Anda di halaman 1dari 33

1 BAB I PENDAHULUAN I.

1 Maksud dan Tujuan Maksud diadakannya praktek lapangan Endapan Mineral ini adalah untuk melakukan penelitian tentang tipe endapan, Litologi penyusun daerah penelitian, serta zona alterasi pada daerah Sangkaropi. endapan Kuroko yang ada di Jepang. Tujuan dilakukannya praktek lapangan Geologi Eksplorasi ini adalah untuk mengetahui sebaran mineral pada daerah Sangkaropi. Serta kesebandingannya dengan tipe endapan Kuroko. I.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan di lapangan, yaitu : 1. Buku lapangan 2. Kompas geologi 3. Palu geologi 4. Betel 5. Roll meter 6. Luv 7. Peta Daerah penelitian 8. Alat tulis menulis 9. Kantong Sampel 10. Day Pack 11. Larutan HCl 10.Peralatan pribadi Serta membandingkannya dengan tipe

2 I.3. Waktu, Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) hari tepatnya pada tanggal 26 28 November 2004. Daerah penelitian terletak disekitar daerah Sangkaropi, Kecamatan Sesean, Kabupaten Tana Toraja, Propinsi Sulawesi Selatan (Gambar 1).

Gambar 1 : Peta Tunjuk Lokasi Daerah Penelitian Daerah penelitian berjarak sekitar 330 km dari kota Makassar kearah utara, dan sekitar 17 Km kearah Timur-laut Kota Rantepao, yang dapat ditempuh sekitar 8 jam

4 dengan menggunakan roda empat (bus). Selain dengan roda empat, daerah penelitian juga dapat dijangkau dengan roda dua ataupun dengan kendaraan tradisional. I.4. Metode dan Tahapan Penelitian I. 4. 1. Metode Penelitian Pada penelitian yang dilakukan adalah penentuan tipe endapan serta zona alterasi yang terjadi di daerah Sangkaropi dengan menggunakan data hasil pengambilan data permukaan. Metode penelitian mencakup dua hal, yaitu metode pada pengambilan data dan metode pada pengolahan data.

INPUT DATA

1. Peta Topografi 1 : 12.500 2. Litologi dan Jenis Mineral

PERENCANAAN

Penentuan Metode

Didasarkan pada ketersediaan data dan kondisi Geologi

PROCESING DATA

Plotting Lokasi pengambilan sampel Penentuan Zona Alterasi , Tipe Endapan

Pendeskripsian sample Batuan dan Mineral

Pembuatan Zona Alterasi dan Tipe Endapan serta jenis litologi OUTPUT 1. Pembuatan Peta Zona Alterasi dan Mineralisasi 2. Penentuan Tipe Endapan 3. Pembutan Peta Kerangka Geologi serta Penampang melintang

1. Peta Zona Alterasi dan Mineralisasi 2. Peta Kerangka Geologi 3. Tipe Endapan

Zona Alterasi, Tipe Endapan dan Kondisi Geologi Daerah Penelitian

Gambar 2. Bagan Alur Penyusunan Laporan

6 I.4.1.1 Metode Pengambilan Data Data lapangan berasal dari hasil pendeskripsian batuan dan mineral yang yang kemudian dilakukan pemplotan jenis litologi serta mineral pada peta dasar skala 1 : 12.500. I.4.1.2 Metode Pengolahan Data Langkah awal yang dilakukan pada pengolahan data yaitu penentuan lokasi pengambilan sample batuan dan mineral kemudian dilakukan pendeskripsian sample lapangan dan yang terakhir penentuan zona alterasi serta tipe endapan mineral I. 4. 2. Tahapan penelitian Tahapan penelitian yang ditempuh, yaitu 1. Tahap Persiapan Tahapan ini dilakukan sebelum berangkat ke lapangan dengan tujuan agar segala tindakan yang mengacu pada penelitian selanjutnya dapat terlaksana dengan baik. Tahap ini terdiri dari : Mengurus aspek admnistrasi Melakukan studi literatur tentang data geologi secara regional dari hasil peneliti terdahulu. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan selama kegiatan lapangan.

7 2. Tahap Penelitian Lapangan Pada tahapan ini dilakakan pengumpulan data yang meliputi jenis litologi/batuan, sebaran mineral, kedudukan batuan, struktur geologi dan data lainnya yang mendukung dalam pembuatan laporan. 3. Tahap Pembuatan Laporan Tahapan ini merupakan tahapan akhir dari seluruh rangkaian kegiatan. Tahapan ini memuat data lapangan yang telah diolah serta ditunjang oleh studi kepustakaan. kesimpulan, yang kemudian dibuat dalam bentuk tulisan sebagai laporan. Persiapan Administrasi Studi Litratur Pendeskripsian cutting dan inti bor Sampling Pengumpulan Data Dan Pengolaahan Data Kesimpulan

Pengambilan Data

Penyusunan Laporan Gambar 3. Bagan Alur Tahapan Penelitian

I.6 Peneliti Terdahulu Daerah penelitian telah dipetakan oleh beberapa peneliti terdahulu secara regional, diantaranya : 1. De Koning knijff tahun 1914, melakukan penelitian tentang Formasi serpih Tembaga. 2. Brower tahun 1922, menyelidiki tentang hubungan antara Formasi serpih Tembaga dengan Batugamping Eosen pada kaki Gunung Latimojong bagian Barat. 3. Djuri dan Sudjatmiko tahun 1974, membuat peta geologi lembar Majene dan bagian Barat Palopo dengan Skala 1 : 25.000. 4. Jumhani dan Hillman tahun 1979, meneliti tentang urutan stratigrafi daerah Tana Toraja dan sekitarnya. 5. Sakae Ichihara, Ir. Yahya Sunarya dan Ir. Koswara Yudawinata tahun 1979, meneliti tentang endapan bijih di daerah Sangkaropi dan Rumanga. 6. Tetsuo Yoshida, Chairullah Hasbullah,dan Tohru Ohtagaki tahun meneliti tentang endapan tipe Kuroko di daerah Sangkaropi. 7. Embang Popang Samuel, 1996 Geologi dan zonasi Biostratigrafi satuan Tufa daerah Batu Tumonga kecamatan Sesean Kabupaten Tana Toraja. 8. Sapta Ika yunita, 1996, Geologi dan zonasi Biostratigrafi Batugamping Suaya daerah Suaya Kecamatan Sesean Kabupaten Tana Toraja. 1982,

9 9. Van Bemmelen (1949 dan 1970), membahas mengenai kondisi geologi Pulau Sulawesi. 10. Sartono dan Astadireja (1981), mengemukakan suatu Laporan Pemetaan Geologi Kwarter Sulawesi Selatan.

10 BAB II TEORI RINGKAS II. 1. Asosiasi Batuan Endapan Tipe Kuroko di temukan pada batuan vulkanik berumur miosen (green tuff) di daerah Honshu dan Hokkaido Jepang (Gambar 4) dan endapan ini mirip tipe Kuroko pada batuan Fanerozoik (table 1) Genetic endapannya berhubungan dengan vulkanik bawah laut (sub-marine vulkanik) yang berkomposisi dasitik dan riolitik, dan proses runtuhan kaldera vulkanik. Pembentukan endapan tipe Kuroko berhubungan dengan proses rifting pada back arc yang dapat menghasilkan sulfide sebagai indikasi vulkanis bimodel mafikfelsik dalam suatu proses mineralisasi. Kondisi dan tipe genetic pembentukan endapan tipe Kuroko yang berhubungan dengan vulkanik bawah laut dari seri batuan vulkanik intermedit-felsik ditunjukkan pada gambar. 5 II. 2. Mineralisasi dan Pola Alterasi Bentuk dan pola mineralisasi dan alterasi ditunjukkan dalam gambar 6, yang dibagi dalam tiga tipe dasar yaitu derajat rendah (Keiko ore) terdiri dari veinlet kuarsa mengandung pirit dan kalkopirit ; Black ore (Kuroko ore) mengandung galena massive, sphalerite, dan barit yang mengandung sulfide dan lapisan rijang

11 furrigeneous. Mineral lain penyerta yaitu seperti arsenic, emas, perak, dan nikel dan sulfosalt mineral terutama tetrahydrite-tennantite

Gambar 4. Distribusi Formasi Green Tuff Miosen di Jepang (Sato, 1974)

12 Tabel 1. Endapan Sulfida Masive Tipe Kuroko

13

Gambar 5. Model Genetik Endapan tipe Kuroko (Franklin, 1981) A. lapisan intermediet dalam hematite-kuarsa-pyrite, B. Lapisan Sulfida

sedimentasi dalam Kuroko dan Oko ore, C. Zona gypsum (Sekkoko ore), D. Siliceous zone (Keiko ore).

Pola alterasi dan asosiasi mineral biji tipe Kuroko terlihat pada gambar 7. yang disertai alterasi zeolit sebagai ciri green tuff dari Jepang dan Sangkaropi Tana Toraja. Zona dekat kontak stockwork diperkaya oleh Mg-chlorite dan serisit hasil

14 alterasi dan silifikasi. Terdapat pada seri alterasi serisit-monmorillonite, dan Fe/Mg chlorite. Kondisi temperature pembentukan tipe Kuroko sekitar 200-300o C

Gambar 6. Penampang Genetik endapan tipe Kuroko (Franklin, 1981)

Gambar 7. Diagram alterasi host rock endapan Kuroko (Rijima, 1974)

15 Tipe endapan Kuroko dicirikan oleh polimetalik yang mengandung Cu-Pb-Zn yang terbentuk pada gunungapi bawah laut (sub-marine vulkanik) yang bersifat asam)berumur Miosen dalam seri batuan Green tuff di daerah Jepang. Zona mineralisasi bijih endapan Kuroko dari bawah ke atas yaitu : Zona V : lapisan hematite kuarsa

Zona IV : apatite barite Zona III : lapisan massive barit-galena-sphalerite (bijih hitam) disertai tetrahidrite, pirit, kalkopirit, tennantit dan bornite

Zona II : lapisan massive pirite-kalkopirite (kuning) dan gypsum Zona I : dissiminasi tuibuh (stockwork) pirit-kalkopirit-kuarsa (siliceous), gambar 6 Menurut Horikoshi, mekanisme pembentukan endapan tipe Kuroko melalui

beberapa tahap yakni : Tahap I : letusan freatomagnetik dasar laut dan sedimentasi breksi-tufa Tahap 2 : naiknya magma dan pembentukan kubah lava Tahap 3 : letusan uap disisi kubah lava dan sedimentasi breksi vulkanik Tahap 4 : aktivitas hidrotermal dan pembentukan endapan tipe Kuroko (gambar 5) Endapan tipe Kuroko mempunyai 3 seri alterasi yaitu : 1. 2. Seri kaolinit-pirofilit-diapore (AlO(OH) Seri serisit-klorit

16 3. seri serisit-klorit-karbonat BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN III. 1. Geomorfologi Regional Daerah Penelitian Van Bemmelen (1949) mengelompokkan pulau Sulawesi menjadi tujuh evolusi orogenik, salah satunya adalah orogen pulau Sulawesi Bagian Selatan (gambar x). yang terdiri dari beberapa unit fisiografi yaitu selat Makassar, dataran antara teluk Mamuju teluk Mandar, depresi Saddan, pegunungan Latimojong, bagian tenggara zona Palu daerah kompleks dari lengan tenggara Sulawesi, pegunungan Verbeek dan daerah pantai timur dari lengan trnggara Sulawesi dan teluk Tulo. II.1.2 Stratigrafi Regional Daerah Penelitian Menurut Djuri dan Sujatmiko, 1974 (Peta Geologi Lembar Mejene dan Bagian Barat Palopo Sulawesi Selatan) batuan tertua yang merupakan alas daerah ini adalah batuan-batuan yang termetamorfisme sedang seperti serpih, rijang, marmer, kuarsit dan breksi terkersikan serta beberapa intrusi menengah hingga basa. Kelompok batuan ini tersingkap dipegungungan Latimojong, sehingga dinamakan formasi Latimojong. Oleh proses struktur berupa perlipatan kuat sehingga ketebalannya tidak dapat diketahui. Berdasarkan penarikan radiometri, kelompok batuan ini berumur Kapur.

17 Formasi Latimojong tertindih tidak selaras oleh Formasi Toraja yang terdiri dari TET (Tertiry Eocene Toraja) dan TETL (Tertiary Eocene Toraja Limestone). TET tersusun oleh sepih napalan, batugamping, batupasir kuarsa, konglomerat kuarsa dan setempat-setempat batubara. TETL tersusun oleh batugamping fosil foraminifera palnktonik. Kedua satuan batuan ini berumur Eosen. Kegiatan gunung api bawah laut terjadi pada kala Oligosen, batuannya terdiri dari alairan lava bersusunan basal hingga andesit, breksi vulkanik, batupasir dan batulanau. Setempat-stempat mengandung feldspatoid. Kebanyakan batuan

terklritisasi dan terkresikkan. Kelompok batuan tersebut dinamakan TOL (Tertiary Oligosen Lava). Diatas TOL diendapkan secara tidak selaras batuan sedimen laut dangkal yang berasosiasi dengan karbonat. Kelompok batuan tersebut dinamakan TMB (Tertiary Miocene Breccia) yang tersusun oleh napal, batugamping yang tersisip setempatsetempat mengandung batupasir gampingan, konglomerat dan breksi. Berdasarkan kandungan fosil palntonik, satuan batuan ini berumur Miosen Awal sampai Miosen Tengah. Bagian atasnya menjamri dengan satuan batuan TMC (Tertiary Miocene Conglomerate) dan TMPSS (Tertiary Miocene Pliocene Sandstone). TMC tersusun oleh konglomerat, sedikit batupasir gloukonit dan serpih. TMPSS tersusun oleh batupasir bersusun andesit, batulanau, konglomerat dan breksi. Ketebalan batuan ini sekitar 1000 meter dan berumur Miosen Tengah hingga Piosen.

18 II.1.3 Strutur Geologi Regional Perkembangan struktur geologi lengan selatan bagian utara pulau Sulawesi menurut Van Bemmelen (1949) merupakan geosinklin diserta dengan kegiatan vulkanik bawah laut dan intrusi gabro yang terjadi selama zaman Kapur. Pegunungan Latimojong merupakan cekungan muka dimana kegiatan gunung api bawah laut dan pengedapan material-material terigen. Sedangkan pada pegungungan Verbeek dibagian timur dijumpai gatugamping Globotuncana serta tidak mengandung material gunung api serta bebas dari material terigen, hal ini menunjukkan pada zaman Kapur jalur pegunungan Latimojong merupakan cekungan muka yang terangkat pada bagian baratnya.

19 BAB IV PENENTUAN TIPE ENDAPAN DAN ZONA ALTERASI

IV.1 Litologi Daerah Penelitian

Adapun litologi penyusun dari daerah penelitian yaitu terdiri atas : Tufa andesitic-breksi Sebagian besar terdiri dari tufa andesitik, breksi dan tufa lapilli yang berinterkalasi dengan tufa pasiran dan tufa halus seperti yang dijumpai pada stasiun 10 dan hampir keseluruhan dari daerah penelitian ini dijumpai batuan ini. Dasite Berwarna hijau dimana penyebarannya terletak pada lapisan atas dari breksi tufa asam Lava Basalt Tersingkap setempat-setempat pada endapan Sangkaroopi, dimana basalt yang berwarna segar hijau gelap-hitam. (stasiun 8 dan 9 Andesitic pyroclastic dan lava Sebagian besar lava andesitik dan pyroclastik, lava andesitik umumya berwarna hijau dan massive, dimana batuan andesitik pyroklastik terdiri atas breksi vulkanik.

20

Intrusi Diorit Intrusi ini biasanya setempat-setempat seperti yang terdapat pada stasiun 10. IV. 2. Penentuan Zona Alterasi daerah Penelitian . Berdasarkan mineral alterasi, diidentifikasi tipe alterasi yang terjadi pada daerah penelitian berupa : 1. 2. Tipe Argillic, yang dicirikan oleh kehadiran mineral lempung secara dominan. Tipe propilitik yang dicirikan oleh kelimpahan klorit dan zeolit. Proses alterasi pada daerah penelitian dipengaruhi oleh cairan magma, terlihat pada stasiun 8 dan 9 dijumpai proses kloritisasi pada singkapan breksi vulkanik, dimana disekitarnya dijumpai aliran lava basal porpiri. Alterasi pada breksi vulkanik ini hanya terjadi pada semennya, sedangkan fragmen penyusunnya tidak menglami proses alterasi. Pada singkapan breksi vulkanik ini, juga dijumpai adanya retakanretakan pada membentuk kekar yang terisi oleh mineral. Setempat-setempat pada singkapan ini juga dijumpai adanya hematit. Selain proses alterasi, juga dijumpai mineralisasi pirit yang telah megalami pelapukan. Pada daerah penelitian juga dijumpai mineral hematit. Keberadaan mineral ini dapat diakibatkan oleh proses alterasi (hematisasi) dan mineralisasi. Kedua bagian tersebut dimungkin terjadi, yaitu pada zona black ore hematit yang dijumpai

21 kemungkinan terbentuk oleh proses mineralisasi, tetapi pada stasiun 2 (dua), hematit kemungkinannya terbentuk oleh proses alterasi (hematitisasi) karena dijumpai mengisi rekahan (kekar) pada bukaan 1 5 mm dengan spasi 5 40 cm pada batuan breksi vulkanik. Keberadaan mineral tersebut diatas yang merupakan mineral berat dikontrol oleh proses primer dan sekunder berupa porses mineralisasi dan alterasi khususnya pada hematit. Selaian proses hematisasi, hematit pada rekahan dapat dibentuk oleh proses pengayaan mineral-mineral yang mengandung oksida besi. Sebaran mineral pada daerah penelitian juga terdiri dari sebaran mineral silika yang dijumpai pada stasiun 7 (enam). Keberadaan mineral ini jika dihubungkan dengan proses vulkanisme (gunung api) dapat disebut sebagai Sinter (suatu endapan silika yang terbentuk oleh peristiwa gunung api). Penyebaran lateral endapan ini sekitar 250 meter dan vertikal sekitar 10 meter. Sebaran mineral klorit yang dijumpai pada staiun 10 (sepuluh) dengan sebaran lateral sekitar 12 meter dan vertikal sekiar 5 meter, pada stasiun 8 (lima) dengan penyebaran lateral sekitar 250 meter dan vertikal sekitar 3 meter. Sebaran mineral logam dijumpai pada stasiun 1 dan 2 yang terletak Pada bagian tengah dari daerah peneltian serta terdiri dari mineral spalerit, galena, sulfur, pirit, hematit dan sedikit kalkopirit. Sebaran mineral kaolin (mineral lempung) dijumpai terletak dibawah endapan silika. Endapan mineral ini terbentuk dari hasil alterasi mineral feldsfar yang berasal dari tufa.

22 Jika ditinjau model pengendapan oleh Guilbert, 1970, dijelaskan bahwa pada suatu model Phorphyry Copper , menunjukkan semakin tingginya proses mineralisasi yang terjadi.

Propylitic Zone Phyllic Zone Argillic Zone

Potassic Zone

Gambar 8. Pola zona alterasi hidrotermal model Phorphyry Copper (Guilbert, 1970) IV. 3. Tipe Endapan daerah penelitian Dengan masuring section pada stasiun 1 yang merupakan zona black ore. Tetsuo Yoshida (dalam Kaharuddin, MS, 2001) menerangkan bahwa daerah termasuk endapan tipe kuroko. Observasi lapangan menunjukkan bahwa pada daerah ini didominasi oleh spalerit, galena, sulfur, pirit, hematit dan sedikit kalkopirit serta mineral sulfida lainnya, mineral tersebut diatas juga merupakan bagian mineralmineral yang terdapat pada endapan tipe Kuroko.

23 Dibawah ini memperlihatkan penampang sebaran mineral dari stasiun 1 sampai dengan stasiun 10.

Keterangan : Black Ore Endapan Klorit Breksi Hidrotermal Endapan Silika Endapan Kaolin Intrusi

24 BAB V DISKUSI

Sebaran mineral pada daerah penelitian juga terdiri dari sebaran mineral silika yang dijumpai pada stasiun 7 (enam) setelah makan siang. Keberadaan mineral ini jika dihubungkan dengan proses vulkanisme (gunung api) dapat disebut sebagai Sinter (suatu endapan silika yang terbentuk oleh peristiwa gunung api).

Gambar 9. Hubungan tipe cairan pada zona alterasi dan pembentukan endapan sinter. Endapan sulfida ini terbentuk sistem sulfidasi rendah gambar. 9 (kiri) dimana cairan berasal dari kedalaman 1-2 km dengan ph yang normal, terjadi reduksi yang seimbang dimana magma yang tereduksi berasal dari kedalaman yang sangat besar.

25 Kemudian terjadi pemanasan (boiling) pada cairan magma yang kemudian naik ke lapisan permeabel . lalu biji endapan dan mineral gangue mungkin mengalami ubahan disebabkan karena ph yang netral yang berasal dari mata air panas. Pemanasan uap air dengan gas CO2 dan H2S yang menyebabkan terjadi penguapan pada zona vadose ke bentuk uap-air panas, yang berasal dari oksidasi asam dari H2S (Asam sulfur). Sedangkan gambar 9 (kanan) merupakan endapan sistem sulfidasi yang tinggi dimana terjadi kenaikan magma volatil pada lingkungan Ephitermal yang kemudian terjadi penyerapan dengan air meteorik, adanya gas HCl dan SO2 (4 SO2 + 4 H2O = 3 H2SO4 + H2S) dari larutan asam yang tinggi yang menyebabkan pencucian (leaches) pada lapisan batuan terluar oleh cairan conduit. Mineral berat mungkin terbawa kedalam pencucian batuan oleh magmatic akhir (late magmatic) dan cairan fluida.

26 BAB V PENUTUP

V.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan, ditarik kesimpulan : 1. Berdasarkan analisa peta topografi, daerah penelitian merupakan daerah struktur yang diperlihatkan oleh adanya pelurusan topografi. 2. Endapan mineral pada daerah penelitian berkaiatan dengan proses vulkanisme. 3. Keberadaan mineral pada daerah penelitian dikontrol oleh proses mineralisasi dan alterasi. 4. Sebaran mineral pada daerah penelitian terdiri dari sebaran mineral-mineral sulfida, klorit, kaolin dan silika. 5. Tipe alterasi yang dijumpai pada daerah penelitian berupa argillik dan propilitik. 6. Jenis Endapan daerah ini dimasukkan dalam Tipe Kuroko yang didominasi oleh spalerit, galena, sulfur, pirit, hematit dan sedikit kalkopirit serta mineral sulfida lainnya.

27 V. 2 Saran Dalam penelitian berikutnya, agar dilakukan penelitian yang lebih detail lagi agar didapatkan data yang mempunyai tingkat validasi data yang tinggi.

28 DAFTAR PUSTAKA

Bammelen, R.W. Van, 1970, The Geology Of Indonesia, Volume 1A, General Geology Of Indonesia and Adjacent Archipelagoe, The Haquea Martnus Nijhoff, Nederland. Djuri & Sujatmiko, 1974 Peta Geologi Lembar Majena dan Bagian Barat Lembar Palopo, Sulawesi Selatan, Departemen Pertambangan dan Energi, Direktoraat janderal Pertambangan Umum, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, Evans, Anthony M, 1980, An Introduction To Ore Geology, Vol. 2. Wedenquist,Jeffrey W.1998. Hydrotermal system in Volcanic arc, Mineral and Fuel Resources Departement Geological Survey of Japan

29

LAMPIRAN

30 DESKRIPSI MINERAL Pirit, FeS2, dalam keadaan segar berwarna kuning, lapuk berwarna hitam, kilap logam, cerat hitam, belahan sempurna, pecahan rata, kekerasan 6 6,5, tenacity ductile, sistem kristal isometri. Dijumpai dalam bentuk kristal yang baik (granular). Pada stasium 1 dan 2 mengalami pelapukan yang tinggi, pada zona black ore terlihat masing segar penyebarannya melimpah pada zona black ore. Juga hadir dalam bentuk mineral replacement. Kalkopirit, CuFeS2, berwarna kuning, , kilap logam, kehijauan, belahan sempurna, pecahan rata, kekerasan 4 5, tenacity ductile, sistem kristal tetragonal. Dijumpai dalam bentuk kristal yang baik (granular) pada zona black ore dan penyebarannya sangat sedikit. Spalerit, ZnS2 berwarna hitam, kilap logam, cerat hitam, belahan sempurna, pecahan rata, kekerasan 5 6, tenacity ductile, sistem kristal isometri. Dijumpai dalam bentuk bubuk (menyebar dalam massa batuan) dan melimpah pada zona balck ore. Galena, PbS2, berwarna perak/abu-abu, kilap logam, cerat abu-abu, belahan sempurna, pecahan rata, kekerasan 3 - 4, tenacity ductile, sistem kristal isometri. Dijumpai dalam bentuk kristal yang tidak terlalu baik dan dijumpai pada zona balck ore. Sulfur, S2, berwarna kuning, kilap kaca, cerat putih kekuningan, belahan sempurna, pecahan rata, kekerasan 2 2,5, tenacity brittle, sistem kristal ortorombik. Dijumpai dalam bentuk bubuk yang menyebar dalam massa batuan pada zona balck ore. Hematit, FeO3, berwarna Coklat, kilap logam, cerat coklat, belahan sempurna, pecahan rata, kekerasan 5 6,5, tenacity ductile, Dijumpai dalam bentuk massa yang terkonsentrasi. Pada staiun 2 dijumpai mengisi rekahan dan pada zona blacl ore juga mengsisi rekahan pada batuan dengan penyebaran yang lebih besar. Malachite, Cu2CO3Cu(OH)2, berwarna hijau, kilap damar, cerat hijau, belahan sempurna, pecahan concoidal, kekerasan 3,5 - 4, tenacity brttile, sistem kristal monoklin. Dijumpai dalam sebagai mineral sekunder yang terdapat pada diding singkapan di zona black ore dalam bentuk kristal baik. Barit, BaSO4, berwarna putih, kilap kaca, cerat putih, belahan sempurna, pecahan rata, kekerasan 3 - 4, tenacity Brittle, sistem kristal ortorombik. Dijumpai dalam bentuk kristal yang tidak terlalu baik. Jarang ditemukan dalam bentuk yang insitu, umum hanya berupa massa-massa kecil. Hadir bersama endapan silika pada stasiun 6.

31 Klorit, berwarna hijau, kilap sutera, cerat hijau, belahan sempurna, pecahan rata, kekerasan 4 - 5, tenacity brittle, Dijumpai dalam bentuk butiran halus dalam suatu massa batuan. Dominan Pada stasiun 1 serta terlihat sangat kompak sedangkan pada stasiun 2 hadir hanya sedikit pada batuan breksi vulkanik Zeolit, berwarna putih, kilap kaca, cerat putih, belahan sempurna, pecahan rata, kekerasan 4 - 5, tenacity brittle, sistem kristal ortorombik. Dijumpai dalam massa yang teragregat dengan kandung air. Tersebar pada stasiun 5.

32 Schedule Perjalanan Field Trip Endapan Mineral tanggal 5 7 Desember 2003 Tangal 5 Desember 2003 0800 1330 1400 1700 2130 2200 0100 - 0600 : Berangkat dari kampus menuju Tana Toraja : Istrirahat (Enrekang) untuk makan siang : Tiba di Tana Toraja (Sangkaropi) : Makan Malam : Diskusi, persiapan Kerja serta Metode Kerja. : Istirahat

Tangal 6 Desember 2003 0700 0730 0800 1330 1330 - 1400 1400 - 1600 1600 - 1700 1700 - 1900 1900 - 2000 2000- 0100 0100 0700 : Sarapan pagi : Pengambilan data/observasi lapangan : Istirahat (makan siang) : Pengambilan data lanjutan : Menuju Base camp : Istirahat, persiapan diskusi : Makan malam : Diskusi hasil kerja : Pembuatan Laporan Sementara

Tangal 4 November 2001 0800 0830 0830 - 0900 : Sarapan pagi : Persiapan pulang, pembersihan base camp

0900 - : Menuju Ke Makassar, tiba pukul 1800

33

lampiran

Anda mungkin juga menyukai