0alam menentukan perIlaku yang akan dIukur, penulIs soal dapat mengambIl atau memperhatIkan jenIs perIlaku yang telah dIkembangkan oleh para ahlI pendIdIkan, dI antaranya sepertI 8enjamIn S. 8loom, Quellmalz, F.J. |azano dkk, Fobert |. Cagne, 0avId Krathwohl, Norman E. Cronlund dan F.W. de |aclay, LInn dan Cronlund.
1. Fanah kognItIf yang dIkembangkan 8enjamIn S. 8loom adalah: (1) ngatan dI antaranya sepertI: menyebutkan, menentukan, menunjukkan, mengIngat kembalI, mendefInIsIkan; (2) Pemahaman dI antaranya sepertI: membedakan, mengubah, memberI contoh, memperkIrakan, mengambIl kesImpulan; (J) Penerapan dI antaranya sepertI: menggunakan, menerapkan; (4) AnalIsIs dI antaranya sepertI: membandIngkan, mengklasIfIkasIkan, mengkategorIkan, menganalIsIs; (5) SIntesIs antaranya sepertI: menghubungkan, mengembangkan, mengorganIsasIkan, menyusun; (6) EvaluasI dI antaranya sepertI: menafsIrkan, menIlaI, memutuskan. 2. JenIs perIlaku yang dIkembangkan Quellmalz adalah: (1) Ingatan, (2) analIsIs, (J) perbandIngan, (4) penyImpulan, (5) evaluasI. J. JenIs perIlaku yang dIkembangkan F. J. |azano dkk. adalah: (1) keterampIlan memusat (focusIng skIlls), sepertI: mendefInIsIkan, merumuskan tujuan, (2) keterampIlan mengumpulkan InformasI, sepertI: mengamatI, merumuskan pertanyaan, (J) keterampIlan mengIngat, sepertI: merekam, mengIngat, (4) keterampIlan mengorganIsasI, sepertI: membandIngkan, mengelompokkan, menata/mengurutkan, menyajIkan; (5) keterampIlan menganalIsIs, sepertI mengenalI: sIfat darI komponen, hubungan dan pola, Ide pokok, kesalahan; (6) keterampIlan menghasIlkan keterampIlan baru, sepertI: menyImpulkan, mempredIksI, mengupas atau menguraI; (7) keterampIlan memadu (IntegretIng skIlls), sepertI: merIngkas, menyusun kembalI; (8) keterampIlan menIlaI, sepertI: menetapkan krIterIa, membenarkan pembuktIan. 4. JenIs perIlaku yang dIkembangkan Fobert |. Cagne adalah: (1) kemampuan Intelektual: dIskrImInasI, IdentIfIkasI/konsep yang nyata, klasIfIkasI, demonstrasI, generalIsasI/menghasIlkan sesuatu; (2) strategI kognItIf: menghasIlkan suatu pemecahan; (J) InformasI verbal: menyatakan sesuatu secara oral; (4) keterampIlan motorIst melaksanakan/menjalankan sesuatu; (5) sIkap: kemampuan untuk memIlIh sesuatu. 0omaIn afektIf yang dIkembangkan 0avId Krathwohl adalah: (1) menerIma, (2) menjawab, (J) menIlaI. 6. 0omaIn psIkomotor yang dIkembangkan Norman E. Cronlund dan F.W. de |aclay adalah: (1) persepsI, (2) kesIapan, (J) respon terpImpIn, (4) mekanIsme; (5) respon yang kompleks, (6) organIsasI, (7) karakterIsasI darI nIlaI. 7. KeterampIlan berpIkIr yang dIkembangkan LInn dan Cronlund adalah sepertI berIkut. a. |embandIngkan Apa persamaan dan perbedaan antara ... dan... 8andIngkan dua cara berIkut tentang .... b. Hubungan sebabakIbat Apa penyebab utama ... Apa akIbat . c. |emberI alasan (justIfyIng) |anakah pIlIhan berIkut yang kamu pIlIh, mengapa: Jelaskan mengapa kamu setuju/tIdak setuju dengan pernyataan tentang .... d. |erIngkas TulIskan pernyataan pentIng yang termasuk ... FIngkaslah dengan tepat IsI . e. |enyImpulkan Susunlah beberapa kesImpulan yang berasal darI data .... TulIslah sebuah pernyataan yang dapat menjelaskan perIstIwa berIkut .... f. 8erpendapat (InferrIng) 8erdasarkan ..., apa yang akan terjadI bIla Apa reaksI A terhadap . g. |engelompokkan Kelompokkan hal berIkut berdasarkan .... Apakah hal berIkut memIlIkI ... h. |encIptakan TulIskan beberapa cara sesuaI dengan Ide Anda tentang .... LengkapIlah cerIta ... tentang apa yang akan terjadI bIla .... I. |enerapkan SelesaIkan hal berIkut dengan menggunakan kaIdah .... TulIskan ... dengan menggunakan pedoman.... j. AnalIsIs |anakah penulIsan yang salah pada paragraf .... 0aftar dan berI alasan sIngkat tentang cIrI utama .... k. SIntesIs TulIskan satu rencana untuk pembuktIan ... TulIskan sebuah laporan ... l. EvaluasI Apakah kelebIhan dan kelemahan .... 8erdasarkan krIterIa ..., tulIskanlah evaluasI tentang...
. Penentuan PerIIaku yang Akan 0Iukur
Setelah kegIatan penentuan materI yang akan dItanyakan selesaI dIkerjakan, maka kegIatan berIkutnya adalah menentukan secara tepat perIlaku yang akan dIukur. PerIlaku yang akan dIukur, pada KurIkulum 8erbasIs KompetensI tergantung pada tuntutan kompetensI, baIk standar kompetensI maupun kompetensI dasarnya. SetIap kompetensI dI dalam kurIkulum memIlIkI tIngkat keluasan dan kedalaman kemampuan yang berbeda. SemakIn tInggI kemampuan/perIlaku yang dIukur sesuaI dengan target kompetensI, maka semakIn sulIt soal dan semakIn sulIt pula menyusunnya. 0alam Standar sI, perIlaku yang akan dIukur dapat dIlIhat pada perIlaku yang terdapat pada rumusan kompetensI dasar atau pada standar kompetensI. 8Ila IngIn mengukur perIlaku yang lebIh tInggI, guru dapat mendaftar terlebIh dahulu semua perIlaku yang dapat dIukur, mulaI darI perIlaku yang sangat sederhana/mudah sampaI dengan perIlaku yang palIng sulIt/tInggI, berdasarkan rumusan kompetensInya (baIk standar kompetensI maupun kompetensI dasar). 0arI susunan perIlaku Itu, dIpIlIh satu perIlaku yang tepat dIujIkan kepada peserta dIdIk, yaItu perIlaku yang sesuaI dengan kemampuan peserta dIdIk dI kelas.
. Penentuan dan Penyebaran SoaI
Sebelum menyusun kIsIkIsI dan butIr soal perlu dItentukan jumlah soal setIap kompetensI dasar dan penyebaran soalnya. Untuk lebIh jelasnya, perhatIkan contoh penIlaIan akhIr semester berIkut InI.
Contoh penyebaran butIr soal untuk penIlaIan akhIr semester ganjIl
KIsIkIsI (test blueprnt atau tcble o] spec]ccton) merupakan deskrIpsI kompetensI dan materI yang akan dIujIkan. Tujuan penyusunan kIsIkIsI adalah untuk menentukan ruang lIngkup dan sebagaI petunjuk dalam menulIs soal. KIsIkIsI dapat berbentuk format atau matrIks sepertI contoh berIkut InI.
DPhAT KISI-KISI PENULISAN SDAL
JenIs sekolah : ......... Jumlah soal : ......... |ata pelajaran : ......... 8entuk soal/tes : .................. KurIkulum : ......... Penyusun : 1. ....... AlokasI waktu : ......... 2. .......
No. Standar KompetensI KompetensI 0asar Kls/ smt |aterI pokok ndIkator soal Nomor soal
Keterangan: sI pada kolom 2, J. 4, dan 5 adalah harus sesuaI dengan pernyataan yang ada dI dalam sIlabus/kurIkulum. PenulIs kIsIkIsI tIdak dIperkenankan mengarang sendIrI, kecualI pada kolom 6.
KIsIkIsI yang baIk harus memenuhI persyaratan berIkut InI. 1. KIsIkIsI harus dapat mewakIlI IsI sIlabus/kurIkulum atau materI yang telah dIajarkan secara tepat dan proporsIonal. 2. Komponenkomponennya dIuraIkan secara jelas dan mudah dIpahamI. J. |aterI yang hendak dItanyakan dapat dIbuatkan soalnya.
E. Perumusan IndIkator SoaI
ndIkator dalam kIsIkIsI merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang dIkehendakI. KegIatan perumusan IndIkator soal merupakan bagIan darI kegIatan penyusunan kIsIkIsI. Untuk merumuskan IndIkator dengan tepat, guru harus memperhatIkan materI yang akan dIujIkan, IndIkator pembelajaran, kompetensI dasar, dan standar kompetensI. ndIkator yang baIk dIrumuskan secara sIngkat dan jelas. Syarat IndIkator yang baIk: 1. menggunakan kata kerja operasIonal (perIlaku khusus) yang tepat, 2. menggunakan satu kata kerja operasIonal untuk soal objektIf, dan satu atau lebIh kata kerja operasIonal untuk soal uraIan/tes perbuatan, J. dapat dIbuatkan soal atau pengecohnya (untuk soal pIlIhan ganda).
PenulIsan IndIkator yang lengkap mencakup A = cudence (peserta dIdIk) , 8 = behcvour (perIlaku yang harus dItampIlkan), C = condton (kondIsI yang dIberIkan), dan 0 = deyree (tIngkatan yang dIharapkan). Ada dua model penulIsan IndIkator. |odel pertama adalah menempatkan kondIsInya dI awal kalImat. |odel pertama InI dIgunakan untuk soal yang dIsertaI dengan dasar pernyataan (stImulus), mIsalnya berupa sebuah kalImat, paragraf, gambar, denah, grafIk, kasus, atau laInnya, sedangkan model yang kedua adalah menempatkan peserta dIdIk dan perIlaku yang harus dItampIlkan dI awal kalImat. |odel yang kedua InI dIgunakan untuk soal yang tIdak dIsertaI dengan dasar pertanyaan (stImulus).
(1) Contoh model pertama untuk soal menyImak pada mata pelajaran 8ahasa ndonesIa. ndIkator: 0Iperdengarkan sebuah pernyataan pendek dengan topIk belajar mandIrI, peserta dIdIk dapat menentukan dengan tepat pernyataan yang sama artInya. Soal : (Soal dIbacakan atau dIperdengarkan hanya satu kalI, kemudIan peserta dIdIk memIlIh dengan tepat satu pernyataan yang sama artInya. Soalnya adalah: HarI harus masuk kelas pukul 7.00., tetapI dIa datang pukul 8.00 pagI harI.) Lembar tes hanya berIsI pIlIhan sepertI berIkut: a. HarI masuk kelas tepat waktu pagI InI. b. HarI masuk kelas terlambat dua jam pagI InI c. HarI masuk Kelas terlambat sIang harI InI, d. HarI masuk Kelas terlambat satu jam harI InI KuncI: d (2) Contoh model kedua ndIkator: Peserta dIdIk dapat menentukan dengan tepat penulIsan tanda baca pada nIlaI uang. Soal : PenulIsan nIlaI uang yang benar adalah .... a. Fp 125, b. FP 125,00 c. Fp125 d. Fp125. KuncI: b
. Langkah-Iangkah Penyusunan utIr SoaI
Agar soal yang dIsIapkan oleh setIap guru menghasIlkan bahan ulangan/ujIan yang sahIh dan handal, maka harus dIlakukan langkah langkah berIkut, yaItu: (1) menentukan tujuan tes, (2) menentukan kompetensI yang akan dIujIkan, (J) menentukan materI yang dIujIkan, (4) menetapkan penyebaran butIr soal berdasarkan kompetensI, materI, dan bentuk penIlaIannya (tes tertulIs: bentuk pIlIhan ganda, uraIan; dan tes praktIk), (5) menyusun kIsIkIsInya, (6) menulIs butIr soal, (7) memvalIdasI butIr soal atau menelaah secara kualItatIf, (8) merakIt soal menjadI perangkat tes, (9) menyusun pedoman penskorannya (10) ujI coba butIr soal, (11) analIsIs butIr soal secara kuantItatIf darI data empIrIk hasIl ujI coba, dan (12) perbaIkan soal berdasarkan hasIl analIsIs.
C. Penyusunan utIr SoaI Tes TertuIIs
PenulIsan butIr soal tes tertulIs merupakan suatu kegIatan yang sangat pentIng dalam penyIapan bahan ulangan/ujIan. SetIap butIr soal yang dItulIs harus berdasarkan rumusan IndIkator soal yang sudah dIsusun dalam kIsIkIsI dan berdasarkan kaIdah penulIsan soal bentuk obyektIf dan kaIdah penulIsan soal uraIan.
Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulIs, sangat tergantung pada perIlaku/kompetensI yang akan dIukur. Ada kompetensI yang lebIh tepat dIukur/dItanyakan dengan menggunakan tes tertulIs dengan bentuk soal uraIan, ada pula kompetensI yang lebIh tepat dIukur dengan menggunakan tes tertulIs dengan bentuk soal objektIf. 8entuk tes tertulIs pIlIhan ganda maupun uraIan memIlIkI kelebIhan dan kelemahan satu sama laIn.
Keunggulan soal bentuk pIlIhan ganda dI antaranya adalah dapat mengukur kemampuan/perIlaku secara objektIf, sedangkan untuk soal uraIan dI antaranya adalah dapat mengukur kemampuan mengorganIsasIkan gagasan dan menyatakan jawabannya menurut katakata atau kalImat sendIrI. Kelemahan soal bentuk pIlIhan ganda dI antaranya adalah sulIt menyusun pengecohnya, sedangkan untuk soal uraIan dI antaranya adalah sulIt menyusun pedoman penskorannya.
H. PenuIIsan SoaI entuk UraIan
|enulIs soal bentuk uraIan dIperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam merumuskannya. Ketepatan yang dImaksud adalah bahwa materI yang dItanyakan tepat dIujIkan dengan bentuk uraIan, yaItu menuntut peserta dIdIk untuk mengorganIsasIkan gagasan dengan cara mengemukakan atau mengekspresIkan gagasan secara tertulIs dengan menggunakan katakatanya sendIrI. Adapun kelengkapan yang dImaksud adalah kelengkapan perIlaku yang dIukur yang dIgunakan untuk menetapkan aspek yang dInIlaI dalam pedoman penskorannya. Hal yang palIng sulIt dalam penulIsan soal bentuk uraIan adalah menyusun pedoman penskorannya. PenulIs soal harus dapat merumuskan setepattepatnya pedoman penskorannya karena kelemahan bentuk soal uraIan terletak pada tIngkat subyektIvItas penskorannya.
8erdasarkan metode penskorannya, bentuk uraIan dIklasIfIkasIkan menjadI 2, yaItu uraIan objektIf dan uraIan nonobjektIf. 8entuk uraIan objektIf adalah suatu soal atau pertanyaan yang menuntut sehImpunan jawaban dengan pengertIan/konsep tertentu, sehIngga penskorannya dapat dIlakukan secara objektIf. ArtInya perIlaku yang dIukur dapat dIskor secara dIkotomus (benar salah atau 1 0). 8entuk uraIan nonobjektIf adalah suatu soal yang menuntut sehImpunan jawaban dengan pengertIan/konsep menurut pendapat masIngmasIng peserta dIdIk, sehIngga penskorannya sukar untuk dIlakukan secara objektIf. Untuk mengurangI tIngkat kesubjektIfan dalam pemberIan skor InI, maka dalam menentukan perIlaku yang dIukur dIbuatkan skala. Contoh mIsalnya perIlaku yang dIukur adalah kesesuaIan IsI dengan tuntutan pertanyaan, maka skala yang dIsusun dIsesuaIkan dengan tIngkatan kemampuan peserta dIdIk yang akan dIujI.
Untuk tIngkat S|A, mIsalnya dapat dIsusun skala sepertI berIkut.
KesesuaIann IsI dengan tuntutan pertanyaan 0 J Skor SesuaI J Cukup/sedang 2 TIdak sesuaI 1 3 2 1
SESUA CUKUP/SE0ANC T0AK SESUA Kosong 0
Atau skala sepertI berIkut:
KesesuaIan IsI dengan tuntutan pertanyaan 0 5 Skor Skor Sangat SesuaI 5 SesuaI 4 Cukup/sedang J TIdak sesuaI 2 Sangat tIdak sesuaI 1 Kosong 0
Agar soal yang dIsusun bermutu baIk, maka penulIs soal harus memperhatIkan kaIdah penulIsannya. Untuk memudahkan pengelolaan, perbaIkan, dan pengembangan soal, maka soal dItulIs dI dalam format kartu soal SetIap satu soal dan pedoman penskorannya dItulIs dI dalam satu format. Contoh format soal bentuk uraIan dan format penskorannya adalah sepertI berIkut InI. 5 4 J 2 1
SS S C TS STS
KAPTU SDAL
JenIs Sekolah : .................... Penyusun : 1. ........ |ata Pelajaran : ................... 2. ........ 8ahan Kls/Smt : .................... J. ........ 8entuk Soal : .................... Tahun Ajaran : .......... Aspek yang dIukur : ....................
KD|PETENS 0ASAF
8UKU SU|8EF:
FU|USAN 8UTF SDAL |ATEF
ND SDAL:
N0KATDF SDAL
KETEFANCAN SDAL ND 0CUNAKAN UNTUK TANCCAL JU|LAH SSWA TK 0P PFDPDFS PE|LH ASPEK KET. A 8 C 0 E D|T
FDF|AT PE0D|AN PENSKDFAN
ND SDAL KUNC/KFTEFA JAWA8AN SKDF
8entuk soalnya terdIrI darI: (1) dasar pertanyaan/stImulus bIla ada/dIperlukan, (2) pertanyaan, dan (J) pedoman penskoran.
KaIdah penulIsan soal uraIan sepertI berIkut. 1. |aterI a. Soal harus sesuaI dengan IndIkator. b. SetIap pertanyaan harus dIberIkan batasan jawaban yang dIharapkan. c. |aterI yang dItanyakan harus sesuaI dengan tujuan peugukuran. d. |aterI yang dItanyakan harus sesuaI dengan jenjang jenIs sekolah atau tIngkat kelas.
2. KonstruksI a. |enggunakan kata tanya/perIntah yang menuntut jawaban teruraI. b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal. c. SetIap soal harus ada pedoman penskorannya. d. Tabel, gambar, grafIk, peta, atau yang sejenIsnya dIsajIkan dengan jelas, terbaca, dan berfungsI.
J. 8ahasa a. Fumusan kalImat soal harus komunIkatIf. b. |enggunakan bahasa ndonesIa yang baIk dan benar (baku). c. TIdak menImbulkan penafsIran ganda. d. TIdak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu. e. TIdak mengandung kata/ungkapan yang menyInggung perasaan peserta dIdIk.
H. PenuIIsan SoaI entuk PIIIhan Canda
|enulIs soal bentuk pIlIhan ganda sangat dIperlukan keterampIlan dan ketelItIan. Hal yang palIng sulIt dIlakukan dalam menulIs soal bentuk pIlIhan ganda adalah menulIskan pengecohnya. Pengecoh yang baIk adalah pengecoh yang tIngkat kerumItan atau tIngkat kesederhanaan, serta panjangpendeknya relatIf sama dengan kuncI jawaban. Dleh karena Itu, untuk memudahkan dalam penulIsan soal bentuk pIlIhan ganda, maka dalam penulIsannya perlu mengIkutI langkahlangkah berIkut, langkah pertama adalah menulIskan pokok soalnya, langkah kedua menulIskan kuncI jawabannya, langkah ketIga menulIskan pengecohnya.
Untuk memudahkan pengelolaan, perbaIkan, dan perkembangan soal, maka soal dItulIs dI dalam format kartu soal. SetIap satu soal dItulIs dI dalam satu format. Adapun formatnya sepertI berIkut InI.
KAPTU SDAL
JenIs Sekolah : ............. Penyusun : 1. |ata Pelajaran : ............. 2. 8ahan Kls/Smt : ............. J. 8entuk Soal : ............. Tahun Ajaran : ............. Aspek yang dIukur : .............
KD|PETENS 0ASAF
8UKU SU|8EF
FU|USAN 8UTF SDAL
|ATEF ND SDAL: KUNC :
N0KATDF SDAL
KETEFANCAN SDAL ND 0CUNAKAN UNTUK TANCCAL JU|LAH SSWA TK 0P PFDPDFS PE|LH KET. A 8 C 0 E D|T
Soal bentuk pIlIhan ganda merupakan soal yang telah dIsedIakan pIlIhan jawabannya. Peserta dIdIk yang mengerjakan soal hanya memIlIh satu jawaban yang benar darI pIlIhan jawaban yang dIsedIakan. Soalnya mencakup: (1) dasar pertanyaan/stImulus (bIla ada), (2) pokok soal (stem), (J) pIlIhan jawaban yang terdIrI atas: kuncI jawaban dan pengecoh.
PerhatIkan contoh berIkut!
KaIdah penulIsan soal pIlIhan ganda adalah sepertI berIkut InI.
1. |aterI
a. Soal harus sesuaI dengan IndIkator. ArtInya soal harus menanyakan perIlaku dan materI yang hendak dIukur sesuaI dengan rumusan IndIkator dalam kIsIkIsI. b. Pengecoh harus bertungsI c. SetIap soal harus mempunyaI satu jawaban yang benar. ArtInya, satu soal hanya mempunyaI satu kuncI jawaban.
2. KonstruksI
a. Pokok soal harus dIrumuskan secara jelas dan tegas. ArtInya, kemampuan/ materI yang hendak dIukur/dItanyakan harus jelas, tIdak menImbulkan pengertIan atau penafsIran yang berbeda darI yang dImaksudkan penulIs. SetIap butIr soal hanya mengandung satu persoalan/gagasan b. Fumusan pokok soal dan pIlIhan jawaban harus merupakan pernyataan yang dIperlukan saja. ArtInya apabIla terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya tIdak dIperlukan, maka rumusan atau pernyataan Itu dIhIlangkan saja. c. Pokok soal jangan memberI petunjuk ke arah jawaban yang benar. ArtInya, pada pokok soal jangan sampaI terdapat kata, kelompok kata, atau ungkapan yang dapat memberIkan petunjuk ke arah jawaban yang benar. d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersIfat negatIf ganda. ArtInya, pada pokok soal jangan sampaI terdapat dua kata atau lebIh yang mengandung artI negatIf. Hal InI untuk mencegah terjadInya kesalahan penafsIran 0Ijual sebIdang tanah dI 8ekasI. Luas 4 ha. 8aIk untuk IndustrI. HubungI telp. 777777 klan InI termasuk jenIs Iklan .. 0asar pertanyaan stImulus Pokok soal tem) PIlIhan jawaban pton) (.) tanda akhIr kalImat (...) tanda ellIpsIs (pernyataan yang sengaja dIhIlangkan) a. permIntaan b. propaganda c. pengumuman d. penawaran * Pengecoh dstrcctor) KuncI jawaban PerhatIkan Iklan berIkut peserta dIdIk terhadap artI pernyataan yang dImaksud. Untuk keterampIlan bahasa, penggunaan negatIf ganda dIperbolehkan bIla aspek yang akan dIukur justru pengertIan tentang negatIf ganda Itu sendIrI. e. PIlIhan jawaban harus homogen dan logIs dItInjau darI segI materI. ArtInya, semua pIlIhan jawaban harus berasal darI materI yang sama sepertI yang dItanyakan oleh pokok soal, penulIsannya harus setara, dan semua pIlIhan jawaban harus berfungsI. f. Panjang rumusan pIlIhan jawaban harus relatIf sama. KaIdah InI dIperlukan karena adanya kecenderungan peserta dIdIk memIlIh jawaban yang palIng panjang karena serIngkalI jawaban yang lebIh panjang Itu lebIh lengkap dan merupakan kuncI jawaban. g. PIlIhan jawaban jangan mengandung pernyataan "Semua pIlIhan jawaban dI atas salah atau Semua pIlIhan jawaban dI atas benar. ArtInya dengan adanya pIlIhan jawaban sepertI InI, maka secara materI pIlIhan jawaban berkurang satu karena pernyataan Itu bukan merupakan materI yang dItanyakan dan pernyataan Itu menjadI tIdak homogen. h. PIlIhan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus dIsusun berdasarkan urutan besar kecIlnya nIlaI angka atau kronologIs. ArtInya pIlIhan jawaban yang berbentuk angka harus dIsusun darI nIlaI angka palIng kecIl berurutan sampaI nIlaI angka yang palIng besar, dan sebalIknya. 0emIkIan juga pIlIhan jawaban yang menunjukkan waktu harus dIsusun secara kronologIs. Penyusunan secara unIt dImaksudkan untuk memudahkan peserta dIdIk melIhat pIlIhan jawaban. I. Cambar, grafIk, tabel, dIagram, wacana, dan sejenIsnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsI. ArtInya, apa saja yang menyertaI suatu soal yang dItanyakan harus jelas, terbaca, dapat dImengertI oleh peserta dIdIk. ApabIla soal bIsa dIjawab tanpa melIhat gambar, grafIk, tabel atau sejenIsnya yang terdapat pada soal, berartI gambar, grafIk, atau tabel Itu tIdak berfungsI. j. Fumusan pokok soal tIdak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tIdak pastI sepertI: sebaIknya, umumnya, kadangkadang. k. 8utIr soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan peserta dIdIk yang tIdak dapat menjawab benar soal pertama tIdak akan dapat menjawab benar soal berIkutnya.
J. 8ahasa/budaya
a. SetIap soal harus menggunakan bahasa yang sesuaI dengan kaIdah bahasa ndonesIa. KaIdah bahasa ndonesIa dalam penulIsan soal dI antaranya melIputI: a) pemakaIan kalImat: (1) unsur subyek, (2) unsur predIkat, (J) anak kalImat; b) pemakaIan kata: (1) pIlIhan kata, (2) penulIsan kata, dan c) pemakaIan ejaan: (1) penulIsan huruf, (2) penggunaan tanda baca. b. 8ahasa yang dIgunakan harus komunIkatIf, sehIngga pernyataannya mudah dImengertI warga belajar/peserta dIdIk. c. PIlIhan jawaban jangan yang mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertIan. Letakkan kata/frase pada pokok soal.
*** RANAH PEN!LA!AN KOCN!T!F, AFEKT!F, DAN PS!KONOTOR!K PENDAHULUAN Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengtahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi dalam rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif), dan pengamalannya (aspek psikomotor). Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom dan kawankawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu: a) Ranah proses berfikir (cognitive domain) b) Ranah nilai atau sikap (affective domain) c) Ranah keterampilan (psychomotor domain) Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Sasaran kegiatan evaluasi hasil belajar adalah: 1) Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi pelajaran yang telah diberikan pada mereka? 2) Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya? 3) Apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan secara kongkret dalam praktek atau dalam kehidupannya seharihari? Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
'N]AUAN PUS'AKA 2.1 Pengertian Ranah Penilaian Kognitif, Ciriciri, dan Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif 2.1.1 Pengertian Ranah Penilaian Kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Nenurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah: O Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge) Adalah kemampuan seseorang untuk mengingatingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumusrumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah. Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat menghafal surat al'Ashar, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan Agama !slam di sekolah. O Pemahaman (comprehension) Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan katakatanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya: Peserta didik atas pertanyaan Curu Pendidikan Agama !slam dapat menguraikan tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al'Ashar secara lancar dan jelas. O Penerapan (application) Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ideide umum, tata cara ataupun metodemetode, prinsipprinsip, rumusrumus, teoriteori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman. Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan !slam dalam kehidupan seharihari baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. O Analisis (analysis) Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagianbagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian bagian atau faktorfaktor yang satu dengan faktorfaktor lainnya. ]enjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi. Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan seharihari di tengahtengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran !slam. O Sintesis (syntesis) Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagianbagian atau unsurunsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru. ]enjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam. O Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokanpatokan atau kriteria yang ada. Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta didik mampu menimbangnimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang berlaku disiplin dan dapat menunjukkan mudharat atau akibatakibat negatif yang akan menimpa seseorang yang bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga pada akhirnya sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa kwdisiplinan merupakan perintah Allah SWT yang waji dilaksanakan dalam seharihari. Keenam jenjang berpikir yang terdapat pada ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom itu, jika diurutkan secara hirarki piramidal adalah sebagai tertulis pada gambar 1. Keenam jenjang berpikir ranah kognitif bersifat kontinum dan overlap (tumpang tindih), dimana ranah yang lebih tinggi meliputi semua ranah yang ada dibawahnya. Overlap di antara enam jenjang berfikir itu akan lebih jelas terlihat pada gambar 2.
Penilaian (Evaluation) Sintesis (Syntesis) Analisis (Analysis) Penerapan (Aplikation) Pemahaman (Comprehensi) Pengetahuan (Knowledge) ANBAR 1. Enam jenjang berpikir pada ranah kognitif 6 S 4 3 2 1
ANBAR 2. Overlap antara enam jenjang pada ranah kognitif. Keterangan : Pengetahuan (1) adalah merupakan jenjang berpikir paling dasar. Pemahaman (2) mencakup pengetahuan (1).Aplikasi atau penerapan (3) mencakup pemahaman (2)dan pengetahuan (1). Sintesis (S) meliputi juga analisis (4), aplikasi (3), pemahaman (2) dan pengetahuan (1). Evaluasi (6) meliputi juga sintesis (S) , analisis (4), aplikasi (3), pemahaman (2) dan pengetahuan (1). Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. 2.1.2 Ciriciri Ranah Penilaian Kognitif Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan kemampuan mengevaluasi. Nenurut Taksonomi Bloom (Sax 1380), kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir secara hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan saja. Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut juntuk menyatakan masalah dengan kata katanya sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta menemukan hubungan sebab- akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teoriteori yang termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbedabeda. Keenam tingkat tersebut yaitu: 1. Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan lain sebagianya. 2. Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan katakata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan katakata sendiri. 3. Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta memecahlcan berbagai masalah yang timbuldalam kehidupan seharihari. 4. Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponenkomponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari. S. Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. 6. Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu. Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik. Tabel Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek kognitif 4 Tingkatan Deskripsi 1 Pengetahuan Arti: Pengetahuan terhadap Iakta, k4nsep, deIinisi, nama, peristiwa, tahun, daItar, te4ri, pr4sedur,dll. C4nt4h kegiatan belajar: O engemukakan arti O enentukan l4kasi O endriskripsikan sesuatu O enceritakan apa yang terjadi O enguraikan apa yang terjadi 2 Pemahaman Arti:pengertian terhadap hubungan antar-Iakt4r, antar k4nsep, dan antar data hubungan sebab akibat penarikan kesimpulan C4nt4h kegiatan belajar: engungkapakan gagasan dan pendapat dengan kata-kata sendiri embedakan atau membandingkan engintepretasi data endriskripsikan dengan kata-kata sendiri enjelaskan gagasan p4k4k enceritakan kembali dengan kata-kata sendiri
3 Aplikasi Arti: enggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari C4nt4h kegiatan: O enghitung kebutuhan O elakukan perc4baan O embuat peta O embuat m4del O erancang strategi 4 Analisis Artinya: menentukan bagian-bagian dari suatu masalah, penyelesaian, atau gagasan dan menunjukkan hubungan antar bagian tersebut C4nt4h kegiatan belajar: O engidentiIikasi Iakt4r penyebab O erumuskan masalah O engajukan pertanyaan untuk mencari inI4rmasi O embuat graIik O engkaji ulang 5 Sintesis Artinya: menggabungkan berbagai inI4rmasi menjadi satu kesimpulan/k4nsepatau meramu/merangkai berbagai gagasan menjadi suatu hal yang baru C4nt4h kegiatan belajar: v embuat desain v enemukan s4lusi masalah v enciptakan pr4duksi baru,dst. 6 Evaluasi Arti: mempertimbangkan dan menilai benar-salah, baik- buruk, bermanIaat-tidak bermanIaat C4nt4h kegiatan belajar: empertahankan pendapat embahas suatu kasus emilih s4lusi yang lebih baik enulis lap4ran,dst.
2.1.3 Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik. Pengukuran hasil belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis. Bentuk tes kognitif diantaranya, (1) tes atau pertanyaan lisan di kelas, (2) pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas, (S) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan (8) performans. Cakupan yang diukur dalam ranah Kognitif adalah: a. !ngatan (C1) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat. Ditandai dengan kemampuan menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta, aturan, urutan, metode. 1. Pemahaman (C2) yaitu kemampuan seseorang untuk memahami tentang sesuatu hal. Ditandai dengan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan, menginterprestasikan. c. Penerapan (C3), yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring S menerapkan dengan tepat tentang teori, prinsip, simbol pada situasi baru/nyata. Ditandai dengan kemampuan menghubungkan, memilih, mengorganisasikan, memindahkan, menyusun, menggunakan, menerapkan, mengklasifikasikan, mengubah struktur. 1. Analisis (C4), Kemampuan berfikir secara logis dalam meninjau suatu fakta/ objek menjadi lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan membandingkan, menganalisis, menemukan, mengalokasikan, membedakan, mengkategorikan. e. Sintesis (CS), Kemampuan berpikir untuk memadukan konsepkonsep secara logis sehingga menjadi suatu pola yang baru. Ditandai dengan kemampuan mensintesiskan, menyimpulkan, menghasilkan, mengembangkan, menghubungkan, mengkhususkan. 1. Evaluasi (C6), Kemampuan berpikir untuk dapat memberikan pertimbangan terhadap sustu situasi, sistem nilai, metoda, persoalan dan pemecahannya dengan menggunakan tolak ukur tertentu sebagai patokan. Ditandai dengan kemampuan menilai, menafsirkan, mempertimbangkan dan menentukan. Contohnya siswa dibina kompetensinya menyangkut kemampuan melukis jaringjaring kubus. Namun, untuk dapat melukis jaringjaring kubus setidaknya diperlukan pengetahuan (kognitif) tentang bentukbentuk jaring kubus dan caracara melukis garisgaris tegak lurus. 2.2 Pengertian Ranah Penilaian Afektif, Ciriciri, dan Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Afektif 2.2.1 Pengertian Ranah Penilaian Afektif Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciriciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama !slam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama !slam yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama !slam dan sebagainya. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding (3) valuing (4) organization (S)characterization by evalue or calue complex Receiving atau attending (= menerima atua memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lainlain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejalagejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilainilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng identifikasikan diri dengan nilai itu. Contah hasil belajar afektif jenjang receiving , misalnya: peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan, sifat malas dan tidak di siplin harus disingkirkan jauhjauh. Responding (= menanggapi) mengandung arti adanya partisipasi aktif". ]adi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. ]enjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau menggeli lebih dalam lagi, ajaranajaran !slam tentang kedisiplinan. valuing (menilai=menghargai). Nenilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan itu adalah baik", maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar efektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peseta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di tengahtengah kehidupan masyarakat. Organization (=mengatur atau mengorganisasikan), artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Nengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai lain., pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh nilai efektif jenjang organization adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan nasional tahun 133S. Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. !ni adalah merupakan tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benarbenar bijaksana. !a telah memiliki phyloshopphy of life yang mapan. ]adi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentu karakteristik pola hidup" tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Contoh hasil belajar afektif pada jenjang ini adalah siswa telah memiliki kebulatan sikap wujudnya peserta didik menjadikan perintah Allah SWT yang tertera di Al Quran menyangkut disiplinan, baik kedisiplinan sekolah, dirumah maupun ditengahtengan kehidupan masyarakat. Secara skematik kelima jenjang afektif sebagaimana telah di kemukakan dalam pembicaraan diatas, menurut A.] Nitko (1383) dapat di gambarkan sebagai berikut:
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Nenerima (memperhatikan), Nerespon, Nenghargai, Nengorganisasi, dan Karakteristik suatu nilai. Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkankonasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu, sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu. Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert, pernyataanpernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju. 2.2.2 Ciriciri Ranah Penilaian Afektif Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen, 1381:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. !ntensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Nisalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersamasama, maka karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah, matematika, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan target dari kecemasan. Kadang kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadangkadang tidak diketahui. Seringkali peserta didik merasa cemas bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar bahwa target kecemasannya adalah tes. Ada S tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. 1. Sikap Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya. Nenurut Fishbein dan Ajzen (137S) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1333). Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa !nggris, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti pembelajaran bahasa !nggris dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif. 1. Ninat Nenurut Cetzel (1366), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa !ndonesia (1330: S83), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi. Penilaian minat dapat digunakan untuk: O mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran, O mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya, O pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik, O menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas, Nengelompokkan didik yang memiliki peserta minat sama, f. acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi, O mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan pendidik, O bahan pertimbangan menentukan program sekolah, O meningkatkan motivasi belajar peserta didik. 1. Konsep Diri Nenurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat. Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai berikut: O Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik. O Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai. O Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya. 4 Nemberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik. 4 Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran. 4 Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui standar input peserta didik. 4 Peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran. 4 Peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya. 4 Nelatih kejujuran dan kemandirian peserta didik. 4 Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki. 4 Peserta didik memahami kemampuan dirinya. 4 Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta didik. 4 Nempermudah pendidik untuk melaksanakan remedial, hasilnya dapat untuk instropeksi pembelajaran yang dilakukan. 4 Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain. 4 Peserta didik mampu menilai dirinya. 4 Peserta didik dapat mencari materi sendiri. 4 Peserta didik dapat berkomunikasi dengan temannya. 1. Nilai Nilai menurut Rokeach (1368) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan. Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu. Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1373:7), yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat. 1. Noral Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan moral anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan moral. !a hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak. Noral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Nisalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Noral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. ]adi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang. Ranah afektif lain yang penting adalah: O Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan orang lain. O !ntegritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan artistik. O Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan. O Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang.
Tabel Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek Afektif Tingkat C4nt4h kegiatan pembelajaran Penerimaan (Receiving) Arti : Kepekaan (keinginan menerima/memperhatikan) terhadap Ien4mena/stimult menunjukkan perhatian terk4ntr4l dan terseleksi C4nt4h kegiatan belajar : -sering mendengarkan musik - senang membaca puisi - senang mengerjakan s4al matematik - ingin men4nt4n sesuatu - senang menyanyikan lagu Resp4nsi (Resp4nding) Arti : menunjukkan perhatian aktiI melakukan sesuatu dengan/tentang Ien4mena setuju, ingin, puas meresp4nsi (mendengar) C4nt4h kegiatan belajar : mentaati aturan mengerjakan tugas mengungkapkan perasaan menanggapi pendapat meminta maaI atas kesalahan mendamaikan 4rang yang bertengkar menunjukkan empati menulis puisi melakukan renungan melakukan intr4speksi Acuan ilai ( Valuing) Arti : enunjukkan k4nsistensi perilaku yang mengandung nilai, term4tivasi berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang pasti Tingkatan : menerima, lebih menyukai, dan menunjukkan k4mitmen terhadap suatu nilai C4nt4h Kegiatan Belajar : O mengapresiasi seni O menghargai peran O menunjukkan perhatian O menunjukkan alasan O meng4leksi kaset lagu, n4vel, atau barang antik O menunjukkan simpati kepada k4rban pelanggaran HA O menjelaskan alasan senang membaca n4vel
Organisasi Arti : meng4rganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam suatu sistem menentukan saling hubungan antar nilai memantapkan suatu nilai yang d4minan dan diterima di mana-mana memantapkan suatu nilaimyang d4minan dan diterima di mana-mana Tingkatan : k4nseptualisasi suatu nilai, 4rganisasi suatu sistem nilai C4nt4h kegiatan belajar : O rajin, tepat waktu O berdisiplin diri mandiri dalam bekerja secara independen O 4bjektiI dalam memecahkan masalah O mempertahankan p4la hidup sehat O menilai masih pada Iasilitas umum dan mengajukan saran perbaikan O menyarankan pemecahan masalah HA O menilai kebiasaan k4nsumsi O mendiskusikan cara-cara menyelesaikan k4nIlik antar- teman 2.2.3 Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Afektif Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan. Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: 1. Nenerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian 2. Nerespon, meliputi merespon secara diamdiam, bersedia merespon, merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan 3. Nenghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai 4. Nengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai Karakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya. Contohnya mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar mengajar berlangsung. Skala yang sering digunakan dalam instrumen (alat) penilaian afektif adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik. Contoh Skala 'hurstone: Ninat terhadap pelajaran sejarah 7 6 5 4 3 2 1 Saya senang balajar sejarah
Pelajaran sejarah bermanIaat
Pelajaran sejarah memb4sankan
Dst..
Contoh Skala Likert: Ninat terhadap pelajaran sejarah 1. Pelajaran sejarah bermanIaat SS S TS STS 1. Pelajaran sejarah sulit
1. Tidak semua harus belajar sejarah
1. Sek4lah saya menyenangkan
Keterangan: SS : Sangat setuju S : Setuju TS : Tidak setuju STS : Sangat tidak setuju
Contoh Lembar Penilaian Diri Siswa Ninat Nembaca Nama Pembelajar:_____________________________ 4 Deskripsi Ya/Tidak 1 Saya lebih suka membaca dibandingkan dengan melakukan hal-hal lain
2 Banyak yang dapat saya ambil hikmah dari buku yang saya baca
3 Saya lebih banyak membaca untuk waktu luang saya
4 Dst......
2.3 Pengertian Ranah Penilaian Psikomotorik, Ciriciri, dan Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Psikomotorik 2.3.1 Pengertian Ranah Penilaian Psikomotor Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (13S6) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungankecenderungan berperilaku). Hasi belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif dengan materi kedisiplinan menurut agama !slam sebagaimana telah dikemukakan pada pembiraan terdahulu, maka wujud nyata dari hasil psikomotor yang merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif afektif itu adalah, (1) peserta didik bertanya kepada guru pendidikan agama !slam tentang contohcontoh kedisiplinan yang telah ditunjukkan oleh Rosulullah SAW, para sahabat, para ulama dan lainlain, (2) peseta didik mencari dan membaca bukubuku, majalahmajalah atau brosurbrosur, surat kabar dan lainlain yang membahas tentang kedisiplinan, (3) peserta didik dapat memberikan penejelasan kepada temanteman sekelasnya di sekolah, atau kepada adikadiknya di rumah atau kepada anggota masyarakat lainnya, tentang kedisiplinan diterapkan, baik di sekolah, di rumah maupun di tengahtengah kehidupan masyarakat, (4) peserta didik menganjurkan kepada temanteman sekolah atau adikadiknya, agar berlaku disiplin baik di sekolah, di rumah maupun di tengahtengah kehidupan masyarakat, (S) peserta didik dapat memberikan contohcontoh kedisiplinan di sekolah, seperti datang ke sekolah sebelum pelajaran di mulai, tertib dalam mengenakan seragam sekolah, tertib dan tenag dalam mengikuti pelajaran, di siplin dalam mengikuti tata tertib yang telah ditentukan oleh sekolah, dan lainlain, (6) peserta didik dapat memberikan contoh kedisiplinan di rumah, seperti disiplin dalam belajar, disiplin dalam mennjalannkan ibadah shalat, ibadah puasa, di siplin dalam menjaga kebersihan rumah, pekarangan, saluran air, dan lainlain, (7) peserta didik dapat memberikan contoh kedisiplinan di tengahtengah kehidupan masyarakat, seperti menaati ramburambu lalu lintas, tidak kebutkebutan, dengan suka rela mau antri waktu membeli karcis, dan lainlain, dan (8) peserta didik mengamalkan dengan konsekuen kedisiplinan dalam belajar, kedisiplinan dalam beribadah, kedisiplinan dalam menaati peraturan lalu lintas, dan sebagainya. 2.3.2 Ciriciri Ranah Penilaian Psikomotor Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya, menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya. Tabel Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek Psikomotorik Tingkat Deskripsi I. Gerakan ReIleks Arti: gerakan reIleks adalah basis semua perilaku bergerak, resp4ns terhadap stimulus tanpa sadar. isalnya:mel4mpat,menunduk,berjalan,menggerakkan leher dan kepala, menggenggam, memegang C4nt4h kegiatan belajar: - mengupas mangga dengan pisau - mem4t4ng dahan bunga - menampilkan ekspresi yang berbeda - meniru gerakan p4lisi lalulintas, juru parkir - meniru gerakan daun berbagai tumbuhan yang diterpa angin II Gerakan dasar (basic Iundamental m4vements) Arti: gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat Diperhalus melalui praktik gerakan ini terp4la dan dapat ditebak C4nt4h kegiatan belajar: O c4nt4h gerakan tak berpindah: berg4yang, membungkuk, merentang, mend4r4ng, menarik, memeluk, berputar O c4nt4h gerakan berpindah: merangkak, maju perlahan-lahan, muluncur, berjalan, berlari, mel4ncat-l4ncat, berputar mengitari, memanjat. O C4nt4h gerakan manipulasi: menyusun bal4k/bl4k, menggunting, menggambar dengan kray4n, memegang dan melepas 4bjek, bl4k atau mainan. O Keterampilan gerak tangan dan jari-jari: memainkan b4la, menggambar. III. Gerakan Persepsi ( Perceptual 4bilities) Arti : Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu kemampuan perseptual C4nt4h kegiatan belajar: menangkap b4la, mendrible b4la mel4mpat dari satu petak ke petak lain dengan 1 kali sambil menjaga keseimbangan memilih satu 4bjek kecil dari sekel4mp4k 4bjek yang ukurannya bervariasi membaca melihat terbangnya b4la pingp4ng melihat gerakan pendulun menggambar simb4l ge4metri menulis alIabet mengulangi p4la gerak tarian memukul b4la tenis, pingp4ng membedakan bunyi beragam alat musik membedakan suara berbagai binatang mengulangi ritme lagu yang pernah didengar membedakan berbagai tekstur dengan meraba
IV. Gerakan Kemampuan Iisik (Psycal abilities) Arti: gerak lebih eIisien, berkembang melalui kematangan dan belajar C4nt4h kegiatan belajar: menggerakkan 4t4t/sekel4mp4k 4t4t selama waktu tertentu berlari jauh mengangkat beban menarik-mend4r4ng melakukan push-up kegiatan memperkuat lengan, kaki dan perut menari melakukan senam melakukan gerakan pesenam, pemain bi4la, pemain b4la V. gerakan terampil (Skilled m4vements) Arti: dapat meng4ntr4l berbagai tingkat gerak terampil, tangkas, cekatan melakukan gerakan yang sulit dan rumit (k4mpleks) C4nt4h kegiatan belajar: O melakukan gerakan terampil berbagai cabang 4lahraga O menari, berdansa O membuat kerajinan tangan O menggergaji O mengetik O bermain pian4 O memanah O skating O melakukan gerak akr4batik O melakukan k4pr4l yang sulit VI. Gerakan indah dan kreatiI (4n- discursive c4mmunicati4) Arti: mengk4munikasikan perasaan melalui gerakan - gerak estetik: gerakan-gerakan terampil yang eIisien dan indah - gerakan kreatiI: gerakan-gerakan pada tingkat tertinggi untuk mengk4munikasikan peran C4nt4h kegiatan belajar: v kerja seni yang bermutu (membuat patung, melukis, menari baletr v melakukan senam tingkat tinggi v bermain drama (acting) v keterampilan 4lahraga tingkat tinggi
2.3.3 Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Psikomotor Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor. Ryan (1380) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Sementara itu Leighbody (1368) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar psikomotor mencakup: (1) kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, (2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun uruturutan pengerjaan, (3) kecepatan mengerjakan tugas, (4) kemampuan membaca gambar dan atau simbol, (S) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan. Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik. Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Nisalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan alins ketika belajar. Observasi dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung. Pengamat terlebih dahulu harus menetapkan kisikisi tingkah laku apa yang hendak diobservasinya, lalu dibuat pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi. Pengisian hasil observasi dalam pedoman yang dibuat sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian mengenai tingkah laku yang tampak untuk diobservasi, bisa pula dalam bentuk memberi tanda cek (V) pada kolom jawaban hasil observasi. Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes tersebut dapat berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja. 1) Tes simulasi Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, jika tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik, sehingga peserta didik dapat dinilai tentang penguasaan keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolaholah menggunakan suatu alat yang sebenarnya. 2) Tes unjuk kerja (work sample) Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. Nisalnya dalam melakukan praktik pengaturan lalu lintas lalu lintas di lapangan yang sebenarnya Tes simulasi dan tes unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi langsung ketika peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi dapat menggunakan daftar cek (checklist) ataupun skala penilaian (rating scale). Psikomotorik yang diukur dapat menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang dari sangat baik, baik, kurang, kurang, dan tidak baik. Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam kegiatankegiatan praktik itu juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun hanya sedikit bila dibandingkan dengan ranah psikomotor. Pengukuran hasil belajar ranah psikomotor menggunakan tes unjuk kerja atau lembar tugas. Contohnya kemampuan psikomotor yang dibina dalam belajar matematika misalnya berkaitan dengan kemampuan mengukur (dengan satuan tertentu, baik satuan baku maupun tidak baku), menggambar bentukbentuk geometri (bangun datar, bangun ruang, garis, sudut,dll) atau tanpa alat. Contoh lainnya, siswa dibina kompetensinya menyangkut kemampuan melukis jaringjaring kubus. Kemampuan dalam melukis jaringjaring kubus secara psikomotor dapat dilihat dari gerak tangan siswa dalam menggunakan peralatan (jangka dan penggaris) saat melukis. Secara teknis penilaian ranah psikomotor dapat dilakukan dengan pengamatan (perlu lembar pengamatan) dan tes perbuatan. Dalam ranah psikomotorik yang diukur meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak dasar fundamen, (3) keterampilan perseptual, diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang terkoordinasi, (4) keterampilan fisik, (S) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa bahasamelalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif. Lembar observasi Beri Tanda (V) ama Siswa engerjakan Tugas (3%,8) Tidak engerjakan Tugas (11%,8) Catatan Guru Damar
Ayu
Dst...
Tabel !nstrumen (alat) Asesmen Kinerja (unjuk kerja) Berpidato dengan numerical Rating Scale ama : .................. Kelas : .................. Petunjuk: Berilah sk4r untuk setiap aspek kinerja yang sesuai dengan ketentuan berikut: (4) bila aspek tersebut dilakukan dengan benar dan cepat (3) bila aspek tersebut dilakaukan dengan benar tapi lama (2) bila aspek tersebut dilakukan selesai tetapi salah (1) bila dilakukan tapi tidak selesai ( 0 tidak ada usaha) 4 Aspek yang dinilai Sk4r 4 3 2 1 1. Berdiri tegak menghadap pen4nt4n
2. engubah ekspresi wjah sesuai dengan pernyataan
3. Berbicara dengan kata-kata yang jelas
4. Tidak mengulang-ulang pernyataan
5. Berbicara cukup keras untuk didengar pen4nt4n
PENU'UP 1) Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). 2) Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding (3)valuing (4) organization (S) characterization by evalue or calue complex. 3) Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (13S6) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. 4) Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan kemampuan mengevaluasi S) Ciri ranah penilaian afektif yaitu pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen, 1381:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. !ntensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Nisalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersamasama, maka karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan. 6) Ranah kogniti berhubungan erat dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, rnemahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan kemampuan mengevaluasi 7) Cakupan yang diukur dalam ranah Kognitif adalah: !ngatan (C1), Pemahaman (C2), Penerapan (C3), Analisis (C4), Sintesis (CS), dan Evaluasi (C6). 8) Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Nenerima (memperhatikan), Nerespon, Nenghargai, Nengorganisasi. 3) Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Dalam ranah psikomotorik yang diukur meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak dasar fundamen, (3) keterampilan perseptual, diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang terkoordinasi, (4) keterampilan fisik, (S) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa bahasamelalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif DAF'AR PUS'AKA Anonymous. 2003. Aspek Penilaian dalam KTSP Bag 1 (Aspek Kognitif)". (Online) http://massofa.wordpress.com/feed/. Diakses Tanggal 10 Oktober 2003 Anonymous. 2003. Sistem Penilaian". (Online) http://smak.yski.info/. Diakses Tanggal 10 Oktober 2003 Anonymous. 2003. Pengembnagan Perangkat Penilaian Psikomotor dan Prosedur Penilaian".(Online)http://nurmanspd.wordpress.com/2003/03/17/pengembangan perangkatpenilaianpsikomotor/. Diakses Tanggal 10 Oktober 2003 Anonymous. 2003. Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor". (Online)http://hadirukiyah.blogspot.com/2003/08/pengukuranranahkognitif afektifdan.html. Diakses Tanggal 10 Oktober 2003 Anonymous. 2003. Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif". (Online)http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/1S/pengertianfungsi danmekanismepenetapankriteriaketuntasanminimalkkm/. Diakses Tanggal 10 Oktober 2003 Anonymous. 2003. Penilaian Ranah Psikomotorik Siswa". (Online) http://delapanratus.blogspot.com/2003/04/penilaianranah psikomotoriksiswa.html. Diakses Tanggal 10 Oktober 2003 Sudjana, Nana. 1383. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset Sri Wardani. 2004. Penilaian Pembelajaran Natematika Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Sudjono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. ]akarta: PT.RajaCrafindo Persada. 3u|a 8e lre l|rsl lo |||e lr|s posl. 11/1S/2003 Posted by aifbio ] Evaluasi Pendidikan http://zaiIbi4.w4rdpress.c4m/2009/11/15/ranah-penilaian-k4gnitiI-aIektiI-dan- psik4m4t4rik/