Anda di halaman 1dari 1

Apakah statistik kriminal merupakan cerminan kejahatan atau hanya merupakan gambaran

tentang aktivitas penegak hukum?? oke, langsung saja ke TKP.


Tujuan dibuatnya statistik kriminal adalah untuk memberikan gambaran/data tentang
kriminalitas yang ada pada masyarakat, seperti jumlahnya, Irekuensi serta penyebaran pelaku
dan kejahatannya. Berdasarkan data tersebut kemudian oleh pemerintah (khususnya penegak
hukum) dipakai untuk menyusun kebijakan penanggulangan kejahatan, sebab dengan data
kejahatan tersebut pemerintah dapat mengukur naik turunnya kejahatan pada suatu periode
tertentu disuatu daerah. Disamping untuk tujuan praktis, khususunya bagi tujuan
pemerintahan, statistik kriminal juga dipakai oleh para ilmuwan, khususnya kriminologi,
untuk menjelaskan Ienomena kejahatan atau menyusun teori. Terhadap cara-cara penggunaan
statistik kriminal oleh pemerintah (polisi) dan kriminologi yang menganggap statistik
keiminal sebagai pencerminan kejahatan yang ada pada masyarakat, dalam arti diterima
sebagai sampel yang sah, mengandung beberapa kelemahan:
1. Statistik kriminal adalah hasil pencatatan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum
(khususnya polisi) berdasarkan laporan korban dan anggota masyarakat pada umumnya
(berdasarkan berbagai studi sekitar 80-90 pencatatan tersebut berasal dari laporan
masyarakat). Ini berarti bahwa hasil pencatatan terutama dipengaruhi oleh kemauan korban
untuk melaporkan. Dari berbagai penelilitian dapat ditunjukan bahwa kecenderungan korban
untuk melaporkan dipengaruhi oleh berbagai hal seperti jenis-jenis kejahatan, niali kerugian,
pandangannya terhadap kemampuan polisi, hubungannya dengan pelaku serta berbagai
kepentingan praktis lainnya.
2. Apa yang disebut sebagai kejahatan, dalam perwujudannya akan menampilkan dirinya
dalam berbagai bentuk perilaku dan seringkali tidak jelas, samar-samar sehingga memerlukan
penaIsiran. MenaIsirkan suatu kejadian atau Iakta tertentu sebagai kejahatan dipengaruhi oleh
pengetahuan dan persepsinya tentang apa yang disebut sebagai kejahatan.
Dari berbagai studi dapat ditunjukan bahwa persepsi korban (dan masyarakat) terhadap
kejahatan bersiIat berat sebelah (bias) yaitu terutama mengenai kajehatan warungan dan
sangat langka pada kejahatan white-collar. Akibatnya kejahatan yang dilaporkan juga bersiIat
sebelah yaitu terutama berupa kejahatan warungan dan sangat langka kejahatan white-collar.
3. Persepsi polisi juga bersiIat berat sebelah. Dari jenis-jenis kejahatan yang dijadikan indeks
kejahatan, berarti yang akan mendapat prioritas dalam penanggulangannya terutama juga
kejahatan warungan. Akhirnya kejahatan yang mendapat perhatian polisi yang pada akhirnya
masuk dalam statistik kriminal terutama berupa kejahatan warungan.
Dari beberapa kelemahan yang diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa statistik kriminal
bukan merupakan pencerminan dari kejahatan yang ada pada masyarakat akan tetapi hanya
merupakan gambaran tentang aktivitas penegak hukum. Jadi, sangat berbeda sekali dengan
tujuan dari statistik kriminal itu sendiri yang menganggap statistik kriminal sebagai
pencerminan kejahatan dari masyarakat, akan tetapi pada kenyataannya hanya sebuah
Iormalitas dari pemerintah (polisi).

Anda mungkin juga menyukai