A Latar Belakang
Tujuan pembangunan sektor pertanian dalam arti luas yaitu untuk
meningkatkan produksi, pendapatan dan kesejahteraan masyarakat khususnya
petani di pedesaan dan juga untuk memperluas kesempatan kerja, mengingat
sebagian besar penduduk Indonesia mempunyai mata pencaharian di sektor
pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu strategi kunci dalam memacu
pertumbuhan ekonomi pada masa akan datang. Peran sektor pertanian disamping
sebagai penghasil devisa yang besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi
sebagian penduduk Indonesia. Bagian dari sektor pertanian yang memberikan
kontribusi terhadap pendapatan petani dan negara yakni tanaman hortikultura.
Jeruk merupakan salah satu jenis komoditas hortikultura yang banyak
disukai masyarakat. Sebagai bahan pelengkap utama dalam penunjang gizi
keluarga, rasanya segar dan banyak mengandung vitamin C dan vitamin A serta
mengandung serat makanan yang esensial (sangat diperlukan tetapi tidak dapat
diproduksi dalam tubuh) bagi pertumbuhan dan berkembangan tubuh normal.
Dalam 100 gram buah jeruk mengandung vitamin-vitamin dan zat-zat mineral
seperti vitamin A 200 gr, vitamin B 60 gr, vitamin C 50 gr, protein 0,5 gr, lemak
0,1 gr, karbohidrat 10 gr, besi 0,3 mgr, kapur 0,4 mgr, dan IosIor 20 mgr (joesoeI,
1993). Karena banyak disukai dan pemasarannya cukup baik, maka upaya
pengembangan jeruk ini menjanjikan keuntungan bagi petani.
merupakan tantangan dan peluang bagi petani, pengusaha jeruk dan pemerintah
dalam usaha meningkatkan produksi jeruk.
Desa Atari Jaya Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan
merupakan salah satu desa penghasil produksi jeruk yang ada di Konawe Selatan,
dengan luas areal penanaman 75,25 ha. Dengan jumlah penduduk sebanyak 333
KK, yang berusahatani jeruk sebanyak 64 KK. Dengan suhu rata-rata Di Desa
Atari Jaya maksimum 25-37
0
C sehingga tanaman jeruk siam dapat dikembangkan
mengingat iklim yang sesuai untuk komoditi tersebut yakni memerlukan suhu
kurang dari 30
o
C sehingga memiliki potensi untuk dikembangkan guna
meningkatkan pendapatan petani. Perbaikkan produksi dan kualitas produk
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani. Besarnya jumlah produksi
belum mencerminkan sistem pemasaran yang eIisien. Hasil produksi petani di
Desa Atari Jaya dipasarkan di daerah Jawa yakni Surabaya, Semarang dan
Kendari. Selain jauhnya produksi dipasarkan, kurangnya pengetahuan petani
dalam memasarkan produknya mengakibatkan rendahnya pendapatan yang
diterima petani. Sehubungan dengan hal tersebut dalam usaha untuk
meningkatkan pendapatan petani, perlu diimbangi dengan sistem pemasaran yang
menguntungkan petani. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik
untuk mengadakan penelitian tentang 'Analisis Pemasaran Jeruk Siam di Desa
Atari Jaya Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan.
B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana macam/jenis saluran pemasaran jeruk siam di Desa Atari Jaya
Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan?
2. Berapa besar margin pemasaran dan keuntungan pemasaran jeruk siam di
Desa Atari Jaya Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan?
3. Apakah pemasaran jeruk siam di Desa Atari Jaya Kecamatan Lalembuu
Kabupaten Konawe Selatan sudah eIisien atau belum?
4. Bagaimana integrasi pasar jeruk siam di Desa Atari Jaya Kecamatan
Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan?
Tujuan dan Kegunaan Penelitiann
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Jenis saluran pemasaran jeruk siam di Desa Atari Jaya Kecamatan Lalembuu
Kabupaten Konawe Selatan
2. Margin pemasaran dan keuntungan pemasaran jeruk siam di Desa Atari Jaya
Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan
3. EIisiensi pemasaran jeruk siam di Desa Atari Jaya Kecamatan Lalembuu
Kabupaten Konawe Selatan
4. integrasi pasar jeruk siam di Desa Atari Jaya Kecamatan Lalembuu
Kabupaten Konawe Selatan
TN1AUAN PUSTAKA
A Deskriptif Teori
a Tanaman 1eruk Siam
Ashari (2006), Jeruk merupakan salah satu jenis komoditas hortikultura
yang banyak disukai masyarakat. Sebagai bahan pelengkap utama dalam
penunjang gizi keluarga, rasanya segar dan banyak mengandung vitamin C dan
vitamin A. Karena banyak disukai dan pemasarannya cukup baik, maka upaya
pengembangan jeruk ini menjanjikan keuntungan bagi petani.
Iwan & Trisnawati (1996), Jeruk siam merupakan anggota jeruk keprok
dan mempunyai nama ilmiah itrus nobilis var. microcarpa. Dinamakan jeruk
siam karena memang berasal dari siam (Muangthai). Di negara asalnya jeruk ini
dikenal dengan som kin wan. Jeruk siam hanya merupakan bagian kecil dari
sekian banyak spesies dan varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan.
Untuk pertumbuhan yang baik, jeruk siam memerlukan syarat tumbuh tertentu.
Syarat tumbuh tersebut meliputi ketinggian tempat, jenis tanah, pH, dan iklim
yang terdiri dari suhu., kelembaban curah hujan dan lain-lain. Memang jeruk siam
bisa saja ditanam di man saja, tetapi hasilnya tidak akan memuaskan seperti bila
ditanam di lokasi yang sesuai dengan syarat tumbuhnya. Karena itu pemilihan
lokasi tanam merupakan tahap yang sangat penting sebelum dilakukan
penanaman.
Jeruk siam memerlukan ketinggian tempat yang hampir sama dengan
daerah asalnya. Di Muangthai jeruk ini ditanam di dataran rendah. Hal ini berlaku
juga di Indonesia. Untuk mendapatkan hasil yang baik, jeruk ini sebaiknya
ditanam pada ketinggian tempat kurang dari 700 m dpl (diatas permukaan laut).
Ketinggian tempat berpengaruh jelas terhadap rasa. Penanaman pada ketinggian
lebih dari 900m dpl menyebabkan rasa buah jeruk siam menjadi sedikit masam.
Kemudian tanaman jeruk memerlukan kedalaman kurang lebih 50 cm - 1,5 m
dengan pH tanah antara 5 7,5 (masam).
a2 Pasar
Dalam usaha komoditi hartikultura khususnya buah-buahan tidak terlepas
dari aspek pasar. Pasar merupakan Iungsi yang sangat sempit dalam sistem
perekonomian, sebab pasar merupakan kunci dari mobilitas harga dan jasa. Pasar
adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk mengadakan transaksi jual
beli barang dan jasa atau jasa dan sumberdaya.
Pada mulanya istilah pasar dikaitkan dengan pengertian tempat pembelian
dan penjual bersama-sama melakukan pertukaran. Kemudian istilah pasar ini
dikaitkan dengan ekonomi yang mewujudkan pertemuan antara pembeli dan
penjual. Pengertian tersebut berkembang menjadi pertemuan atau hubungan antara
permintaan dan penawaran (Assuari, 1987). Sedangkan Umar (2005),
mengemukakan pada dasarnya pasar dapat diartikan sebagai tempat pertemuan
antara penjual dengan pembeli atau terdapat kekuatan-kekuatan permintaan dan
penawaran yang saling bertemu untuk membentuk suatu harga. Pendapat lain
mengatakan bahwa pasar merupakan kelompok orang-orang yangdiorganisasikan
untuk melakukan tawar-menawar sehingga dengan demikian terbentuk harga.
yang bernilai dengan pihak lain. Sehingga ada suatu proses kegiatan usaha yang
berhubungan dengan perpindahan barang dan jasa dari tangan produsen ke tangan
konsumen akhir. Menurut Stanton (1985), pemasaran adalah sistem keseluruhan
dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan
kebutuhan pembeli maupun pembeli potensial.
HanaIie (2010), pemasaran (tataniaga distribusi marketing) merupakan
kegiatan ekonomi yang berIungsi membawa atau menyampaikan barang dan/atau
jasa dari produsen ke konsumen. Pemasaran juga dapat diartikan sebagai proses
sosial dan manajerial yang dalam hal ini individu atau kelompok mendapatkan
kbutuhan dan keinginannya dengan menciptakan, menawarkan dan menukar
produk yang bernilai satu dengan yang lain.
Assauri (1987) Pengertian lain adalah yang menyatakan pemasaran sebagai
usaha untuk menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada
orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu serta harga yang tepat dengan
promosi dan komunikasi yang tepat. Menurut Radiosunu (1982), pemasaran
adalah suatu sistem kegiatan usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana-
rencana yang strategis yang diarahkan pada pemuasan kebutuhan dan keinginan
pembeli guna mendapatkan laba.
Soekarwati (1991), berpendapat bahwa pemasaran komoditas pertanian
seringkali dijumpai adanya rantai pemasaran yang panjang (bahkan dikatakan
terlalu panjang) sehingga banyak juga pelaku pemasaran yang diambil alih oleh
pihak atau pelaku pemasaran tersebut. Terdapat bebrapa sebab mengapa rantai
pemasaran pertanian yang panjang dan produsen (petani) sering digunakan adalah:
(1) pasar yang tidak bekerja secara sempurna, (2) lemahnya inIormasi pasar, (3)
lemahnya produsen (petani) memanIaatkan peluang pasar, (4) lemahnya posisi
produsen (petani) melakukan usahatani tidak didasarkan pada permintaan pasar,
melainkan karena usahatani yang dilakukan secara turun temurun.
a Saluran Pemasaran
Saluran Pemasaran/saluran distribusi terdiri dari seperangkat lembaga
yang melakukan semua kegiatan (Iungsi) yang digunakan untuk menyalurkan
produk dan status pemilikannya dari produsen ke konsumen (Kotler, 1985).
Swastha (1984), mengemukakan deIinisi saluran distribusi untuk suatu barang
adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut
dari produsen ke konsumen. Saluran ini merupakan suatu struktur yang
menggambarkan situasi pemasaran yang berbeda.
Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung
yang terlibat dalam proses untuk menjadikan produk atau jasa siap untuk
digunakan atau dikonsumsi. Pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan
pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang
dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan
yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan).
Dalam sistem pemasaran, saluran pemasaran akan menunjukkan arus yang
dilalui komoditi mulai dari tingkat produsen sampai ke konsumen akhir. Dari arus
yang dilalui tersebut, dapat terlihat berapa lembaga pemasaran yang terlibat,
Iungsi-Iungsi apa yang dilakukan dan berapa pembiayaan, serta keuntungan yang
diperoleh masing-masing lembaga tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut,
Kotler (1985) mendeIinisikan bahwa saluran pemasaran sebagai saluran distribusi
yang terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan (Iungsi)
yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status kepemilikannya dari
produksi ke konsumsi. Saluran pemasaran dapat terbentuk secara sederhana dan
dapat pula rumit sekali. Hal tersebut tergantung dari macam komoditi lembaga
pemasaran dan sistem pasar. Saluran distribusi pemasaran dapat dibagi menjadi 4,
yaitu :
1. Produsen Konsumsen
2. Produsen Pengecer Konsumsen
3. Produsen Grosir Pengecer Konsumsen
4. Produsen Grosir Pemborong Pengecer
Konsumsen
Selanjutnya menurut Assauri (1987), bentuk pola distribusi dapat
dibedakan atas :
1. Saluran langsung yaitu Produsen Konsumsen
2. Saluran tidak langsung
a. Produsen Pengecer Konsumsen
b. Produsen Grosir Pengecer Konsumsen
c. Produsen Grosir Pemborong Pengecer
Konsumsen
barang bergerak dari pihak produsen sampai pihak konsumen, dimana lembaga ini
termaksud golongan produsen, pedagang perantara, dan lembaga jasa.
Selanjutnya Nurland (1986), menjelaskan yang dimaksud dengan lembaga
pemasaran adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan pemasaran
menyalurkan barang dan jasa dari produsen ke konsumen.
Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat sepanjang saluran
pemasaran, maka akan semakin banyak pula perlakuan yang diberikan pada
barang/produk tersebut, yang mengakibatkan meningkatnya biaya pemasaran
yang diikuti dengan peningkatan pengambilan keuntungan oleh setiap lembaga
pemasaran yang terlibat (Limbong dan Sitorus, 1987).
a8 Efisiensi pemasaran
Ada dua alat ukur untuk mengetahui eIisiensi pemasaran yaitu eIisiensi
oprasional yang mengukur bagaimana harga pasar mencerminkan biaya produksi
dan biaya pemasaran secara memadai pada seluruh sistem pemasaran.
Surni (2004), eIisiensi pemasaran merupakan perubahan yang bertujuan
untuk memperbaiki pemasaran. Pemasaran eIisiensi berarti tercipta keadaan
dimana diperoleh kepuasan bagi semua pihak, yaitu produsen, lembaga pemasaran
dan konsumen. Mubyarto (1989), mengatakan bahwa pemasaran dikatakan eIisien
apabila dapat memberikan balas jasa yang seimbang kepada semua pihak yang
terlibat yaitu petani, pedagang perantara, dan konsumen akhir serta mampu
menyampaikan komoditas pertanian dari produsen ke konsumen dengan biaya
semurah-murahnya.
perubahan harga di pasar lain secara vertikal dalam produk yang sama (Suparmin,
2005).
Untuk melihat perilaku pasar antara pasar produsen dan pasar konsumen
secara vertikal dapat dilakukan dengan menggunakan analisis regresi sederhana
sebgai berikut:
PI
it
u
0
u
1
Pr
ij
U
i
........................................................................ (4)
Dimana: PI
it
Harga pada tingkat produsen ke-i pada waktu ke-t (Rp/Kg)
Pr
ij
Harga pada tingkat konsumen ke-j pada waktu ke-t (Rp/Kg)
u
0
Konstanta
u
1
Parameter/ koeIisien regresi
U
i
Error term
Jika koeIisien regresi 0,5 u
1
_ 1 artinya terjadi integrasi pasar yang kuat
antara pasar pada tingkat produsen dan pasar pada tingkat konsumen dan jika u
1
1 artinya terjadi integrasi pasar yang sempurna antara pasar pada tingkat produsen
dab pasar pada tingkat konsumen (Limbong, 1999 dalam Dodi, 2010). Nilai
tersebut menunjukkan bahwa integrasi pasar secara vertikal antara pasar pada
tingkat petani dan pasar pada tingkat konsumen adalah kuat dimana jika terjadi
kenaikan harga satu-satuan ditingkat konsumen akan diikuti dengan kenaikan
harga satu-satuan pada tingkat produsen, sehingga dapat dikatakan bahwa
integrasi pasarnya sempurna atau merupakan pasar persaingan sempurna. Jika
koeIisien regresi u
1
0,5 maka kedua pasar berintegrasi tidak sempurna. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa integrasi pasar secara vertikal antara pasar pada
tingkat petani dan pada tingkat konsumen adalah lemah dimana jika terjadi
kenaikan harga satu-satuan ditingkat konsumen akan diikuti dengan kenaikan
harga yang kurang dari satu ditingkat produsen, sehingga dapat dikatakan pasar
B Kerangka Berpikir
Desa Atari Jaya Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan
Merupakan salah satu desa penghasil jeruk siam. Jeruk siam di Desa Atari Jaya ini
dipasarkan di Surabaya, Semarang dan kota kendari. Jalur pemasaran yang ada
didesa ini terbilang pendek dimana hanya melibatkan petani, pedagang pengimpul
desa kemudian penada di Surabaya, Semarang dan di Kota Kendari. Pendeknya
saluran pemasaran mengindikasikan sistem pemasaran yang eIisien tetapi apabila
didukung oleh biaya pemasaran yang tidak tinggi. Untuk mengetahui pemasaran
tersebut eIisen atau tidakanya maka perluh melihat biaya pemasaran, margin,
keuntungan yang diperoleh tiap lembaga pemasaran dan terakhir melihat Iarmer
sharenya. Sedangkan untuk melihat hubungan antara harga di tingkat produsen
dan harga ditingkat konsumen kota Kendari digunakan model analisis integrasi
pasar mengingat jarak antara tempat produksi jeruk dengan tempat penjualan yang
jauh jaraknya. Model analisis integrasi pasar ini dilakukan untuk melihat apakah
kenaikan harga ditingkat konsumen kota Kendari akan mengakibatkan kenaikan
harga ditingkat produsen di Desa Atari Jaya Kecamatan Lalembuu Kabupaten
Konawe Selatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka berpikir
dibawah ini.
70 I II 20
(Gambar 1. Kerangka Berpikir)
Petani
Biaya Pemasaran
Margin Pemasaran
Harga Beli
Efisiensi Pemasaran
Pedagang
Pengumpul
Desa
Pedagang
Pengumpul
Des
Pedagang
Pengumpul
Desa
Pedagang
Pengumpul
Desa
Penada di
Surabaya
Penada di
Semarang
Keuntungan
Harga jual
Pengecer Kota
Kendari
Integrasi
Pasar
Pedagang
Pengumpul
Desa
Konsumen
Kota Kendari
Penelitian Terdahulu
Pandu Aditya Nugraha (2006), dengan judul Analisis EIisiensi Saluran
Pemasaran Jamur Tiram Segar Di Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini
bertujuan untuk (a) Menganalisis saluran dan Iungsi-Iungsi pemasaran jamur tiram
segar di wilayah Bogor, (b) Menganalisis keragaan struktur dan perilaku pasar
yang terjadi pada pemasaran jamur tiram segar di wilayah Bogor, dan (c)
Menganalisis tingkat eIisiensi margin pemasaran jamur tiram segar di Bogor .
Penelitian ini dilakukan sejak awal Agustus 2005 hingga pertengahan
September 2005 Lokasi penelitian yaitu wilayah kabupaten dan Kotamadya Bogor.
Sampel yang digunakan sebanyak tujuh produsen dan 32 pedagang. Penelitian
ini menggunakan metode analisis kualitatiI dan kuantitatiI. Analisis kualitatiI
ditujukan untuk menganalisis saluran pemasaran, struktur pasar, dan
perilaku pasar. Untuk analisis kuantitatiI digunakan pada aspek-aspek
eIisiensi pemasaran, yakni margin tataniaga, Iarmer`s share, serta rasio
keuntungan dan biaya. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa saluran pemasaran
jamur tiram segar di Bogor melibatkan enam lembaga, yakni : (a) produsen, (b)
pengumpul, (c) pedagang besar, (d) pedagang menengah, (e) pengecer, dan (e)
supplier. Saluran pemasaran yang terjadi adalah : (I) produsen, konsumen, (II)
produsen, pengumpul, dan konsumen, (III) produsen, pedagang besar,
konsumen, (IV) produsen, pengumpul, pedagang besar, pedagang menengah, dan
konsumen, (V) produsen, pengumpul, pedagang besar, pedagang menengah,
pengecer, konsumen, (VI) produsen, pengecer, dan konsumen, sementara dua
saluran lain yang tidak dapat diteliti secara lengkap adalah (VII) produsen,
METODE PENELTAN
A Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Atari Jaya Kecamatan Lalembuu
Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara dilaksanakan pada bulan
November 2011. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan melihat desa ini
memiliki potensi untuk mengembangkan jeruk siam mengingat daerah ini
merupakan salah satu desa penghasil jeruk siam di Konawe Selatan.
B Teknik Penarikan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani jeruk. Penentuan
sampel dilakukan dengan menggunakan metode simple random sampling.
Dimana Jumlah populasi petani jeruk sebanyak 64 orang. Penentuan sampel
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
N
n .. ................................................................................(5)
Nd
2
1
Dimana :
n Jumlah sampel
N Jumlah populasi
d Nilai presisi (0,1) Slovin dalam Sudrajat (2000).
Berdasarkan rumus Slovin, maka jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah sebanyak 39 petani. Sedangkan penentuan responden lembaga pemasaran
yang terlibat dilakukan dengan cara sensus yaitu mengambil secara kesuruhan
yakni 5 orang pedagang pengumpul desa.
Dimana :
M Margin pemasaran (Rp/Kg)
B Biaya Pemasaran
H Keuntungan yang diterima oleh pelaku pemasaran
Untuk mengetahui tingkat eIisiensi pemasaran jeruk digunakan rumus
(Nurland, 1986)
M
FS - ----------- X 00 ........................................................ (3)
He
Dimana :
FS Persentase bagian harga yang diterima petani dari harga yang
diterima oleh pedagang pengumpul desa (Rp/Kg)
Dengan kriteria :
Jika FS 50 maka jalur pemasaran jeruk belum eIisien
FS _ 50 maka jalur pemasaran jeruk sudah eIisien
Untuk mengetahui integrasi pasar secara vertikal model yang
digunakan adalah sebagai berikut :
PI
t
u
0
u
1
Pr
t
U
i
....................................................................... (4)
Dimana: PI
t
Harga pada tingkat produsen ke-i pada waktu ke-t (Rp/Kg)
Pr
t
Harga pada tingkat konsumen ke-j pada waktu ke-t (Rp/Kg)
u
0
Konstanta
u
1
Parameter/ koeIisien regresi
U
i
Error term
t Trend waktu
Jika koeIisien regresi 0,5 u
1
_ 1 artinya terjadi integrasi pasar yang kuat
antara pasar pada tingkat produsen dan pasar pada tingkat konsumen dan jika u
1
1 artinya terjadi integrasi pasar yang sempurna antara pasar pada tingkat produsen
dan pasar pada tingkat konsumen. Jika koeIisien regresi u
1
0,5 maka kedua
9. Volume penjualan adalah jumlah atau besarnya penjualan jeruk siam yang
dilakukan petani atau lembaga pemasaran (kg).
10. Harga jual adalah besarnya harga jual jeruk siam yang diberlakukan oleh
petani dan lembaga pemasaran lainnya (Rp/kg).
11. Harga beli adalah besarnya harga beli jeruk siam yang diberlakukan oleh
lembaga pemasaran (Rp/kg).
12. Margin pemasaran adalah selisih antara harga penjualan dengan harga
pembelian atau keseluruhan biaya dan keuntungan yang diperoleh pedagang
(Rp/kg).
13. Keuntungan lembaga pemasaran merupakan selisih antara nilai margin dari
tiap lembaga pemasaran dengan biaya yang telah dikeluarkan selama proses
pemindahan komoditas jeruk siam (Rp/kg).
14. EIisiensi pemasaran adalah biaya pemasaran dibagi dengan nilai produk
yang dipasarkan atas penjualan jeruk siam yang dilakukan oleh setiap pelaku
pemasaran.
15. Saluran pemasaran yang dimaksud adalah jalur-jalur pemasaran yang dilalui
responden dalam memperdagangkan hasil usahataninya (komoditas jeruk
siam).
16. Integrasi pasar adalah keterpaduan antara beberapa pasar untuk meliah
perubahan harga disuatu pasar secara parsial atau total ditransmisikan ke
harga yang terjadi di pasar lain.
17. Integrasi pasar secara vertikal yang dimaksud adalah perubahan harga di
tingkat konsumen (Pr) akan direIleksikan pada perubahan harga ditingkat
produsen (pI) dalam perdagangan jeruk siam.