Anda di halaman 1dari 6

Anggaran Pertahanan dan Keamanan Indonesia Tahun 2009

1. Pendahuluan
Pertahanan dan Keamanan merupakan hal yang sangat krusial dalam suatu negara. Bidang
yang ditangani Departemen Pertahanan ini sering kali memiliki masalah intern maupun
ekstern. Indonesia merupakan salah satu negara yang bidang Pertahanan dan Keamanan-
nya memiliki banyak masalah. Baru-baru ini, banyak pesawat TNI mengalami kecelakaan
yang menimbulkan banyak korban jiwa, baik dari pihak militer sendiri maupun dari
masyarakat sipil. Alasan yang banyak berkembang di masyarakat adalah TNI kekurangan
anggaran hingga tidak mampu untuk memperbaiki atau mengadakan peralatan militernya.
Bahkan, kecelakaan pesawat TNI ini turut menimbulkan koban sipil yang turut ikut di
dalam pesawat. Hal ini memang mengherankan jika ditinjau bahwa pesawat militer tidak
untuk tujuan komersil.
Tujuan utama dari paper ini adalah untuk menganalisa apakah APBN 2009 untuk
pertahanan dan keamanan memadai atau tidak.
Problem anggaran pertahanan tidak hanya berkaitan dengan masalah alokasi APBN yang
terbatas. Setidakanya masih ada Iaktor lain yang berpengaruh pada masalah memadai atau
tidaknya anggaran pertahanan dan keamanan. Selama ini, masalah yang berhubungan
dengan kelemahan kapasitas pertahanan dan keamanan selalu dihubungkan dengan isu
keterbatasan anggaran. Hal itu menimbulkan simpatik dari masyarakat, tetapi tidak
menyelesaikan masalah.
Paper ini akan menganalisa secara kritis permasalahan anggaran tersebut, yang tujuan
akhirnya diharapkan akan menjawab pertanyaan problem yang dikaitkan dengan
keterbatasan anggaran. Departemen Pertahanan selaku pemegang peran utama dalam
pertahanan dan keamanan akan dibahas sekilas di bagian kedua paper ini. Bagian ketiga
akan mendiskusikan Iakta-Iakta mengenai anggaran yang dialokasikan ke Departemen
Pertahanan. Bagian berikutnya akan berisi kesimpulan pembahasan paper ini.

2. Pertahanan dan Keamanan di Indonesia
Undang-undang No. 3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara pasal 1. Pertahanan
negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan
gangguanterhadap keutuhan bangsa dan negara`
Seperti dikatakan di atas bahwa hakekat pertahanan negara adalah upaya pertahanan yang
bersiIat menyeluruh. Pertahanan negara diselengarakan melelui usaha membangun dan
membina kemampuan, daya tangkal negara, serta menanggulangi setiap ancaman.
Pertahanan negara diselenggarakan oleh pemerintah dan dipersiapkan secara dini dengan
sistem pertahanan negara yang menempatkan Tentara Nasional Indonesia sebagai
komponen utama. Dalam melakasanakan tugasnya, pertahanan negara dibiayai dari
Anggaran Belanja Negara yang ditujukan untuk membangun, memelihara,
mengembangkan, dan menggunakan TNI.
Sejauh ini, banyak anggapan di masyarakat berkata bahwa problem yang terjadi dalam
pertahanan berasal dari APBN yang katanya terbatas atau kurang. Kita dapat melihat
bahwa banyak terjadi kecelakaan pesawat. Terdapat 13 kasus kecelakaan pesawat, baik
hanya hanya tergelincir di landasan pacu ataupun terbakar hebat, dalam kurun 4 tahun
terakhir. Contohnya saja, pesawat tempur jenis Hawk-200 dengan nomor TT0203
tergelincir ketika hendak lepas landas di landasan pacu Bandara Sutan SyariI Kasim II,
Pekanbaru, Riau, pada 30 oktober 2007. Atau juga seperti pesawat Hawk-209 mengalami
kecelakaan hebat di atas langit Bandara Sultan SyariI Kasim II, Pekanbaru, Riau, 21
November 2006.
Dalam sebagian besar kasus, kecelakaan ini memakan korban: mulai dari luka-luka sampai
meninggal. Dalam kecelakaan jatuhnya Pesawat Hercules C-130 milik TNI-AU di areal
persawahan di Desa Geplak, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, 20 Mei
2009 lalu, korbannya sangat besar: lebih dari 100 orang, sebagian besar anggota TNI.
Sepanjang tahun 2009 ini saja, tercatat setidaknya 76 orang anggota TNI tewas dalam
kecelakaan pesawat militer

Hal ini lah yang memancing persoalan tentang anggaran pertahanan, yang di mata TNI
masih jauh dari memadai. Belum lagi jika melihat kasus pengkomersilan pesawat militer.
Mungkin saja anggaran benar-benar kurang atau anggaran cukup namun kapasitas
pengelolaan dari TNI yang tidak memadai.

3. APBN 2009 untuk Pertahanan dan Keamanan
Seperti dikatakan di atas, kecelakaan demi kecelakaan ini memancing polemik lama soal
anggaran pertahanan, yang di mata TNI masih dianggap jauh dari memadai TNI. Panglima
TNI Jenderal Joko Santoso menilai tak ada kaitan antara anggaran rendah ini dengan
kelaikan terbang pesawat. Menurutnya, kelaikan terbang pesawat itu soal kesiapannya.
Walaupun Sukhoi yang baru, itu juga harus disiapkan. Bukan berarti pesawat terbaru
semuanya layak terbang. Beruntunnya kecelakaan pesawat ini, ditambah memanasnya
hubungan Indonesia Malaysia akibat sejumlah penyerobotan Angkatan Laut negeri jiran
itu, tak urung membuat Dewan Perwakilan Rakyat sigap.

Dalam rapat 16 Juni 2009, DPR sepakat menaikkan anggaran Departemen Pertahanan
menjadi Rp 36,5 tiliun pada 2010 dari anggaran sebelumnya Rp 33,7 triliun. Kenaikan
anggaran untuk Departemen Pertahanan ini tentu saja untuk meningkatkan kualitas alat
utama sistem utama pertahanan. Meski relatiI jauh dari keinginan Departemen Pertahanan
yang meminta anggaran Rp 100 triliun, separuh dari anggaran Pendidikan yang 20 persen
dari total APBN Rp 100 triliun.

Berikut data mengenai APBN Pertahanan dan Keamanan tahun 2009, yaitu




Dari table di atas, dapat dianalisa bahwa pemerintah selalu menaikkan anggaran
pertahanan dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dapat dijadikan sebagai bahan penilaian
bahwa pemerintah memberi sinyal positiI soal penambahan anggaran.

Mentri Keuangan, Sri Mulyani menyatakan dukungan atas penambahan anggaran, bahkan
jika peningkatannya sebesar 5 triliun maupun 10 triliun sepanjang tak menyebabkan
eIisiensi anggaran terganggu. Menurut Direktur EksekutiI Institute for Defense, Security
and Peace Studies MuIti Makaarim, seringkali penambahan anggaran tidak didasari pada
argumentasi yang jelas dan sistematis. Mestinya, besar kecilnya anggaran itu ditentukan
oleh besarnya ancaman yang akan dihadapi. Selain tentu saja memperhitungkan
kemampuan keuangan Negara. Ideal tidaknya sebuah anggaran harus mempertimbangkan
Iaktor-Iaktor itu.
Pengamat Ekonomi dari CIDES Umar Juoro, saat diskusi 'Anggaran Pertahanan dan
kedaulatan NKRI 9 Januari 2009 lalu, menilai kurang tepat jika anggaran pertahanan naik
sampai hingga Rp 10 triliun mengingat kondisi ekonomi saat ini yang tak sepenuhnya
stabil karena krisis keuangan global. Beliau setuju anggaran pertahanan harus naik, tapi
sekitar Rp 5 triliun sampai Rp 7 triliun. Dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi 6 persen,
penambahan Rp 10 triliun dinilai tak realistis. Umar Juoro juga mengingatkan, jika dilihat
dari sudut keseimbangan anggaran, saat ini anggaran pertahanan sudah memadai, tapi
belum digunakan dengan optimal. Memadai karena secara keseluruhan ada di urutan kedua
(setelah pendidikan). Anggaran itu jadi terlihat minim karena anggaran itu termasuk
anggaran operasional rutin dan gaji. Memang harus ada peningkatan yang paling tidak Rp
5-7 triliun tahun depan. Tak hanya itu. Anggaran Departemen Pertahanan, berdasarkan
data Janes Procurement, juga trendnya terus naik setiap tahun.

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Jaleswari Pramodhawardani mengatakan
bahwa sebenarnya anggaran pertahanan yang murni untuk pertahanan di luar angaran rutin
dan kesejahteraan hanya Rp12,8 triliun dari keseluruhan anggaran yang Rp 33,6 triliun. Ia
tergolong yang setuju kenaikan, meski tentu saja harus dibarengi dengan manajemen atau
pengelolaan yang baik. Berdasarkan pengalaman tahun 2006, kata dia, anggaran di
Departemen Pertahanan ditaksir bocor 36 persen.
Belanja Pertahanan Indonesia*
Tahu
n
Total Belanja
Pertahanan(triliun
rupiah)
Persentase thd
PDB
Pengadaan Total Belanja
Pertahanan
Perawatan
Alutsista
2001 14,3 0,7 - n/a n/a
2002 12,754 0,7 2,231 6,818 0,642
2003 9,709 0,48 1,99 7,675 0,043
2004 11,814 0,51 2,91 8,834 0,070
2005 23,441 0,84 8,881 10,305 4,253
2006 28,2 0,84 10,451 12,108 5,640
2007 32,64 0,82 11,824 14,287 6,528
2008 30,6 0,68 10,71 13,77 6,120
2009 35 0,69 10,5 17,5 7,000
2010 39,605 0,7 10,089 20,594 7,921
2011 44,068 0,7 11,017 22,915 8,813
3uroer: jare's, lrdores|a 0elerse 8udjel, d||ul|p dar| 8u|u 3alu 0e|ade Relorras| V|||ler,
ed|lor A|exardra R. wu|ar, d|lero|l|ar FE3 dar Pac|v|s, Noveroer 2008

Dalam soal anggaran pertahanan, salah satu masalah terbesarnya adalah pada akuntabilitas.
Departemen Pertahanan mengajukan kenaikan anggaran, tapi publik tidak tahu bagaimana
pertanggungjawaban anggaran sebelumnya. Ini membuat publik sering tak yakin dengan
argument militer untuk mengajukan kenaikan anggaran, selain juga memancing kecurigaan
bermacam-macam. Kurangnya akuntabilitas itu karena sikap salah kaprah TNI yang
merasa soal anggaran serta pemanIaatannya sebagai rahasia negara yang tak boleh
diketahui publik. Sikap ini tak sepenuhnya mengherankan.

Sikap ini pula yang terlihat saat Departemen Pertahanan melakukan rapat kerja dengan
Komisi I DPR saat membahas Rancangan Undang-Undang Rahasia Negara, 4 Mei 2009
lalu. Saat itu, DPR dan pemerintah membahas pasal 6 yang mengatur soal apa saja yang
dikategorikan rahasia. Pasal itu meliputi cakupan dari rahasia negara, yang meliputi lima
hal. Masing-masing: Rahasia negara yang berkaitan dengan pertahanan negara; rencana,
organisasi dan Iungsi mobilisasi penyebaran TNI; intelijen; hubungan luar negeri; dan
ketahanan ekonomi nasional. Rapat itu akhhirnya sempat terhenti cukup lama dan tak
beranjak ke materi yang lain lebih kurang 3 jam karena Departemen Pertahanan ingin
mengkategorikan gaji prajurit sebagai rahasia negara sehingga tak boleh diketahui publik.
Kontan saja ini mengundang reaksi keras anggota DPR. Anggota Komisi Pertahanan Zis
Muzahid, dalam rapat itu menyatakan, usul pemerintah itu bertentangan dengan Undang-
Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan InIormasi Publik

Pasal 25 UU no. 3/2002 mengatur bahwa anggaran pertahanan berasal dari APBN dan
digunakan untuk membangun, memelihara, mengembangkan, dan menggunakan Tentara
Nasional Indonesia serta komponen pertahanan lainnya. Ini artinya anggaran pertahanan
berasal dari dana publik (pajak). Dengan demikian masyarakat punya hak untuk
mengetahui dan mengawasi anggaran tersebut, khususnya melalui wakil-wakil mereka
yang ada di parlemen.

Di dalam menjalankan Iungsi pengawasan anggaran pertahanan, parlemen tidak hanya
memiliki hak untuk terlibat di dalam penyusunan anggaran pertahanan, namun juga
memiliki hak untuk mengawasi (monitoring) pengelolaan anggaran pertahanan.

Sayangnya Iungsi pengawasan ini belum mampu dilaksanakan secara maksimal oleh
parlemen karena parlemen, dalam hal ini komisi I, baru sebatas melakukan pengawasan
dalam perencanaan anggaran pertahanan. Sementara Iungsi pengawasan dalam
pengelolaan dan implementasi anggaran pertahanan belum berjalan.

Persoalan lainnya adalah UU No. 14/2008 tentang Keterbukaan InIormasi Publik telah
mengatur bahwa setiap individu memiliki untuk mendapatkan inIormasi publik (pasal4)
dan setiap badan publik berkewajiban menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan
inIormasi public yang berada di bawah kewenangannya kepada pemohon inIormasi publik,
sejauh bukan inIormasi yang dikecualikan (pasal 7). Lebih lanjut, pasal 17 UU ini telah
menetapkan bahwa anggaran pertahanan bukan termasuk inIormasi yang dikecualikan.
Namun sebaliknya, RUU Rahasia Negara berusaha untuk menutup akses atas inIormasi
publik ini, khususnya yang terkait dengan anggaran pertahanan, dengan menyatakan bahwa
'inIormasi yang berkaitan dengan alokasi anggaran dan pembelanjaan, dan asset
pemerintah yang tepat untuk keamanan nasional merupakan bagian dari rahasia Negara.
Ketentuan ini secara langsung bertentangan dengan kebutuhan transparansi dan
pengawasan atas anggaran pertahanan oleh masyarakat. Dengan demikian, jika
diundangkan maka RUU RN ini pastinya akan menutup akses masyarakat dalam
melakukan pengawasan, mulai dari perencanaan hingga implementasi, anggaran
pertahanan

. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa anggaran pertahanan sudah memadai.
Jika dilihat, anggaran untuk pertahanan dan keamanan berada pada posisi 2 anggaran
terbanyak. Artinya anggaran sudah cukup jika dikelola dengan baik. Namun, anggaran
masih dapat ditambah sekitar 5 triliun hingga 10 triliun selama tidak mengganggu eIisiensi
anggaran.Oleh karena itu, pemerintah memberikan sinyal positI untuk menambah
anggaran. Namun, walaupun begitu penambahan anggaran harus memperhatikan beberapa
Iaktor, yaitu:
1. Alasan yang jelas dan sistematis mengenai penambahan anggaran. Hal ini akan
menghindari penghamburan anggaran.
2. Perlu diperhatikan keadaan keuangan Negara. Sektor Pertahanan bukan satu-
satunya lembaga yang dibiayai APBN. Pemerintah juga memiliki prioritas dalam
pengganggaran yang lebih banyak.

Dalam hal anggaran, masyarakat sangat jarang mendapat akses untuk mengkritisi kinerja
pengelolaan anggaran. Seharusnya, masyarakat diberi akses yang cukup agar masyarakat
cukup mengetahui mengenai pertahanan negaranya. Hal ini dapat memberikan dampak
positiI, seperti kepercayaan dari masyarakat.















BIBLIOGRAFI
O Sistem Pertahanan Negara,http://www.cenya.wordpress.com/2009/07/06/system-
pertahanan-negara/
O UU no.3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, http://www.kontras.org/regulasi/
O Undang-Undang 41 tahun 2008|internet| akses 2 Februari 2010,22.25
O Data Pokok 2009 Indonesia Rev1|internet| akses 2 Februari 2010,22.27
O www.detik.com akses 2 Februari 2010,22.30

Anda mungkin juga menyukai