Anda di halaman 1dari 37

PENDAHULUAN

A Latar Belakang
Tujuan pembangunan sektor pertanian dalam arti luas yaitu untuk
meningkatkan produksi, pendapatan dan kesejahteraan masyarakat khususnya
petani di pedesaan dan juga untuk memperluas kesempatan kerja, mengingat
sebagian besar penduduk Indonesia mempunyai mata pencaharian di sektor
pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu strategi kunci dalam memacu
pertumbuhan ekonomi pada masa akan datang. Peran sektor pertanian disamping
sebagai penghasil devisa yang besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi
sebagian penduduk Indonesia. Bagian dari sektor pertanian yang memberikan
kontribusi terhadap pendapatan petani dan negara yakni tanaman hortikultura.
Jeruk merupakan salah satu jenis komoditas hortikultura yang banyak
disukai masyarakat. Sebagai bahan pelengkap utama dalam penunjang gizi
keluarga, rasanya segar dan banyak mengandung vitamin C dan vitamin A serta
mengandung serat makanan yang esensial (sangat diperlukan tetapi tidak dapat
diproduksi dalam tubuh) bagi pertumbuhan dan berkembangan tubuh normal.
Dalam 100 gram buah jeruk mengandung vitamin-vitamin dan zat-zat mineral
seperti vitamin A 200 gr, vitamin B 60 gr, vitamin C 50 gr, protein 0,5 gr, lemak
0,1 gr, karbohidrat 10 gr, besi 0,3 mgr, kapur 0,4 mgr, dan IosIor 20 mgr (joesoeI,
1993). Karena banyak disukai dan pemasarannya cukup baik, maka upaya
pengembangan jeruk ini menjanjikan keuntungan bagi petani.

Di Sulawesi Tenggara jeruk merupakan komoditas yang patut


diperhitungkan karena dapat meningkatkan pendapatan petani. Di katakan dapat
diperhitungkan karena dapat dilihat dari data produksi jeruk siam di Sulawesi
Tenggara pada tahun 2009 sebesar 247.499 kw. Jeruk telah diproduksi di seluruh
Kabupaten/Kota dengan sentra produksi Kabupaten Konawe Selatan sebesar
134.773 kw, Kabupaten Muna sebesar 73.895 kw, Kabupaten Buton sebesar
18.409 kw, Kabupaten Konawe sebesar 10.760 kw, Kabupaten Kolaka sebesar
7.950 kw, Kota Kendari sebesar 683 kw, Kabupaten Bombana sebesar 574 kw,
Kota Bau-Bau sebesar 440 kw dan Kabupaten Konawe Utara sebesar 10 kw (BPS,
2010).
Di Konawe Selatan produksi buah jeruk merupakan produksi terbesar
selain buah pisang, mangga dan nangka. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 1. Produksi buah-buahan di Konawe Selatan menurut jenis tahun 2005-
2009
Sumber . Dinas Perkebunan dan Hortikultura Provinsi Sultra 2009
Berdasarkan tabel produksi diatas dapat dilihat bahwa jeruk siam
merupakan buah dengan produksi terbesar dengan total produksi dalam kurun
waktu 5 tahun yakni sebesar 203.653 kw, disusul pisang dengan total produksi
sebesar 129.958 kwintal, kemudian mangga dengan total produksi sebesar
127.861 kw dan terakhir nangka dengan total produksi 102.598 kw. Hal ini
No
1enis
Buah
Produksi (kwintal) Total Produksi
selama 5 tahun 2005 2006 2007 2008 2009
1 Jeruk siam 7.380 24.673 17.742 19.085 134.773 203.653
2 Pisang 25.746 30.498 35.430 21.977 16.307 129.958
3 Mangga 6.158 58.781 15.534 7.488 39.900 127.861
4 Nangka 10.451 47.036 23.491 17.384 4.236 102.598

merupakan tantangan dan peluang bagi petani, pengusaha jeruk dan pemerintah
dalam usaha meningkatkan produksi jeruk.
Desa Atari Jaya Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan
merupakan salah satu desa penghasil produksi jeruk yang ada di Konawe Selatan,
dengan luas areal penanaman 75,25 ha. Dengan jumlah penduduk sebanyak 333
KK, yang berusahatani jeruk sebanyak 64 KK. Dengan suhu rata-rata Di Desa
Atari Jaya maksimum 25-37
0
C sehingga tanaman jeruk siam dapat dikembangkan
mengingat iklim yang sesuai untuk komoditi tersebut yakni memerlukan suhu
kurang dari 30
o
C sehingga memiliki potensi untuk dikembangkan guna
meningkatkan pendapatan petani. Perbaikkan produksi dan kualitas produk
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani. Besarnya jumlah produksi
belum mencerminkan sistem pemasaran yang eIisien. Hasil produksi petani di
Desa Atari Jaya dipasarkan di daerah Jawa yakni Surabaya, Semarang dan
Kendari. Selain jauhnya produksi dipasarkan, kurangnya pengetahuan petani
dalam memasarkan produknya mengakibatkan rendahnya pendapatan yang
diterima petani. Sehubungan dengan hal tersebut dalam usaha untuk
meningkatkan pendapatan petani, perlu diimbangi dengan sistem pemasaran yang
menguntungkan petani. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik
untuk mengadakan penelitian tentang 'Analisis Pemasaran Jeruk Siam di Desa
Atari Jaya Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan.

B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana macam/jenis saluran pemasaran jeruk siam di Desa Atari Jaya
Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan?
2. Berapa besar margin pemasaran dan keuntungan pemasaran jeruk siam di
Desa Atari Jaya Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan?
3. Apakah pemasaran jeruk siam di Desa Atari Jaya Kecamatan Lalembuu
Kabupaten Konawe Selatan sudah eIisien atau belum?
4. Bagaimana integrasi pasar jeruk siam di Desa Atari Jaya Kecamatan
Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan?
Tujuan dan Kegunaan Penelitiann
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Jenis saluran pemasaran jeruk siam di Desa Atari Jaya Kecamatan Lalembuu
Kabupaten Konawe Selatan
2. Margin pemasaran dan keuntungan pemasaran jeruk siam di Desa Atari Jaya
Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan
3. EIisiensi pemasaran jeruk siam di Desa Atari Jaya Kecamatan Lalembuu
Kabupaten Konawe Selatan
4. integrasi pasar jeruk siam di Desa Atari Jaya Kecamatan Lalembuu
Kabupaten Konawe Selatan

Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai :


1. Bahan inIormasi dan pertimbangan bagi petani dan pedagang jeruk siam
dalam memasarkan jeruk siam yang dapat meningkatkan pendapatan.
2. Bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah dalam pengambil
kebijakan.
3. Bahan inIormasi bagi peneliti selanjutnya, yang relevan dengan penelitan ini.











TN1AUAN PUSTAKA
A Deskriptif Teori
a Tanaman 1eruk Siam
Ashari (2006), Jeruk merupakan salah satu jenis komoditas hortikultura
yang banyak disukai masyarakat. Sebagai bahan pelengkap utama dalam
penunjang gizi keluarga, rasanya segar dan banyak mengandung vitamin C dan
vitamin A. Karena banyak disukai dan pemasarannya cukup baik, maka upaya
pengembangan jeruk ini menjanjikan keuntungan bagi petani.
Iwan & Trisnawati (1996), Jeruk siam merupakan anggota jeruk keprok
dan mempunyai nama ilmiah itrus nobilis var. microcarpa. Dinamakan jeruk
siam karena memang berasal dari siam (Muangthai). Di negara asalnya jeruk ini
dikenal dengan som kin wan. Jeruk siam hanya merupakan bagian kecil dari
sekian banyak spesies dan varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan.
Untuk pertumbuhan yang baik, jeruk siam memerlukan syarat tumbuh tertentu.
Syarat tumbuh tersebut meliputi ketinggian tempat, jenis tanah, pH, dan iklim
yang terdiri dari suhu., kelembaban curah hujan dan lain-lain. Memang jeruk siam
bisa saja ditanam di man saja, tetapi hasilnya tidak akan memuaskan seperti bila
ditanam di lokasi yang sesuai dengan syarat tumbuhnya. Karena itu pemilihan
lokasi tanam merupakan tahap yang sangat penting sebelum dilakukan
penanaman.
Jeruk siam memerlukan ketinggian tempat yang hampir sama dengan
daerah asalnya. Di Muangthai jeruk ini ditanam di dataran rendah. Hal ini berlaku

juga di Indonesia. Untuk mendapatkan hasil yang baik, jeruk ini sebaiknya
ditanam pada ketinggian tempat kurang dari 700 m dpl (diatas permukaan laut).
Ketinggian tempat berpengaruh jelas terhadap rasa. Penanaman pada ketinggian
lebih dari 900m dpl menyebabkan rasa buah jeruk siam menjadi sedikit masam.
Kemudian tanaman jeruk memerlukan kedalaman kurang lebih 50 cm - 1,5 m
dengan pH tanah antara 5 7,5 (masam).
a2 Pasar
Dalam usaha komoditi hartikultura khususnya buah-buahan tidak terlepas
dari aspek pasar. Pasar merupakan Iungsi yang sangat sempit dalam sistem
perekonomian, sebab pasar merupakan kunci dari mobilitas harga dan jasa. Pasar
adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk mengadakan transaksi jual
beli barang dan jasa atau jasa dan sumberdaya.
Pada mulanya istilah pasar dikaitkan dengan pengertian tempat pembelian
dan penjual bersama-sama melakukan pertukaran. Kemudian istilah pasar ini
dikaitkan dengan ekonomi yang mewujudkan pertemuan antara pembeli dan
penjual. Pengertian tersebut berkembang menjadi pertemuan atau hubungan antara
permintaan dan penawaran (Assuari, 1987). Sedangkan Umar (2005),
mengemukakan pada dasarnya pasar dapat diartikan sebagai tempat pertemuan
antara penjual dengan pembeli atau terdapat kekuatan-kekuatan permintaan dan
penawaran yang saling bertemu untuk membentuk suatu harga. Pendapat lain
mengatakan bahwa pasar merupakan kelompok orang-orang yangdiorganisasikan
untuk melakukan tawar-menawar sehingga dengan demikian terbentuk harga.

Selanjutnya Nurland (1986), dalam ilmu ekonomi pengertian pasar adalah


keadaan dimana terjadi penawaran dan permintaan yang sesuai dari barang dan
jasa. Pasar dapat diartikan sebagai suatu organisasi tempat para penjual dan
pembeli dapat dengan mudah saling berhubungan. Mosher (1979),
mengemukakan bahwa pasar merupakan tujuan akhir bagi produsen dalam
mengelola produksinya. Petani akan selalu bergairah dalam berproduksi bila
mereka merasakan adanya biaya yang rendah han harga yang diterima petani
produsen tinggi. Adanya harga pasar yang cukup tinggi maka hasil produksi yang
diperoleh dapat mencukupi untuk membayar kembali biaya tunai dan upah yang
telah dikeluarkan petani saat berproduksi.
Broomley (1997) menyatakan bahwa pasar dapat dideIinisikan dengan
beberapa cara yang terpenting dalam pasar ini terjadi proses pertukaran yang
diharapkan memberikan sesuatu yang berharga dan berguna. Esensi pasar ini
adalah merealisasikan kesempatan untuk melakukan pertukaran dan mengaitkan
pihak-pihak yang melakukan pertukaran. Tindakan melakukan pertukaran ini pada
umumnya didasarkan pada kepentingan pihak-pihak yang terlibat tanpa campur
dengan penguasa. Campur tangan pada umumnya diperlukan guna memperbaiki
kesejahteraan atau mengurangi distorsi pendapatan.
a Pemasaran
Kotler (2000), pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya
individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk

yang bernilai dengan pihak lain. Sehingga ada suatu proses kegiatan usaha yang
berhubungan dengan perpindahan barang dan jasa dari tangan produsen ke tangan
konsumen akhir. Menurut Stanton (1985), pemasaran adalah sistem keseluruhan
dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan
kebutuhan pembeli maupun pembeli potensial.
HanaIie (2010), pemasaran (tataniaga distribusi marketing) merupakan
kegiatan ekonomi yang berIungsi membawa atau menyampaikan barang dan/atau
jasa dari produsen ke konsumen. Pemasaran juga dapat diartikan sebagai proses
sosial dan manajerial yang dalam hal ini individu atau kelompok mendapatkan
kbutuhan dan keinginannya dengan menciptakan, menawarkan dan menukar
produk yang bernilai satu dengan yang lain.
Assauri (1987) Pengertian lain adalah yang menyatakan pemasaran sebagai
usaha untuk menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada
orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu serta harga yang tepat dengan
promosi dan komunikasi yang tepat. Menurut Radiosunu (1982), pemasaran
adalah suatu sistem kegiatan usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana-
rencana yang strategis yang diarahkan pada pemuasan kebutuhan dan keinginan
pembeli guna mendapatkan laba.
Soekarwati (1991), berpendapat bahwa pemasaran komoditas pertanian
seringkali dijumpai adanya rantai pemasaran yang panjang (bahkan dikatakan
terlalu panjang) sehingga banyak juga pelaku pemasaran yang diambil alih oleh
pihak atau pelaku pemasaran tersebut. Terdapat bebrapa sebab mengapa rantai

pemasaran pertanian yang panjang dan produsen (petani) sering digunakan adalah:
(1) pasar yang tidak bekerja secara sempurna, (2) lemahnya inIormasi pasar, (3)
lemahnya produsen (petani) memanIaatkan peluang pasar, (4) lemahnya posisi
produsen (petani) melakukan usahatani tidak didasarkan pada permintaan pasar,
melainkan karena usahatani yang dilakukan secara turun temurun.
a Saluran Pemasaran
Saluran Pemasaran/saluran distribusi terdiri dari seperangkat lembaga
yang melakukan semua kegiatan (Iungsi) yang digunakan untuk menyalurkan
produk dan status pemilikannya dari produsen ke konsumen (Kotler, 1985).
Swastha (1984), mengemukakan deIinisi saluran distribusi untuk suatu barang
adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut
dari produsen ke konsumen. Saluran ini merupakan suatu struktur yang
menggambarkan situasi pemasaran yang berbeda.
Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung
yang terlibat dalam proses untuk menjadikan produk atau jasa siap untuk
digunakan atau dikonsumsi. Pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan
pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang
dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan
yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan).
Dalam sistem pemasaran, saluran pemasaran akan menunjukkan arus yang
dilalui komoditi mulai dari tingkat produsen sampai ke konsumen akhir. Dari arus
yang dilalui tersebut, dapat terlihat berapa lembaga pemasaran yang terlibat,

Iungsi-Iungsi apa yang dilakukan dan berapa pembiayaan, serta keuntungan yang
diperoleh masing-masing lembaga tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut,
Kotler (1985) mendeIinisikan bahwa saluran pemasaran sebagai saluran distribusi
yang terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan (Iungsi)
yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status kepemilikannya dari
produksi ke konsumsi. Saluran pemasaran dapat terbentuk secara sederhana dan
dapat pula rumit sekali. Hal tersebut tergantung dari macam komoditi lembaga
pemasaran dan sistem pasar. Saluran distribusi pemasaran dapat dibagi menjadi 4,
yaitu :
1. Produsen Konsumsen
2. Produsen Pengecer Konsumsen
3. Produsen Grosir Pengecer Konsumsen
4. Produsen Grosir Pemborong Pengecer
Konsumsen
Selanjutnya menurut Assauri (1987), bentuk pola distribusi dapat
dibedakan atas :
1. Saluran langsung yaitu Produsen Konsumsen
2. Saluran tidak langsung
a. Produsen Pengecer Konsumsen
b. Produsen Grosir Pengecer Konsumsen
c. Produsen Grosir Pemborong Pengecer
Konsumsen

Lanjut Kotler (2000), mengemukakan bahwa saluran pemasaran yang


terlalu panjang menyebabkan makin banyak mata rantai yang ikut dalam kegiatan
pemasaran.artinya kemungkinan penyebaran barang produksi secara luas tetapi
sebaliknya menimbulkan biaya yang lebih besar sehingga dapat menyebabkan
harga yang mahal sampai ke konsumen ataupun keuntungan produsen kecil dalam
dalam penghasilannya. Sebaliknya saluran distribusi yang terlalu pendek kurang
eIektiI untuk penyebarluasan, tetapi mata rantai pemasaran lebih pendek maka
biaya produksi dapat ditekan sehingga harga ke konsumen dapat lebih rendah.
a5 Margin Pemasaran
HanaIie (2010), menyatakan bahwa margin pemasaran (marketing margin)
adalah harga yang dibiayai oleh konsumen dikurang harga yang diterima oleh
produsen. Tinggi rendahnya margin pemasaran dipakai untuk mengukur eIisiensi
sistem pemasaran (tergantung dari Iungsi pasar yang dijalankan). Menurut
Azzaino (1982), margin pemasaran yaitu perbedaan harga yang dibayar konsumen
akhir untuk suatu produk dan harga yang diterima produsen untuk satu produk
yang sama dalam rupiah perkilogram.
Lanjut Surni (2004), mengemukakan bahwa margin pemasaran adalah
perbedaan harga suatu barang yang diterima produsen dengan harga yang dibayar
konsumen, untuk menyalurkan atau memasarkan barang dan keuntungan lembaga
pemasaran. Margin pemasaran berbeda antara satu komoditi hasil pertanian
dengan komoditi lainnya, karena perbedaan jasa yang diberikan pada berbagai
komoditi mulai dari pintu gerbang petani sampai pada tingkat pedagang pengecer

untuk konsumen akhir. Lebih lanjut dikemukakan bahwa Iaktor-Iaktor yang


mempengaruhi besarnya kecilnya margin pemasaran adalah :
a. Perubahan biaya pemasaran, keuntungan dari perantara, harga yang
dibayarkan oleh konsumen dan harga yang diterima oleh petani produsen.
Makin besar biaya pemasaran atau keuntungan pedagang serta makin besar
pula harga eceran atau makin kecil harga pada petani, berarti makin besar
margin pemasaran.
b. SiIat barang yang diperdagangkan, pada tempat produksi dan tempat
konsumsi yang sama barang-barang atau hasil pertanian yang mudah rusak
atau busuk, margin pemasarannya lebih besar dibandingkan dengan harga
yang tidak mudah rusak atau busuk.
c. Tingkat pengolahan, barang hasil-hasil pertanian yang mengalami pengolahan
untuk dapat dikonsumsi atau dibeli oleh konsumen, pada umumnya margin
pemasarannya lebih besar dibandingkan hasil pertanian yang tidak mengalami
pengolahan. Jadi makin banyak proses pengolahan yang dilalui dari suatu
barang, makin besar pula margin pemasaran dari barang yang bersangkutan.
Margin pemasaran adalah selisih harga di tingkat petani dengan harga di
tingkat konsumen. Selisih harga tersebut terdiri dari biaya-biaya pelayanan yang
meliputi biaya angkut, penyimpanan, serta besarnya keuntungan yang diterima
pedagang setiap rantai pemasaran. Besar kecilnya rantai pemasaran sangat erat
kaitannya dengan keuntungan yang diperoleh lembaga-lembaga pemasaran dan
biaya-biaya pemasaran. Jika penyaluran melalui banyak lembaga maka margin

pemasaran merupakan jumlah margin diantara lembaga-lembaga bersangkutan.


Jadi margin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut :
M He Hp ...........................................................(1)
Dimana: M Margin pemsaran (Rp/Kg)
He Harga eceran (Rp/Kg)
Hp Harga pada petani produsen (Rp/Kg)
Oleh karena itu dalam proses pengaliran barang dari produsen ke konsumen
pada lembaga pemasaran menarik keuntungan :
H M B ...............................................................(2)
Dimana : B Biaya pemasaran persatuan barang (Rp/Kg)
H Besarnya keuntungan yang ditarik lembaga pemasaran persatuan
barang (Rp/Kg)
Besar kecilnya biaya pemasaran hasil pertanian tergantung dari besar
kecilnya kegiatan lembaga-lembaga pemasaran dan jumlah Iasilitas yang
diperlukan dalam proses pergerakan barang pertanian (NurmanaI, 1987). Margin
pemasaran yang tinggi tidak selalu mengindikasihkan keuntungan yang tinggi,
tergantung berapa besar biaya-biaya yang harus dikeluarkan lembaga-lembaga
pemasaran untuk melakukan Iungs-Iungsi pemasaran (Sudiyono, 2004).
a6 Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
pemasaran. Biaya pemasaran meliputi biaya angkut, biaya penyimpanan,
pungutan retribusi dan lain-lain. Biaya pemasaran ini berbeda-beda satu sama lain

disebabkan karena : jenis komoditas, lokasi pemasaran, macam lembaga


pemasaran aktivitas pemasaran dan eIektiIitas pemasaran yang dilakukan. Sering
komoditas pertanian yang nilainya tinggi di ikuti biaya pemasaran yang tinggi
pula (Soekarwati, 1993).
Dalam arti sempit biaya pemasaran diartikan sebagai biaya penjualan,
yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjual produk ke pasar. Sedangkan
dalam arti luas biaya pemasaran meliputi semua biaya yang terjadi sejak saat
produk selesai diproduksi dan di simpan dalam gudang sampai dengan produk
tersebut diubah kembali dalam bentuk uang tunai ( Mulyadi, 1992 ).
Lanjut Mubyarto (1989), menjelaskan bahwa tingginya biaya pemasaran
di suatu tempat karena : (1) kurang baiknya jalan dan prasarana berhubungan
lainnya, (2) tersebarnya tempat-tempat produk jauh dengan jalan-jalan yang buruk
berarti memperpanjang biaya pengangkutan, dan (3) banyaknya pungutan-pngutan
yang bersiIat resmi maupun tidak resmi di sepanjang jalan antara produsen dan
konsumen. Biaya-biaya tersebut mempengaruhi besarnya perbedaan atau selisih
harga yang diterima petani sebagai produsen dengan harga yang dibayarkan
konsumen.
a7 Lembaga Pemasaran
Daniel (2002), menyatakan bahwa Lembaga pemasaran adalah orang atau
badan ataupun perusahaan yang terlibat dalam proses pemasaran hasil pertanian.
HanaIiah dan SaeIuddin (1978), lembaga tataniaga (pemasaran) adalah badan-
badan yang menyelenggarakan kegiatan atau Iungsi tataniaga dimana barang-

barang bergerak dari pihak produsen sampai pihak konsumen, dimana lembaga ini
termaksud golongan produsen, pedagang perantara, dan lembaga jasa.
Selanjutnya Nurland (1986), menjelaskan yang dimaksud dengan lembaga
pemasaran adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan pemasaran
menyalurkan barang dan jasa dari produsen ke konsumen.
Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat sepanjang saluran
pemasaran, maka akan semakin banyak pula perlakuan yang diberikan pada
barang/produk tersebut, yang mengakibatkan meningkatnya biaya pemasaran
yang diikuti dengan peningkatan pengambilan keuntungan oleh setiap lembaga
pemasaran yang terlibat (Limbong dan Sitorus, 1987).
a8 Efisiensi pemasaran
Ada dua alat ukur untuk mengetahui eIisiensi pemasaran yaitu eIisiensi
oprasional yang mengukur bagaimana harga pasar mencerminkan biaya produksi
dan biaya pemasaran secara memadai pada seluruh sistem pemasaran.
Surni (2004), eIisiensi pemasaran merupakan perubahan yang bertujuan
untuk memperbaiki pemasaran. Pemasaran eIisiensi berarti tercipta keadaan
dimana diperoleh kepuasan bagi semua pihak, yaitu produsen, lembaga pemasaran
dan konsumen. Mubyarto (1989), mengatakan bahwa pemasaran dikatakan eIisien
apabila dapat memberikan balas jasa yang seimbang kepada semua pihak yang
terlibat yaitu petani, pedagang perantara, dan konsumen akhir serta mampu
menyampaikan komoditas pertanian dari produsen ke konsumen dengan biaya
semurah-murahnya.

Pemasaran merupakan hal yang sangat penting setelah selesainya proses


produksi pertanian. Kondisi pemasaran menimbulkan siklus atau lingkaran pasar
suatu komoditas. Bila pemasaran tidak baik, mungkin disebabkan karena daerah
produsen terisolasi, tidak ada pasar, rantai pemasaran terlalu panjang atau hanya
ada satu pembeli. Kondisi ini merugikan pihak produsen. Hal ini berarti eIisiensi
dibidang pemasaran masih rendah. Sistem pemasaran dikatakan eIisien bila: (1)
mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan
biaya serendah-rendahnya, (2) mampu mengadakan pembagian yang adil dari
keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang
terlibat dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang (Daniel, 2002).
Soekartawi (1991), sistem pemasaran yang dianggap eIisien, apabila
penjualan produksi dapat mendatangkan keuntungan baginya dan untuk
menganalisa eIisiensi sistem pemasaran harus dilihat dari dua sudut pandang,
yaitu (1) dari segi produsen dan (2) dari segi sosial. Dari segi produsen,
merupakan besarnya harga yang diterima petani, dari segi sosial berupa bagian-
bagian keuntungan yang diperoleh pemasaran barang.
Nurland (1986), persentase bagian harga yang diterima petani merupakan
salah satu ukuran untuk mengetahui eIisiensi tidaknya saluran pemasaran yang
dilalui tiap komoditas yang dipasarkan.
M
FS - ----------- X 00 ....................................................................(3)
He

Surni (2004), semakin kecil margin pemasaran suatu barang belum tentu
akan eIisien. Hal ini jika mengecilnya margin pemasaran mengakibatkan

menurunnya kepuasan dari produsen, perantara atau konsumen maka dapat


dipastikan bahwa pemasaran tidak eIisien.
a9 Harga
Harga adalah sejumlah nilai yang ditawarkan konsumen dengan manIaat
dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh
pembeli dan penjual melalui tawar-menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk
satu harga yang sama terhadap semua pembeli (Umar, 2005).
Winardi (1982), harga adalah jumlah uang/alat tukar lain yang sejenisnya
yang harus dibayar untuk produk atau jasapada waktu tertentu dan dipasar
tertentu. Harga merupakan suatu nilai uang yang melekat pada suatu produk/jasa
yang menjadi tolak ukur terjadinya proses pertukaran antara produsen dan
konsumen.
a0 ntegrasi Pasar
Beberapa deIinisi integrasi pasar telah dikemukakan pada berbagai studi
terdahulu. Haris (1979) mengindikasikan pasar sebagai keterpaduan diantara
beberapa pasar yang memiliki korelasi harga tinggi. Ravallion (1986)
mengemukakan bahwa pasar-pasar secara parsial terintgrasi jika terjadi aktivitas
perdagangan diantara pasar-pasar tersebut. McNew (1996) membatasi integrasi
pasar sebagai kondisi ekuilibrium spasial eIisien yang dicerminkan oleh adanya
kejutan (shock) pasa pasar tertentu yang secara sempurna ditransmisikan ke pasar-
pasar lainnya. Sejalan dengan pandangan ini, Goodwin dan Schoeder (1991)

mengemukakan integrasi pasar berkaitan dengan lokasi-lokasi spasial yang


memiliki perubahan harga one-to-one. Lebih jauh lagi, Muwanga dan Snyder
(1997) mengemukakan bahwa pasar-pasar terintegrasi jika terjadi aktivitas
perdagangan antara dua atau lebih pasar-pasar yang terpisah secara parsial,
kemudian harga di suatu pasar berhubungan atau berkorelasi dengan harga
dipasar-pasar lainnya. Dalam hal ini, perubahan harga di suatu pasar secara parsial
atau total ditransmisikan ke harga yang terjadi di pasar-pasar lain, baik dalam
jangka pendek atau jangka panjang (dalam Adiyoga, 2006).
Data harga, biaya transaksi dan aliran perdagangan melalui pasar yang
tempatnya terpisah diperlukan untuk mengukur tingkat integrasi antar pasar-pasar
tersebut. Bagaimana pun juga karena data harga biasanya paling siap tersedia dan
merupakan inIormasi yang paling sesuai dengan sistem pemasaran, maka integrasi
pasar sering sekali di pelajari dengan menggunakan inIormasi harga. Hal ini
membuat pengukuran integrasi pasar hanya berdasarkan tingkat integrasinya
bukan penyebabnya dari integrasi (Anandita, 2004).
Menurut Golleti, Ahmed dan Farid dalam Golleti dan Tsigias (1996)
dalam Anandita (2004) dalam Dodi bahwa Iaktor-Iaktor penting yang
mmpengaruhi integrasi pasar yaitu:
1. InIrastruktur pemasaran adalah bagaimana berIungsinya inIrastruktur dalam
pemasaran seperti : transportasi, komunikasi, kredit, dan Iasilitas-Iasilitas
penyimpanan di berbagai pasar.
2. Kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi integrasi pasar dengan cara
kompleks. Ada banyak intervensi public yang mempengaruhi sistem

pemasaran sebagai bagian dari kebijakan stabilitas harga, misalnya


pengetahuan pedagang, regulasi kredit, dan regulasi transportasi.
3. Ketidakseimbangan produksi antar daerah yang dapat mempengaruhi
integrasi pasar yaitu pasar-pasar yang mempunyai surplus komoditi dengan
pasar-pasar yang mempunyai deIisit atau kekurangan. Jika sebuah pasar i
adalah surplus (hanya mengekspor) dan pasar j adalah deIisit (hanya
mengimpor) maka kemungkinan yang terjadi bahwa pasar i dan j akan
terhubungkan melalui perdagangan dengan integrasi yang tinggi daripada jika
kedua pasar tersebut mengalami surplus atau deIisit saja.
4. Supply Shock seperti banjir, kekeringan penyakit-penyakit dan serangan
hama secara langsung mempengaruhi produksi dan dengan kelangkaan yang
terlokalisasi. Sementara hal-hal yang tak terduga seperti aksi mogok,
mempengaruhi transportasi barang-barang sehingga mempersulit komoditi
untuk mencapai tujuannya.
Integrasi dari beberapa pasar dapat diuji dari hubungan antara harga-harga
yang terbentuk pada pasar-pasar tersebut. Dua buah pasar yang terintegrasi akan
membentuk harga keseimbangan yang berkaitan secara langsung yang diliat dari
segi horizontalnya. Kemudian hubungan prilaku pasar antara pasar produsen
dengan pasar konsumen dari segi vertikalnya. Serta pengaruh dari waktu dan
harga yang berlaku dipasar rujukan terhadap pasar-pasar lokal dari segi jangka
pendek dan jangka panjang (Fadhla, 2003 dalam Dodi, 2010). Integrasi pasar
vertikal menunjukkan perubahan harga di suatu pasar akan direIleksikan pada

perubahan harga di pasar lain secara vertikal dalam produk yang sama (Suparmin,
2005).
Untuk melihat perilaku pasar antara pasar produsen dan pasar konsumen
secara vertikal dapat dilakukan dengan menggunakan analisis regresi sederhana
sebgai berikut:
PI
it
u
0
u
1
Pr
ij
U
i
........................................................................ (4)
Dimana: PI
it
Harga pada tingkat produsen ke-i pada waktu ke-t (Rp/Kg)
Pr
ij
Harga pada tingkat konsumen ke-j pada waktu ke-t (Rp/Kg)
u
0
Konstanta
u
1
Parameter/ koeIisien regresi
U
i
Error term
Jika koeIisien regresi 0,5 u
1
_ 1 artinya terjadi integrasi pasar yang kuat
antara pasar pada tingkat produsen dan pasar pada tingkat konsumen dan jika u
1

1 artinya terjadi integrasi pasar yang sempurna antara pasar pada tingkat produsen
dab pasar pada tingkat konsumen (Limbong, 1999 dalam Dodi, 2010). Nilai
tersebut menunjukkan bahwa integrasi pasar secara vertikal antara pasar pada
tingkat petani dan pasar pada tingkat konsumen adalah kuat dimana jika terjadi
kenaikan harga satu-satuan ditingkat konsumen akan diikuti dengan kenaikan
harga satu-satuan pada tingkat produsen, sehingga dapat dikatakan bahwa
integrasi pasarnya sempurna atau merupakan pasar persaingan sempurna. Jika
koeIisien regresi u
1
0,5 maka kedua pasar berintegrasi tidak sempurna. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa integrasi pasar secara vertikal antara pasar pada
tingkat petani dan pada tingkat konsumen adalah lemah dimana jika terjadi
kenaikan harga satu-satuan ditingkat konsumen akan diikuti dengan kenaikan
harga yang kurang dari satu ditingkat produsen, sehingga dapat dikatakan pasar

yang terjadi bukan pasar persaingan dan mengarah ke pasar oligopsoni


(Suharyanto et, al, 2005 dalam Dodi, 2010).














B Kerangka Berpikir
Desa Atari Jaya Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan
Merupakan salah satu desa penghasil jeruk siam. Jeruk siam di Desa Atari Jaya ini
dipasarkan di Surabaya, Semarang dan kota kendari. Jalur pemasaran yang ada
didesa ini terbilang pendek dimana hanya melibatkan petani, pedagang pengimpul
desa kemudian penada di Surabaya, Semarang dan di Kota Kendari. Pendeknya
saluran pemasaran mengindikasikan sistem pemasaran yang eIisien tetapi apabila
didukung oleh biaya pemasaran yang tidak tinggi. Untuk mengetahui pemasaran
tersebut eIisen atau tidakanya maka perluh melihat biaya pemasaran, margin,
keuntungan yang diperoleh tiap lembaga pemasaran dan terakhir melihat Iarmer
sharenya. Sedangkan untuk melihat hubungan antara harga di tingkat produsen
dan harga ditingkat konsumen kota Kendari digunakan model analisis integrasi
pasar mengingat jarak antara tempat produksi jeruk dengan tempat penjualan yang
jauh jaraknya. Model analisis integrasi pasar ini dilakukan untuk melihat apakah
kenaikan harga ditingkat konsumen kota Kendari akan mengakibatkan kenaikan
harga ditingkat produsen di Desa Atari Jaya Kecamatan Lalembuu Kabupaten
Konawe Selatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka berpikir
dibawah ini.










70 I II 20













(Gambar 1. Kerangka Berpikir)


Petani
Biaya Pemasaran
Margin Pemasaran
Harga Beli
Efisiensi Pemasaran
Pedagang
Pengumpul
Desa
Pedagang
Pengumpul
Des
Pedagang
Pengumpul
Desa
Pedagang
Pengumpul
Desa
Penada di
Surabaya
Penada di
Semarang
Keuntungan
Harga jual
Pengecer Kota
Kendari
Integrasi
Pasar
Pedagang
Pengumpul
Desa
Konsumen
Kota Kendari

Penelitian Terdahulu
Pandu Aditya Nugraha (2006), dengan judul Analisis EIisiensi Saluran
Pemasaran Jamur Tiram Segar Di Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini
bertujuan untuk (a) Menganalisis saluran dan Iungsi-Iungsi pemasaran jamur tiram
segar di wilayah Bogor, (b) Menganalisis keragaan struktur dan perilaku pasar
yang terjadi pada pemasaran jamur tiram segar di wilayah Bogor, dan (c)
Menganalisis tingkat eIisiensi margin pemasaran jamur tiram segar di Bogor .
Penelitian ini dilakukan sejak awal Agustus 2005 hingga pertengahan
September 2005 Lokasi penelitian yaitu wilayah kabupaten dan Kotamadya Bogor.
Sampel yang digunakan sebanyak tujuh produsen dan 32 pedagang. Penelitian
ini menggunakan metode analisis kualitatiI dan kuantitatiI. Analisis kualitatiI
ditujukan untuk menganalisis saluran pemasaran, struktur pasar, dan
perilaku pasar. Untuk analisis kuantitatiI digunakan pada aspek-aspek
eIisiensi pemasaran, yakni margin tataniaga, Iarmer`s share, serta rasio
keuntungan dan biaya. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa saluran pemasaran
jamur tiram segar di Bogor melibatkan enam lembaga, yakni : (a) produsen, (b)
pengumpul, (c) pedagang besar, (d) pedagang menengah, (e) pengecer, dan (e)
supplier. Saluran pemasaran yang terjadi adalah : (I) produsen, konsumen, (II)
produsen, pengumpul, dan konsumen, (III) produsen, pedagang besar,
konsumen, (IV) produsen, pengumpul, pedagang besar, pedagang menengah, dan
konsumen, (V) produsen, pengumpul, pedagang besar, pedagang menengah,
pengecer, konsumen, (VI) produsen, pengecer, dan konsumen, sementara dua
saluran lain yang tidak dapat diteliti secara lengkap adalah (VII) produsen,

supplier, supermarket, konsumen, dan (VIII) produsen, pengumpul, pedagang


besar, supplier, supermarket, dan konsumen. Produsen melakukan Iungsi
pertukaran berupa penjualan, Iungsi Iisik berupa pengangkutan, dan Iungsi
Iasilitas berupa sortasi, pengemasan, dan grading. Pengumpul melakukan Iungsi
pemasaran yaitu Iungsi pertukaran seperti pembelian dan penjualan, Iungsi Iisik
yaitu pengangkutan, dan Iungsi Iasilitas. Pedagang besar dan pedagang menengah,
melakukan Iungsi pertukaran, serta Iungsi Iasilitas berupa standarisasi, pembayaran,
pengemasan, serta penanggungan resiko. Pengecer melakukan Iungsi pemasaran,
yaitu Iungsi pembelian dan penjualan, Iungsi Iisik yaitu pengangkutan,
serta Iungsi Iasilitas yaitu pembayaran, pengemasan, dan penanggungan
resiko. Untuk supplier, Iungsi pertukaran yang dilakukannya adalah pembelian
dan penjualan, Iungsi Iisik berupa pengangkutan, serta Iungsi Iasilitas berupa
standarisasi dan pembayaran, dan penanggungan resiko. Hasil analisis
menunjukkan bahwa saluran produsen langsung kepada konsumen memiliki
indikasi tingkat eIisiensi terbaik. Farmer`s share pada saluran ini mencapai 100
persen, menujukkan nilai Iarmer`s share maksimal. AlternatiI untuk
meningkatkan tingkat harga dan keuntungan produsen adalah
mengoptimalkan saluran pemasaran antara produsen dan konsumen langsung, atau
dapat juga melalui produsen, pengumpul dan konsumen.
Tita Andrianti (2008), Analisis Pemasaran Lada di Kelurahan Hopa-Hopa
Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
saluran pemasaran, margin pemasaran, keuntungan, eIisiensi pemasaran serta
persentase bagian harga yang diterima petani lada dari harga yang dibayarkan oleh

pedagang. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Hopa-Hopa Kecamatan


Wawotobi Kabupaten Konawe pada bulan Juli 2006. Penentuan sampel dilakukan
secara acak sederhana (simple random sampling) dengan menganbil sebanyak 32
responden dari 172 orang petani lada. Sedangkan untuk responden pedagang
sebanyak 8 orang diambil secara sensus yaitu 8 orang pedagang pengumpul desa
(PPD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar petani menjual hasil
produksinya pada pedagang pengumpul desa sejumlah 20 petani (62,50) sementara
12 petani (37,50) menjual hasilnya langsung ke pedagang besar yang berada dikota.
Saluran pemasaran lada yang digunakan oleh petani di lokasi penelitian ada 2 yakni :
saluran pemasaran 1 dimana petani menjual ladanya ke PPD selanjutnya PPD
menjual ke PB dan PB yang melanjutkan hingga komoditi lada bisa sampai ke
konsumen akhir. Sedangkan untuk saluran pemasaran II dimana petani menjual
ladanya langsung ke PB dan PB yang menyampaikan komoditi lada kFSada
konsumen akhir. Margin pemasaran terbesar berada pada saluran pemasaran I sebesar
Rp. 7.850,-/Kg. Dari kedua saluran pemasaran yang ada, diketahui bahwa kedua
saluran pemasaran yang ada di Kelurahan Hopa-Hopa Kecamatan Wawotobi
Kabupaten Konawe sudah eIisien.
Jusrin (2010) Penelitian ini berjudul EIisiensi Pemasaran Sayur-Sayuran
di Desa Lamomea Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat eIisiensi pemasaran komoditas sayur-sayuran
di Desa Lamomea Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan Penelitian ini
dilaksanakan di Desa Lamomea Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan
yang berlangsung pada tanggal 1 Maret sampai dengan 31 Maret tahun 2010.

Penentuan sampel diambil dengan cara sensus untuk pedagang sayur-sayuran


yang menangani langsung pemasaran komoditas sayur-sayuran di Desa Lamomea
Kecamatan Konda Kabupaten Konawa Selatan dengan mengambil masing-masing
6 pedagang pada 3 saluran pemasaran (pasar sentral Baruga, pasar sentral
Ranomeeto dan pasar sentral Tanea). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
besarnya margin pemasaran disetiap saluran pemasaran yaitu pada saluran
pemasaran I besarnya margin pemasaran untuk kacang panjang, bayam dan
kangkung masing-masing sebesar Rp 3.750/kg, Rp 5.208/kg, dan Rp 3.750/kg,
pada saluran pemasaran II besarnya margin yang diperoleh sama dengan saluran
pemasaran I, dan untuk saluran pemasaran III besarnya margin pemasaran untuk
kacang panjang, bayam dan kangkung masing-masing sebesar Rp 3.250/kg, Rp
2.292/kg, dan Rp 3.000/kg. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa saluran
pemasaran III merupakan saluran pemasaran yang paling eIisien untuk 3
komoditas yaitu dengan persentase 71,11, 77,08, dan 73,33, yang berarti
bahwa pemasaran sayuran kacang panjang, bayam dan kangkung sudah eIisien.
Lina Suherty dalam penelitiannya menjelaskan bahwa tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui (1) struktur pasar dari sistem pemasaran jeruk, (2)
integrasi pemasaran jeruk, dan (3) marjin pemasaran, pangsa harga, keuntungan
dan rasio harga di antara lembaga pemasaran. Dari hasil perhitungan
menghasilkan persentase Kr kumulatiI pada 4 (empat) pedagang pengumpul
kecamatan adalah 89,51 persen, menunjukkan bahwa struktur pasar cenderung
mengarah pada pasar oligopsoni konsentrasi tinggi. Persentase Kr kumulatiI pada
4 (empat) pedagang pengumpul kabupaten adalah 87,47 persen, menunjukkan

bahwa struktur pasar cenderung mengarah pada pasar oligopsoni konsentrasi


tinggi. Persentase Kr kumulatiI pada 2 (dua) pedagang pengumpul propinsi adalah
84,47 persen, menunjukkan bahwa struktur pasar cenderung mengarah pada pasar
oligopsoni konsentrasi tinggi. Persentase Kr kumulatiI pada 8 (delapan) pedagang
pengecer lokal adalah 87,18 persen, menunjukkan bahwa struktur pasar cenderung
mengarah pada pasar oligopsoni konsentrasi sedang. Persentase Kr kumulatiI pada
8 (delapan) pedagang pengecer luar daerah adalah 93,98 persen, menunjukkan
bahwa struktur pasar cenderung mengarah pada pasar oligopsoni konsentrasi
sedang. Kemudian dari hasil perhitungan menunjukkan t hitung 3,564 lebih
dari t - / 2 (Dajan, 1986) ( - 0,05) 2,042. Dengan demikian H0 : . 1 di
tolak, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pemasaran jeruk di Desa Karang
Dukuh tidak eIisien diterima. Hasil analisis menunjukkan elastisitas transmisi
harga tidak sama dengan satu. Bila terjadi perubahan harga jeruk di tingkat
konsumen lokal sebesar 1 persen, maka harga jeruk di tingkat petani hanya
berubah sebesar 0,276 persen. Dilihat dari koeIisien determinasi (R
2
), respon
harga jeruk di tingkat petani produsen karena perubahan harga di tingkat
konsumen lokal adalah sebesar 0,284, berarti 28,4 persen variasi harga di tingkat
petani produsen dipengaruhi oleh variasi harga di tingkat konsumen lokal,
sedangkan 71,6 persen dipengaruhi oleh Iaktor lain selain harga di tingkat
konsumen lokal seperti pendapatan konsumen lokal, selera, harga buah substitusi
lain dan jumlah penduduk.
Integrasi harga antara petani dengan pedagang pengumpul kecamatan
dapat ditunjukkan oleh koeIisien regresi b1 - 0,178 1. Berarti apabila terjadi

perubahan harga pada pedagang pengumpul kecamatan sebanyak Rp 1,-


ditransmisikan kepada petani sebesar Rp 0,178. Berdasarkan perhitungan, nilai t
hitung - 1,298 ~ t tabel -2,056. Maka terima H0 : b1 i 1 berarti harga jeruk
antara petani dengan pedagang pengumpul kecamatan terintegrasi.
Dari hasil analisis penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pemasaran jeruk di Desa Karang Dukuh Kecamatan Barito belum eIisien. Yang
paling dominan dalam menentukan harga adalah pedagang pengumpul yang
langsung membeli jeruk dari petani. Kerjasama antar pedagang terbatas pada
inIormasi pasar tentang harga yang kurang terbuka. Dari analisis integrasi pasar
masih ada tingkat pasar yang belum terintegrasi. Begitu juga struktur pasarnya
mengarah pada pasar persaingan tidak sempurna. Dengan pendekatan konsentrasi
ratio, struktur pasarnya mengarah pada pasar oligopsoni. Dengan pendekatan
transmisi harga menghasilkan 1 (in elastis).









METODE PENELTAN
A Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Atari Jaya Kecamatan Lalembuu
Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara dilaksanakan pada bulan
November 2011. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan melihat desa ini
memiliki potensi untuk mengembangkan jeruk siam mengingat daerah ini
merupakan salah satu desa penghasil jeruk siam di Konawe Selatan.
B Teknik Penarikan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani jeruk. Penentuan
sampel dilakukan dengan menggunakan metode simple random sampling.
Dimana Jumlah populasi petani jeruk sebanyak 64 orang. Penentuan sampel
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
N
n .. ................................................................................(5)
Nd
2

1

Dimana :
n Jumlah sampel
N Jumlah populasi
d Nilai presisi (0,1) Slovin dalam Sudrajat (2000).
Berdasarkan rumus Slovin, maka jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah sebanyak 39 petani. Sedangkan penentuan responden lembaga pemasaran
yang terlibat dilakukan dengan cara sensus yaitu mengambil secara kesuruhan
yakni 5 orang pedagang pengumpul desa.

1enis dan Sumber Data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung dengan
petani sampel, dengan menggunakan daItar pertanyaan (Kuisioner) yang telah
disediakan.
2. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik Sulawesi Tenggara dan
Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sulawesi Tenggara.
D Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan teknik
sebagai berikut :
1. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan
langsung terhadap obyek penelitian.
2. Studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan penelaahan pustaka
dan laporan-laporan yang berasal dari instansi yang terkait dengan penelitian.
3. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan
langsung kepada responden dengan berpedoman pada daItar pertanyaan yang
telah dipersiapkan sebelumnya.
E Variabel Penelitian
Variabel yang diukur dalam penelitian ini yaitu :
1. Identitas petani responden meliputi : Umur, tingkat pendidikan, jumlah
tanggungan keluarga, pengalaman berusahatani dan luas lahan garapan.

2. Identitas pedagang : umur, pendidikan, pengalaman berdagang, jumlah


tanggungan keluarga.
3. Saluran/jalur pemasaran jeruk siam
4. Harga penjualan jeruk siam ditingkat petani
5. Harga pembelian dan penjualan jeruk siam tiap lembaga pemasaran
6. Volume penjualan
7. Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran
8. Margin pemasaran
9. Keuntungan yang diperoleh setiap lembaga pemasaran
10.EIisiensi pemasaran
11.Integrasi pasar secara vertikal
F Analisis Data
Analisis data yang akan digunakan untuk menguraikan bentuk saluran
pemasaran digunakan analisis kualitatiI. Sedangkan untuk menghitung margin
pemasaran menggunakan Iormula (Nurland, 1986).
a. Margin Pemasaran
M He - Hp ........................................................................................(1)
Dimana :
M Margin pemasarn (Rp/Kg)
He Harga jual ditingkat pedagang pengecer (Rp/Kg)
Hp Harga beli ditingkat Petani (Rp/Kg)
b. Keuntungan pelaku pemasaran
n M - B ............................................................................................(2)

Dimana :
M Margin pemasaran (Rp/Kg)
B Biaya Pemasaran
H Keuntungan yang diterima oleh pelaku pemasaran
Untuk mengetahui tingkat eIisiensi pemasaran jeruk digunakan rumus
(Nurland, 1986)
M
FS - ----------- X 00 ........................................................ (3)
He

Dimana :
FS Persentase bagian harga yang diterima petani dari harga yang
diterima oleh pedagang pengumpul desa (Rp/Kg)

Dengan kriteria :

Jika FS 50 maka jalur pemasaran jeruk belum eIisien
FS _ 50 maka jalur pemasaran jeruk sudah eIisien
Untuk mengetahui integrasi pasar secara vertikal model yang
digunakan adalah sebagai berikut :
PI
t
u
0
u
1
Pr
t
U
i
....................................................................... (4)
Dimana: PI
t
Harga pada tingkat produsen ke-i pada waktu ke-t (Rp/Kg)
Pr
t
Harga pada tingkat konsumen ke-j pada waktu ke-t (Rp/Kg)
u
0
Konstanta
u
1
Parameter/ koeIisien regresi
U
i
Error term
t Trend waktu
Jika koeIisien regresi 0,5 u
1
_ 1 artinya terjadi integrasi pasar yang kuat
antara pasar pada tingkat produsen dan pasar pada tingkat konsumen dan jika u
1

1 artinya terjadi integrasi pasar yang sempurna antara pasar pada tingkat produsen
dan pasar pada tingkat konsumen. Jika koeIisien regresi u
1
0,5 maka kedua

pasar berintegrasi tidak sempurna. Nilai tersebut menunjukkan bahwa integrasi


pasar secara vertikal antara pasar pada tingkat petani dan pada tingkat konsumen
adalah lemah.
Konsep Operasional
Agar diperoleh keseragaman dalam menginterpretasikan variabel maka
dirumuskan konsep operasional variabel sebagai berikut :
1. Umur responden adalah dihitung usia sejak lahir sampai pada saat penelitian
dilaksanakan (tahun)
2. Tingkat pendidikan adalah lamanya petani responden memperoleh
pendidikan dibangku sekolah Iormal (tahun).
3. Jumlah anggota keluarga yaitu jumlah orang dalam suatu rumah tangga
petani responden yang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya berada dalam
satu unit pengelolaan (Keluarga)
4. Pengalaman berusahatani yaitu lamanya responden mengusahakan tanaman
jeruk (Tahun)
5. Luas lahan garapan yaitu total jumlah luas lahan yang digarap untuk
usahatani tanaman jeruk siam (ha)
6. Produksi yang dimaksud adalah hasil akhir dari usahatani jeruk siam dalam
satu kali panen terakhir (kg).
7. Biaya pemasaran adalah semua biaya yang dikeluarkan lembaga pemasaran
untuk keperluan pemasaran jeruk siam (Rp)
8. Lembaga pemasaran adalah badan-badan atau pedagang yang terlibat
langsung dalam proses pemasaran jeruk.

9. Volume penjualan adalah jumlah atau besarnya penjualan jeruk siam yang
dilakukan petani atau lembaga pemasaran (kg).
10. Harga jual adalah besarnya harga jual jeruk siam yang diberlakukan oleh
petani dan lembaga pemasaran lainnya (Rp/kg).
11. Harga beli adalah besarnya harga beli jeruk siam yang diberlakukan oleh
lembaga pemasaran (Rp/kg).
12. Margin pemasaran adalah selisih antara harga penjualan dengan harga
pembelian atau keseluruhan biaya dan keuntungan yang diperoleh pedagang
(Rp/kg).
13. Keuntungan lembaga pemasaran merupakan selisih antara nilai margin dari
tiap lembaga pemasaran dengan biaya yang telah dikeluarkan selama proses
pemindahan komoditas jeruk siam (Rp/kg).
14. EIisiensi pemasaran adalah biaya pemasaran dibagi dengan nilai produk
yang dipasarkan atas penjualan jeruk siam yang dilakukan oleh setiap pelaku
pemasaran.
15. Saluran pemasaran yang dimaksud adalah jalur-jalur pemasaran yang dilalui
responden dalam memperdagangkan hasil usahataninya (komoditas jeruk
siam).
16. Integrasi pasar adalah keterpaduan antara beberapa pasar untuk meliah
perubahan harga disuatu pasar secara parsial atau total ditransmisikan ke
harga yang terjadi di pasar lain.

17. Integrasi pasar secara vertikal yang dimaksud adalah perubahan harga di
tingkat konsumen (Pr) akan direIleksikan pada perubahan harga ditingkat
produsen (pI) dalam perdagangan jeruk siam.

Anda mungkin juga menyukai