Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap
baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat dan bersiIat abstrak .Untuk
menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui
proses menimbang
2. Norma sosial merupakan patokan perilaku ,suatu ukuran yang harus dipatuhi oleh
seseorang dalam hubungannya dengan sesamanya ataupun dengan lingkungannya yang
memuat rincian pedoman untuk rentang kelakuan yang pantas dan dapat diterapkan pada
situasi-situasi sosial tertentu serta bersiIat memaksa
3. Norma hokum
4. Norma susila aturan yg menata tindakan manusia dl pergaulan sosial sehari-hari .
Norma kesusilaan adalah peraturan sosial yang berasal dari hati nurani yang
menghasilkan akhlak, sehingga seseorang dapat membedakan apa yang dianggap baik
dan apa pula yang dianggap buruk
5. Norma kebiasaan adalah sekumpulan peraturan sosial yang berisi petunjuk atau peraturan
yang dibuat secara sadar atau tidak tentang perilaku yang diulang-ulang sehingga
perilaku tersebut menjadi kebiasaan individu. Pelanggaran terhadap norma ini berakibat
celaan, kritik, sampai pengucilan secara batin.
6. Gustav Radbruch, seorang IilosoI hukum Jerman mengajarkan konsep tiga ide unsur
dasar hukum, yang oleh sebagian pakar diidentikkan juga sebagai tujuan hukum. Dengan
kata lain tujuan hukum adalah :
1. keadilan ;
2. kemanIaatan ;
3. kepastian hukum.
Bagi Radbruch, ketiga unsur itu merupakan tujuan hukum secara bersama-sama, yaitu
keadilan, kemanIaatan dan kepastian hukum. Oleh karena itu, Radbruch mengajarkan
bahwa kita harus menggunakan asas perioritas, dimana perioritas pertama
selalu 'keadilan, barulah 'kemanIaatan, dan terakhir barulah 'kepastian
Pukum men[alankan fungslnya sebagal sarana konservasl kepenLlngan manusla dalam
masyarakaL 1u[uan hukum mempunyal sasaran yang hendak dlcapal yang membagl hak dan
kewa[lban anLara seLlap lndlvldu dldalam masyarakaL Pukum [uga memberlkan wewenang dan
mengaLur cara memecahkan masalah hukum serLa memellhara kepasLlan hukum
7. POSITIVISME ANALITIS - 1OHN AUSTIN
Austin adalah tokoh yang memisahkan secara tegas antara hukum positiI dengan hukum
yang dicita-citakan, dengan kata lain ia memisahkan secara tegas antara hukum dengan
moral dan agama. Ilmu hukum hanya membahas hukum positiI saja, tidak membahas
hubungan antara hukum positiI dengan moral dan agama.
John Austin Iokus pada aliran hukum positiI yang analitis. Bagi Austin, hukum
merupakan sebuah perintah dari penguasa, dan hukum secara tegas dipisahkan dari
moral. Hakekat dari semua hukum adalah perintah (command), yang dibuat oleh
penguasa yang berdaulat yang ditujukan kepada yang diperintah dengan disertai sanksi
apabila perintah itu dilanggar.
Austin menjelaskan, pihak superior itulah yang menentukan apa yang diperbolehkan.
Kekuasaan dari superior itu memaksa orang lain untuk taat. Ia memberlakukan hukum
dengan cara menakut-nakuti, dan mengarahkan tingkah laku orang lain ke arah yang
diinginkannya. Hukum adalah perintah yang memaksa, yang dapat saja bijaksana dan
adil, atau sebaliknya.
John Austin membagi hukum menjadi dua, yaitu hukum yang dibuat oleh Tuhan untuk
manusia (law set by God to men law oI God). Dan Hukum yang dibuat oleh manusia
(law set by men to menhuman law). Hukum yang dibuat oleh manusia untuk manusia
ini dibagi lagi menjadi dua, yaitu hukum yang tepat disebut hukum (law properly so
colledpositive law) adalah hukum yang dibuat oleh penguasa politik yang sedang
memegang kekuasaan atas orang-orang yang secara politis ada dibawah kekuasaannya,
contohnya undang-undang. Selanjutnya hukum yang tidak tepat disebut hukum (law
improperly so colled) adalah aturan-aturan yang tidak dibuat oleh penguasa politik, baik
secara langsung maupun tidak langsung, contohnya : ketentuan-ketentuan yang dibuat
oleh perkumpulan-perkumpulan, ketentuan-ketentuan mode, ketentuan-ketentuan ilmu
kesusilaan, ketentuan-ketentuan hukum Internasional.
Prinsip dasar positivism hukum adalah yang pertama merupakan suatu tatanan hukum
negara berlaku bukan karena mempunyai dasar dalam kehidupan sosial, jiwa bangsa, dan
hukum alam, melainkan karena mendapat bentuk positiInya suatu instansi yang
berwenang. Selanjutnya dalam mempelajari hukum hanya bentuk yuridisnya yang
dipandang. Hukum sebagai hukum hanya ada dengan bentuk Iormalnya.
Isi material hukum memang ada, tetapi tidak dipandang sebagai bahan ilmu pengetahuan
hukum, karena isi merupakan variabel yang bersiIat sewenang-wenangan. Isi hukum
tergantung dari situasi etis dan politik suatu negara, maka harus dipelajari ilmu
pengetahuan lain
Selanjutnya Austin, mengemukakan bahwa hukum yang tepat disebut hukum (hukum
positip) mempunyai 4 (empat) unsur, yaitu: Command (perintah),Sanction
(sanksiancaman hukuman), Duty (kewajiban), dan Sovereignty (kedaulatan)
Hukum positip semacam 'perintah (command), karena perintah, maka mesti berasal dari
satu sumber tertentu. Bila suatu perintah dikeluarkan atau diberitahukan, maka ada pihak
yang menghendaki sesuatu yang harus dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pihak
yang lain (kewajiban), dan pihak yang terakhir ini diancam dengan sesuatu yang tidak
enak (sanksi) yang akan dibebankan kepadanya, jika ia tidak menuruti apa yang
dikehendaki oleh pihak pertama. Tiap hukum positip dibuat oleh seseorang / badan yang
berdaulat yang memegang (suvereign).
Dengan penggunaan aliran ini di mana penegakkannya mengandalkan sanksi bagi siapa
yang tidak taat, para pengikutnya berharap (bahkan telah memitoskan) akan tercapai
kepastian dan ketertiban serta mempertegas wujud hukum dalam masyarakat.
Aliran ini mendekonstruksi kosep-konsep hukum aliran hukum alam, dari konsepnya
yang semula metaIisik (hukum sbg :8 atau asas-asas keadilan yang abstrak)
kekonsepnya yang lebih positiI (hukum sebagai 00 atau aturan perundang-undangan),
oleh sebab itu harus dirumuskan secara jelas dan pasti.