c dalam pembentukan kolagen mintenen
kapiler, tulang dan gigi, promosi absorpsi zat besi nonhem ; dan
melindungi vitamin lain dan mineral dari oksidasi (antioksidan).
Rata-rata asupan vitamin vitamin C remaja laki-laki 121
mg/hari, dan pada gadis 80 mg/hari. Asupan ini trmasuk lebih
tinggi dari RDA , yakni 50mg/hari untuk remaja usia 11- 14 tahun,
dan 60 mg/hari untuk usia 15-18 tahun. Buah-buahan segar seperti
jeruk, tomat, kentang, sayur hijau tua dan strawberi yang dijus
merupakan sumber vitamin C yang sangat baik.
Asupan vitamin C yang idak adekuat menimbulkan gejala
deIesiensi vitamin C, berupa perdarahan kulit dan gusi, lemah,
deIek perkembangan tulang (scurvy). Sebaliknya kelebihan asupan
menimbulkan keluhan gastrointestinal.


12. Vitamin E (tokoferol)
Fungsinya sebagai antioksidan, sumber vitamin yang baik
dalam diet, minyak dan lemak sayur-sayuran, beberapa produk sereal,
kacang-kacangan dan beberapa ikan laut. Asupan yang tidak adekuat
menimbulkan Iragilitas sel darah merah.
13. Folat
Perannya dalam pembentukan hemoglobin dan mineral
genetic. Kebutuhan Iolat untuk remaja diperkirakan 3 g/kg BB. Studi
terhadap 400 remaja laki-laki dan gadis untuk melihat status Iolat
mendapatkan 40 remaja memiliki kadar total sel darah merah
rendah (140mg/ml).
Insiden deIesiensi Iolat terjadi sebagian besar oleh karena
asupan Iolatnyang tidak cukup. Sumber Iolat ditemukan pada sayur
berwarna hijau tua, kacang kering, benih gandum dan hati. Beberapa
jenis makanan sumber asam Iolat ini, kebetulan tidak disukai remaja,
sehingga beresiko timbulnya deIesiensi. Gejala deIesiensi Iolat
berupa : lemah, pucat, perubahan neurologis dan anemia.


14. Niasin, Riboflavin, dan Thiamin
Kebutuhan energi pada masa remaja memerlukan peningkatan suplai
niasin, riboIlavin, dan thiamin yang ikut terlibat dalam metabolism
energy.
15.Vitamin B6 da B12
Status vitamin B6 ditemukan rendah diantara remaja gadis,
dan hamper separuh pada gadis ini memiliki nilai stimulasi koenzim
dalam status deIesiensi.
Peran viatamin B 12 diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah, membangun material genetic, Iungsi sisem syaraI, dan
metabolisme protein dan lemak.

B. Status Gizi
1. Pengertian Gizi
Kata gizi berasal dari bahasa arab 'h/, yang berarti makanan.
Menurut dialek Mesir, ghidza dibaca ghizi. Selain itu sebagian orang
menterjemahkan nutrision dengan mengejanya sebagai 'Nutrisi'
(Yuniastuti, 2008).
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikomsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan Iungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2002).
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu, merupakan indek yang statis dan agresiI siIatnya kurang
peka untuk melihat terjadinya perubahan dalam kurun waktu pendek
misalnya bulanan (Supariasa, 2002).
2. Penentuan Status Gizi Remaja
Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling
mudah dan murah. Indeks Massa Tubuh (IMT) direkomendasikan sebagai
indikator yang baik untuk menentukan status gizi remaja (Permaisih, 2003).
Tujuan hendak dicapai dalam pemeriksaan antropometri adalah
besaran komposisi tubuh yang dapat dijadikan isyarat dini perubahan status
gizi (Arisman, 2007).
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan
mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh
manusia, antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas,

lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul, dan tebal lemak dibawah kulit
(Supariasa, 2002).
Dalam penelitian antropometri yang penting dilakukan adalah
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan (Arisman, 2007).
a. Berat Badan
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan
mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat,
dan protein otot menurun. (Supariasa, 2002).
b. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan
yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan
tepat (Supariasa, 2002).
Tinggi badan dapat diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus,
tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan bokong
menempel pada dinding dan pandangan diarahkan kedepan. Kedua
tangan bergantung relaks disamping badan. Potongan kayu (atau logam),
bagian dari alat pengukur tinggi badan digeser, kemudian diturunkan
hingga menyentuh bagian atas (verteks) kepala. Sentuhan harus
diperkuat jika subjek berambut tebal (Arisman, 2007).
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut :

Berat Badan ( Kg)
IMT ---------------------------------------------
Tinggi badan (m) x Tinggi Badan (m)

Tabel 2.1 Kategori Ambang batas IMT untuk Indonesia
Status Gizi I M T


Kurus
Kurus tingkat
berat

Kurus tingkat
ringan
17


17,0 18,4


Normal


Normal


18,5 25,0


Gemuk

Gemuk tingkat
ringan

Gemuk tingkat
berat
25,1 27,0


~ 27
(Sumber Supariasa, 2002)



3. Penilaian Status Gizi
Komponen penilaian status gizi meliputi (Arisman, 2007)
a. Asupan makanan
Penilaian menggunakan asupan makanan merupakan penilaian yang
paling sulit, karena :
1) Manusia memiliki siIat pelupa, orang sering tidak mengingat dengan
pasti jenis dan jumlah makanan yang disantap.
2) Karena manusia sering mngedepankan gengsi sehingga jik diberi tahu
makanan mereka akan dinilai, pola makanpun dipaksakan berubah
3) Sejauh ini belumlah mungkin menghitung komposisi makanan secara
akurat, kecuali kegiatan makan diawasi secara ketat.
Metode untuk pengukuran komsumsi makanan untuk individu
antara lain (Supariasa, 2002)
1. Metode recall 24 jam
Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis
dan jumlah bahan makanan yang dikomsumsi pada periode 24 jam
yang lalu. Biasanya dimulai sejak ia bangun pagi kemarin sampai dia
istirahat tidur malam harinya. Atau dapat juga dimulai dari waktu saat
dilakukan wawancara mundur ke belakang sampai 24 jam penuh.
Untuk membandingkan antara komsumsi zat gizi dengan keadaan gizi
seseorang biasanya 24 jam penuh. Untuk membandingkan antara
komsumsi zat gizi dengan keadaan gizi seseorang biasanya dilakukan
perbandingan pencapaian komsumsi zat gizi individu terhadap AKG (
Angka kecukupan Gizi ). Untuk menentukan AKG individu dapat
dilakukan dengan koreksi pada BB (Berat badan) nyata
individutersebut dengan BB standart yang ada pada table AKG.


Tabel 2.2. KlasiIikasi tingkat komsumsi
Kategori AKG
Baik 100 AKG
Sedang 80 99 AKG
Kurang 70 79
Devisit 70

2. Prakiraan makanan
Metode ini digunakan untuk mencatat jumlah yang dikomsumsi. Pada
metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang ia makan
dan minum setiap kali sebelum makan dalam ukuran rumah tangga
(URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam periode
tertentu, termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut.
3. Penimbangan makanan
Pada metode penimbangan makanan, responden atau petugas
menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi
responden selama 1 hari. Penimbangan biasanya berlangsung beberapa
hari tergantung tujuan, dana penelitian dan tenaga yang tersedia.
a. Metode dietary history (riwayat makanan)
Metode ini memberikan gambaran pola konsumsi berdasarkan
pengamatan dalam waktu yang cukup lama (1 minggu, 1 bulan, 1
tahun).
b. Metode Irekuensi makanan
Metode ini untuk memperoleh data tentang Irekuensi konsumsi
sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode
tertentu (hari, minggu, bulan, atau tahun)
4. Pemeriksaan biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen
yang diujikan secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam
jaringan tubuh (Supariasa,dkk,2002).
Berbagai Test laboratorium meliputi pemeriksaan biokimia,
hematology, dan parasitologi. Pada pemeriksaan biokimia dibutuhkan
spesimen yang akan diuji, seperti darah, urin, tinja dan jaringan tubuh
seperti hati, otot, tulang, rambut, kuku, dan lemak bawah kulit
(Yayuk,2007).
5. Pemeriksaan klinis riwayat kesehatan
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini berdasarkan atas perubahan-
perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidak cukupan zat
gizi (Supariasa,dkk,2002).
Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan Iisik secara menyeluruh,
termasuk riwayat kesehatan. Bagian tubuh yang harus diperhatikan
dalam pemeriksaan klinis adalah kulit, gigi, bibir, lidah, mata dan alat
kelamin (Arisman, 2004).
6. Pemeriksaan antropometri
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Beberapa indeks antropometri yang
sering digunakan yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi
Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan
(BB/TB) (Supariasa,dkk,2002).
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana untuk
memantau status gizi khususnya yang berkaitan dengan kekurangan
atau dengan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat
badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan
hidup lebih panjang (Supariasa, dkk,2002)

Tabel 2.3. ANGKA KCUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG
INDONSIA
No UMUR BRAT
BADAN
(cm)
TINGGI
BADAN
(cm)
NRG
I
(Kkal)
PROTI
N
(gram)
'it.
A
(R)
'it.
D
(Mg)
'it.

(Mg)
'it.
K
(Mg)

1
2
3
4
5
Anak :
0-6 bulan
7-11 bulan
1-3 tahun
4-6 tahun
7-9 tahun

6
8,5
12
17
25

60
71
90
110
120

550
560
1000
1550
1600

10
16
25
39
45

375
400
400
450
500

5
5
5
5
5

4
5
6
7
7

5
10
15
20
25

6
7
8
9
10
Pria
10-12
tahun
13-15
tahun
16-19
tahun

35
45
55
56
62

138
150
160
165
165

2050
2400
2600
2550
2350

50
60
65
60
60

600
600
600
600
600

5
5
5
5
5

11
15
15
15
15

35
55
55
65
65
11
12
20-29
tahun
30-49
tahun
50-64
tahun
65 keatas
62
62
165
165
2250
2050
60
60
600
600
10
15
15
15
65
65

13
14
15
16
17
18
19
Wanita
10-12
tahun
13-15
tahun
16-19
tahun
20-29
tahun
30-49
tahun
50-64
tahun
65 keatas

37
45
50
52
55
55
55

145
153
154
156
156
156
156

2050
2350
2200
1900
1800
1750
1600

50
57
50
50
50
50
50

600
600
600
500
500
500
500

5
5
5
5
5
10
15

11
15
15
15
15
15
15

35
55
55
55
55
55
55
Sumber: !enentu,nSt,tus , (Sup,7,s, 2002)
C. Tingkat Konsumsi Makanan
a. Kebiasaan Makan
Hidayat (1979) menyebutkan bahwa pada dasarnya intake makanan
dipengaruhi 2 hal, yaitu Iaktor internal dan eksternal. Faktor internal
merupakan Iaktor yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri,dapat
berupa emosi/kejiwaan yang memiliki siIat kebiasaan, sementara itu Iaktor
eksternal adalah Iaktor yang berasal dari luar manusia, seperti keersediaan
bahan pangan yang ada dialam skitarnya serta kondisi social ekonomi yang
mempengaruhi tingkat daya beli manusia terhadap bahan pangan.
Worthington-Robert (2000) menyebutkan banyak Iaktor yang
mempengaruhi kebiasaan makan. Pertumbuhan remaja, meningkatkan
partisipasi dalam kehidupan social, dan aktiIitas remaja dapat menimbulkan
dampak terhadap apa yang di makan remaja tersebut. Remaja mulai dapat
membeli dan mempersiapkan makanan untuk mereka sendiri, dan biasanya
remaja lebih suka makanan serba instant yang berasal dari luar rumah seperti
Iast Iood. Fast Iood biasanya mengandung zat gizi yang terbatas atau rendah,
diantaranya adalah kalsium, riboIlavin,vitamin A, magnesium, vitamin C,
Iolat dan serat. Selain itu, kandungan lemak dan natrium cukup tinggi pada
berbagai Iast Iood.(FKM UI,2010)
b. Makan jajanan
Akhir-akhir ini beragam isu kesehatan menjadi topik hangat yang
dibicarakan berbagai kalangan, termasuk para orangtua. Kasus Iormalin,
boraks, hingga zat pewarna pada makanan membuat kita semua harus lebih
hati-hati lagi dalam memilih makanan terutama makanan yang dikonsumsi
oleh anak-anak. Dalam hal ini para orangtua harus melakukan pengawasan
lebih ketat terhadap makanan apa saja yang dibeli bebas alias jajanan, tidak
terkecuali makanan yang disediakan di kantin sekolah.
Dengan kondisi tersebut, diperlukan komunikasi antara orangtua
murid dan guru untuk saling memberikan masukan dan pengawasan pada
makanan di kantin sekolah dengan memberikan dan menyediakan makanan
yang sehat dan bergizi bagi murid.
1. DeIinisi Makanan Jajanan
Makanan jajanan adalah semua makanan yang dapat langsung
dimakan yang dibeli dari penjual makanan, baik yang diproduksi oleh
penjual tersebut atau diproduksi oleh orang lain tanpa diolah lagi (Savitri,
2009).
Makanan jajanan (Street Foods) adalah jenis makanan yang dijual
dikaki lima, pinggiran jalan , di stasiun, di pasar, di tempat pemukiman
serta lokasi yang sejenis (Winarno, 2007).
Kebiasaan makan di Indonesia adalah makanan utama dua kali
atau tiga kali dengan diselingi jajanan di antaranya. Makan pagi biasanya
pada jam 07.00, makan selingan/jajanan jam 10.00 sampai 11.00, makan
siang jam 12.00, makan selingan jam 16.00 sampai 17.00 dan makan
malam jam 19.00, maka makanan selingan diantara makan utama
dianjurkan pada remaja karena 2 sampai 3 jam setelah makan, zat gizi
didalam makanan akan berkurang dengan akibat pengurangan aktiIitas
tubuh. Sehingga makanan jajanan berIungsi mengganti zat gizi yang
berkurang, maka makanan jajanan yang dikonsumsi harus bergizi baik dan
paling sedikit berkalori 150-200 kalori dan cukup protein dan
kebersihannya harus dijaga. Jadi Irekuensi makanan jajanan yang baik
adalah 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari sedangkan pada
malam hari makanan jajanan tidak dianjurkan (Tarwotjo, 2008).
2. Fungsi Makanan Jajanan
Fungsi makanan jajanan adalah sebagai makanan selingan dan
meningkatkan asupan zat gizi sehingga perlu memilih jajanan yang
bernilai tinggi.


3. Pembagian Makanan Jajanan
a. Makanan berat/utama yang terdiri dari nasi goring, nasi campur,
hamburger, Iried chicken, mie bakso dan lain-lain.
b. Makanan cemilan yang terdiri dari berbagai jenis kue basah ataupun
kue kering seperti pisang goreng, onde-onde, snack kemasan dan lain-
lain.
c. Minuman seperti minuman ringan, es campur/es teller, kopi, teh dan
lain-lain.
4. Dampak NegatiI Makanan Jajanan
Zat terlarang yang terkandung dalam bahan makanan:
a. h7yso/ne 7ho/,2n bu7n u2be7. Zat pewarna yang dimaksud
dipergunakan untuk pewarna industri tekstil dan lain-lain.
b. Zat pengawet, seperti nitroIuran, asam benzoate, dan kloroIorm.
Formalin dan boraks juga berada di antara pengawet yang dilarang
karena bukan untuk digunakan pada makanan.
c. Zat pemanis, sakharin dan siklamat.




Bahaya yang mengancam:
a. Zat pewarna seperti rhodamin, jika dikonsumsi secara berlebihan akan
menyebabkan kanker hati beberapa tahun mendatang.
b. 'etsin atau mono sodium glutamate (MSG) yang dikonsumsi secara
berlebihan bisa menyebabkan kanker. Dalam jangka pendek bisa juga
menyebabkan pusing dan mual.
c. Formalin dan boraks bisa membuat gangguan pencernaan, muntah-
muntah, hingga depresi system saraI.
d. Pencemaran timbal (Pb) pada makanan yang dijajakan di pinggir jalan
tidak bisa diremehkan karena bisa mengakibatkan inIertilitas,
kelumpuhan, mual, dan muntah-muntah, sakit kepala, hingga kesulitan
berpikir.
e. Selain timbale, makanan jajanan yang tidak higienis sangat mungkin
tercemar bakteri .coli. Bakteri ini menyebabkan sakit perut, diare dan
gangguan pencernaan lainnya.
5. Tips menghindari jajanan:
a. Biasakan makan pagi. Hal ini eIektiI untuk mengurangi naIsu jajan
pada anak dan remaja.
b. Membawa bekal. Dengan membawa bekal, selain kebersihan terjaga,
nutrisi juga dijamin seimbang.
c. Sediakan kudapan/camilan sehat di rumah, bisa berupa buah, kue
rendah kalori atau yoghurt.
d. 'ariasi makanan di rumah. Menu yang berganti-ganti membuat kita
tidak cepat bosan dan mencari pilihan lain di luar rumah, yang belum
tentu memenuhi syarat gizi. Ini bisa diterapkan juga di kantin-kantin
sekolah dengan menyediakan makanan yang sehat yang variatiI dan
bergizi, sehingga murid tidak membeli jajanan di luar sekolah.
e. Jangan biasakan mengganti makanan dengan jajanan.
I. Jangan terlalu sering makan di restoran 1,st 1oo/. Makanan yang
ditawarkan umumnya mengandung garam yang tinggi dan penyedap
rasa berlebih. Kandungan kalorinya juga lebih besar disbanding
kandungan nutrisinya. Protein, mineral dan vitaminnya pun sangat
rendah.
6. Daftar Kandungan Zat Gizi Makanan 1ajanan (DKG1)
DKGJ adalah daItar yang memuat angka-angka kandungan zat gizi
berbagai jenis makanan jajanan. Hardinsyah dan Dodik Briawan (1990)
telah membuat rangkuman berbagai jenis makanan jajanan yang khas
dijumpai di berbagai daerah di Indonesia, akan tetapi baru sebagian kecil
dari keaneka ragaman makanan jajanan tersebut yang telah dianalisis
kandungan zat gizinya. Rangkuman tersebut diperoleh dari berbagai
sumber hasil penelitian.
DaItar Kandungan Zat Gizi Makanan Jajanan (DKGJ) dibuat
tersendiri, tanpa digabung dengan DKBM yang sudah ada. Pemisahan ini
dilakukan dengan alasan sebagai berikut:
a. Makanan jajanan merupakan campuran dari berbagai bahan makanan
yang dianalisis bersamaan dalam bentuk olahan.
b. Dalam DKGJ susunan zat-zat gizi tercantum dalam satuan gram
Bagian yang Dapat Dimakan (BDD), menurut ukuran rumah tangga
masing-masing (buah, bungkus, potong, iris, porsi, dan sebagainya),
sehingga tidak perlu lagi dicantumkan kolom BDD.
c. DKGJ hanya memuat kandungan energy dan sembilan jenis zat gizi,
yaitu protein, lemak, karbohidrat, kalsium, besi (Fe), vitamin A,
vitamin C, vitamin B1, dan air.
Apabila akan menghitung kandungan zat gizi suatu makanan
jajanan yang dikonsumsi oleh responden, dengan menggunakan DKGJ,
maka rumus yang digunakan sebagai berikut:







Sumber : Hardinsyah dan Dodik Briawan IPB Bogor, 1990
Keterangan:
KG Kandungan zat gizi I makanan jajanan j
B Berat makanan jajanan j yang akan dianalisis(gram)
B Berat makanan jajanan j yang tercantum dalam
DKGJ (gram)
G Kandungan zat gizi I makanan jajanan j tabel DKGJ
Contoh penghitungan:
Misalnya seseorang mengkonsumsi kue kroket satu buah seberat 50 gram.
Untuk menghitung kandungan protein kroket tersebut:








Catatan: Bila diketahui berat kroket pada tabel DKGJ adalah 25 gr dan
kandungan protein kroket 25 gr tersebut 1,2 gr (pada tabel DKGJ)

Sebagian besar makanan jajanan di Indonesia dihasilkan oleh berbagai
industri rumah tangga, sehingga terdapat variasi antar-daerah, oleh karena itu

B
OG
Bjd
Berat kroket yang dimakan kandungan
Kadar protein kroket= x protein kroket
Berat kroket pd tabel DKGJ
50 gr
= x 1,2 gr = 2,4 gr
dalam menghitung kandungan zat gizi makanan jajanan dengan DKGJ perlu
diperhtungkan bahwa ukuran berat makanan jajanan tidaklah sama dan ukuran
yang dipergunakan adalah gram bukan URT.
D. Daya Beli Makanan
1. Pengertian Daya Beli
Kotler (2006) menjelaskan bahwa daya beli adalah kemampuan
seseorang untuk mendapatkan atau memperoleh barang yang dibutuhkan.
Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan secara ekonomi yaitu
kemampuan seseorang untuk mengeluarkan uang yang dimilikinya sesuai
dengan barang yang diinginkan. Sehingga daya beli makanan dapat diartikan
sebagai kemampuan secara ekonomi dari seseorang unutk memperoleh
makanan yang dibutuhkan.
Daya beli seseorang tergantung pada beberapa aspek yaitu:
a. Berapa besar kemampuan ekonomi yang dimiliki seseorang
b. Berapa besar nilai barang tersebut sehingga ia bersedia mengeluarkan
uang untuk memperolehnya
Daya beli makanan remaja tidak terlepas dari besarnya uang saku yang
diberikan orang tua. Dalam penggunaannya, uang saku digunakan untuk
memenuhi kebutuhan membeli makanan, ditabung, Iotocopy, membeli alat
tulis yang siIatnya urgent dan uang transportasi (Rivan, 2010).
2. Perilaku Pembelian Makanan Remaja
Perilaku daya beli remaja dipengaruhi oleh karakteristiknya yaitu
budaya dan sosial. Budaya merupakan penentu pola keinginan belanja
seseorang. Budaya meliputi nilai, persepsi, preIerensi dan perilaku dasar
keinginan yang dipelajari dari keluarga. Adanya kebiasaan untuk sarapan pagi
dalam suatu keluarga dapat mempengaruhi remaja untuk menggunakan uang
sakunya yang dibelanjakan untuk makanan disekolah.
Faktor sosial juga mempengaruhi perilaku pembelian remaja. Perilaku
pembelian ini dipengaruhi oleh lingkungannya yaitu keluarga dan teman.
Kebiasaan yang ada dilingkungan teman untuk membeli makanan cepat saji
yang bersiIat modern seperti KFC menyebabkan remaja membutuhkan lebih
banyak uang saku untuk membeli makanan walaupun makanan tersebut tidak
mencukupi kebutuhan gizi remaja. Hal ini termasuk dalam gaya hidup remaja.
Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang
adalah tingkat social ekonomi, dalam hal ini adalah daya beli keluarga.
Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain tergantung
pada besar kecilnya pendapatan keluarga, harga bahan makanan itu sendiri,
serta tingkat pengelolaan smber daya lahan dan pekarangan. Keluarga
dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar akan kurang dapat
memenuhi kebutuhan makannya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat
gizi dalam tubuhnya(Apriadji,1986)
Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makan. Orang dengan
tingkat ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan sebagian besar
pendapatan untuk makanan, sedangkan orang dengan tingkat ekonomi tinggi
akan berkurang belanja untuk makanan. (Berg) mengatakan bahwa
pendapatan merupakan Iaktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas
hidangan. Semakin banyak mempunyai uang berarti semakin baik makanan
yang diperoleh. Dengan kata lain semakin tinggi penghasilan, semakin besar
pula presentase dari penghailan tersebut untuk membeli buah, sayuran, dan
beberapa jenis bahan makanan lainnya
E. Hubungan tingkat konsumsi dengan status gizi remaja putri
Pemenuhan Kebutuhan gizi akan berdampak pada kondisi kesehatan, dan
bisa juga berlaku sebaliknya, yaitu status kesehatan (terutama inIeksi) akan
berdampak kepada status gizi seseorang.
Khusus bagi perempuan, gizi memiliki peran yang sangat penting dalam
kesehatan reproduksinya, sejak masih berupa janin hingga usia lanjut. Siklus
kehidupan perempuan dibagi dala tahap masa kecil dan masa anak-anak, masa
remaja, masa reproduksi (hamil dan menyusui) dan masa akhir kehidupan.
Perempuan memiliki Kebutuhan yang lebih khusus disbanding laki-laki
karena perempuan memiliki kodrat untuk mengalami haid, hamil, melahirkan,
dan menyusui. Kondisi ini menyebabkan perempuan memerlukan pemenuhan
gizi dan pemeliharan kesehatan yang lebih insentiI selama Iase kehidupannya.
Permasalahan gizi yang timbul pada salah satu masa yang dilalui akan
berdampak pada proses reproduksi seorang perempuan.
Kesehatan reroduksi remaja ( Adolescent reproductive Health ) adalah
upaya kesehatan reproduksi yang dibutuhkan remaja. Salah satu unsur yang
berperan dalam mewujudkan kesehatan reproduksi pada remaja adalah status
gizi. Asupan zat-zat gizi yang seimbang dan sesuai dengan Kebutuhan remaja
akan membantu remaja mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal. Ketidak seimbangan antara asupan Kebutuhan atau kecukupan akan
menimbulkan masalah gizi baik yaitu berupa masalah gizi lebih maupun gizi
kurang
F. Hubungan daya beli makanan dengan status gizi remaja putri
Menurut dr. benny sogianto, MPH hubungan daya beli makanan
dengan status gizi adalah sebagai berikut :
Kemiskinan menyebabkan daya beli pangan rendah sehingga terjadi
penurunan jumlah komsumsi pangan dengan akibat malnutrisi akut dan kronis
Daya beli pangan yang rendah mendorong penggunaan pangan
bermutu rendah seperti : makanan kadaluarsa, makanan berjamur, pengawet
dan pewarna berbahaya, sehingga timbul berbagai macam gangguan.
Daya beli meningkat mendorong peningkatan komsumsi makan dan
jajanan berlemak dengan akibat peningkatan kejadian berat badan lebih dan
obesitas.
G. Kerangka teori
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu, merupakan indek yang statis dan agresiI siIatnya kurang peka
untuk melihat terjadinya perubahan dalam kurun waktu pendek misalnya bulanan
(Supariasa, 2002).











































Karakteristik dari situasi dan
kesediaan makanan

Sikap dan nilai yang
berhubungan dengan
makanan

Keluarga dan tempat tinggal
Geografis
Keuangan
Ketersediaan
pangan
Sikap dan nilai yang
berhubungan
dengan gizi
Motivation
- Kebutuhan Fisiologis
- Aspek sitausi untuk makan
- Aspek social untuk makan
- Psykologis dan citra diri
yang berhubungan
dengan kebiasaan makan

Cara Berpikir
- Pengetahuan dan
kepercayaan terhadap
makanan
- Sikap dan nilai terhadap
makanan

Status Kesehatan Remaja
Pola
Konsumsi
Makanan
Pendidikan gizi pada remaja
Pengetahuan guru, sikap
dan kepercayaan terhadap
gizi
Sikap administrasi sekolah
dan nilai yang berhubungan
dengan gizi
Lingkungan Sekolah
Masyarakat
Bagan 2.1. Faktor Yang berhubungan dengan Pola Konsumsi Remaja
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi remaja. Status gizi
yang baik atau status gizi yang optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-
zat gizi yang digunakan eIisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan Iisik,
pertumbuhan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat
setinggi mungkin. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan
akan menimbulkan masalah gizi lebih maupun gizi kurang. Status gizi remaja
tergantung pada pola konsumsi remaja.

Anda mungkin juga menyukai