Anda di halaman 1dari 69

Yusuf bin Abdullah bin Ahmad Al-Ahmad

RINGKASAN HUKUM

THAHARAH &
SHALAT

Berikut
Lampiran Penting
Tentang Pengetahuan Dasar
Setiap Muslim

Kata Pengantar

Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin


DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1
Mukadimah 2

HUKUM-HUKUM THAHARAH 3
Jenis-jenis Air 3
Menghilangkan Najis 4
Adab (Etika) Buang Hajat 6
Bersiwak dan Sunah-sunah Fitrah 7
Tata Cara Wudhu 8
Yang Membatalkan Wudhu 11
Macam-macam Hadats 12
Tata Cara Mandi Besar 13
Tayammum 14
Haid 14
Macam-macam Darah Wanita 15

HUKUM-HUKUM SHALAT 16
Syarat-syarat Sahnya Shalat 17
Azan dan Iqamat 19
Meluruskan Shaf (Barisan) 22
Hukum Sutrah 23
Tata Cara Shalat 24
Hal-hal Yang Dilarang Dalam Shalat 35
Zikir Setelah Shalat Wajib 35
Sujud Sahwi 42
Qashar dan Jamak dalam Shalat 44
Shalat Jum’at 45
Shalat Iedain (Dua Hari Raya) 46
Shalat Istisqa (Memohon Hujan) 47
Shalat Kusuf (Gerhana) 47
Shalat Jenazah 49
Shalat Tathawwu’ (Sunah) 51
Shalat Sunah Rawatib 51
Shalat Malam (Tahajjud) dan Witir 51
Shalat Dhuha 53
Shalat Istikharah 54
Beberapa Sunah 55

KAIDAH PENTING DALAM IBADAH 57


LAMPIRAN PENTING TENTANG
PENGETAHUAN DASAR SETIAP MUSLIM 59
‫ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﲪﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ‬

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah semata. Shalawat dan salam semoga


terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para
sahabatnya.
Saya telah membaca ringkasan yang ditulis oleh saudara
Yusuf bin Abdullah Al-Ahmad sebagai acuan pengajaran dan
bimbingan untuk para pemula dan mereka yang baru meme-
luk Islam. Saya berkesimpulan bahwa ringkasan ini sesuai
dengan fatwa yang menjadi rujukan dan pendapat yang paling
tepat. Karena itu saya menganjurkan agar ringkasan ini dise-
barluaskan dan diterjemahkan. Semoga dengan ringkasan ini
Allah memberikan manfaat kepada mereka - ahlus sunah wal
jama’ah di kalangan umat Islam - yang dikehendakiNya untuk
mendapat kebaikan. Hanya Allah saja Yang Memberi taufik dan
pertolongan.
Semoga shalawat dan salam Allah selalu tercurahkan ke-
pada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.

Ditulis oleh:
Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin
19 / 6 / 1420 H.
Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 1
Mukadimah

Segala puji bagi Allah. Semoga shalawat dan salam Allah


selalu terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad , keluarga
dan seluruh sahabatnya.
Ini adalah ringkasan fikih thaharah (bersuci) dan shalat. Sa-
ya berusaha semaksimal mungkin untuk menulis di dalamnya
semua petunjuk yang benar-benar valid (shahih) dari Nabi 
dan saya uraikan dengan bahasa yang mudah dan runut. Ini
semua demi tercapainya tujuan ditulisnya ringkasan ini, yaitu
untuk diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, yang merupa-
kan permintaan beberapa teman baik saya di Maktab Tau’iyatil
Jaaliyaat Al-Ahsa (Al-Ahsa Islamic Center) Saudi Arabia. Se-
moga Allah memberikan petunjuk kepada mereka untuk segala
kebaikan.

2 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat


HUKUM-HUKUM THAHARAH
Shalat adalah salah satu rukun Islam yang lima. Ia wajib
ditegakkan oleh setiap muslim dan muslimah. Sedangkan tha-
harah adalah syarat sahnya shalat. Maka marilah kita mulai de-
ngan menjelaskan hukum-hukum yang berkaitan dengan tha-
harah, kemudian hukum-hukum yang berkaitan dengan shalat.

JENIS-JENIS AIR

6 Air terbagi dua; air suci dan air najis.


6 Air suci adalah air yang boleh dipakai untuk wudhu dan
mandi besar, sedang air najis tidak demikian.
6 Air suci adalah setiap yang bisa disebut air secara mutlak
dan tidak berubah karena suatu najis.
Contoh air suci adalah air laut, air sungai, air hujan, air
su-mur dan lainnya.
6 Setiap yang tak bisa disebut air secara mutlak, tidak boleh
digunakan untuk wudhu dan mandi, seperti teh, sirup, kuah
dan sebagainya.
6 Air najis adalah air yang berubah rasa, warna atau baunya
karena (bercampur) najis. Najis itu seperti kencing, kotoran
manusia dan darah.
Jika ada najis yang jatuh ke dalam air, maka hukum air itu
adalah:

Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 3


9 Najis; bila rasa, warna atau bau air itu berubah kare-
nanya.
9 Suci; bila air itu tidak berubah.
6 Air selokan yang telah disuling dan dibersihkan, boleh di-
pakai bersuci bila tak tertinggal di dalamnya sedikitpun be-
kas najis, baik warna, rasa maupun baunya.
6 Hukum dasar air adalah suci, yakni selama tidak terbukti
adanya najis.
Contoh kaidah ini adalah:
9 Barangsiapa menemukan air dan ia tidak tahu apakah
air itu suci atau najis? Maka air itu adalah suci karena
hukum dasar air adalah suci.
9 Bila ada najis yang jatuh ke dalam air, sedang ia ragu-
ragu apakah air itu berubah karena najis tersebut atau
tidak? Maka air itu adalah suci karena hukum dasar air
adalah suci.
9 Bila ia masuk ke dalam kamar kecil, sedang lantainya
berair, lalu sebagian pakaiannya terciprat air di lantai
itu, maka air itu adalah suci karena hukum dasar air
adalah suci, kecuali jika terbukti bahwa air tersebut na-
jis melalui warna, bau atau rasanya.

MENGHILANGKAN NAJIS

Najis ada tiga macam; mughalladzhah (berat), mutawassi-


thah (sedang) dan mukhaffafah (ringan).
1. Najis mughalladzhah.
Yaitu jilatan1 anjing dalam bejana.
1
Jilatan terjadi bila anjing memasukkan mulutnya ke dalam bejana untuk me-
minum air, susu, atau lainnya. Bersama ini saya perlu mengingatkan tentang
4 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat
Bila itu terjadi maka bejana tersebut terkena najis mu-
ghalladzhah dan tidaklah suci sebelum air itu dibuang, ke-
mudian bejana itu dicuci tujuh kali dan cucian yang perta-
ma menggunakan tanah.2
2. Najis mutawassithah.
Seperti kencing, kotoran manusia dan darah.
Jenis najis ini bisa disucikan dengan apa saja yang da-
pat menghilangkannya, seperti air, debu, bensin atau sa-
rana pembersih lainnya. Yang penting adalah menghi-
langkan materi najis tersebut. Jika materi najis itu telah hi-
lang - dengan sarana apapun - maka tempat itu menjadi
suci.
3. Najis mukhaffafah.
Najis ini ada dua macam:
6 Kencing bayi laki-laki yang makanannya hanya air su-
su ibu, atau sebagian besar makanannya adalah air
susu ibu.
6 Madzi, yaitu air kental bening yang keluar dari kemalu-
an laki-laki karena syahwat.
Jika ada pakaian yang tertimpa salah satu dari dua najis di
atas, maka untuk membersihkannya cukup dengan me-
mercikkan air ke atasnya dan tidak mesti dicuci.
Catatan: Jika keluar madzi dari seorang laki-laki, maka ia
harus mencuci kemaluan dan dua buah pelirnya, kemudian
berwudhu, dan tidak harus mandi.

larangan Rasulullah  untuk tidak memiliki dan memelihara anjing di dalam


rumah.
2
Riset membuktikan bahwa jika seekor anjing menjilat bejana, maka air dan be-
jana tersebut tercemar oleh bakteri (semacam cacing) yang berbahaya bagi ma-
nusia, dan bakteri tersebut tidak bisa dimusnahkan kecuali dengan tanah.
Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 5
ADAB (ETIKA) BUANG HAJAT

Ë Sebelum masuk ke kamar kecil disunahkan bagi yang hen-


dak buang hajat - kecil maupun besar - agar membaca:

‫ﺚ‬
ِ ‫ﺎِﺋ‬‫ﺨﺒ‬
 ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺚ ﻭ‬
ِ ‫ﺒ‬‫ﻦ ﺍﹾﻟﺨ‬ ‫ﻚ ِﻣ‬
 ‫ﻮﺫﹸ ِﺑ‬ ‫ﻲ ﹶﺃﻋ‬ ‫ﻧ‬‫ﻢ ِﺇ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﷲ ﺍﻟ ﹼﻠ‬
ِ ‫ﺴ ِﻢ ﺍ‬
 ‫ِﺑ‬

“Dengan nama Allah … ya Allah … aku berlindung


kepada-Mu dari (kejahatan) setan laki-laki dan setan
perempuan”.3

Dan jika keluar dari kamar kecil, ia membaca:

‫ﻚ‬
 ‫ﻧ‬‫ﺍ‬‫ﹸﻏ ﹾﻔﺮ‬

“Ya Allah … aku mohon ampunanMu”.

Ë Disunahkan mendahulukan kaki kiri saat masuk kamar ke-


cil dan mendahulukan kaki kanan saat keluar.
Ë Wajib baginya beristinja’ atau beristijmar seusai buang ha-
jat.
9 Istinja’ yaitu membersihkan dengan air.
9 Istijmar yaitu membersihkan dengan batu, tissue atau
sejenisnya. Disyaratkan agar istijmar tidak dilakukan
kurang dari tiga kali dengan bersih. Jika itu belum
cukup membersihkan maka ia menambahnya dengan
jumlah ganjil (lima kali, tujuh kali dst.).

3
Makna lain dari al-khubuts adalah kejahatan dan makna lain dari al-khaba’its
adalah setan-setan.
6 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat
Ë Tidak dibolehkan beristijmar dengan tulang, makanan atau
kotoran hewan.
Ë Istinja’ dan istijmar hanya dilakukan dengan tangan kiri.
Ë Boleh beristijmar meskipun ada air, tetapi beristinja’ de-
ngan air adalah lebih afdhal (utama).

BERSIWAK DAN SUNAH-SUNAH FITRAH

 Bersiwak disunahkan setiap saat, tapi ia lebih disunahkan


pada saat-saat berikut ini:
9 Ketika berwudhu.
9 Ketika akan shalat.
9 Ketika masuk rumah.
9 Ketika bangun tidur.
9 Ketika akan membaca Al-Qur’an.
 Lebih afdhal menggunakan kayu Araak untuk bersiwak,
walaupun boleh saja menggunakan yang lain seperti sikat
gigi.
 Sunah-sunah fitrah ada lima seperti yang dijelaskan di da-
lam hadits Abu Hurairah  bahwa Rasulullah  bersabda:

‫ﻖ‬ ‫ﺣﻠﹾـ‬ ‫ﻱ‬


 ‫ ﹶﺃ‬- ‫ﺩ‬ ‫ﺍ‬‫ﺤﺪ‬
 ‫ـِﺘ‬‫ﺍ ِﻻﺳ‬‫ ﻭ‬، ‫ـﺎﻥﹸ‬‫ﺨﺘ‬
ِ ‫ ﺍﹾﻟ‬: ‫ﺮ ِﺓ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ ِﻔ ﹾﻄ‬ ‫ ِﻣ‬‫ﻤﺲ‬ ‫ﺧ‬ ]
[‫ﻂ‬
ِ ‫ﺑ‬‫ ﺍ ِﻹ‬‫ﺘﻒ‬ ‫ﻧ‬‫ﻭ‬ ، ‫ ﺍ َﻷ ﹾﻇﻔﹶﺎ ِﺭ‬‫ﻴﻢ‬ ‫ﺗ ﹾﻘ ِﻠ‬‫ﻭ‬ ، ‫ﺏ‬
ِ ‫ﺎ ِﺭ‬‫ﺺ ﺍﻟﺸ‬
 ‫ﻭ ﹶﻗ‬ - ‫ﻧ ِﺔ‬‫ﺎ‬‫ﺍﹾﻟﻌ‬

“Lima hal yang termasuk (sunah-sunah) fitrah; khitan, men-


cukur bulu kemaluan, memendekkan kumis, memotong ku-
ku, dan mencabut bulu ketiak.” (Muttafaq ‘alaih)

Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 7


 Khitan bagi laki-laki adalah wajib dan bagi wanita adalah
sunah.
 Haram hukumnya menunda pelaksanaan sunah-sunah fit-
rah selain khitan - yaitu mencukur bulu kemaluan, me-
mendekkan kumis, mencabut bulu ketiak atau memotong
kuku - lebih dari empatpuluh hari.

TATA CARA WUDHU

1. Membaca bismillah.
2. Membasuh kedua telapak tangan tiga kali.
3. Berkumur-kumur, beristinsyaq dan beristintsar tiga kali.
Istinsyaq yaitu menghirup air ke dalam hidung dengan na-
fas. Ketika beristinsyaq, hirupan air hendaknya dilakukan
dalam-dalam, kecuali pada saat berpuasa, agar air tidak
masuk ke dalam perutnya.
Istintsar yaitu mengeluarkan air dari dalam hidung dengan
nafas.
Sebaiknya mengambil air dengan tangan kanan saat istin-
syaq, dan mengeluarkannya dengan tangan kiri ketika is-
tintsar.
4. Disunahkan berkumur-kumur dan beristinsyaq dari satu
saukan tangan; yakni separuhnya untuk berkumur-kumur
dan separuhnya lagi untuk beristinsyaq.
Jika berkumur-kumur dari satu saukan dan beristinsyaq da-
ri satu saukan lain, maka hal itu juga boleh.
5. Membasuh wajah tiga kali.
Panjang batas wajah adalah dari tempat tumbuhnya ram-
but kepala hingga ke dagu dan janggut, sedang lebarnya

8 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat


adalah dari telinga ke telinga (tapi telinga tidak termasuk
wajah).
6. Disunahkan menyela-nyela jenggot yang lebat.4
Yaitu dengan mengambil setelapak tangan air lalu menyi-
ramkannya ke jenggot dan menyela-nyelanya.
7. Membasuh dua tangan tiga kali, dari ujung jari hingga ke
siku (kedua siku tangan termasuk yang wajib dibasuh).
Hendaknya memulai dengan tangan kanan lalu tangan kiri.
8. Mengusap rambut dan kedua telinga sekali saja.
Caranya, membasahi kedua telapak tangan dengan air,
lalu meletakkan keduanya di bagian depan kepala dan
mengusapkannya hingga tempat tumbuhnya rambut kepa-
la yang paling bawah dari tengkuknya, lalu mengusapkan-
nya kembali ke bagian depan kepalanya.
Kemudian mengusap kedua telinga, yaitu dengan
menggu-nakan telunjuk jari untuk mengusap bagian
dalam telinga dan ibu jari untuk mengusap bagian
luarnya; serta tidak perlu mengambil air yang baru
untuk mengusap telinga.
9. Membasuh kedua kaki tiga kali, dari ujung jari hingga ke
mata kaki (kedua mata kaki termasuk yang wajib dibasuh).
Hendaknya memulai dengan kaki kanan kemudian kaki kiri.
10. Dibolehkan mengusap kaos kaki bila ia dalam keadaan su-
ci ketika memakainya.
Caranya, mengusap punggung telapak kaki yang kanan
kemudian yang kiri, sekali saja.

4
Setiap muslim wajib memelihara jenggotnya dan tidak mencukurnya sebagai
bentuk ketaatan kepada perintah Nabi  dalam hadits-hadits yang diriwayatkan
oleh Al-Bukhari dan Muslim.
Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 9
9 Masa (dibolehkannya) mengusap (kaos kaki) adalah
sehari semalam bagi muqim (yang menetap) dan tiga
hari tiga malam bagi musafir (yang bepergian).
9 Masa mengusap tersebut dimulai sejak usapan perta-
ma setelah adanya hadats. (Hadats adalah sesuatu
yang membatalkan wudhu).
Contoh: Seorang muqim berwudhu dan
memakai kaos kaki pada pukul 08.00 pagi.
Kemudian batal wudhunya pada pukul 10.00
pagi, lalu ia berwudhu dan mengu-sap kaos
kakinya pada pukul 13.00 siang. Maka masa
mengusapnya dimulai sejak pukul 13.00
siang dan terus dibolehkan mengusap kaos
kaki sampai pukul 13.00 siang besok harinya.
11. Tertib (berurutan) adalah syarat sahnya wudhu.
Karena itu, barangsiapa mendahulukan membasuh kedua
kaki sebelum mengusap kepala, maka wudhunya tidak
sah.
12. Muwalaah (berkesinambungan) adalah syarat sahnya wu-
dhu.
Maka tidak boleh ada selang waktu yang lama antara
membasuh anggota wudhu yang satu dengan yang beri-
kutnya.
13. Lebih afdhal membasuh setiap anggota wudhu sebanyak
tiga kali.
Tapi boleh juga bila hal itu dilakukan sebanyak dua kali
atau sekali saja, atau secara acak dengan membasuh satu
anggota wudhu tiga kali, yang lainnya dua kali dan yang la-
innya lagi sekali.

10 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat


14. Setelah berwudhu disunahkan membaca zikir yang diriwa-
yatkan oleh Umar bin Al-Khathab  bahwa Nabi  ber-
sabda:

“Barangsiapa di antara kalian yang berwudhu lalu me-


nyempurnakan wudhunya kemudian membaca:
‫ﻚ ﹶﻟﻪ‬
 ‫ﻳ‬‫ﺷ ِﺮ‬ ‫ ﹶﻻ‬‫ﺪﻩ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻪ ِﺇ ﱠﻻ ﺍ‬ ‫ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﻻ ﺇِﻟ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﹶﺃ‬
‫ﻮﻟﹸﻪ‬ ‫ﺭﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻩ‬‫ﺒﺪ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺪﹰﺍ‬‫ﺤﻤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ ﹶﺃ ﱠﻥ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬

maka dibukakan baginya delapan pintu surga, ia boleh


memasuki pintu mana saja yang ia kehendaki.” (HR. Muslim
dan lainnya)

Ia juga disunahkan membaca zikir yang diriwayatkan oleh


Abu Sa’id Al-Khudri  bahwa Rasulullah  bersabda:

“Barangsiapa berwudhu kemudian membaca:

‫ﻙ‬ ‫ﻤ ِﺪ‬ ‫ﺤ‬


 ‫ﻭِﺑ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻚ ﺍﻟ ﹼﻠ‬
 ‫ﻧ‬‫ﺎ‬‫ﺒﺤ‬ ‫ﺳ‬
‫ﻚ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ ِﺇﹶﻟ‬‫ﻮﺏ‬ ‫ﻭﹶﺃﺗ‬ ‫ﻙ‬ ‫ﻐ ِﻔﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﺖ ﹶﺃ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻪ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﺃ‬ ‫ﹶﻻ ﺇِﻟ‬

maka dicatat (pahalanya) di atas lembaran kulit lalu diberi


(segel) pengaman, sehingga ia tak akan pecah (rusak)
sampai hari kiamat.” (HR. Hakim. Ia menshahihkannya dan disetu-
jui oleh Adz-Dzahabi)

Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 11


YANG MEMBATALKAN WUDHU
& Keluarnya sesuatu dari salah satu di antara dua jalan (de-
pan atau belakang). Seperti kencing, kotoran, angin, madzi
dan wadi.5
& Hilang akal; karena tidur, pingsan atau mabuk.
& Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan.
& Makan daging unta.

MACAM-MACAM HADATS

6 Hadats ada dua macam.


1. Hadats Ashghar (kecil).
Bila seseorang melakukan sesuatu yang membatalkan
wudhu, berarti ia berhadats kecil. Tidak sah shalatnya
sampai ia menghilangkan hadatsnya dan hadats kecil
itu tidak hilang kecuali dengan berwudhu.
Catatan: Barangsiapa yang selalu dalam keadaan
berhadats seperti orang yang menderita penyakit be-
ser, maka hendaknya ia membersihkan diri dan mele-
takkan di tempat beser itu kapas atau sejenisnya agar
najisnya tidak tercecer ke pakaian, kemudian ia ber-
wudhu untuk setiap waktu shalat. Jika ia berwudhu di
awal waktu Dzhuhur, maka dengan wudhu itu ia me-
laksanakan shalat Dzhuhur, nawafil (sunah) dan
mengqadha (mengganti) shalat yang tertinggal sampai
selesai waktu Dzhuhur. Bila waktu Dzhuhur telah ber-

5
Wadi adalah cairan putih yang keluar dari seorang laki-laki tanpa syahwat. Bi-
asanya keluar setelah kencing atau saat membawa barang-barang berat. Hukum-
nya sama seperti air kencing.
12 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat
lalu, maka ia tidak dibenarkan melaksanakan shalat
Ashar kecuali dengan wudhu yang baru.
2. Hadats Akbar (besar).
Hadats besar terjadi karena hal-hal berikut ini (biasa-
nya disebut hal-hal yang mewajibkan mandi besar):
3 Keluarnya mani dengan rasa nikmat.
3 Bersetubuh, walaupun tidak sampai mengeluar-
kan mani (ejakulasi).
3 Mimpi. Yaitu mendapati mani di pakaiannya sete-
lah bangun tidur.
(Orang yang melakukan salah satu di antara tiga
hal di atas disebut junub).
3 Keluarnya darah haid dan nifas. Setelah suci wa-
jib baginya mandi besar.
6 Hadats besar tersebut tidak hilang kecuali dengan mandi
besar.
6 Orang yang sedang berhadats besar atau kecil diharam-
kan menyentuh Al-Qur’an tanpa penghalang.
6 Orang junub tidak boleh membaca Al-Qur’an. Sedangkan
wanita haid atau orang yang berhadats kecil, boleh mem-
baca Al-Qur’an dengan syarat tidak menyentuhnya tanpa
penghalang. Tidak ada masalah bila ia menyentuhnya
dengan menggunakan penghalang, seperti sarung tangan
saat membawa Al-Qur’an atau pena saat membalikkan
halaman-halamannya, dan sebagainya.

TATA CARA MANDI BESAR

Mandi besar bisa dilakukan dengan berniat dan membasahi


seluruh tubuh dengan air, sambil berkumur-kumur dan beris-
Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 13
tinsyaq. Barangsiapa melakukan yang demikian, maka ia telah
melaksanakan mandi besar.
Namun yang lebih afdhal (setelah berniat, pent.) adalah de-
ngan tata cara sebagai berikut:
1. Membaca bismillah.
2. Membasuh kedua telapak tangan tiga kali.
3. Membersihkan kemaluan.
4. Membasuh lagi kedua telapak tangan dengan mengguna-
kan alat pembersih seperti sabun.
5. Berwudhu.
6. Menyiramkan air ke atas kepala sebanyak tiga kali.
7. Menyiram bagian kanan tubuh dengan air, kemudian bagi-
an kiri.
8. Membasuh kedua kaki jika belum dibasuh.

TAYAMMUM

6 Bila seseorang tak mampu menggunakan air atau takut


bahaya jika menggunakannya - karena sakit, dingin yang
menyengat atau takut kehausan (karena kehabisan air,
pent.) - maka disyariatkan baginya bertayammum sebagai
pengganti wudhu ataupun mandi besar.
6 Tata cara tayammum:
Menepukkan kedua telapak tangan ke tanah sekali tepu-
kan, lalu mengusapkannya ke wajah, kemudian mengusap
punggung kedua telapak tangan; yaitu mengusap pungg-
ung telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri, lalu
sebaliknya mengusap punggung telapak tangan kiri de-
ngan telapak tangan kanan.

14 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat


HAID

6 Haid adalah darah kental yang keluar dari rahim wanita.


6 Seorang wanita yang sedang haid atau nifas diharamkan
melakukan beberapa hal berikut:
9 Shalat (tidak diwajibkan baginya mengqadha shalat).
9 Puasa (wajib baginya mengqadha puasa Ramadhan).
9 Thawaf di Ka’bah.
9 Berdiam di dalam mesjid.
9 Menyentuh Al-Qur’an (boleh baginya membaca Al-
Qur’an atau menyentuhnya dengan penghalang seper-
ti kaos tangan).
9 Bersetubuh.

MACAM-MACAM DARAH WANITA

6 Haid dan nifas.


Yaitu darah yang keluar dari rahim wanita. Dan telah kita
jelaskan tentang hal-hal yang diharamkan atas wanita di
saat mengalami haid atau nifas.
6 Istihadhah.
Yaitu pendarahan dari salah satu urat. Ini adalah sejenis
penyakit yang menimpa sebagian kaum wanita. Kedu-
dukan hukum wanita yang mengalami istihadhah adalah
sama dengan wanita yang berada dalam keadaan suci; ia
harus mengerjakan shalat dan puasa. Ia juga diharuskan
membersihkan bekas darah tersebut dan mengenakan
pembalut serta berwudhu untuk tiap waktu shalat.
6 Shufrah (cairan kuning) dan kudrah (cairan keruh).
Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 15
Yaitu basah atau cairan yang didapati kaum wanita, ber-
warna kuning atau coklat. Ia adalah haid bila didapati di
pertengahan atau akhir waktu haid. Tapi bila didapati di
waktu suci, maka ia bukanlah haid; karena itu harus diber-
sihkan, sebelum berwudhu untuk shalat.

HUKUM-HUKUM SHALAT
& Shalat adalah satu di antara lima rukun Islam. Ia adalah
tiang agama. Dalam Islam, meninggalkan shalat lebih keji
dari mencuri, berzina dan minum minuman keras. Nabi 
bahkan menyifati pelakunya dengan kekufuran, seperti
dalam hadits yang diriwayatkan oleh Buraidah  bahwa
Rasulullah  bersabda:

[ ‫ﺮ‬ ‫ﺪ ﹶﻛ ﹶﻔ‬ ‫ﺮﻛﹶﻬﹶﺎ ﹶﻓ ﹶﻘ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻼﺓﹸ ﹶﻓ‬


‫ﺼﹶ‬ ‫ ﺍﻟ‬‫ﻢ‬‫ﻨﻬ‬‫ﻴ‬ ‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ‫ﻨﹶﺎ‬‫ﻴﻨ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻱ‬
 ‫ ﺍﱠﻟ ِﺬ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫] ﺍﻟ‬

“Perjanjian (pembeda) antara kita (muslim) dan mereka


(kafir) adalah shalat, maka barangsiapa meninggalkannya
maka ia telah kafir.” (HR. At-Turmudzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan
lainnya, dengan sanad shahih)

& Shalat lima waktu hukumnya wajib atas setiap muslim dan
muslimah. Shalat lima waktu itu adalah Dzhuhur empat ra-

16 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat


kaat, Ashar empat rakaat, Maghrib tiga rakaat, Isya empat
rakaat dan Shubuh dua rakaat.
& Laki-laki wajib melaksanakan shalat lima waktu tersebut di
mesjid.
& Wajib bagi kedua orang tua untuk mendidik anak-anaknya
melaksanakan shalat. Perintah untuk mengerjakan shalat
hendaknya dimulai sejak sang anak berusia tujuh tahun. Ia
harus didorong untuk melaksanakannya, diajarkan tata ca-
ranya, dan tata cara berwudhu sebelum itu. Rasulullah 
bersabda:

‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺑ‬‫ـ ِﺮ‬‫ﺍﺿ‬‫ ﻭ‬، ‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺒ ِﻊ ِﺳِﻨ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺎ ُﺀ‬‫ﺑﻨ‬‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻼ ِﺓ‬
‫ﺼﹶ‬
 ‫ﻢ ﺑِﺎﻟ‬ ‫ﺩﻛﹸ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺍ ﹶﺃ‬‫ﺮﻭ‬ ‫ﻣ‬ ]
[ ‫ﺎ ِﺟ ِﻊ‬‫ﻤﻀ‬ ‫ﰲ ﺍﹾﻟ‬
ِ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻴ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺍ‬‫ﺮ ﹸﻗﻮ‬ ‫ﻭ ﹶﻓ‬ ، ‫ﺸ ٍﺮ‬
 ‫ﻋ‬ ‫ﺎ ُﺀ‬‫ﺑﻨ‬‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻬ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬

“Perintahkanlah anak-anakmu untuk mengerjakan shalat


saat mereka berumur tujuh tahun. Pukullah mereka bila
melalaikannya saat mereka berumur sepuluh tahun. Dan
pisahkanlah tempat-tempat tidur mereka.” (HR. Abu Dawud
dan lainnya)

SYARAT-SYARAT SAHNYA SHALAT

1. Suci dari hadats.


Yaitu dengan berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil
dan mandi besar untuk menghilangkan hadats besar.
2. Suci dari najis.
Karena itu badan orang yang shalat, pakaian dan tempat
shalatnya harus suci.

Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 17


3. Niat.
Ia mengandung dua hal:
a. Ikhlas karena Allah ; maka hendaknya ia tidak sha-
lat supaya dilihat manusia.
b. Ia harus meniatkan untuk shalat tertentu, misalnya
shalat Dzhuhur, Ashar atau shalat Witir dan sebagai-
nya.
Dalam hal ini ada dua peringatan penting:
- Di antara jalan masuk setan kepada sebagian
kaum muslimin yaitu adanya bisikan sewaktu niat.
Karena itu setiap mukmin hendaknya waspada
agar tidak termakan bisikan-bisikan setan. Sebab
niat itu masalah mudah, bukan sesuatu yang
memberatkan. Maka setiap orang yang datang
untuk shalat Jumat, tentu ia tidak berniat kecuali
untuk shalat Jumat, dan tidak mungkin berniat
untuk shalat Isya misalnya. Demikian juga dengan
orang yang datang untuk shalat Maghrib, tidak
mungkin berniat untuk shalat Dzhuhur atau Witir.
- Niat itu tempatnya di dalam hati, maka melafal-
kannya adalah bid’ah.
4. Masuknya waktu shalat.
Barangsiapa melaksanakan shalat sebelum masuk waktu-
nya maka shalatnya tidak sah. Sebaliknya, barangsiapa
meninggalkan shalat dengan sengaja sampai lewat waktu-
nya maka ia telah terjerumus pada dosa yang sangat be-
sar.

18 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat


 Waktu Dzhuhur adalah sejak tergelincirnya matahari
sampai bayangan segala sesuatu sama dengan diri-
nya, selain bayangan zawal.6
 Waktu Ashar adalah sejak berakhirnya waktu Dzhuhur
hingga menguningnya matahari. Antara menguning
hingga terbenamnya matahari juga termasuk waktu
Ashar, namun dimakruhkan menunda shalat ke waktu
tersebut tanpa ada uzur.
 Waktu Maghrib adalah dari terbenamnya matahari
hingga hilangnya mega merah.
 Waktu Isya adalah dari hilangnya mega merah sampai
pertengahan malam.
 Waktu Shubuh adalah dari terbitnya fajar kedua7 hing-
ga terbitnya matahari.
5. Menghadap kiblat.
6. Menutup aurat.
Aurat laki-laki adalah dari pusar hingga lutut. Ia juga wajib
menutupi kedua pundaknya. Sedangkan aurat wanita ada-
lah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dalam shalat. Adapun
di hadapan laki-laki asing (bukan mahramnya) maka tubuh
wanita seluruhnya adalah aurat.
Catatan: Tidak boleh shalat di kuburan, juga di dalam mes-
jid yang ada kuburannya. Jika ia melakukannya, maka ia
berdosa dan shalatnya batal.

AZAN DAN IQAMAT

6
Saat matahari tepat di atas ubun-ubun. (Fiqh Islam, Sulaiman Rasyid, hal. 62,
pent.)
7
Tebaran cahaya matahari – saat akan terbit – melintang di tepi langit sebelah
timur. (Ibid, hal. 62, pent.)
Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 19
9 Azan dan iqamat itu disyariatkan dalam shalat lima waktu
bagi kaum laki-laki.
9 Muadzin disunahkan berdiri, menghadap kiblat, meletak-
kan kedua telunjuk jarinya di telinga, serta tidak menoleh
ke kiri-kanan kecuali dalam ucapannya:

‫ﺡ‬
ِ‫ﻼ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ ﹶ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺣ‬ ، ‫ﻼ ِﺓ‬
‫ﺼﹶ‬
 ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺣ‬

maka ketika itu ia menoleh ke kanan dan ke kiri.


9 Lafal azan itu adalah:

‫ﺒﺮ‬‫ﷲ ﹶﺃ ﹾﻛ‬
ُ ‫ ﺍ‬، ‫ﺒﺮ‬‫ﷲ ﹶﺃ ﹾﻛ‬
ُ ‫ ﺍ‬، ‫ﺒﺮ‬‫ﷲ ﹶﺃ ﹾﻛ‬
ُ ‫ ﺍ‬، ‫ﺒﺮ‬‫ﷲ ﹶﺃ ﹾﻛ‬
ُ‫ﺍ‬
‫ﷲ‬
ُ ‫ﻪ ِﺇ ﱠﻻ ﺍ‬ ‫ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﻻ ﺇِﻟ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﺷ‬ ‫ ﹶﺃ‬، ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻪ ِﺇ ﱠﻻ ﺍ‬ ‫ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﻻ ﺇِﻟ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﹶﺃ‬
‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮﻝﹸ ﺍ‬ ‫ﺭﺳ‬ ‫ﺪﹰﺍ‬‫ﺤﻤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ ﹶﺃ ﱠﻥ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﺷ‬ ‫ ﹶﺃ‬، ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮﻝﹸ ﺍ‬ ‫ﺭﺳ‬ ‫ﺪﹰﺍ‬‫ﺤﻤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ ﹶﺃ ﱠﻥ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﹶﺃ‬
‫ﻼ ِﺓ‬
‫ﺼﹶ‬
 ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺣ‬ ، ‫ﻼ ِﺓ‬
‫ﺼﹶ‬
 ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺣ‬
‫ﺡ‬
ِ‫ﻼ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ ﹶ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺣ‬ ، ‫ﺡ‬
ِ‫ﻼ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ ﹶ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺣ‬
ُ ‫ ﺍ‬، ‫ﺒﺮ‬‫ﷲ ﹶﺃ ﹾﻛ‬
‫ﺒﺮ‬‫ﷲ ﹶﺃ ﹾﻛ‬ ُ‫ﺍ‬
‫ﷲ‬
ُ ‫ﻪ ِﺇ ﱠﻻ ﺍ‬ ‫ﹶﻻ ﺇِﻟ‬

Untuk azan Shubuh ditambah dengan:

‫ﻮ ِﻡ‬ ‫ﻨ‬‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ ِﻣ‬‫ﻴﺮ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻼﺓﹸ‬


‫ﺼﹶ‬
 ‫ ﺍﻟ‬، ‫ﻮ ِﻡ‬ ‫ﻨ‬‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ ِﻣ‬‫ﻴﺮ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻼﺓﹸ‬
‫ﺼﹶ‬
 ‫ﺍﻟ‬

setelah seruan:
20 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat
‫ﺡ‬
ِ‫ﻼ‬
‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ ﹶ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺣ‬ ، ‫ﺡ‬
ِ‫ﻼ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ ﹶ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺣ‬

Sedangkan lafal iqamat adalah:

‫ﺒﺮ‬‫ﷲ ﹶﺃ ﹾﻛ‬
ُ ‫ ﺍ‬، ‫ﺒﺮ‬‫ﷲ ﹶﺃ ﹾﻛ‬
ُ‫ﺍ‬
‫ﷲ‬
ُ ‫ﻪ ِﺇ ﱠﻻ ﺍ‬ ‫ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﻻ ﺇِﻟ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﹶﺃ‬
‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮﻝﹸ ﺍ‬ ‫ﺭﺳ‬ ‫ﺪﹰﺍ‬‫ﺤﻤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ ﹶﺃ ﱠﻥ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﹶﺃ‬
‫ﻼ ِﺓ‬
‫ﺼﹶ‬
 ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺣ‬
‫ﺡ‬
ِ‫ﻼ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ ﹶ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺣ‬
‫ﻼ ِﺓ‬
‫ﺼﹶ‬
 ‫ﺖ ﺍﻟ‬
ِ ‫ﻣ‬ ‫ﺪ ﻗﹶﺎ‬ ‫ ﹶﻗ‬، ‫ﻼ ِﺓ‬
‫ﺼﹶ‬ ‫ﺖ ﺍﻟ‬
ِ ‫ﻣ‬ ‫ﺪ ﻗﹶﺎ‬ ‫ﹶﻗ‬
‫ﺒﺮ‬‫ﷲ ﹶﺃ ﹾﻛ‬
ُ ‫ ﺍ‬، ‫ﺒﺮ‬‫ﷲ ﹶﺃ ﹾﻛ‬
ُ‫ﺍ‬
‫ﷲ‬
ُ ‫ﻪ ِﺇ ﱠﻻ ﺍ‬ ‫ﹶﻻ ﺇِﻟ‬

9 Disunahkan bagi yang mendengarkan azan beberapa hal


berikut ini:
 Mengucapkan seperti apa yang diucapkan oleh mua-
dzin, kecuali dalam ucapannya:

‫ﺡ‬
ِ‫ﻼ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ ﹶ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺣ‬ ، ‫ﻼ ِﺓ‬
‫ﺼﹶ‬
 ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺣ‬

maka hendaknya ia mengucapkan:

Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 21


‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﺓ ِﺇ ﱠﻻ ﺑِﺎ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ ﻗﹸ‬ ‫ﻮ ﹶﻝ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﹶﻻ‬

 Mengucapkan:

‫ﻨﹰﺎ‬‫ﻼ ِﻡ ِﺩﻳ‬
‫ﺳ ﹶ‬ ‫ﻭﺑِﺎ ِﻹ‬ ، ‫ﻮ ﹰﻻ‬ ‫ﺭﺳ‬ ‫ﻤ ٍﺪ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻭِﺑﻤ‬ ، ‫ﺎ‬‫ﺑ‬‫ﷲ ﺭ‬
ِ ‫ ﺑِﺎ‬‫ﻴﺖ‬ ‫ﺿ‬
ِ ‫ﺭ‬

“Aku rela Allah sebagai Rabbku dan Muhammad seba-


gai rasulku serta Islam sebagai agamaku.”

setelah muadzin mengucapkan:

‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮﻝﹸ ﺍ‬ ‫ﺭﺳ‬ ‫ﺪﹰﺍ‬‫ﺤﻤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ ﹶﺃ ﱠﻥ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﺷ‬ ‫ ﹶﺃ‬، ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻪ ِﺇ ﱠﻻ ﺍ‬ ‫ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﻻ ﺇِﻟ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﹶﺃ‬

 Membaca shalawat atas Nabi Muhammad  setelah


selesai azan.
 Selanjutnya membaca do’a sebagai berikut:

‫ﻤ ِﺔ‬ ‫ﻼ ِﺓ ﺍﹾﻟﻘﹶﺎِﺋ‬
‫ﺼﹶ‬
 ‫ﺍﻟ‬‫ﻣ ِﺔ ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻮ ِﺓ ﺍﻟﺘ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺏ ﻫ ِﺬ ِﻩ ﺍﻟ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﻟ ﹼﻠ‬
‫ﻴ ﹶﻠ ﹶﺔ‬ ‫ﻀ‬
ِ ‫ﺍﹾﻟ ﹶﻔ‬‫ﻴ ﹶﻠ ﹶﺔ ﻭ‬ ‫ﻮ ِﺳ‬ ‫ﺪﹰﺍ ﺍﹾﻟ‬‫ﺤﻤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﺕ‬
ِ ‫ﺁ‬
‫ﺗﻪ‬‫ﺪ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻱ‬
 ‫ﺩﹰﺍ ﺍﱠﻟ ِﺬ‬‫ﻤﻮ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻣﻘﹶﺎﻣﹰﺎ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻌ ﹾﺜ‬ ‫ﺑ‬‫ﺍ‬‫ﻭ‬

“Ya Allah, Rabb yang memiliki seruan yang


sempurna ini, dan shalat yang akan didirikan
ini. Berilah kepada Muhammad wasilah dan
keutamaan, dan tempatkan-lah dia di tempat
terpuji yang telah Engkau janjikan.”

22 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat


MELURUSKAN SHAF (BARISAN)

Meluruskan shaf dalam shalat jamaah hukumnya adalah


wajib. Caranya adalah sebagai berikut:
 Meluruskan mata kaki dengan mata kaki dan pundak
de-ngan pundak.
Karena itu tidak boleh ada yang posisinya lebih depan
dari yang lain.
 Merapatkan shaf.
Karena itu tidak boleh meninggalkan celah-celah untuk
se-tan.
 Menyempurnakan shaf depan terlebih dahulu.
Karena itu tidak boleh memulai membuat shaf kedua
sebe-lum sempurna shaf pertama, demikian
seterusnya.
 Mendekatkan jarak antara satu shaf dengan shaf
lainnya.
Karena itu jarak antara shaf tidak boleh terlalu jauh.
Selan-jutnya - sebelum bertakbir - imam harus yakin
betul bahwa shaf-shaf para makmum telah lurus.

HUKUM SUTRAH

Sutrah adalah sesuatu yang tinggi (seperti dinding, tiang,


rak Al-Qur’an dan sebagainya).
Di antara hukum sutrah adalah:
& Disyariatkan bagi imam atau munfarid (orang yang
shalat sendirian) untuk mengadakan sutrah di
hadapannya. Ini termasuk salah satu sunah

Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 23


muakkadah (penting) dalam shalat, bahkan sebagian
ulama melihatnya sebagai sebuah kewajiban.
& Panjang sutrah sebaiknya tidak kurang dari duapertiga
hasta.
& Dilarang berlalu di hadapan orang yang sedang shalat,
ke-cuali di luar batas sutrah.
& Seseorang yang sedang shalat, wajib mencegah
orang yang berlalu di hadapannya, walaupun yang
berlalu itu adalah bayi atau hewan.
& Berlalu di hadapan orang yang sedang shalat - imam
atau munfarid - haram hukumnya, tapi shalat orang
tersebut te-tap sah kecuali bila yang berlalu di
hadapannya itu salah satu dari tiga; wanita baligh,
keledai atau anjing hitam. Bila itu terjadi maka shalat
orang itu batal dan ia harus mengu-langinya kembali.
& Hukum-hukum di atas meliputi Haramain (Mesjidil
Haram dan Mesjid Nabawi), karena semua dalilnya
bersifat umum. Sedangkan hadits yang menyebutkan
tentang berlalunya orang-orang di hadapan Rasulullah
 sementara beliau melaksanakan shalat di sekitar
Ka’bah tanpa ada sutrah di hadapannya adalah hadits
dha’if, maka tidak dibenarkan menggunakannya
sebagai dalil. Dan apa yang kita saksi-kan sekarang
berupa shalatnya sebagian orang di putaran tawaf dan
tempat lalu-lalang orang banyak atau bahkan ti-dak
berusaha mengadakan sutrah sama sekali adalah ke-
salahan yang timbul akibat sikap acuh tak acuh
terhadap anjuran agama.
& Hukum-hukum di atas hanya berlaku untuk imam dan
mun-farid. Sedangkan bagi makmum maka sutrahnya
adalah sutrah imamnya. Ia tidak boleh mengadakan
24 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat
sutrah atau-pun mencegah orang yang berlalu di
hadapannya karena berlalu di hadapan para makmum
adalah boleh. Dan bila ada wanita, keledai atau anjing
hitam yang lewat di hadap-an makmum, maka
shalatnya sah, tidak batal.

TATA CARA SHALAT

1. Mengangkat kedua telapak tangan sejajar pundak


atau teli-nga dengan membaca:

‫ﺒﺮ‬‫ﷲ ﹶﺃ ﹾﻛ‬
ُ‫ﺍ‬

Inilah yang disebut dengan takbiratul ihram.


Catatan: Sebagian orang meletakkan ibu jari di
telinganya saat takbiratul ihram. Ini adalah salah,
sebab tidak ada dalil yang menunjukkan hal tersebut.
2. Lalu meletakkan tangan kanannya di atas tangan
kirinya, di atas dada. Atau memegang tangan kirinya
dengan ta-ngan kanannya, di atas dada.
3. Kemudian membaca do’a istiftah. Di antara do’a yang
diri-wayatkan dari Nabi  adalah sbb.:

‫ﻱ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺧﻄﹶﺎﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻴِﻨ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺎ ِﻋ‬‫ﻢ ﺑ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﻟ ﹼﻠ‬
‫ﻐﺮِﺏ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻕ ﻭ‬
ِ ‫ﺸ ِﺮ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﺑ‬‫ﹶﻛﻤ‬
‫ﻱ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺧﻄﹶﺎﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻲ ِﻣ‬ ‫ﻧ ﱢﻘِﻨ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﻟ ﱠﻠ‬
‫ﺲ‬
ِ ‫ﻧ‬‫ﺪ‬ ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ ِﻣ‬‫ﻴﺾ‬‫ﺑ‬‫ﺏ ﺍ َﻷ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﻨﻘﱠﻰ ﺍﻟﱠﺜ‬‫ﻳ‬ ‫ﻛﹶﻤﹶﺎ‬
Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 25
‫ﺮ ِﺩ‬ ‫ﺒ‬‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺞ ﻭ‬
ِ ‫ﺍﻟﱠﺜ ﹾﻠ‬‫ﺎ ِﺀ ﻭ‬‫ﻱ ﺑِﺎﹾﻟﻤ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺧﻄﹶﺎﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻲ ِﻣ‬ ‫ﺴ ﹾﻠِﻨ‬
ِ ‫ﻢ ﺍ ﹾﻏ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﻟ ﹼﻠ‬

“Ya Allah, jauhkanlah antara aku dengan dosa-dosaku


se-bagaimana Engkau jauhkan antara Timur dengan
Barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari dosa-dosaku
sebagaimana kain putih dibersihkan dari kotoran. Ya
Allah, sucikanlah aku dari dosa-dosaku dengan air, es
dan embun.”

Atau membaca:

‫ﻚ‬
 ‫ﺳﻤ‬ ‫ﻙ ﺍ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗﺒ‬‫ﻭ‬ ، ‫ﻙ‬ ‫ﻤ ِﺪ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻭِﺑ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻚ ﺍﻟ ﹼﻠ‬
 ‫ﻧ‬‫ﺎ‬‫ﺒﺤ‬ ‫ﺳ‬
‫ﻙ‬ ‫ﻴﺮ‬ ‫ﻪ ﹶﻏ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ ﺇِﻟ‬ ، ‫ﻙ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﱃ‬
‫ﺎ ﹶ‬‫ﺗﻌ‬‫ﻭ‬

“Maha Suci Engkau ya Allah dan segala puji untukMu,


Ma-ha Suci NamaMu, Maha Tinggi KeagunganMu,
dan tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali
Engkau.”

Doa istiftah ini khusus untuk rakaat pertama.


Hukumnya sunah, jika ditinggalkan tidak mengapa.
4. Lalu membaca:

‫ﻴ ِﻢ‬ ‫ﺮ ِﺟ‬ ‫ﻴﻄﹶﺎ ِﻥ ﺍﻟ‬ ‫ﺸ‬


 ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﷲ ِﻣ‬
ِ ‫ﻮﺫﹸ ﺑِﺎ‬ ‫ﹶﺃﻋ‬

“Aku berlindung kepada Allah dari setan yang


terkutuk.”

Atau membaca:
26 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat
‫ﻧ ﹶﻔِﺜ ِﻪ‬‫ﻭ‬ ‫ﺨ ِﻪ‬
ِ ‫ﻧ ﹾﻔ‬‫ﻭ‬ ‫ﻤ ِﺰ ِﻩ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻴ ِﻢ ِﻣ‬ ‫ﺮ ِﺟ‬ ‫ﻴﻄﹶﺎ ِﻥ ﺍﻟ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﷲ ِﻣ‬
ِ ‫ﻮﺫﹸ ﺑِﺎ‬ ‫ﹶﺃﻋ‬

“Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk;


dari umpatan, hembusan dan semburannya8.”

Atau membaca:

‫ﻴ ِﻢ‬ ‫ﺮ ِﺟ‬ ‫ﻴ ﹶﻄﺎ ِﻥ ﺍﻟ‬ ‫ﺸ‬


 ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻴ ِﻢ ِﻣ‬ ‫ﻌ ِﻠ‬ ‫ﻴ ِﻊ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺴ ِﻤ‬
 ‫ﷲ ﺍﻟ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﺫ ِﺑﺎ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﹶﺃ‬
‫ﻧ ﹾﻔِﺜ ِﻪ‬‫ﻭ‬ ‫ﺨ ِﻪ‬
ِ ‫ﻧ ﹾﻔ‬‫ﻭ‬ ‫ﻤ ِﺰ ِﻩ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻦ‬ ‫ِﻣ‬

“Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar


lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk; dari
umpatan, hembusan dan semburannya.”

5. Kemudian membaca basmalah dan Al-Fatihah.


6. Lalu membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang mudah
baginya.
7. Makmum wajib mendengarkan bacaan imam dan tidak
membaca bersama bacaan imam, kecuali surat Al-
Fatihah saja.
8. Lalu mengangkat kedua tangannya sejajar pundak
dan bertakbir untuk ruku’.
9. Ketika ruku’ ia meletakkan kedua tangannya di lutut
de-ngan jari-jari terbuka serta meluruskan

8
Nabi  telah menafsirkan makna isti’adzah ini di dalam hadits yang diriwayat-
kan oleh Ahmad dengan sanad shahih mursal, bahwa al-hamz (umpatan) adalah
bisikan kejahatan dan keragu-raguan dalam diri manusia, an-nafkh (hembusan)
adalah kesombongan, sedang an-nafts (semburan) adalah syair dan sihir setan.
Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 27
punggungnya. Punggung harus lurus, tidak
membungkuk.
10. Bertasbih (mengagungkan Allah) saat ruku’.
Di antara lafal tasbih yang diriwayatkan dari Nabi 
ada-lah:
a. Membaca sebanyak tiga kali atau lebih:

‫ﻴ ِﻢ‬ ‫ﻌ ِﻈ‬ ‫ﻲ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫ﺎ ﹶﻥ‬‫ﺒﺤ‬ ‫ﺳ‬

“Maha Suci Rabbku Yang Maha Agung.”

b. Membaca sebanyak tiga kali atau lebih:

‫ﻤ ِﺪ ِﻩ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻭِﺑ‬ ‫ﻴ ِﻢ‬ ‫ﻌ ِﻈ‬ ‫ﻲ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫ﺎ ﹶﻥ‬‫ﺒﺤ‬ ‫ﺳ‬

“Maha Suci Rabbku Yang Maha Agung dan


segala puji bagiNya.”

c. Membaca berulang-ulang:

‫ﺡ‬
ِ ‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺍﻟ‬‫ﻼِﺋ ﹶﻜ ِﺔ ﻭ‬
‫ﻤ ﹶ‬ ‫ﺏ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﻭﺱ‬ ‫ﺪ‬ ‫ ﹸﻗ‬‫ﻮﺡ‬ ‫ﺒ‬‫ﺳ‬

“Maha Suci Allah lagi Maha Agung, Rabb


Malaikat dan Jibril.”

d. Membaca berulang-ulang:

‫ﻲ‬ ‫ﺮ ِﻟ‬ ‫ﻢ ﺍ ﹾﻏ ِﻔ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻙ ﺍﻟ ﹼﻠ‬ ‫ﻤ ِﺪ‬ ‫ﺤ‬


 ‫ﻭِﺑ‬ ‫ﻨﹶﺎ‬‫ﺭﺑ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻚ ﺍﻟ ﹼﻠ‬
 ‫ﻧ‬‫ﺎ‬‫ﺒﺤ‬ ‫ﺳ‬

28 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat


“Maha Suci Engkau ya Allah, Rabb kami, dan
dengan menujiMu, ya Allah, ampunilah
dosaku.”

e. Membaca berulang-ulang:

‫ﻤ ِﺔ‬ ‫ﻌ ﹶﻈ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺎ ِﺀ ﻭ‬‫ﺒ ِﺮﻳ‬ ‫ﺍﹾﻟ ِﻜ‬‫ﺕ ﻭ‬


ِ ‫ﻮ‬ ‫ﻤ ﹶﻠﻜﹸ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺕ ﻭ‬
ِ ‫ﻭ‬ ‫ﺒﺮ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻱ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺎ ﹶﻥ ِﺫ‬‫ﺒﺤ‬ ‫ﺳ‬

“Maha Suci Dzat Yang Maha Perkasa, Maha


Kuasa, Maha Besar dan Maha Agung.”

Yang wajib adalah membaca tasbih tersebut sekali,


dan selebihnya adalah sunah.
11. Kemudian bangkit dari ruku’. Di tengah bangkit dari
ruku’ membaca:

‫ﺪﻩ‬ ‫ﺣ ِﻤ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﷲ ِﻟ‬


ُ ‫ﻊ ﺍ‬ ‫ﺳ ِﻤ‬

“Allah Maha Mendengar kepada hamba yang


memujiNya.”
sambil mengangkat kedua tangan sejajar dengan
bahu.
12. Ketika ia telah i’tidal (berdiri tegak setelah ruku’) maka
ia membaca:

‫ﺪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺤ‬


 ‫ﻚ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻨﹶﺎ ﹶﻟ‬‫ﺭﺑ‬ atau ‫ﺪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻚ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﻨﹶﺎ‬‫ﺭﺑ‬

“Ya Rabb kami, bagiMu segala puji.”

atau membaca:
Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 29
‫ﺪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻚ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻨﹶﺎ ﹶﻟ‬‫ﺭﺑ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﻟ ﹼﻠ‬ atau ‫ﺪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻚ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﻨﹶﺎ‬‫ﺭﺑ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﻟ ﹼﻠ‬

“Ya Allah, Rabb kami, bagiMu segala puji.”

Keempat bacaan di atas diriwayatkan dari Nabi .


Karena itu, dibolehkan memilih salah satu dari bacaan
tersebut. Ini adalah zikir wajib setelah bangkit dari
ruku’.
Dan disunahkan menambah zikir tersebut dengan
tambah-an yang diriwayatkan dari Nabi , seperti:

‫ﻴ ِﻪ‬ ‫ﻛﹰﺎ ِﻓ‬‫ﺎﺭ‬‫ﺒ‬‫ﺒﹰﺎ ﻣ‬‫ﺮﹰﺍ ﹶﻃﻴ‬‫ﺪﹰﺍ ﹶﻛِﺜﻴ‬‫ﺣﻤ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺤ‬


 ‫ﻚ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﻨﹶﺎ‬‫ﺭﺑ‬

“Wahai Rabb kami, bagiMu segala puji, pujian yang


ba-nyak, yang baik dan penuh berkah di dalamnya.”

‫ﺕ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﺎﻭ‬‫ﺴﻤ‬
 ‫ ِﻣ ﹾﻞ َﺀ ﺍﻟ‬، ‫ﺪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻚ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﻨﹶﺎ‬‫ﺭﺑ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﻟ ﹼﻠ‬
‫ﻌﺪ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻲ ٍﺀ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺖ ِﻣ‬
 ‫ﺎ ِﺷ ﹾﺌ‬‫ﻭ ِﻣ ﹾﻞ َﺀ ﻣ‬ ، ‫ﺽ‬
ِ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ ِﻣ ﹾﻞ َﺀ ﺍ َﻷ‬

“Ya Allah, Rabb kami, bagiMu segala puji, sepenuh


langit dan sepenuh bumi serta sepenuh apa saja yang
Engkau kehendaki setelah itu.”

‫ﺽ‬
ِ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ ِﻣ ﹾﻞ َﺀ ﺍ َﻷ‬ ‫ﺕ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﺎﻭ‬‫ﺴﻤ‬
 ‫ ِﻣ ﹾﻞ َﺀ ﺍﻟ‬، ‫ﺪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻚ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻨﹶﺎ ﹶﻟ‬‫ﺭﺑ‬
‫ﻌﺪ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻲ ٍﺀ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺖ ِﻣ‬
 ‫ﻭ ِﻣ ﹾﻞ َﺀ ﻣﹶﺎ ِﺷ ﹾﺌ‬
‫ﺒﺪ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻭ ﹸﻛﻠﱡﻨﹶﺎ ﹶﻟ‬ ، ‫ﺪ‬ ‫ﺒ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻖ ﻣﹶﺎ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺣ‬ ‫ ﹶﺃ‬، ‫ﺠ ِﺪ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺎ ِﺀ ﻭ‬‫ﻫ ﹶﻞ ﺍﻟﱠﺜﻨ‬ ‫ﹶﺃ‬
30 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat
‫ﺖ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻲ ﻟِﻤﹶﺎ‬ ‫ﻌ ِﻄ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ ﻣ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻄ‬ ‫ﻊ ﻟِﻤﹶﺎ ﹶﺃ‬ ‫ﺎِﻧ‬‫ﻢ ﹶﻻ ﻣ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﻟ ﱠﻠ‬
‫ﺪ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻚ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻨ‬ ‫ﺪ ِﻣ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ ﺫﹶﺍ ﺍﹾﻟ‬‫ﻨ ﹶﻔﻊ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬

“Wahai Rabb kami, bagiMu segala puji, sepenuh langit


dan sepenuh bumi serta sepenuh apa saja yang
Engkau ke-hendaki setelah itu. Engkau adalah yang
berhak mendapat pujian dan keagungan, dan itulah
yang paling berhak untuk diucapkan hamba, dan kami
semua adalah hambaMu. Ya Allah tidak ada yang bisa
menghalangi apa yang Engkau berikan dan tidak ada
yang bisa memberi apa yang Engkau halangi, serta
kemuliaan seseorang tidaklah ber-guna baginya di
sisiMu.”

Hendaklah orang yang shalat memilih salah satu


diantara zikir-zikir tersebut. Tetapi bila zikir yang
diriwayatkan dari Nabi  lebih dari satu bentuk, maka
yang lebih afdhal bagi seorang muslim adalah
membacanya secara berselingan; sekali waktu
membaca zikir yang ini dan di waktu lain membaca
zikir yang lain.
13. Lalu bertakbir bersamaan dengan gerakan turun untuk
su-jud.
14. Sujud dengan tujuh anggota badan. Yaitu dua telapak
ta-ngan, dua lutut, dua telapak kaki, kening dan
hidung. Dua tangan diletakkan sejajar pundak,
terbentang di atas lantai, merapatkan jari-jari tangan
dengan menghadap kiblat, mengangkat dua siku dari
lantai, merenggangkan lengan dari badan dan

Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 31


menegakkan dua telapak kaki sehingga jari-jari kaki
menghadap ke arah kiblat.
15. Ketika sujud membaca sebanyak tiga kali atau lebih:

‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻲ ﺍ َﻷ‬ ‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫ﺎ ﹶﻥ‬‫ﺒﺤ‬ ‫ﺳ‬

“Maha Suci Rabbku Yang Maha Tinggi.”

Atau membaca sebanyak tiga kali atau lebih:

‫ﻤ ِﺪ ِﻩ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻭِﺑ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻲ ﺍ َﻷ‬ ‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫ﺎ ﹶﻥ‬‫ﺒﺤ‬ ‫ﺳ‬

“Maha Suci Rabbku Yang Maha Tinggi dan segala puji


bagiNya.”

Di samping itu ada juga riwayat-riwayat shahih lain


dari Nabi  sebagai tasbih dalam sujud.
16. Lalu bertakbir ketika mengangkat kepalanya dari sujud
un-tuk duduk di antara dua sujud.
17. Kemudian melipat kaki kiri dan mendudukinya,
menegak-kan telapak kaki kanan dan menghadapkan
jari-jarinya ke kiblat. (Duduk semacam ini disebut
dengan duduk iftirasy).
18. Ketika duduk antara dua sujud membaca berulang-
ulang:

‫ﻲ‬ ‫ﺮِﻟ‬ ‫ﺏ ﺍ ﹾﻏ ِﻔ‬


 ‫ﺭ‬

“Wahai Rabbku, ampunilah aku.”

32 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat


Atau membaca doa:

‫ﻲ‬ ‫ﺯ ﹾﻗِﻨ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬‫ﻲ ﻭ‬ ‫ﻫ ِﺪِﻧ‬ ‫ﺍ‬‫ﻲ ﻭ‬ ‫ﺮِﻧ‬ ‫ﺒ‬‫ﺟ‬ ‫ﺍ‬‫ﻲ ﻭ‬ ‫ﻤِﻨ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬‫ﻲ ﻭ‬ ‫ﺮِﻟ‬ ‫ﺏ ﺍ ﹾﻏ ِﻔ‬
 ‫ﺭ‬

“Wahai Rabbku, ampunilah aku, rahmatilah aku,


cukupkan-lah aku, tunjukilah aku dan berilah aku rizki.”

19. Lalu sujud sekali lagi dan bertakbir saat berpindah dari
duduk ke sujud.
Demikianlah yang harus dilakukan pada rakaat
berikutnya (tanpa membaca doa istiftah lagi, pent.).
20. Seusai rakaat kedua, ia duduk tasyahud awal (duduk
ifti-rasy). Ketika duduk tasyahud awal ia meletakkan
telapak tangan kanannya di atas paha atau lutut
kanannya dan menggenggam seluruh jari-jari tangan
kanan dan menun-juk dengan jari telunjuk. Atau
menggenggam jari kelingking dan jari manis, serta
mengaitkan jari tengah dengan ibu jari sehingga
membentuk seperti lingkaran dan menunjuk dengan
jari telunjuk. Di saat bertasyahud pandangannya
diarahkan ke jari telunjuknya itu.
Sedangkan telapak tangan kiri diletakkan di atas paha
atau lutut kaki kirinya. Kemudian membaca doa
tasyahud:

‫ﺕ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻴﺒ‬‫ﺍﻟ ﱠﻄ‬‫ﺕ ﻭ‬
 ‫ﺍ‬‫ﺼ ﹶﻠﻮ‬
 ‫ﺍﻟ‬‫ﷲ ﻭ‬
ِ ‫ﺕ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺤﻴ‬
ِ ‫ﺘ‬‫ﺍﻟ‬
‫ﻪ‬ ‫ﺗ‬‫ﺮﻛﹶﺎ‬ ‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻤﺔﹸ ﺍ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻨِﺒ‬‫ﺎ ﺍﻟ‬‫ﻳﻬ‬‫ﻚ ﹶﺃ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﻼﻡ‬
‫ﺴﹶ‬
 ‫ﺍﻟ‬
‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺤ‬
ِ ‫ﺎِﻟ‬‫ﷲ ﺍﻟﺼ‬
ِ ‫ﺎ ِﺩ ﺍ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ِﻋﺒ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻨﹶﺎ‬‫ﻋ ﹶﻠﻴ‬ ‫ﻼﻡ‬
‫ﺴﹶ‬
 ‫ﺍﻟ‬

Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 33


‫ﻮﻟﹸﻪ‬ ‫ﺭﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻩ‬‫ﺒﺪ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺪﹰﺍ‬‫ﺤﻤ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ ﹶﺃ ﹾﻥ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻪ ِﺇ ﱠﻻ ﺍ‬ ‫ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﻻ ﺇِﻟ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﹶﺃ‬

“Segala penghormatan, kesejahteraan dan kebaikan


ada-lah milik Allah. Semoga keselamatan atasmu
wahai Nabi, juga rahmat dan berkahNya. Semoga
keselamatan atas kami dan atas segenap hamba Allah
yang saleh. Aku ber-saksi bahwa tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) me-lainkan Allah dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan
utusanNya.”

Kemudian bangkit dengan bertakbir untuk melanjutkan


ra-kaat ketiga, sambil mengangkat kedua tangan
sejajar de-ngan bahu.
21. Ketika selesai dari rakaat terakhir, maka ia duduk
tasyahud akhir (duduk tawarruk) bila ia tidak
mengalami kesulitan; yaitu dengan menegakkan
telapak kaki kanan, menjadikan telapak kaki kiri di
bawah betis kaki kanan dan pangkal paha kirinya di
atas lantai. Sedang kedua tangan diletak-kan
sebagaimana pada tasyahud awal.
22. Jika shalatnya dua rakaat seperti shalat Shubuh dan
sha-lat-shalat sunah, maka duduk tasyahudnya adalah
duduk iftirasy bukan tawarruk.
23. Lalu membaca doa tasyahud (sebagaimana pada
tasya-hud awal), kemudian membaca shalawat atas
Nabi . Di antara lafal shalawat yang diriwayatkan
secara shahih dari Nabi  adalah:

‫ﻤ ٍﺪ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺁ ِﻝ ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻤ ٍﺪ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻋﻠﹶﻰ ﻣ‬ ‫ﺻ ﱢﻞ‬
 ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﻟ ﹼﻠ‬
34 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat
‫ﻴﺪ‬ ‫ﺠ‬
ِ ‫ﻣ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺣ ِﻤ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻢ ِﺇ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺍ ِﻫ‬‫ﺑﺮ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﺁ ِﻝ ِﺇ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺍ ِﻫ‬‫ﺑﺮ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ِﺇ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﺻ ﱠﻠ‬
 ‫ﻛﹶﻤﹶﺎ‬
‫ﻤ ٍﺪ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺁ ِﻝ ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻤ ٍﺪ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻋﻠﹶﻰ ﻣ‬ ‫ﻙ‬ ‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻭﺑ‬
‫ﻴﺪ‬ ‫ﺠ‬
ِ ‫ﻣ‬ ‫ﻴﺪ‬ ‫ﺣ ِﻤ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻢ ِﺇ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺍ ِﻫ‬‫ﺑﺮ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﺁ ِﻝ ِﺇ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺍ ِﻫ‬‫ﺑﺮ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ِﺇ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺭ ﹾﻛ‬ ‫ﺎ‬‫ﻛﹶﻤﹶﺎ ﺑ‬

“Ya Allah anugerahkanlah shalawat atas Muhammad


dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah
menganugerah-kan shalawat kepada Ibrahim dan
keluarganya, sesung-guhnya Engkau Maha Terpuji
dan Maha Mulia. Ya Allah berkahilah Muhammad dan
keluarganya, sebagaimana Engkau telah memberkahi
Ibrahim dan keluarganya, se-sungguhnya Engkau
Maha Terpuji dan Maha Mulia.”

Kemudian berlindung kepada Allah dari empat


perkara, yakni dengan berdoa:

‫ﺒ ِﺮ‬ ‫ﺏ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬


ِ ‫ﻋﺬﹶﺍ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻭ ِﻣ‬ ، ‫ﻢ‬ ‫ﻨ‬‫ﻬ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺏ‬
ِ ‫ﻋﺬﹶﺍ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻚ ِﻣ‬
 ‫ﻮﺫﹸ ِﺑ‬ ‫ﻲ ﹶﺃﻋ‬ ‫ﻧ‬‫ﻢ ِﺇ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﻟ ﹼﻠ‬
‫ﺎ ِﻝ‬‫ﺪﺟ‬ ‫ﺢ ﺍﻟ‬
ِ ‫ﻴ‬ ‫ﺴ‬
ِ ‫ﻤ‬ ‫ﻨ ِﺔ ﺍﹾﻟ‬‫ﺘ‬ ‫ﺮ ِﻓ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻭ ِﻣ‬ ، ‫ﺕ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﻤﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻴﹶﺎ ﻭ‬‫ﻤﺤ‬ ‫ﻨ ِﺔ ﺍﹾﻟ‬‫ﺘ‬ ‫ﻦ ِﻓ‬ ‫ﻭ ِﻣ‬

“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari siksa neraka


Jahannam, siksa kubur, fitnah hidup dan mati, serta
kekeji-an fitnah Al-Masih Ad-Dajjal.”
Kemudian berdoa apa yang dikehendakinya.
24. Lalu salam dengan menoleh ke sebelah kanan
sembari mengucapkan:

‫ﷲ‬
ِ ‫ﻤﺔﹸ ﺍ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﻼﻡ‬
‫ﺴﹶ‬
 ‫ﺍﻟ‬
Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 35
“Semoga keselamatan dan rahmat Allah atas kamu
seka-lian.”

Kemudian menoleh ke sebelah kiri dengan


mengucapkan:

‫ﷲ‬
ِ ‫ﻤﺔﹸ ﺍ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﻼﻡ‬
‫ﺴﹶ‬
 ‫ﺍﻟ‬

HAL-HAL YANG DILARANG DALAM SHALAT

: Berbicara dengan orang lain.


: Menoleh.
: Makan dan minum.
: Memandang ke langit.
: Meletakkan tangan di pinggang.
: Banyak melakukan gerakan yang tidak dibutuhkan.
: Iq’aa. Yaitu membentangkan dua kaki dan duduk di
antara dua tumit.
: Meletakkan dua lengan di atas lantai saat bersujud.
: Bembunyikan jari-jari tangan.
: Menutup mata.
: Menahan hajat kecil atau besar.

ZIKIR SETELAH SHALAT WAJIB

1. Setelah melakukan shalat wajib, setiap muslim


disunahkan membaca zikir-zikir di bawah ini:

36 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat


‫ﷲ‬
ِ ‫ ﺍ‬‫ﻐ ِﻔﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ ﹶﺃ‬، ‫ﷲ‬
ِ ‫ ﺍ‬‫ﻐ ِﻔﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ ﹶﺃ‬، ‫ﷲ‬
ِ ‫ ﺍ‬‫ﻐ ِﻔﺮ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﹶﺃ‬
“Aku memohon ampun kepada Allah.” (tiga kali).

‫ﻼﻡ‬
‫ﺴﹶ‬
 ‫ﻚ ﺍﻟ‬
 ‫ﻨ‬ ‫ﻭ ِﻣ‬ ، ‫ﻼﻡ‬
‫ﺴﹶ‬
 ‫ﺖ ﺍﻟ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﻟ ﹼﻠ‬
‫ﺍ ِﻡ‬‫ﺍ ِﻹ ﹾﻛﺮ‬‫ﻼ ِﻝ ﻭ‬
‫ﺠﹶ‬
 ‫ﺎ ﺫﹶﺍ ﺍﹾﻟ‬‫ﺖ ﻳ‬
 ‫ﺭ ﹾﻛ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗﺒ‬

“Ya Allah Engkau adalah Yang Maha Sejahtera,


daripada-Mu kesejahteraan, Maha Suci Engkau wahai
Dzat Yang Maha Agung dan Maha Mulia.”

‫ﻚ ﹶﻟﻪ‬
 ‫ﻳ‬‫ﺷ ِﺮ‬ ‫ ﹶﻻ‬‫ﺪﻩ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻪ ِﺇ ﱠﻻ ﺍ‬ ‫ﹶﻻ ﺇِﻟ‬
‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬‫ﻲ ٍﺀ ﹶﻗ ِﺪ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﹸﻛ ﱢﻞ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻭﻫ‬ ، ‫ﺪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ ﺍﹾﻟ‬‫ﻭﹶﻟﻪ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻤ ﹾﻠ‬ ‫ ﺍﹾﻟ‬‫ﹶﻟﻪ‬

Tahlil (lafal laa ilaaha illallah atau yang dimulai


dengannya) di atas memiliki dua cara pengucapan
seperti yang diriwa-yatkan dari Rasulullah :
a. Membacanya sekali saja.
b. Membacanya tiga kali.
Khusus shalat Shubuh dan Maghrib ada tambahan
satu cara lagi (cara ketiga) yaitu:
c. Membacanya sepuluh kali.
Jadi setiap muslim berhak memilih pada akhir shalat
lima waktu, salah satu dari dua pilihan:
a. Membacanya sekali saja.
b. Membacanya tiga kali.
Sedangkan di akhir shalat Shubuh dan Maghrib ia
berhak memilih salah satu dari dua pilihan di atas, dan
atau satu pilihan lagi (pilihan ketiga):
Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 37
c. Membacanya sepuluh kali.
Setelah itu, hendaknya ia membaca satu di antara dua
zikir berikut:

‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﺓ ِﺇ ﱠﻻ ﺑِﺎ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ ﻗﹸ‬ ‫ﻮ ﹶﻝ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﹶﻻ‬
‫ﻩ‬ ‫ﺎ‬‫ ِﺇ ﱠﻻ ِﺇﻳ‬‫ﺪ‬‫ﻌﺒ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻪ ِﺇ ﱠﻻ ﺍ‬ ‫ﹶﻻ ﺇِﻟ‬
‫ﺴﻦ‬
‫ﺤ‬ ‫ﺎ ُﺀ ﺍﹾﻟ‬‫ ﺍﻟﱠﺜﻨ‬‫ﻭﹶﻟﻪ‬ ‫ﻀ ﹸﻞ‬
 ‫ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ‬‫ﻭﹶﻟﻪ‬ ‫ﻤﺔﹸ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻨ‬‫ ﺍﻟ‬‫ﹶﻟﻪ‬
‫ﻭ ﹶﻥ‬ ‫ﻩ ﺍﹾﻟﻜﹶﺎ ِﻓﺮ‬ ‫ﻮ ﹶﻛ ِﺮ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬‫ﺪ‬ ‫ ﺍﻟ‬‫ﻦ ﹶﻟﻪ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺼ‬
ِ ‫ﺨ ِﻠ‬
 ‫ﷲ ﻣ‬
ُ ‫ﻪ ِﺇ ﱠﻻ ﺍ‬ ‫ﹶﻻ ﺇِﻟ‬

“Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan


Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya, bagiNya
kerajaan dan bagiNya segala puji dan Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan
kekuatan kecuali dengan per-tolongan Allah. Tidak
ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah
dan kami tidak menyembah kecuali kepa-daNya.
BagiNya nikmat, keutamaan dan pujian yang baik.
Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Allah, kami memurnikan (ibadah) hanya kepadaNya
meskipun orang-orang kafir membenci.”

Atau:

‫ﺖ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻲ ِﻟﻤ‬ ‫ﻌ ِﻄ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ ﻣ‬ ، ‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻄ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻊ ِﻟﻤ‬ ‫ﺎِﻧ‬‫ﻢ ﹶﻻ ﻣ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﻟ ﹼﻠ‬
‫ﺪ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻚ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻨ‬ ‫ﺪ ِﻣ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ ﺫﹶﺍ ﺍﹾﻟ‬‫ﻨ ﹶﻔﻊ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬

38 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat


“Ya Allah tidak ada yang bisa menghalangi apa yang
Engkau berikan dan tidak ada yang bisa memberi apa
yang Engkau halangi, serta kemuliaan seseorang
tidaklah berguna baginya di sisiMu.”

2. Setelah itu membaca tasbih (lafal subhanallah atau yang


dimulai dengannya).
Ada lima cara membaca tasbih sebagaimana yang diriwa-
yatkan dari Nabi :
a. Membaca 33 kali:

‫ﷲ‬
ِ ‫ﺎ ﹶﻥ ﺍ‬‫ﺒﺤ‬ ‫ﺳ‬

Membaca 33 kali:

‫ﷲ‬
ِ ‫ﺪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﺍﹾﻟ‬

Membaca 33 kali:

‫ﺒﺮ‬‫ﷲ ﹶﺃ ﹾﻛ‬
ُ‫ﺍ‬

Membaca untuk melengkapi seratus:

‫ﻚ ﹶﻟﻪ‬
 ‫ﻳ‬‫ﺷ ِﺮ‬ ‫ ﹶﻻ‬‫ﺪﻩ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻪ ِﺇ ﱠﻻ ﺍ‬ ‫ﹶﻻ ﺇِﻟ‬
‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬‫ﻲ ٍﺀ ﹶﻗ ِﺪ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﹸﻛ ﱢﻞ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻭﻫ‬ ، ‫ﺪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ ﺍﹾﻟ‬‫ﻭﹶﻟﻪ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻤ ﹾﻠ‬ ‫ ﺍﹾﻟ‬‫ﹶﻟﻪ‬

“Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)


melainkan Allah semata, tidak ada sekutu
Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 39
bagiNya. BagiNya ke-rajaan dan bagiNya
segala puji, dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu.”
b. Membaca 33 kali:

‫ﷲ‬
ِ ‫ﺎ ﹶﻥ ﺍ‬‫ﺒﺤ‬ ‫ﺳ‬

Membaca 33 kali:

‫ﷲ‬
ِ ‫ﺪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﺍﹾﻟ‬

Membaca 34 kali:

‫ﺒﺮ‬‫ﷲ ﹶﺃ ﹾﻛ‬
ُ‫ﺍ‬

Maka jumlah keseluruhannya adalah 100 kali.

c. Membaca 33 kali:

‫ﷲ‬
ِ ‫ﺎ ﹶﻥ ﺍ‬‫ﺒﺤ‬ ‫ﺳ‬

Membaca 33 kali:

‫ﷲ‬
ِ ‫ﺪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﺍﹾﻟ‬

Membaca 33 kali:

‫ﺒﺮ‬‫ﷲ ﹶﺃ ﹾﻛ‬
ُ‫ﺍ‬
40 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat
Maka jumlah keseluruhannya adalah 99 kali.
d. Membaca 25 kali:

‫ﷲ‬
ِ ‫ﺎ ﹶﻥ ﺍ‬‫ﺒﺤ‬ ‫ﺳ‬

Membaca 25 kali:

‫ﷲ‬
ِ ‫ﺪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﺍﹾﻟ‬

Membaca 25 kali:

‫ﺮ‬ ‫ﺒ‬‫ﷲ ﹶﺃ ﹾﻛ‬


ُ‫ﺍ‬

Membaca 25 kali:

‫ﷲ‬
ُ ‫ﻪ ِﺇ ﱠﻻ ﺍ‬ ‫ﹶﻻ ﺇِﻟ‬

Maka jumlah keseluruhannya adalah 100 kali.

e. Membaca 10 kali:

‫ﷲ‬
ِ ‫ﺎ ﹶﻥ ﺍ‬‫ﺒﺤ‬ ‫ﺳ‬

Membaca 10 kali:

‫ﷲ‬
ِ ‫ﺪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﺍﹾﻟ‬

Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 41


Membaca 10 kali:

‫ﺒﺮ‬‫ﷲ ﹶﺃ ﹾﻛ‬
ُ‫ﺍ‬

Maka jumlah keseluruhannya adalah 30 kali.

3. Selanjutnya membaca ayat Kursi:

‫ﻮﻡ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻨﺔﹲ‬‫ ِﺳ‬‫ﺬﹸﻩ‬‫ﺗ ﹾﺄﺧ‬ ‫ ﹶﻻ‬، ‫ﻡ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻴ‬‫ﻲ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻮ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻪ ِﺇ ﱠﻻ ﻫ‬ ‫ﷲ ﹶﻻ ﺇِﻟ‬
ُ‫ﺍ‬
‫ﺽ‬
ِ ‫ﺭ‬ ‫ﰲ ﺍ َﻷ‬
ِ ‫ﻣﹶﺎ‬‫ﺕ ﻭ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﺎﻭ‬‫ﺴﻤ‬
 ‫ﰲ ﺍﻟ‬
ِ ‫ ﻣﹶﺎ‬‫ﹶﻟﻪ‬
‫ ِﺇ ﱠﻻ ِﺑِﺈ ﹾﺫِﻧ ِﻪ‬‫ﺪﻩ‬ ‫ﻨ‬ ‫ ِﻋ‬‫ﺸ ﹶﻔﻊ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻱ‬
 ‫ﻦ ﺫﹶﺍ ﺍﱠﻟ ِﺬ‬ ‫ﻣ‬
‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺧ ﹾﻠ ﹶﻔ‬ ‫ﻣﹶﺎ‬‫ﻢ ﻭ‬ ‫ﻳ ِﻬ‬‫ﻳ ِﺪ‬‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺑ‬ ‫ ﻣﹶﺎ‬‫ﻌ ﹶﻠﻢ‬ ‫ﻳ‬
‫ﺎ َﺀ‬‫ﻦ ِﻋ ﹾﻠ ِﻤ ِﻪ ِﺇ ﱠﻻ ﺑِﻤﹶﺎ ﺷ‬ ‫ﻲ ٍﺀ ِﻣ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻮ ﹶﻥ ِﺑ‬ ‫ﻴ ﹸﻄ‬ ‫ﺤ‬
ِ ‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬
‫ﺽ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﺍ َﻷ‬‫ﺕ ﻭ‬
ِ ‫ﺍ‬‫ﺎﻭ‬‫ﺴﻤ‬
 ‫ ﺍﻟ‬‫ﻴﻪ‬‫ﺮ ِﺳ‬ ‫ﻊ ﻛﹸ‬ ‫ﻭ ِﺳ‬
‫ﻴﻢ‬ ‫ﻌ ِﻈ‬ ‫ﻲ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻌ ِﻠ‬ ‫ﻮ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻭﻫ‬ ‫ﻤﹶﺎ‬‫ ِﺣ ﹾﻔ ﹸﻈﻬ‬‫ﻩ‬‫ﻮﺩ‬ ‫ﻳﺌﹸ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melain-


kan Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurusi
(makhlukNya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunya-
anNya apa yang ada di langit dan di bumi. Tiada yang da-
pat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izinNya. Allah
mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di bela-
kang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari
ilmu Allah melainkan apa yang dikehendakiNya. Kursi Allah

42 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat


meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat me-
melihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Be-
sar.”

4. Kemudian membaca:

‫ﺱ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﺏ ﺍﻟﻨ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻮﺫﹸ ِﺑ‬ ‫ ﹸﻗ ﹾﻞ ﹶﺃﻋ‬- ‫ﺏ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ ﹶﻠ ِﻖ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻮﺫﹸ ِﺑ‬ ‫ ﹸﻗ ﹾﻞ ﹶﺃﻋ‬- ‫ﺣﺪ‬ ‫ﷲ ﹶﺃ‬
ُ ‫ﻮ ﺍ‬ ‫ﹸﻗ ﹾﻞ ﻫ‬

SUJUD SAHWI

º Sujud sahwi yaitu dua kali sujud pada akhir shalat, baik se-
belum atau sesudah salam. Jika sujudnya setelah salam
maka ia melakukan salam lagi setelah dua kali sujud. Da-
lam sujud tersebut ia membaca tasbih sebagaimana dalam
sujud biasa.
º Sujud sahwi disyariatkan karena tiga hal: penambahan,
pengurangan atau ragu-ragu. Yakni jika penambahan dan
pengurangan itu karena lupa. Adapun jika dengan sengaja,
maka shalatnya batal.
Contoh penambahan: Menambah rakaat kelima pada sha-
lat Dzhuhur atau menambah sujud ketiga.
Yang dimaksudkan dengan pengurangan yaitu mengurangi
hal-hal yang wajib saja. Seperti meninggalkan tasyahud
awal, meninggalkan takbir intiqal (perpindahan dari satu
gerakan shalat ke gerakan lainnya), atau meninggalkan
tasbih dalam ruku’ atau sujud.
Contoh ragu-ragu: Orang yang ragu-ragu apakah dia sha-
lat tiga rakaat atau empat rakaat?
Adapun orang meninggalkan salah satu rukun shalat, se-
perti meninggalkan sujud, ruku’ atau meninggalkan satu ra-
Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 43
kaat penuh, maka ia harus melakukan satu rakaat penuh
lalu sujud sahwi.
º Kapan sujud sahwi dilakukan sebelum salam dan kapan di-
lakukan sesudahnya?
; Sujud sahwi dilakukan setelah salam jika terjadi pe-
nambahan.
; Sebaliknya jika terjadi pengurangan maka sujud sahwi
dilakukan sebelum salam.
; Sedang jika terjadi keragu-raguan maka ia harus ber-
usaha menetapkan yang benar.
Bila dugaannya lebih condong kepada salah satu dari
dua perkara maka itulah yang harus ia anggap benar,
lalu sujud sahwi setelah salam.
Tapi bila dugaannya tidak lebih condong kepada salah
satu dari keduanya maka yang harus ia anggap benar
adalah yang pasti - yaitu yang paling sedikit - lalu su-
jud sahwi sebelum salam.
Misalnya, jika ia ragu-ragu apakah ia telah shalat tiga
atau empat rakaat, sedang ia sudah berusaha mene-
tapkan yang benar tapi dugaannya tidak lebih condong
kepada salah satunya, maka ia harus menganggap
bahwa yang benar adalah tiga rakaat dan menambah
satu rakaat lagi, lalu sujud sahwi sebelum salam.
Contoh yang sering terjadi:
9 Seseorang lupa tasyahud awal dalam shalat.
Dalam kasus ini, jika ia ingat sebelum tegak ber-
diri maka hendaknya ia kembali untuk duduk ta-
syahud dan tidak perlu melakukan sujud sahwi.
Adapun jika ia telah berdiri tegak maka ia tidak
kembali untuk duduk tasyahud, tetapi melanjutkan
shalatnya, dan ia harus melakukan sujud sahwi
44 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat
sebelum salam, karena ia telah melakukan pe-
ngurangan dalam shalat.
9 Seseorang berdiri melakukan rakaat kelima dalam
shalat Dzhuhur karena lupa, lalu ia ingat bahwa
itu rakaat kelima.
Dalam kasus ini ia harus duduk untuk tasyahud
dan tidak meneruskan rakaat kelima karena ini
adalah penambahan. Untuk itu ia harus sujud
sahwi setelah salam, karena ia telah melakukan
penambahan dalam shalat.
9 Seseorang shalat Ashar tiga rakaat karena lupa
dan ia tidak ingat kecuali setelah salam.
Dalam kasus ini ia harus segera melakukan raka-
at keempat, lalu sujud setelah salam, karena ia
telah menambah tasyahud dan salam pada rakaat
ketiga.

QASHAR DAN JAMAK DALAM SHALAT

K Qashar adalah menjadikan shalat empat rakaat (Dzhuhur,


Ashar dan Isya’) dua rakaat. Qashar tidak disyariatkan ke-
cuali dalam safar (bepergian). Bagi musafir, qashar lebih
utama daripada itmam (menyempurnakan bilangan rakaat).
K Boleh menjamak (mengumpulkan shalat) antara Dzhuhur
dan Ashar atau Maghrib dan Isya’ pada salah satu waktu
dari keduanya dalam kondisi sebagai berikut:
9 Safar (bepergian).
9 Hujan lebat, yang menyebabkan kesulitan untuk kelu-
ar ke masjid.

Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 45


9 Sakit, di mana jika tidak dijamak maka si sakit akan
sangat kesulitan.
K Ketika menjamak shalat, azan hanya dilakukan sekali, se-
dang iqamat dilakukan setiap shalat.9

SHALAT JUMAT

 Shalat Jumat dua rakaat. Imam mengeraskan bacaannya.


Setelah membaca surat Al-Fatihah disunahkan membaca
surat Al-A’la pada rakaat pertama dan surat Al-Ghasyiah
pada rakaat kedua, atau pada rakaat pertama surat Al-
Jumu’ah dan pada rakaat kedua surat Al-Munafiqun.
 Syarat sahnya shalat Jumat adalah didahului oleh dua
khutbah. Para makmum wajib diam dan mendengarkan
khutbah tersebut. Diharamkan berbicara ketika imam ber-
khutbah.
 Sebelum shalat Jumat disunahkan hal-hal berikut ini:
 Mandi
 Memakai pakaian yang paling bagus.
 Memakai wangi-wangian.
 Bersegera pergi ke mesjid.
 Pergi ke mesjid dengan berjalan kaki.
 Disunahkan membaca surat Al-Kahfi dan memperbanyak
shalawat Nabi .
 Orang yang hendak shalat tidak boleh melangkahi pundak
jamaah yang sedang duduk dalam shaf, kecuali bila ada
celah dalam shaf maka ia boleh melaluinya.

9
Dua kali, pent.
46 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat
 Shalat Jumat hukumnya wajib bagi laki-laki dan tidak bagi
wanita. Jika wanita shalat Jumat maka kewajibannya telah
tunai.10 Jika tidak, maka wajib baginya shalat Dzhuhur em-
pat rakaat.
 Orang yang datang ke mesjid dan imam sedang berkhut-
bah maka hendaknya ia shalat sunah dua rakaat sederha-
na kemudian duduk.
 Barangsiapa ketinggalan satu rakaat dari shalat Jumat ma-
ka hendaknya ia menyempurnakan rakaat keduanya sete-
lah salam. Dan barangsiapa yang ketinggalan dua rakaat
- seperti yang datang di saat imam sedang sujud pada
rakaat kedua - maka hendaknya ia melanjutkan dengan
shalat empat rakaat (shalat Dzhuhur), setelah imam sa-
lam.
 Barangsiapa ketinggalan shalat Jumat maka dia harus
mengqadhanya dengan shalat Dzhuhur empat rakaat.

SHALAT IEDAIN (DUA HARI RAYA)

= Shalat Ied (hari raya) disyariatkan pada hari Iedul Fitri dan
Iedul Adha.
= Waktunya adalah sejak meningginya matahari (kira-kira
seperempat jam dari terbitnya matahari) hingga sebelum
tergelincirnya matahari (kira-kira sepuluh menit sebelum
masuknya waktu Dzhuhur).
= Tidak ada azan dan iqamat untuk shalat Ied.
= Shalat Ied terdiri dari dua rakaat; pada rakaat pertama ber-
takbir tujuh kali dan pada rakaat kedua bertakbir lima kali.

10
Ijzaa’; tidak perlu shalat Dzhuhur lagi, pent.
Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 47
= Dalam shalat Ied, imam membaca bacaan dengan suara
jahar (keras). Setelah membaca surat Al-Fatihah disunah-
kan membaca surat Al-A’la pada rakaat pertama dan pada
rakaat kedua membaca surat Al-Ghasyiyah. Atau memba-
ca surat Qaaf pada rakaat pertama dan pada rakaat kedua
membaca surat Al-Qamar.
= Imam berkhutbah setelah shalat.
= Duduk dan mendengarkan khutbah Ied adalah sunah, bu-
kan wajib.

SHALAT ISTISQA’ (MEMOHON HUJAN)

¼ Shalat Istisqa disunahkan bila terjadi kekeringan dan tidak


turun hujan.
¼ Waktu dan tata cara shalat Istisqa’ sama seperti shalat Ied.
¼ Imam memulai dengan shalat, lalu naik mimbar dan ber-
khutbah sekali, dan di dalamnya ia berdoa agar diturunkan
hujan dengan mengangkat kedua tangan.
¼ Lalu membalikkan selendangnya, menghadap ke kiblat de-
ngan mengangkat kedua tangan serta berdoa agar ditu-
runkan hujan. Para makmumpun hendaknya melakukan
hal yang sama, yakni membalikkan selendang, berdoa dan
mengangkat kedua tangan.
¼ Imam boleh mendahulukan khutbah sebelum shalat.

SHALAT KUSUF (GERHANA)

 Gerhana artinya, tidak tampaknya sebagian matahari atau


keseluruhannya; atau tidak tampaknya sebagian bulan

48 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat


atau keseluruhannya. Gerhana bulan adalah ketika ia pur-
nama pada pertengahan bulan. Sedangkan gerhana mata-
hari adalah pada akhir bulan, saat bulan tidak tampak.
 Gerhana matahari dan bulan adalah dua tanda kekuasaan
Allah  sebagai peringatan dan pelajaran bagi segenap
hambaNya, agar mereka meninggalkan maksiat dan kem-
bali kepadaNya. Karena itu, bila mereka menyaksikan ada-
nya gerhana, hendaknya mereka bergegas melaksanakan
shalat Kusuf.
 Seruan untuk shalat Kusuf cukup dengan mengucapkan:

‫ﻌﺔﹲ‬ ‫ﺎ ِﻣ‬‫ﻼﺓﹸ ﺟ‬
‫ﺼﹶ‬
 ‫ﺍﻟ‬

 Shalat Kusuf ada dua rakaat. Pada setiap rakaat ada dua
kali berdiri, dua kali ruku’ dan dua kali sujud.
Imam membaca - secara jahar - Al-Fatihah lalu sebuah
surat yang panjang, kemudian ruku’ yang lama, bangkit
dari ruku’ dan membaca:

‫ﺪﻩ‬ ‫ﺣ ِﻤ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﷲ ِﻟ‬


ُ ‫ﻊ ﺍ‬ ‫ﺳ ِﻤ‬

lalu membaca:

‫ﺪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺤ‬


 ‫ﻚ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﻨﹶﺎ‬‫ﺭﺑ‬

Kemudian membaca Al-Fatihah dan sebuah surat


yang panjang (tidak sepanjang surat pertama), lalu
ruku’ yang lama (tidak selama ruku’ pertama), bangkit
dari ruku’ ke-mudian sujud dua kali dengan lama.

Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 49


Selanjutnya melakukan rakaat kedua sama seperti
rakaat pertama, hanya saja tidak sepanjang rakaat
pertama.
 Setelah shalat disunahkan bagi imam berkhutbah, membe-
ri nasihat dan pelajaran bagi umat.

SHALAT JENAZAH

1. Secara ringkas, tata cara shalat jenazah adalah bertakbir


empat kali dalam keadaan berdiri kemudian salam.
2. Pada takbir pertama ia mengangkat tangan kemudian
membaca Al-Fatihah.
3. Pada takbir kedua membaca shalawat atas Nabi . Lebih
utama membaca shalawat atas Nabi  dengan lafal se-
perti yang dibacakan pada tasyahud akhir dalam shalat.
4. Pada takbir ketiga membaca doa untuk mayit, memohon-
kan ampun dan rahmat untuknya serta ikhlas dalam ber-
doa untuknya. Lebih afdhal jika berdoa sesuai dengan
yang diriwayatkan dari Nabi . Di antara doa yang diriwa-
yatkan dari Nabi  adalah:

‫ﻭﻏﹶﺎِﺋﺒِﻨﹶﺎ‬ ‫ﺎ ِﻫﺪِﻧﹶﺎ‬‫ﻭﺷ‬ ، ‫ﻴﺘِﻨﹶﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻨﹶﺎ‬‫ﺤﻴ‬


 ‫ﺮ ِﻟ‬ ‫ﻢ ﺍ ﹾﻏ ِﻔ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﻟ ﹼﻠ‬
‫ﻧﺜﹶﺎﻧﹶﺎ‬‫ﻭﺃﹸ‬ ‫ﻭ ﹶﺫ ﹶﻛﺮِﻧﹶﺎ‬ ، ‫ﻴﺮِﻧﹶﺎ‬ ‫ﻭ ﹶﻛِﺒ‬ ‫ﻴﺮِﻧﹶﺎ‬ ‫ﺻ ِﻐ‬
 ‫ﻭ‬
‫ﻼ ِﻡ‬
‫ﺳ ﹶ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍ ِﻹ‬ ‫ﺣِﻴ ِﻪ‬ ‫ ﻣِﻨﱠﺎ ﹶﻓﹶﺄ‬‫ﺘﻪ‬‫ﻴ‬ ‫ﻴ‬‫ﺣ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﻟ ﹼﻠ‬
‫ﺎ ِﻥ‬‫ﻳﻤ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍ ِﻹ‬ ‫ﻮ ﱠﻓﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ ﻣِﻨﱠﺎ ﹶﻓ‬‫ﺘﻪ‬‫ﻴ‬ ‫ﻮ ﱠﻓ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬
‫ﺪﻩ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻀﻠﱠﻨﹶﺎ‬
ِ ‫ﺗ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺮﻩ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻨﹶﺎ ﹶﺃ‬‫ﺤ ِﺮﻣ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﻢ ﹶﻻ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﻟ ﹼﻠ‬

50 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat


“Ya Allah, ampunilah orang yang hidup dan orang yang
mati dari kami, orang yang hadir bersama kami dan yang
tidak hadir, anak kecil dan orang tua di antara kami, laki-la-
ki dan perempuan di antara kami. Ya Allah, barangsiapa di
antara kami yang Engkau hidupkan maka hidupkanlah ia
dalam Islam dan barangsiapa di antara kami yang Engkau
wafatkan maka wafatkanlah ia dalam iman. Ya Allah,
janganlah Engkau haramkan bagi kami pahalanya dan
janganlah Engkau sesatkan kami sepeninggalnya.”

‫ﻨﻪ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻒ‬


 ‫ﻋ‬ ‫ﺍ‬‫ﺎ ِﻓ ِﻪ ﻭ‬‫ﻭﻋ‬ ، ‫ﻪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬‫ﺮ ﹶﻟﻪ‬ ‫ﻢ ﺍ ﹾﻏ ِﻔ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﻟ ﹼﻠ‬
‫ﺮ ِﺩ‬ ‫ﺒ‬‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺞ ﻭ‬
ِ ‫ﺍﻟﱠﺜ ﹾﻠ‬‫ﺎ ِﺀ ﻭ‬‫ﻪ ﺑِﺎﹾﻟﻤ‬ ‫ﺴ ﹾﻠ‬
ِ ‫ﺍ ﹾﻏ‬‫ ﻭ‬، ‫ﺧ ﹶﻠﻪ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻊ ﻣ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﹶﻟﻪ‬‫ﺰ‬‫ﻡ ﻧ‬ ‫ﻭﹶﺃ ﹾﻛ ِﺮ‬
‫ﺲ‬
ِ ‫ﻧ‬‫ﺪ‬ ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ ِﻣ‬‫ﻴﺾ‬‫ﺑ‬‫ﺏ ﺍ َﻷ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﻨﻘﱠﻰ ﺍﻟﱠﺜ‬‫ﻳ‬ ‫ﺨﻄﹶﺎﻳﹶﺎ ﻛﹶﻤﹶﺎ‬
 ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻧ ﱢﻘ ِﻪ ِﻣ‬‫ﻭ‬
‫ﻫ ِﻠ ِﻪ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﺮﹰﺍ ِﻣ‬‫ﺧﻴ‬ ‫ﻼ‬
‫ﻫ ﹰ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ، ‫ﺍ ِﺭ ِﻩ‬‫ﻦ ﺩ‬ ‫ﻴﺮﹰﺍ ِﻣ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﺍﺭﹰﺍ‬‫ ﺩ‬‫ﺑ ِﺪﹾﻟﻪ‬‫ﻭﹶﺃ‬
‫ﻨ ﹶﺔ‬‫ﺠ‬
 ‫ ﺍﹾﻟ‬‫ﺩ ِﺧ ﹾﻠﻪ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ، ‫ﻭ ِﺟ ِﻪ‬ ‫ﺯ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺮﹰﺍ ِﻣ‬‫ﺧﻴ‬ ‫ﺟﹰﺎ‬‫ﺯﻭ‬ ‫ﻭ‬
‫ﺎ ِﺭ‬‫ﺏ ﺍﻟﻨ‬ ِ ‫ﻋﺬﹶﺍ‬ ‫ﻦ‬ ‫ ِﻣ‬‫ﻭﹶﺃ ِﻋ ﹾﺬﻩ‬
ِ ‫ﻋﺬﹶﺍ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻭ ِﻣ‬ ‫ﺒ ِﺮ‬ ‫ﺏ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬

“Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, selamatkanlah dia


dan ampunilah dia. Muliakanlah tempat tinggalnya, luas-
kanlah tempat masuknya, dan basuhlah ia dengan air, sal-
ju dan embun. Bersihkanlah dia dari dosa-dosa sebagai-
mana baju putih dibersihkan dari noda. Gantikanlah untuk-
nya rumah yang lebih baik dari rumahnya, keluarga yang
lebih baik dari keluarganya dan isteri yang lebih baik dari
isterinya. Masukkanlah dia ke dalam surga dan lindungilah
dia dari siksa kubur dan siksa api neraka.”

Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 51


5. Kemudian bertakbir yang keempat kalinya lalu mengucap-
kan salam dengan menoleh ke kanan.

SHALAT TATHAWWU’ (SUNAH)

1. Shalat Sunah Rawatib


 Shalat sunah Rawatib ada duabelas rakaat: dua rakaat se-
belum Shubuh, empat rakaat sebelum Dzhuhur,11 dua ra-
kaat setelahnya, dua rakaat setelah Maghrib dan dua raka-
at setelah Isya.
 Shalat sunah Rawatib di rumah lebih utama daripada di
mesjid.
 Barangsiapa ketinggalan melakukan sunah-sunah Rawatib
maka dianjurkan untuk mengqadhanya.
 Bagi musafir disunahkan meninggalkan sunah-sunah Ra-
watib tersebut kecuali sunah Rawatib sebelum Shubuh.
(Adapun shalat sunah selain Rawatib maka ia tetap dian-
jurkan, baik bagi muqim maupun musafir).
 Khusus untuk shalat Jumat, disunahkan setelahnya shalat
dua rakaat atau empat rakaat.12

2. Shalat Malam (Tahajjud) dan Witir


 Waktu shalat Malam dan Witir adalah setelah shalat Isya
hingga terbitnya fajar.
 Tata cara shalat Malam adalah; dua rakaat, dua rakaat.
Dengan kata lain, salam setiap selesai dua rakaat, kemudi-
an shalat Witir.

11
Maksudnya, shalat dua rakaat lalu salam, kemudian shalat dua rakaat lagi lalu
salam, maka jumlahnya empat rakaat.
12
Prakteknya sama seperti empat rakaat sebelum Dzhuhur.
52 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat
 Shalat Witir yang paling sedikit adalah satu rakaat dan
yang paling banyak adalah sebelas rakaat. Witir yang
sering dilakukan Nabi  adalah tiga rakaat. Pada rakaat
pertama setelah membaca Al-Fatihah beliau  membaca
surat Al-A’la dan pada rakaat kedua membaca surat Al-Ka-
firun. Setelah dua rakaat beliau salam (dua rakaat ini dise-
but dengan syaf’/genap). Kemudian shalat satu rakaat lagi,
dan setelah membaca Al-Fatihah, beliau  membaca su-
rat Al-Ikhlash.
 Yang sunah adalah tidak menambah bilangan rakaat sha-
lat Malam dan Witir lebih dari sebelas rakaat, tetapi bila le-
bih maka hal itu boleh saja.
 Disunahkan melakukan qunut pada saat shalat witir dan
kadang-kadang meninggalkannya (tidak secara terus-me-
nerus). Waktu qunut adalah sebelum ruku’ dan dibolehkan
sesudahnya.
 Disunahkan berdoa pada waktu qunut Witir:

‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﺎ ﹶﻓ‬‫ﻦ ﻋ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻲ ِﻓ‬ ‫ﺎ ِﻓِﻨ‬‫ﻭﻋ‬ ، ‫ﺖ‬
 ‫ﻳ‬‫ﺪ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻲ ِﻓ‬ ‫ﻫ ِﺪِﻧ‬ ‫ﻢ ﺍ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﻟ ﹼﻠ‬
‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻄ‬ ‫ﻤﹶﺎ ﹶﺃ‬‫ﻲ ِﻓﻴ‬ ‫ﻙ ِﻟ‬ ‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻭﺑ‬ ، ‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﻮﱠﻟ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻲ ِﻓ‬ ‫ﻮﱠﻟِﻨ‬ ‫ﺗ‬‫ﻭ‬
‫ﻚ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﻰ‬‫ﻳ ﹾﻘﻀ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻀ‬
ِ ‫ﺗ ﹾﻘ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻧ‬‫ ِﺇ‬، ‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﺮ ﻣﹶﺎ ﹶﻗ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻭ ِﻗِﻨ‬
‫ﺖ‬
 ‫ﻳ‬‫ﺩ‬ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﻋ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻳ ِﻌ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﺍﹶﻟ‬‫ﻦ ﻭ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻳ ِﺬ ﱡﻝ‬ ‫ ﹶﻻ‬‫ﻧﻪ‬‫ِﺇ‬
‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﺎﹶﻟ‬‫ﺗﻌ‬‫ﻭ‬ ‫ﻨﹶﺎ‬‫ﺭﺑ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺭ ﹾﻛ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗﺒ‬

“Ya Allah tunjukilah aku sebagaimana orang-orang yang


Engkau beri petunjuk. Selamatkanlah aku sebagaimana
orang-orang yang Engkau selamatkan. Bimbinglah aku se-
bagaimana orang-orang yang telah Engkau bimbing. Beri-
Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 53
kanlah berkah kepadaku terhadap apa yang Engkau beri-
kan (padaku). Jagalah aku dari keburukan apa yang Eng-
kau takdirkan. Sesungguhnya Engkau Maha Menentukan
dan tidak ditentukan. Tidak akan hina orang yang Engkau
cintai dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi.
Maha Suci dan Maha Tinggi Engkau wahai Rabb kami.”

Tidak dilarang seseorang menambah lebih dari doa ini atau


berdoa dengan doa lain.
 Tidak boleh melakukan shalat witir dua kali dalam satu ma-
lam.
 Lebih utama bila shalat witir adalah akhir dari shalat malam
seseorang, tetapi tidak mengapa jika ia melakukan shalat
dengan bilangan genap (bukan Witir) sesudahnya.
 Shalat Malam dan Witir di rumah adalah lebih baik, kecuali
pada bulan Ramadhan. Yang lebih utama pada bulan Ra-
madhan adalah shalat berjamaah di mesjid. Itulah yang
disebut dengan shalat Tarawih.
 Shalat Witir adalah sunah muakkadah. Nabi  tidak per-
nah meninggalkannya, baik dalam keadaan musafir atau
muqim. Karena itu hendaknya setiap muslim tidak mere-
mehkannya.

3. Shalat Dhuha
 Shalat Dhuha adalah dua rakaat atau lebih, dengan salam
pada setiap selesai dua rakaat. Ia merupakan sunah yang
dianjurkan Nabi .
 Waktu shalat Dhuha dimulai dari terbitnya matahari setelah
meninggi (sekitar seperempat jam dari terbitnya matahari)
hingga sebelum matahari tergelincir (kira-kira sebelum ma-
suk waktu Dzhuhur sekitar sepuluh menit).
54 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat
4. Shalat Istikharah
Jika seorang muslim ingin melakukan sesuatu, seperti be-
pergian, membeli rumah, melamar menjadi pegawai, mengerja-
kan proyek bisnis, menikah, talak dan sebagainya, maka dian-
jurkan baginya melakukan shalat dua rakaat, lalu berdoa
dengan doa yang diajarkan oleh Nabi  kepada para sahabat-
nya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah 
bahwa Rasulullah  mengajari para sahabatnya agar melaku-
kan shalat Istikharah dalam semua perkara sebagaimana beli-
au mengajarkan mereka sebuah surat dalam Al-Qur’an.
Beliau  bersabda:

“Jika salah seorang dari kalian ingin (melakukan) suatu per-


kara hendaknya ia mengerjakan shalat dua rakaat selain fardhu
dan membaca:

‫ﻚ‬
 ‫ﺭِﺗ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻙ ِﺑﻘﹸ‬ ‫ﺘ ﹾﻘ ِﺪﺭ‬‫ﺳ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ، ‫ﻚ‬
 ‫ﻙ ِﺑ ِﻌ ﹾﻠ ِﻤ‬ ‫ﻴﺮ‬ ‫ﺨ‬
ِ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﻲ ﹶﺃ‬ ‫ﻧ‬‫ﻢ ِﺇ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﻟ ﹼﻠ‬
‫ﻭ ﹶﻻ ﹶﺃ ﹾﻗ ِﺪﺭ‬ ‫ﺗ ﹾﻘ ِﺪﺭ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻧ‬‫ ﹶﻓِﺈ‬، ‫ﻴ ِﻢ‬ ‫ﻌ ِﻈ‬ ‫ﻚ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻀ ِﻠ‬
 ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻚ ِﻣ‬
 ‫ﺳﹶﺄﻟﹸ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬
‫ﺏ‬
ِ ‫ﻮ‬ ‫ﻴ‬‫ ﺍﹾﻟﻐ‬‫ﻼﻡ‬
‫ﻋ ﱠ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻭﹶﺃ‬ ، ‫ﻋ ﹶﻠﻢ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ ﹶﺃ‬ ‫ﻌ ﹶﻠﻢ‬ ‫ﺗ‬‫ﻭ‬
‫ﻲ‬ ‫ ِﻟ‬‫ﻴﺮ‬ ‫ﺧ‬ ( ‫ﺮ ) ﺛﻢ ﺗﺴﻤﻴﻪ ﺑﻌﻴﻨﻪ‬ ‫ﻣ‬ ‫ ﹶﺃ ﱠﻥ ﻫﺬﹶﺍ ﺍ َﻷ‬‫ﻌ ﹶﻠﻢ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻨ‬ ‫ﻢ ِﺇ ﹾﻥ ﻛﹸ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﻟ ﹼﻠ‬
‫ﻱ‬ ِ ( ‫ أو‬:‫ﺁ ِﺟ ِﻠ ِﻪ – ) ﻗﺎل‬‫ﻱ ﻭ‬
 ‫ﻣ ِﺮ‬ ‫ﺒ ِﺔ ﹶﺃ‬‫ﺎ ِﻗ‬‫ﻭﻋ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺎ ِﺷ‬‫ﻣﻌ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻳِﻨ‬‫ﰲ ِﺩ‬  ‫ﻣ ِﺮ‬ ‫ﺎ ِﺟ ِﻞ ﹶﺃ‬‫ﰲ ﻋ‬
ِ
‫ﻴ ِﻪ‬ ‫ﻲ ِﻓ‬ ‫ﻙ ِﻟ‬ ‫ﺎ ِﺭ‬‫ﻢ ﺑ‬ ‫ﻲ ﹸﺛ‬ ‫ ِﻟ‬‫ﺮﻩ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻩ ِﻟ‬ ‫ﺭ‬ ‫– ﻓﹶﺎ ﹾﻗ ِﺪ‬
‫ﻱ‬
 ‫ﻣ ِﺮ‬ ‫ﺒ ِﺔ ﹶﺃ‬‫ﺎ ِﻗ‬‫ﻭﻋ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺎ ِﺷ‬‫ﻣﻌ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻳِﻨ‬‫ﰲ ِﺩ‬
ِ ‫ﻲ‬ ‫ﺮ ِﻟ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻧﻪ‬‫ ﹶﺃ‬‫ﻌ ﹶﻠﻢ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻨ‬ ‫ﻭِﺇ ﹾﻥ ﻛﹸ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﻟ ﹼﻠ‬
‫ﻨﻪ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺻ ِﺮ ﹾﻓِﻨ‬
 ‫ﺁ ِﺟ ِﻠ ِﻪ – ﻓﹶﺎ‬‫ﻱ ﻭ‬ ِ ( :‫– ) أو ﻗﺎل‬
 ‫ﻣ ِﺮ‬ ‫ﺎ ِﺟ ِﻞ ﹶﺃ‬‫ﰲ ﻋ‬
Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 55
‫ﻲ ِﺑ ِﻪ‬ ‫ﺿِﻨ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ ﹸﺛ‬، ‫ﻴﺚﹸ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺨ‬
 ‫ﻲ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺭ ِﻟ‬ ‫ﺍ ﹾﻗ ِﺪ‬‫ﻭ‬

“Ya Allah, aku memohon pilihan dengan pengetahuanMu dan


aku memohon kemampuan dengan kekuasaanMu dan aku me-
mohon dari karuniaMu yang besar, karena sesungguhnya Eng-
kaulah Yang Maha Kuasa dan aku tidak kuasa, Engkau Maha
Mengetahui dan aku tidak mengetahui, dan Engkau Maha Me-
ngetahui semua hal yang gaib. Ya Allah, bila Engkau menge-
tahui bahwa perkara ini (lalu menyebutkan masalahnya) lebih baik
bagiku dalam urusan dunia dan akhiratku (atau beliau  bersabda)
dalam agama, kehidupan dan akhir perkaraku, maka takdirkan-
lah ia untukku, mudahkanlah ia untukku dan berkahilah aku di
dalamnya. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa ia lebih bu-
ruk bagiku dalam agama, kehidupan dan akhir perkaraku (atau
beliau  juga bersabda) dalam urusan dunia dan akhiratku, maka
palingkanlah aku daripadanya dan takdirkanlah untukku yang
lebih baik di manapun ia berada, kemudian ridhailah aku de-
ngannya.” (H.R. Al-Bukhari).

BEBERAPA SUNAH

 Barangsiapa masuk mesjid, maka hendaknya ia tidak du-


duk sebelum melakukan shalat dua rakaat, sebagaimana
yang telah diperintahkan oleh Nabi . Para ulama mena-
makan dua rakaat tersebut sebagai shalat tahiyyatul mas-
jid.
 Disunahkan melakukan shalat dua rakaat setelah berwu-
dhu.
 Disunahkan melakukan shalat dua rakaat antara azan dan
iqamat.
56 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat
Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 57
KAIDAH PENTING DALAM IBADAH
“Hukum dasar dalam masalah ibadah adalah dilarang, hing-
ga ada dalil yang meligitimasinya (menunjukkan pensyariatan-
nya).”

Dalil kaidah di atas adalah sabda Nabi :

[ ‫ﺩ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻮ‬ ‫ ﹶﻓﻬ‬‫ﻨﻪ‬ ‫ﺲ ِﻣ‬


 ‫ﻴ‬ ‫ﻣﺮِﻧﹶﺎ ﻫﺬﹶﺍ ﻣﹶﺎ ﹶﻟ‬ ‫ﰲ ﹶﺃ‬
ِ ‫ﺙ‬
‫ﺪ ﹶ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻣ‬ ]

“Barangsiapa mengada-adakan dalam perkara (agama) kami


ini sesuatu yang bukan daripadanya maka ia tertolak.” (Muttafaq
‘alaih)

Dalam riwayat lain disebutkan:

[ ‫ﺩ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻧﹶﺎ ﹶﻓﻬ‬‫ﻣﺮ‬ ‫ﻴ ِﻪ ﹶﺃ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﺲ‬


 ‫ﻴ‬ ‫ﻼ ﹶﻟ‬
‫ﻤ ﹰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻋ ِﻤ ﹶﻞ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ]

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak atas perintah


kami maka ia tertolak.” (HR. Muslim).

Karena itu, barangsiapa menambah rakaat shalat Shubuh


menjadi tiga atau empat rakaat secara sengaja, dengan mak-
sud untuk menambah kebaikan dan pahala, atau sujud tiga kali
dalam setiap rakaat dengan maksud untuk menambah pahala,
maka perbuatan tersebut adalah bid’ah dan shalatnya batal.
Pada zaman sekarang ini, banyak orang terjerumus ke da-
lam berbagai bid’ah, baik dalam bersuci, shalat atau lainnya ka-

58 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat


rena kebodohannya. Di antara bid’ah yang banyak terjadi ada-
lah:
9 Mengucapkan niat baik sebelum bersuci ataupun shalat.
9 Zikir secara bersama-sama dengan suara koor setelah se-
lesai shalat atau ketika talbiyah dalam haji.
9 Mengusap leher dalam wudhu.
9 Memperingati kelahiran (maulid) Nabi .
9 Memperingati malam Isra’ Mi’raj.
Seandainya amalan-amalan di atas adalah perkara yang
baik, tentu hal tersebut telah lebih dahulu dilakukan oleh Nabi
 dan para sahabatnya. Dan barangsiapa sungguh-sungguh
mencintai Nabi , hendaknya ia mengikuti petunjuknya  dan
tidak melakukan bid’ah dalam agama Allah.

Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 59


LAMPIRAN PENTING
TENTANG
PENGETAHUAN DASAR SETIAP MUSLIM
Pertama:
Sesungguhnya kewajiban terbesar setiap mukallaf (orang
yang telah dibebani kewajiban syariat) adalah beribadah kepa-
da Allah semata dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu
apapun. Allah  berfirman:

 ‫ﻭ ِﻥ‬ ‫ﺪ‬‫ﻌﺒ‬ ‫ﻴ‬‫ﺲ ِﺇ ﱠﻻ ِﻟ‬


 ‫ﻧ‬‫ﺍ ِﻹ‬‫ﻦ ﻭ‬ ‫ﺠ‬
ِ ‫ ﺍﹾﻟ‬‫ﺧ ﹶﻠ ﹾﻘﺖ‬ ‫ﻣﹶﺎ‬‫ ﻭ‬

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mere-
ka beribadah kepadaKu.” (Adz-Dzariyat: 56)

‫ﺕ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﺍ ﺍﻟﻄﱠﺎﻏﹸ‬‫ﺒﻮ‬‫ﺘِﻨ‬‫ﺟ‬ ‫ﺍ‬‫ﷲ ﻭ‬
َ ‫ﺍ ﺍ‬‫ﺪﻭ‬ ‫ﺒ‬‫ﻋ‬ ‫ﻮ ﹰﻻ ﹶﺃ ِﻥ ﺍ‬ ‫ﺭﺳ‬ ‫ﻣ ٍﺔ‬ ‫ﰲ ﹸﻛ ﱢﻞ ﺃﹸ‬
ِ ‫ﻌﺜﹾﻨﹶﺎ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻭﹶﻟ ﹶﻘ‬ 

“Dan sungguh telah Kami utus pada tiap-tiap umat seorang ra-
sul (utusan) untuk menyerukan: ‘Sembahlah Allah (saja) dan ja-
uhilah taghut itu’.” (An-Nahl: 36)

Barangsiapa memalingkan suatu jenis ibadah kepada selain


Allah maka ia telah terjerumus ke dalam kesyirikan. Allah 
berfirman:

 ‫ﺎ ُﺀ‬‫ﻳﺸ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻚ ِﻟ‬


 ‫ﻭ ﹶﻥ ﺫِﻟ‬ ‫ ﻣﹶﺎ ﺩ‬‫ﻐ ِﻔﺮ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻙ ِﺑ ِﻪ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ ﹶﺃ ﹾﻥ ﻳ‬‫ﻐ ِﻔﺮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﷲ ﹶﻻ‬
َ ‫ ِﺇ ﱠﻥ ﺍ‬
60 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Dia
mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-
Nya.” (An-Nisa’: 48)

 ‫ﻴﻢ‬ ‫ﻋ ِﻈ‬ ‫ﻙ ﹶﻟ ﹸﻈ ﹾﻠﻢ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺸ‬


 ‫ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟ‬

“Sesungguhnya syirik itu adalah suatu kezaliman yang besar.”


(Luqman: 13)

Syirik terbagi dua:


1. Syirik Besar.
Syirik ini mengeluarkan pelakunya dari agama.
Di antara contohnya adalah:
: Berdoa kepada selain Allah. Seperti pergi ke
kuburan Nabi atau orang saleh seraya
berdoa; berilah aku sya-fa’at, sembuhkanlah
sakitku, dan sebagainya.
: Menyembelih untuk selain Allah. Seperti
menyembelih untuk jin, setan, para Nabi atau
orang-orang saleh di kuburan mereka.
: Tawaf untuk selain Allah. Seperti tawaf di
seputar ku-buran.
: Berhukum dengan selain hukum Allah.
(Penjelasan secara rinci dapat dilihat di buku-
buku aqidah).
: Menggantungkan jimat-jimat di leher, tangan
atau pa-da anak-anak, atau di rumah, di
mobil serta meyakini bahwa jimat-jimat itu

Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 61


bisa mendatangkan manfaat atau menolak
madharat.
: Sihir. (Penjelasan secara rinci dapat dibaca di
buku-buku aqidah).
2. Syirik Kecil.
Syirik ini adalah salah satu jenis dosa besar, tetapi
tidak mengeluarkan pelakunya dari agama.
Di antara contohnya adalah:
9 Riya’.
Nabi  bersabda:

‫ ﻓﺴﺌﻞ ﻋﻨﻪ ؟‬، ‫ﻐﺮ‬ ‫ﺻ‬


 ‫ﻙ ﺍ َﻷ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻢ ﺍﻟ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﻑ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺎ ﹶﺃﺧ‬‫ ﻣ‬‫ﻮﻑ‬ ‫ﺧ‬ ‫] ﹶﺃ‬
[ ‫ﺎ ُﺀ‬‫ﺮﻳ‬ ‫ ﺍﻟ‬: ‫ﻓﻘﺎﻝ‬

“Sesuatu yang paling aku takuti pada kalian adalah


syirik kecil.” Beliau ditanya tentangnya, maka beliau
menjawab: “Riya.” (HR. Ahmad dengan sanad hasan)

9 Bersumpah dengan selain nama Allah.


Misalnya dengan mengatakan; demi Nabi,
demi hidup-ku, demi ayahku, demi
kemuliaanku, dan sebagainya. Umar bin Al-
Khaththab  meriwayatkan bahwa Rasu-
lullah  bersabda:

[ ‫ﻙ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻭ ﹶﺃ‬ ‫ﺮ ﹶﺃ‬ ‫ﺪ ﹶﻛ ﹶﻔ‬ ‫ﷲ ﹶﻓ ﹶﻘ‬


ِ ‫ﻴ ِﺮ ﺍ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﻒ ِﺑ‬
 ‫ﺣ ﹶﻠ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ]

62 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat


“Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah
maka dia telah kafir atau berbuat kesyirikan.”
(HR. Ahmad, Abu Dawud dan lainnya)

9 Mengatakan: “Atas kehendak Allah dan


kehendak si fulan”. Hudzaifah 
meriwayatkan bahwa Nabi  bersabda:

‫ﷲ‬
ُ ‫ﺎ َﺀ ﺍ‬‫ﺍ ﻣﹶﺎ ﺷ‬‫ﻮﹸﻟﻮ‬ ‫ﻦ ﹸﻗ‬ ‫ﻟ ِﻜ‬‫ﻼﻥﹲ ﻭ‬
‫ﺎ َﺀ ﹸﻓ ﹶ‬‫ﻭﺷ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﺎ َﺀ ﺍ‬‫ﺍ ﻣﹶﺎ ﺷ‬‫ﻮﹸﻟﻮ‬ ‫ﺗ ﹸﻘ‬ ‫] ﹶﻻ‬
[ ‫ﻼﻥﹲ‬
‫ﺎ َﺀ ﹸﻓ ﹶ‬‫ﻢ ﺷ‬ ‫ﹸﺛ‬

“Janganlah kalian mengatakan: ’Atas


kehendak Allah dan kehendak si fulan’, tetapi
katakanlah: ’Atas kehen-dak Allah kemudian
atas kehendak si fulan’.” (HR. Abu Dawud dan
lainnya dengan sanad shahih)

Ibnu Abbas  meriwayatkan bahwa


seseorang berka-ta kepada Nabi : “Atas
kehendak Allah dan kehen-dakmu”, maka
Nabi  bersabda:

[ ‫ﺪﻩ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬


ُ ‫ﺷﺎ َﺀ ﺍ‬ ‫ﺑ ﹾﻞ ﻣﹶﺎ‬ !‫ﺍ ؟‬‫ﷲ ﻧِﺪ‬
ِ ‫ﻲ‬ ‫ﺘِﻨ‬‫ﻌ ﹾﻠ‬ ‫ﺟ‬ ‫] ﹶﺃ‬

“Apakah engkau menjadikan aku sebagai


tandingan (sekutu) bagi Allah?! Katakanlah,
‘Atas kehendak Allah semata’.” (HR. Ahmad dan
Ibnu Majah, shahih)

Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 63


Kedua:
Sesungguhnya ibadah itu tidak sah kecuali dengan meme-
nuhi tiga syarat:
1. Islam.
Karena itu, tidak sah ibadah orang non muslim, seperti Ya-
hudi, Nashrani dan lainnya.
2. Ikhlas.
Barangsiapa melakukan kesyirikan dalam ibadah, baik syi-
rik besar maupun kecil seperti riya maka ibadahnya batal
(tidak diterima).
3. Mutaba’ah (mengikuti tuntunan) Nabi .
Maka barangsiapa menambah shalat keenam atau me-
nambah rakaat shalat Dzhuhur menjadi lima, maka perbu-
atannya itu adalah bid’ah, ia berdosa dan shalatnya batal
(tidak diterima), walaupun ia melakukannya dengan ikhlas,
atau dengan maksud menambah pahala. Hal ini berdasar-
kan sabda Nabi :

[ ‫ﺩ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻧﹶﺎ ﹶﻓﻬ‬‫ﻣﺮ‬ ‫ﻴ ِﻪ ﹶﺃ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﺲ‬


 ‫ﻴ‬ ‫ﻼ ﹶﻟ‬
‫ﻤ ﹰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻋ ِﻤ ﹶﻞ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ]

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak atas pe-


rintahku maka ia tertolak.” (HR. Muslim)

Inilah konsekuensi kecintaan kepada Nabi ; kita mentaati


apa yang beliau perintahkan, membenarkan apa yang beli-
au beritakan dan menjauhi apa yang beliau larang, serta
meneladani ucapan dan perbuatan beliau .

Ketiga:

64 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat


Banyak larangan-larangan syariat yang kini merajalela di
masyarakat. Karena itu, waspadailah wahai saudaraku sesama
muslim dan berhati-hatilah agar tidak terjerumus ke dalamnya.
Waspadalah dari:
: Mengakhirkan shalat dari waktunya, karena ia termasuk
dosa yang sangat besar dalam Islam.
: Meninggalkan shalat berjamaah di mesjid, terutama Shu-
buh dan Ashar.
: Pergi ke dukun dan tukang sihir.
: Meminta berkah yang dilarang syariat, seperti meminta
berkah ke kuburan para Nabi dan orang-orang saleh, me-
minta berkah melalui kelambu Ka’bah, bangunannya, dan
sebagainya.
: Meminum minuman keras dan mengkonsumsi obat-obat
terlarang.
: Mengambil harta dengan cara haram, seperti riba, mencu-
ri, menipu dalam jual beli, mengurangi timbangan, dan se-
bagainya.
: Melakukan zina serta hal-hal yang mengarahkan kepada-
nya, seperti memandang wanita, bercampur baur (bergaul
bebas) dengan lawan jenis, dan sebagainya.
: Durhaka kepada kedua orangtua dan memutuskan tali sila-
turrahim.
: Dosa lidah seperti dusta, ghibah (menggunjing) dan adu
domba.
: Membuka aurat - wahai para muslimah - di hadapan laki-
laki asing (bukan mahram), seperti wajah, rambut, dua ta-
ngan, dua kaki atau dengan tidak menggunakan busana
muslimah yang panjang dan luas. Hendaknya kalian meng-
gunakan hijab (pakaian) yang menutupi seluruh tubuh.

Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat 65


Saya memohon kepada Allah  agar memberikan berkah
dalam ringkasan ini, serta menganugerahkan kepada kita ilmu
yang bermanfaat dan amal saleh. Semoga shalawat dan salam
dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sege-
nap sahabatnya serta yang mengikuti mereka dengan baik
sampai hari kiamat.

Yusuf bin Abdullah bin Ahmad Al-Ahmad


Dosen Fakultas Syari’ah
Universitas Imam Muhammad Ibnu Saud, Al-Ahsa
P.O. Box. 1730 – Al-Ahsa – 31982
Fax. 03-5806329

66 Ringkasan Hukum Thaharah & Shalat

Anda mungkin juga menyukai