Anda di halaman 1dari 10

Bioteknologi Pertanian; Metode dan Pemanfaatannya

Pola pemenuhan kebutuhan hidup manusia terus berubah dari waktu ke waktu. Di awal kehidupan, jauh sebelum istilah bioteknologi pertanian ada, manusia hidup berpindah-pindah (nomaden) dengan bergantung pada ketersediaan makanan di alam. Seiring perkembangan pola pikirnya, manusia mulai membuka lahandan bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhannya. Pada zaman modern seperti sekarang, ketika laju pertumbuhan penduduk lebih cepat dari laju produksi pangan, manusia berusaha memenuhinya dengan memanfaatkan bioteknologi pertanian. Bahkan bioteknologi pertanian tak hanya diaplikasikan untuk mengoptimalkan produksi pangan, tapi juga untuk memuaskan keinginan serta mempermudah kehidupan manusia. Kultur Jaringan Salah satu metode bioteknologi di bidang pertanian adalah penggunaan metode kultur jaringan. Metode ini dilakukan dengan menanam bagian dari tanaman, bisa berupa biji, batang, atau daun untuk menghasilkan tanaman. Penanaman biasanya dilakukan dalam botol dengan syarat kondsnya sterl dengan suhu dan cahaya terkontrol. Melalui teknik ini, satu tanaman bisa diperbanyak menjadi ratusan bahkan ribuan bibit. Sudah banyak lembaga negeri atau swasta yang memiliki laboratorium kultur jaringan untuk berbagai macam kepentingan. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan bibit misalnya. Kultur jaringan memiliki banyak keunggulan. Antara lain : Dapat menghasilkan bibit yang relatif seragam dalam jumlah banyak sehingga waktu panen lebih mudah diprediksi. 2. Bibit yang dihasilkan lebih sehat dan bebas dari virus dan bakteri penyebab penyakit. 3. Menghasilkan bibit dengan kualitas yang sama dengan indukan karena bukan berasal dari persilangan.
1.

Rekayasa Genetika Bioteknologi pertanian dapat pula dilakukan dengan memanfaatkan teknologi nuklir. Penyinaran sel atau jaringan tanaman dengan radiasi gamma cobalt 60 misalnya.

Radiasi dengan sinar ini bertujuan untuk mengubah susunan DNA. DNA adalah komponen dasar mahluk hidup yang mengandung gen pembawa sifat keturunan. Hasil perubahan gen yang diharapkan dari penyinaran tersebut bisa bermacammacam. Misalnya untuk merubah gen daun aglonema yang tadinya berwarna polos menjadi lebih kaya akan corak. Jika aglonema hasil penyinaran yang menjadi kaya akan corak tersebut melahirkan anakan yang serupa, maka lahirlah varietas baru. Lahirnya varietas baru dapat diartikan diperolehnya tanaman unik yang kemungkinan besar bernilai ekonomi lebih tinggi. Contoh lainnya seperti tujuan menghilangkan gen pembawa sifat melilit pada pertumbuhan tanaman buncis sehingga tidak lagi tumbuh merambat. Jika tujuan ini berhasil, para petani buncis tidak perlu lagi memasang tempat lilitan untuk pertumbuhan buncis karena sudah dapat tumbuh tegak. Jika biasanya petani buncis membutuhkan 1000 potongan bambu seharga Rp 1000,00 untuk tiap penanaman, maka petani tersebut bisa menghemat biaya produksi sebanyak Rp 1.000.000. Selain dua cara di atas, bioteknologi pertanian dapat dilakukan dengan cara-cara yang lain. Yang terpenting, meski bioteknologi dapat digunakan oleh manusia untuk memperoleh keuntungan, prinsip bioetika tetaplah harus di pegang. Seorang ilmuan wajib memegang kode etik saat mengaplikasikan ilmunya. Sehingga dalam mengembangkan bioteknologi pertanian, tidak serta merta berkiblat pada kepentingan dan keuntungan manusia semata. Melainkan mempertimbangkan pula dampak yang mungkin ditimbulkan pada alam sebagai akibat dari tindak keilmuannya.

Perkembangan Penelitian Bioteknologi Pertanian di Indonesia


Maret 2, 2008 oleh plantus

(Novianti Sunarlim dan Sutrisno)

Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor

ABSTRACT
Research Development of Agricultural Biotechnology in Indonesia. Novianti Sunarlim and Sutrisno. Research in agricultural biotechnology has been developed since the end of 20 century. In 1985, National Committee was formed under the Minister of Research and Technology. Research in agricultural biotechnology has been increased since Riset Unggulan Terpadu (RUT) under Dewan Riset Nasional and Hibah Bersaing in university were given, which make research program that more than one year were possible to do with a continues fund. Research in plant biotechnology were focused on plant improvement, such as pest and disease resistance, were done for rice, soybean, sweet potato, sugar cane, and chocolate and virus resistance for groundnut, tobacco, papaya, potato, and chili. While in animal science, research in biotechnology were focused on production technology, such as artificial insemination and embryo transfer in dairy cow, and also for food enriched by producing probiotics and enzymes. Even though in theory genetic engineering on cattle has a good impact for the future, several problems (i.e. technical, economics, and social) need a careful consideration, in aquaculture, biotechnology research has been conducted for genes transfer to improve resistance to disease and to promote growth. Biotechnology also used to produce vaccines and to detect virus with accuracy and faster. To anticipate problems that might be occur in application of biotechnology, government has issued biosafety regulation. Key words: Biotechnology, research, output, biosafety Sejak pertanian dimulai 5.000-10.000 tahun yang lalu manusia sudah mempunyai naluri untuk memilih dan menggunakan benih yang unggul. Mereka mengetahui bahwa keturunan yang baik akan ditentukan oleh induk yang baik, karena sifat dari induk (tetua) diwariskan kepada anaknya. Kenyataan inilah yang mendasari berkembangnya bidang pertanian. Teknologi genetika merupakan cabang ilmu pertanian yang berkernbang cepat pada abad ini yang mengubah sistem produksi tanaman, ternak, dan ikan menjadi industri biologi yang lebih baik dan iebih adaptif terhadap lingkungan tumbuh. Penerapan teknologi genetika dengan perubahan bentuk menjadi ideal pada tanaman, ternak dan ikan telah meningkatkan produksi pertanian pada abad ini (Budianto, 2000). Teknologi genetika memicu terjadinya revolusi hijau (green revolution) yang berjalan sejak 1960an. Dengan adanya revolusi hijau ini terjadi pertambahan produksi pertanian yang berlipat ganda sehingga dapat tercukupi bahan makanan pokok asal serealia. Untuk dapat mempertahankan keberlanjutan revolusi hijau, Sumarno dan Suyamto (1998) menganjurkan rumusan

agroekoteknologi yang menekankan pada tindakan bersama antara sistem produksi dan perawatan sumber daya lahan (Budianto, 2000).

Teknologi genetika memicu terjadinya revolusi hijau (green revolution) yang berjalan sejak 1960an. Dengan adanya revolusi hijau ini terjadi pertambahan produksi pertanian yang berlipat ganda sehingga dapat tercukupi bahan makanan pokok asal serealia. Untuk dapat mempertahankan keberlanjutan revolusi hijau, Sumarno dan Suyamto (1998) menganjurkan rumusan agroekoteknologi yang menekankan pada tindakan bersama antara sistem produksi dan perawatan sumber daya lahan (Budianto, 2000). Cabang ilmu genetika yang memfokuskan pada genetika level sel dan level DNA membuat terobosan baru pada akhir tahun 1980-an. Ilmu genetika ini menerapkan teknik perbaikan sifat spesies melalui level DNA dengan cara memasukkan gen eksogenus, untuk memperoleh sifat-sifat bermanfaat yang tidak terdapat pada spesies tersebut. Pada akhir abad 20 perkembangan teknologi genetika atau secara umum disebut bioteknologi mulai berkembang. Menurut Moeljopawiro (2000a) bioteknologi dalam arti luas didefinisikan sebagai penggunaan proses biologi dari mikroba, tanaman atau hewan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia. Sedangkan rekayasa genetika didefinisikan dalam arti luas sebagai teknik yang digunakan untuk merubah atau memindahkan material genetik (gen) dari sel hidup. Definisi yang lebih sempit, seperti yang digunakan oleh Animal and Plant Health Inspection Service (APHIS) Departemen Pertanian Amerika, rekayasa genetika modifikasi genetik dari suatu organisme dengan menggunakan teknologi rekombinan DNA. Bioteknologi merupakan bidang ilmu baru di bidang pertanian yang dapat menyelesaikan masalahmasalah yang tidak dapat diselesaikan dengan cara konvensional. Penggunaan bioteknologi bukan untuk menggantikan metode konvensional tetapi bersama-sama menghasilkan keuntungan secara ekonomi. Penggunaan metode konvensional dengan teknologi tinggi memaksimumkan keberhasilan program perbaikan pertanian. Bioteknologi harus diintegrasikan ke dalam pendekatan-pendekatan konvensional yang sudah mapan. Bioteknologi berkembang dengan cepat di berbagai sektor dan meningkatkan keefektifan cara-cara menghasilkan produk dan jasa. Untuk alih teknologi dan pengembangan bioteknologi secara layak dan tidak merusak lingkungan, diperlukan berbagai persyaratan selain peraturan perundangan juga modal yang besar. Salah satu isu strategis yang penting dalam penelitian pertanian ialah penelitian harus dapat secara terus menerus memperbaiki potensi genetik dan menghasilkan teknologi yang efisien dan ramah lingkungan untuk pernbangunan pertanian yang berkelanjutan. Sejalan dengan kebijaksanaan penelitian pertanian pada umumnya, perbaikan bahan genetik rnelibatkan gabungan pemakaian cara pendekatan konvensional dan modern, dengan penekanan pada aplikasi bioteknologi dalam pelestarian plasma nutfah dan program pemuliaan.

Bioteknologi Pertanian Friday, February 12, 2010

Dituliskan oleh Syiham Al Ahmadi

Pada umumnya bioteknologi pertanian berupa budidaya tanaman yang menghasilkan makanan. Bioteknologi pertanian dikembangkan dengan cara-cara berikut. 1. Hidroponik Semakin sempitnya lahan pertanian, mendorong akal pikiran manusia untuk mendapatkan cara bercocok tanam yang tidak memerlukan tanah sebagai medianya. Cara bercocok tanam ini dinamakan hidroponik. Pada mulanya teknik hidroponik diperkenalkan oleh W.E. Gericke dari Universitas California Amerika pada tahun 1929 yang berhasil menggunakan media air sebagai pengganti tanah untuk bercocok tanam. Selain air sebagai media tanam, dapat juga digunakan genting, pasir, kerikil, kertas dan lain-lain, yang disiram dengan larutan nutrien yang diperlukan tanaman. Makanan atau nutrisi tumbuhan hidroponik diperoleh dari zat anorganik yang dialirkan melalui pipa air. Tanaman dapat juga ditempatkan di atas bak penampung nutrisi sehingga akar tanaman dapat menyerap nutrisi dari bak. Jadi, akar akan selalu terendam cairan nutrisi. Keuntungan apa saja yang diperoleh dari penanaman secara hidroponik? a. Sistem hidroponik lebih praktis dan produktif karena memanfaatkan ruangan yang sempit (bukan kebun) atau untuk menyiasati daerah atau tempat yang tidak dapat ditanami. Cara menanam dengan sistem ini dapat dilakukan di mana pun dan akan diperoleh tanaman yang sebanyak-banyaknya, serta tidak bergantung pada musim karena dikelola secara khusus. b. Penggunaan pupuk lebih efektif dan berdaya guna, yaitu dapat dilakukan secara tepat dan tidak boros karena pada bercocok tanam di lahan pertanian biasa, tanah sering merembeskan sebagian dari pupuk yang diberikan ke tempat lain menjauhi tanaman sehingga perhitungan pemberian pupuk bisa meleset. c. Bebas dari serangan hama dan penyakit yang berasal dari tanah, termasuk gulma di dalam tanah. d. Mutu buah dan tanaman yang dihasilkan lebih baik. Bagaimana cara pelaksanaan sistem dengan hidroponik? a. Penanaman teknik hidroponik dapat dilakukan di dalam pot-pot dengan media pasir, bata merah yang dihaluskan dan steril atau arang sekam. b. Bibit tanaman diambil dari tempat pembibitan di kebun biasa, tanah yang melekat pada tanaman tersebut dibuang dengan hati-hati agar tidak sampai merusak dan melukai akarakarnya. Kemudian akar tersebut dicuci dengan air pada suatu bak sampai benar-benar bersih. c. Bibit tersebut siap ditanam di dalam pot hidroponik yang telah disiapkan dengan ditimbuni pasir atau kerikil-kerikil kecil sampai setinggi pangkal akar tanaman tersebut. Pasir atau kerikil tersebut perlu dijaga kelembabannya terus-menerus dengan jalan disemprot dengan air biasa. Sebaiknya jangan diberi pupuk terdahulu agar keadaan akar menjadi segar kembali karena untuk menjaga akar yang terluka. d. Penyemprotan dilakukan terus-menerus dengan air biasa agar tetap lembap selama 2-3 minggu. e. Selanjutnya tanaman disiram dengan larutan yang mengandung pupuk, penyiraman dengan air biasa tetap dilakukan untu menjaga kelembapan pasir atau kerikil dan kira-kira seminggu

sekali perlu ditambahkan larutan mineral yang mengandung pupuk anorganik. f. Tempat penanaman dapat digunakan pot hidroponik atau dalam bentuk kantong-kantong plastik. Sistem pengairannya dapat menggunakan pipa plastik atau pipa pralon berlubang yang dipasang di atas deretan tanaman. Dapat juga langsung disiramkan pada tanaman dalam pot hidroponik dengan periode waktu tertentu. g. Untuk menjaga kesterilan kebun hidroponik dari serangan hama atau penyakit dari luar, sebaiknya ditutup dengan plastik dibentuk seperti rumah kaca. Cara bercocok tanam aeroponik sama seperti sistem hidroponik, perbedaannya di dalam aeroponik tanaman tidak diberi media untuk tumbuhnya akar, melainkan dibiarkan terbuka, menggantung pada suatu tempat yang dijaga kelembapannya. Akar dan tubuh tanaman disemprot dengan larutan pupuk yang mengandung nutrisi. 2. Penggunaan Teknologi Nuklir Teknologi nuklir ternyata tidak hanya digunakan untuk urusan militer saja. Teknologi nuklir merupakan teknologi yang berkaitan dengan penggunaan unsur-unsur radioaktif yang dapat memancarkan sinar radioaktif, antara lain sinar gama ( ), sinar alfa ( ) dan sinar beta ( ). Jika pengunaan sinar ini tidak terkendali maka sangat berbahaya, tetapi apabila penggunaannya dalam dosis yang rendah sinar tersebut dapat dimanfaatkan, antara lain berguna di bidang kedokteran, pengawetan bahan pangan, bidang pertanian. Manfaat dari radioaktif terutama sinar gama ( ) dapat dimanfaatkan dalam hal pemuliaan tanaman, yaitu dengan meradiasi sel atau jaringan sehingga akan terjadi mutasi yaitu terjadinya perubahan jumlah kromosom atau gen yang terdapat dalam inti sel, sedangkan gen itu merupakan faktor pembawa sifat keturunan, sehingga jika terjadi mutasi maka akan terjadi perubahan sifat keturunan dengan tujuan agar menghasilkan atau memiliki keturunan dengan bibit unggul. Hal tersebut sudah dilakukan di BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional), hasilnya adalah padi Atomita I sampai Atomita IV yang merupakan varietas hasil dari mutasi radiasi terhadap padi Pelita I dan Pelita II. Jenis tanaman lain yang merupakan hasil mutasi radiasi adalah kedelai varietas Muria dan Meratus. Hasil dari mutasi yang sering dinamakan mutan, ternyata memiliki beberapa keuntungan di antaranya cocok ditanam di persawahan pasang surut yang memiliki kadar garam cukup tinggi, bersifat tetap sampai pada keturunan selanjutnya tanpa perubahan ke sifat induk semula, tahan wereng cokelat dan hijau, tahan penyakit busuk daun, umur lebih pendek, dapat ditanam pada musim kemarau dalam waktu lebih singkat, hasil panennya lebih banyak. Tanaman hasil mutasi ini bersifat poliploidi (jumlah kromosomnya berkelipatan dari kromosom normal) sehingga dapat memberikan hasil yang lebih tinggi, misalnya cepat berbuah, buahnya lebih besar, dan tidak berbiji. 3. Seleksi Fenotipe Seleksi fenotipe adalah memilih sifat suatu makhluk sesuai dengan sifat unggul yang sesuai diinginkan manusia. Misalnya untuk tanaman pangan maka yang dipilih adalah yang berproduksi tinggi, enak rasanya, dan tahan penyakit. Sebenarnya seleksi fenotipe ini sudah lama dilaksanakan, contoh ketika petani akan menanam biji kacang tanah, mereka memilih biji kacang tanah yang besar dan tidak keriput, dengan harapan agar hasilnya yang diperoleh sama sifatnya pada biji tersebut. Bioteknologi Pertanian

Pada umumnya bioteknologi pertanian berupa budidaya tanaman yang menghasilkan makanan. Bioteknologi pertanian dikembangkan dengan cara-cara berikut. 1. Hidroponik Semakin sempitnya lahan pertanian, mendorong akal pikiran manusia untuk mendapatkan cara bercocok tanam yang tidak memerlukan tanah sebagai medianya. Cara bercocok tanam ini dinamakan hidroponik. Pada mulanya teknik hidroponik diperkenalkan oleh W.E. Gericke dari Universitas California Amerika pada tahun 1929 yang berhasil menggunakan media air sebagai pengganti tanah untuk bercocok tanam. Selain air sebagai media tanam, dapat juga digunakan genting, pasir, kerikil, kertas dan lain-lain, yang disiram dengan larutan nutrien yang diperlukan tanaman. Makanan atau nutrisi tumbuhan hidroponik diperoleh dari zat anorganik yang dialirkan melalui pipa air. Tanaman dapat juga ditempatkan di atas bak penampung nutrisi sehingga akar tanaman dapat menyerap nutrisi dari bak. Jadi, akar akan selalu terendam cairan nutrisi. Keuntungan apa saja yang diperoleh dari penanaman secara hidroponik? a. Sistem hidroponik lebih praktis dan produktif karena memanfaatkan ruangan yang sempit (bukan kebun) atau untuk menyiasati daerah atau tempat yang tidak dapat ditanami. Cara menanam dengan sistem ini dapat dilakukan di mana pun dan akan diperoleh tanaman yang sebanyak-banyaknya, serta tidak bergantung pada musim karena dikelola secara khusus. b. Penggunaan pupuk lebih efektif dan berdaya guna, yaitu dapat dilakukan secara tepat dan tidak boros karena pada bercocok tanam di lahan pertanian biasa, tanah sering merembeskan sebagian dari pupuk yang diberikan ke tempat lain menjauhi tanaman sehingga perhitungan pemberian pupuk bisa meleset. c. Bebas dari serangan hama dan penyakit yang berasal dari tanah, termasuk gulma di dalam tanah. d. Mutu buah dan tanaman yang dihasilkan lebih baik. Bagaimana cara pelaksanaan sistem dengan hidroponik? a. Penanaman teknik hidroponik dapat dilakukan di dalam pot-pot dengan media pasir, bata merah yang dihaluskan dan steril atau arang sekam. b. Bibit tanaman diambil dari tempat pembibitan di kebun biasa, tanah yang melekat pada tanaman tersebut dibuang dengan hati-hati agar tidak sampai merusak dan melukai akarakarnya. Kemudian akar tersebut dicuci dengan air pada suatu bak sampai benar-benar bersih. c. Bibit tersebut siap ditanam di dalam pot hidroponik yang telah disiapkan dengan ditimbuni pasir atau kerikil-kerikil kecil sampai setinggi pangkal akar tanaman tersebut. Pasir atau kerikil tersebut perlu dijaga kelembabannya terus-menerus dengan jalan disemprot dengan air biasa. Sebaiknya jangan diberi pupuk terdahulu agar keadaan akar menjadi segar kembali karena untuk menjaga akar yang terluka. d. Penyemprotan dilakukan terus-menerus dengan air biasa agar tetap lembap selama 2-3 minggu. e. Selanjutnya tanaman disiram dengan larutan yang mengandung pupuk, penyiraman dengan air biasa tetap dilakukan untu menjaga kelembapan pasir atau kerikil dan kira-kira seminggu sekali perlu ditambahkan larutan mineral yang mengandung pupuk anorganik. f. Tempat penanaman dapat digunakan pot hidroponik atau dalam bentuk kantong-kantong plastik. Sistem pengairannya dapat menggunakan pipa plastik atau pipa pralon berlubang

yang dipasang di atas deretan tanaman. Dapat juga langsung disiramkan pada tanaman dalam pot hidroponik dengan periode waktu tertentu. g. Untuk menjaga kesterilan kebun hidroponik dari serangan hama atau penyakit dari luar, sebaiknya ditutup dengan plastik dibentuk seperti rumah kaca. Cara bercocok tanam aeroponik sama seperti sistem hidroponik, perbedaannya di dalam aeroponik tanaman tidak diberi media untuk tumbuhnya akar, melainkan dibiarkan terbuka, menggantung pada suatu tempat yang dijaga kelembapannya. Akar dan tubuh tanaman disemprot dengan larutan pupuk yang mengandung nutrisi. 2. Penggunaan Teknologi Nuklir Teknologi nuklir ternyata tidak hanya digunakan untuk urusan militer saja. Teknologi nuklir merupakan teknologi yang berkaitan dengan penggunaan unsur-unsur radioaktif yang dapat memancarkan sinar radioaktif, antara lain sinar gama ( ), sinar alfa ( ) dan sinar beta ( ). Jika pengunaan sinar ini tidak terkendali maka sangat berbahaya, tetapi apabila penggunaannya dalam dosis yang rendah sinar tersebut dapat dimanfaatkan, antara lain berguna di bidang kedokteran, pengawetan bahan pangan, bidang pertanian. Manfaat dari radioaktif terutama sinar gama ( ) dapat dimanfaatkan dalam hal pemuliaan tanaman, yaitu dengan meradiasi sel atau jaringan sehingga akan terjadi mutasi yaitu terjadinya perubahan jumlah kromosom atau gen yang terdapat dalam inti sel, sedangkan gen itu merupakan faktor pembawa sifat keturunan, sehingga jika terjadi mutasi maka akan terjadi perubahan sifat keturunan dengan tujuan agar menghasilkan atau memiliki keturunan dengan bibit unggul. Hal tersebut sudah dilakukan di BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional), hasilnya adalah padi Atomita I sampai Atomita IV yang merupakan varietas hasil dari mutasi radiasi terhadap padi Pelita I dan Pelita II. Jenis tanaman lain yang merupakan hasil mutasi radiasi adalah kedelai varietas Muria dan Meratus. Hasil dari mutasi yang sering dinamakan mutan, ternyata memiliki beberapa keuntungan di antaranya cocok ditanam di persawahan pasang surut yang memiliki kadar garam cukup tinggi, bersifat tetap sampai pada keturunan selanjutnya tanpa perubahan ke sifat induk semula, tahan wereng cokelat dan hijau, tahan penyakit busuk daun, umur lebih pendek, dapat ditanam pada musim kemarau dalam waktu lebih singkat, hasil panennya lebih banyak. Tanaman hasil mutasi ini bersifat poliploidi (jumlah kromosomnya berkelipatan dari kromosom normal) sehingga dapat memberikan hasil yang lebih tinggi, misalnya cepat berbuah, buahnya lebih besar, dan tidak berbiji. 3. Seleksi Fenotipe Seleksi fenotipe adalah memilih sifat suatu makhluk sesuai dengan sifat unggul yang sesuai diinginkan manusia. Misalnya untuk tanaman pangan maka yang dipilih adalah yang berproduksi tinggi, enak rasanya, dan tahan penyakit. Sebenarnya seleksi fenotipe ini sudah lama dilaksanakan, contoh ketika petani akan menanam biji kacang tanah, mereka memilih biji kacang tanah yang besar dan tidak keriput, dengan harapan agar hasilnya yang diperoleh sama sifatnya pada biji tersebut.

PRODUK BIOTEKNOLOGI PERTANIAN


Produk-produk bioteknologi pertanian di Indonesia berdasarkan gradien bioteknologi antara lain : (1) bahan tanam unggul, (2) biofertilizer, (3) biodecomposer, dan (4) biocontrol.

Bahan tanam dapat ditingkatkan kualitasnya melalui pendekatan bioteknologi. Peningkatan kualitas bahan tanam berdasarkan pada empat kategori peningkatan, yaitu peningkatan kualitas pangan, resistensi terhadap hama atau penyakit, toleransi terhadap cekaman lingkungan, dan manajemen budidaya (Huttner, 2003). Produk bahan tanam unggul yang saat ini telah berhasil dipasarkan antara lain adalah bibit kultur jaringan, misalnya: bibit jati dan bibit tanaman hortikultura. Namun, bahan tanam unggul yang dihasilkan dari rekayasa genetika yang dilakukan oleh peneliti di Indonesia sampai saat ini belum ada yang dikomersialkan. Produk-produk bahan tanam rekayasa genetika yang ada di pasaran Indonesia umumnya merupakan produk dari negera lain, sebagai contoh : Jagung Bt dan Kapas Bt yang dipasarkan oleh Monsanto. Kultur jaringan merupakan tingkatan umum penguasaan bioteknologi di Indonesia. Bagaimanapun juga, produksi bibit kelapa kopyor telah berhasil di komersialkan melalui teknik transfer embrio (Paten ID 0 001 957).

Produk biofertilizer merupakan salah satu produk bioteknologi yang banyak beredar di pasaran Indonesia. Produk-produk tersebut sebagian dikembangkan oleh peneliti di Indonesia maupun di impor dari negara lain. Salah satu produk biofertilizer bernama Emas ( Enhancing Microbial Activity in the Soils ) telah dirakit oleh BPBPI (Paten ID 0 000 206 S), dilisensi oleh PT Bio Industri Nusantara dan digunakan di berbagai perusahaan perkebunan (BUMN dan BUMS) (Goenadi, 1998). Produk biofertilizer lain yang dikembangkan oleh peneliti di Indonesia antara lain: Rhizoplus , Rhiphosant , Bio P Z 2000, dan lain-lain. Produk sejenis biofertilizer/ bioconditioner dari luar negeri misalnya: Organic Soil Treatment (OST).

Produk-produk biodecomposer juga banyak beredar di pasaran Indonesia. Biodecomposer dipergunakan untuk mempercepat proses penguraian limbah-limbah organik segar pertanian menjadi kompos yang siap diaplikasikan ke dalam tanah. Contoh produk-produk biodecomposer antara lain: Orgadec (BPBPI), SuperDec (BPBPI), Degra Simba (ITB), Starbio , EM4 , dan lain sebagainya. Produk-produk baru terus bermunculan sejalan dengan kebutuhan untuk mengatasi masalah limbah padat organik.

Mikroba juga telah dimanfaatkan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Aplikasi mikroba untuk biokontrol hama dan penyakit tanaman meliputi mikroba liar yang telah diseleksi maupun mikroba yang telah

mengalami rekayasa genetika. Contoh mikroba yang telah banyak dimanfaatkan untuk biokontrol adalah Beauveria bassiana untuk mengendalikan serangga, Metarhizium anisopliae untuk mengendalikan hama boktor tebu ( Dorysthenes sp) dan boktor sengon ( Xyxtrocera festiva ), dan Trichoderma harzianum untuk mengendalikan penyakit tular tanah ( Gonoderma sp, Jamur Akar Putih, dan Phytopthora sp). Produk-produk biokontrol yang telah dikomersialisasikan oleh unit kerja lingkup Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI) antara lain : Meteor, Greemi-G, Triko SP, NirAma , dan Marfu . Keuntungan pemanfaatan biokontrol untuk pertanian antara lain adalah ramah lingkungan, dan mengurangi konsumsi pestisida yang tidak ramah lingkungan.

Mikroba juga dimanfaatkan dalam proses pembuatan pupuk anorganik. Peneliti di Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI) mengembangkan teknologi pembuatan pupuk superfosfat yang disebut dengan Bio-SP dengan menggunakan bantuan mikroba pelarut fosfat. Kualitas dari Bio-SP menyamai kualitas pupuk superfosfat konvensional (SP 36). Keunggulan dari teknologi ini adalah penggunaan agensia hayati untuk mengurangi konsumsi asam anorganik dan lebih aman lingkungan serta mampu mengurangi biaya produksi.

Anda mungkin juga menyukai