Anda di halaman 1dari 5

1enis Bahasa Menurut Tinjauan Urutan Pemerolehan

Dari proses pemerolehannya, bahasa bisa dipilah menjadi bahasa ibu atau
bahasa pertama, bahasa kedua, dan bahasa asing. Penamaan bahasa ibu dan bahasa
pertama mengacu pada sistem linguistik yang sama. Yang disebut bahasa ibu adalah
adalah bahasa yang pertama kali dipelajari secara alamiah dari ibunya atau dari
keluarga yang memeliharanya. Biasanya bahasa ibu sama dengan bahasa daerah
orang tuanya. Akan tetapi pada masa sekarang, banyak orang tua yang berbicara
dengan anaknya menggunakan bahasa ndonesia tidak menggunakan bahsa daerah
asal kedua orang tuanya sehingga bahasa ndonesia itulah yang dikuasai anak , maka
bahasa ndonesia itu walaupun bukan bahasa daerah ibu atau bapaknya, adalah
bahasa ibu anak tersebut.
Bahasa ibu lazim disebut bahasa pertama, karena bahasa itulah yang pertama
dipelajari anak. Meskipun tidak selalu bahasa pertama yang dikuasai anak sama
dengan bahasa pertama yang dikuasai ibunya. Atau, si anak belajar bahasa pertama
tidak dari ibunya tetapi dari orang tua asuhnya.
Jika kemudian hari anak tersebut mempelajari bahasa lain, maka bahasa lain
tersebut disebut bahasa kedua. Tidak jarang seorang anak mempelajari bahasa lainnya
lagi sehingga ia bisa menguasai bahasa ketiga, maka bahasa tersebut disebut bahasa
ketiga. Begitu seterusnya.
Yang disebut bahasa asing akan selalu merupakan bahasa kedua bagi seorang
anak. stilah bahasa asing ini sebenarnya lebih bersifat politis mengingat namanya
diambil dari negara atau bangsa lain pemilik bahasa tersebut. Dari sisi urutan
pemerolehan, bahasa nggris bisa saja adalah bahasa kedua, bahasa ketiga, atau
bahasa ke sekian. Akan tetapi karena bahasa nggris berasal dari negara asing
menurut orang ndonesia, maka istilah bahasa asing lebih populer digunakan untuk
mengklasifikasikan bahasa nggris dibanding disebut bahasa kedua.


Ragam Bahasa

$elain pengklasifikasikan berdasarkan jenis bahasa di atas, pada kenyataannya
suatu bahasa dalam pemakaiannya bisa beragam. Meskipun dilihat dari sistem dan
kosakata ragam tersebut tidak bisa disebut sebagai bahasa yang berbeda, tetapi
perbedaan ragam itu cukup jelas terlihat. Kridalaksana (1989: 2-5) membagi ragam
suatu bahasa dilihat dari sisi pemakai, medium, dan pokok pembicaraannya.
Pembagian yang dilakukan Kridalaksana tersebut sejalan dengan pendapat Hartman
dan $tork (1972).
Ahli lain, seperti Preston dan $huy (1979) memilahnya menurut penutur,
interakasi, kode, dan realisasi. Haliday (1990) membedakan variasi bahasa
berdasarkan pemakaian yang disebut dialek dan pemakaian menurut bidangnya yaitu
register. Ahli lain, Mc David (1969) membagi variasi bahasa berdasarkan dimensi
regional, sosial, dan temporal.

Menurut Tinjauan Keformalan
Pembagian ragam bahasa yang cukup populer adalah ragam bahasa yang
dikemukakan oleh Martin Joos (1967). Joos membagi ragam bahasa dilihat dari sisi
keformalan. Dari tinjauan keformalan, suatu bahasa bisa dipilah menjadi ragam beku
(frozen), ragam resmi ( formal), ragam usaha (konsultatif), ragam santai (casual), dan
ragam akrab (intimate).
Contoh ragam beku adalah bahasa-bahasa yang digunakan dalam situasi formal
yang khidmat, seperti pada upacara-upacara resmi, upacara kenegaraan, khotbah di
mesjid, bahasa undang-undang dan sejenisnya.
Contoh ragam formal adalah variasi bahasa yang digunakan dalam pidato
kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan, buku-buku
pelajaran, dan sejenisnya.
Ragam usaha adalah variasi bahasa yang biasa digunakan dalam pembicaraan
sehari-hari di sekolah, rapat-rapat yang berorientasi pada hasil. Ragam ini ragam
bahasa yang oprasional.
Ragam santai atau ragam kasusal adalah variasi bahasa yang digunakan dalam
situasi tidak resmi. Contohnya adalah bahasa yang banyak digunakan antar teman
sejawat, sahabat, atau teman dalam situasi kekeluargaan. Bentuk bahasa ini umumnya
pendek-pendek, beberapa kata yang tidak begitu penting dalam menentukan makna
sering dilesapkan sehingga secara gramatikal, ragam bahasa ini tidak selengkap
struktur bahasa ragam formal atau ragam beku.
Ragam yang paling tidak formal adalah ragam akrab atau ragam intim.
Komunikasi antar suami-istri atau sahabat yang hubungannya sangat dekat seringkali
hanya menggunakan satu atau dua kata, bahkan hanya isyarat saja
Abdul Chaer dan Leonie Agustina (1995:94) memberikan contoh pembedaan
yang lebih konkret dalam pilihan struktur kalimat bahasa ndonesia sebagai berikut:
(a) $audara boleh mengambil buku-buku yang $audara sukai.
(b) Ambillah yang Kamu sukai !
(c) Kalau mau ambil saja !

Kalimat (a) lebih formal dibanding (b). dan kalimat (b) lebih formal dibanding (c).
Kalimat (a) termasuk ragam formal atau usaha. Kalimat (b) termasuk kategori ragam
santai, dan kalimat (c) termasuk ragam akrab.
Dalam bahasa nggris, Joss (Fishman: 1972:190) memberikan perbandingan
sebagai berikut:
Casual (ragam santai) Consultative (ragam Usaha) Formal (ragam resmi)

C'n help You? Can help You? Can/May help You?

c'n help You. c'n help You. can help You.


Menurut Tinjauan Pemakainya



Dari tinjauan pemakainya, ragam suatu bahasa biasa disebut dengan dialek dan
idiolek. stilah dialek melingkupi suatu kelompok penutur, sedangkan idiolek merujuk
pada ciri khas individu atau perseorangan. stilah dialek bisa digunakan untuk ragam
yang disebabkan karena wilayah (dialek regional), strata sosial (dialek sosial), dan
kurun waktu (dialek temporal).
Dialek regional adalah variasi penggunaan bahasa yang ditunjukkan oleh
kenyataan bahwa pemakaian suatu bahasa pada wilayah yang berbeda memiliki ciri
khas yang berbeda. Bahasa yang digunakan masyarakat yang tinggal di Bandung
dengan sebagian Cirebon adalah bahasa $unda. Akan tetapi, meskipun bahasanya
sama, tampak terasa perbedaannya, baik pada intonasi maupun kosakata tertentu.
Variasi tersebut disebut dialek. Demikian pula bahasa Melayu, ada dialek Betawi,
Ambon, maupun Medan.
Dari sisi tingkat sosial, suatu bahasa ternyata memiliki keunikan tersendiri jika
dilihat dari tingkat status sosial penuturnya. Bahasa yang digunakan oleh para
pedagang berbeda dengan bahasa para guru. Lain pula penggunaannya di kalangan
$upir.
Dari sisi waktu, kita bisa melihat perbedaan bahasa ndonesia yang digunakan
pada tahun 40-an dengan bahasa ndonesia yang kita gunakan sekarang. Dialek
Melayu pada jaman $riwijaya berbeda dengan Dialek Melayu jaman Abdulah bin Abdul
Kadir Munsyi.
stilah idiolek adalah istilah yang digunakan untuk menandai ragam suatu bahasa
yang menjadi ciri khas seseorang. $ebagai contoh, $oeharto (Presiden R kedua)
memiliki ciri khas dalam berbicara, demikian pula Habibie, Abdurahman Wahid, dan
Megawati. Tanpa melihat orangnya, dari pola intonasi dan pilihan katanya, kita bisa
menebak siapa orangnya. Tentu saja jika kita cukup mengenal orang tersebut dengan
baik.


Faktor-faktor Penentu TimbuInya Variasi Bahasa

Variasi bahasa muncul karena berbagai faktor. Hudson (80:116-119) -dengan
mengutip penelitian Peter Gardener (1966), James Fox (1974), Karl Reisman (1974),
dan Elinor Keenan (1977) - menyebutkan norma sosial yang berlaku dikalangan
masyarakat mempengaruhi bentuk komunikasi dan akhirnya berpengaruh pula
terhadap bentuk bahasa. Ada norma yang mengatur kuantitas ujaran yang dihasilkan
oleh individu-individu, ada norma yang mengatur giliran bicara, ada pula yang mengatur
isi pembicaraan. Peter Gardener dan Jemes Fox menunjukkan kenyataan bahwa dari
sisi kuantitas ujaran anggota suku Puliya di ndia $elatan sangat sedikit berbicara.
$edangkan masyarakat Pulau Roti sangat senang banyak bicara.
Dari sisi giliran bicara, selain norma bergiliran, Karl Reisman menunjukkan
bahwa masyarakat di Antigua membolehkan seorang individu berbicara tatkala orang
lain masih berbicara, bahkan dengan topik yang berbeda sekalipun. Elinor Keenan
menunjukkan norma yang mengatur isi pembicaraan di Mandagaskar, bahwa karena
pertimbangan keselamatan dan ingin menyimpan rahasia tertentu seseorang bisa
berbicara dengan bahasa yang tidak mengandung informasi.
Menurut Breen dan Cadlin, Morrow, dan Widodwwson (dalam Tarigan, 1989:16),
hakikat komunikasi berlangsung dan dipengaruhi oleh konteks wacana dan
sosiokultural pemakainya. Aspek konteks dan sosiokultural inilah yang memberikan
kendali pada pemakaian bahasa yang tepat serta menjadi petunjuk bagi interpretasi
ucapan dengan benar.

A. Tallei P. (1999), ketika menjelaskan kendala budaya dalam pengajaran


bahasa, menunjukkan bahwa tiap bangsa dengan latar belakang
sosio-kurtural yang berbeda mempunyai norma berbahasa yang
berbeda pula. Orang yang berbeda bahasa dan latar belakang, ketika
berkomunikasi satu sama lain, akan mengalami kendala komunikasi
yang terkait dengan budaya asal itu. Betapa kuatnya pengaruh budaya
dalam kegiatan berkomunikasi antar pemakai bahasa yang berbeda
dapat menimbulkan peristiwa yang lucu, menggelikan, bahkan
menimbulkan kesalahpahaman, goncangan psikis, dan stres.
Dari sisi kebutuhan penutur dalam kontak sosial $uwito (1989:8)
menjelaskan bahwa sebagai alat komunikasi, bahasa berwujud varian-
varian bahasa yang pemakaiannya diselaraskan dengan kebutuhan
penutur dalam kontak sosialnya. Kepada siapa ia berbabahasa,
bahasa apa yang digunakan, kapan dan dimana bahasa itu dipakai,
merupakan gambaran tentang pemakaian bahasa dalam kontak sosial
penutur yang masing-masing memerlukan pemilihan varian bahasa
tertentu dalam pengungkapannya. Karena pertimbangan-
pertimbangan di ataslah maka jenis suatu bahasa dan ragam suatu
bahasa tertentu menjadi bervariasi.

Rangkuman

Fungsi Bahasa bahasa yang utama adalah sebagai alat komunikasi. Jika fungsi itu
dikaitkan dengan budaya maka bahasa berfungsi sebagai sebagai sarana
perkembangan kebudayaan, jalur penerus kebudayaan, dan inventaris ciri-ciri
kebudayaan. Jika dikaitkan dengan kehidupan sosial, maka bahasa berfungsi sebagai
bahasa nasional, yaitu lambang kebanggaan kebangsaan, lambang identitas bangsa,
alat pemersatu, dan alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya. $ebagai bahasa
kelompok, bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dan interaksi sehari-hari dalam
kelompok itu. Dari sisi perorangan, bahasa memiliki fungsi instrumental, menyuruh
(regulatory), kepribadian, pemecahan masalah, dan khayal.

Dari sudut pandang pendidikan, bahasa memiliki fungsi integratif, fungsi instrumental,
fungsi kultural, dan fungsi penalaran.

stilah jenis bahasa merujuk pada pengklasifikasian bahasa-bahasa yang berbeda,


sedangkan istilah ragam digunakan untuk menggambarkan adanya variasi pada satu
bahasa yang sama.

Menurut Tinjauan $osiologis Jenis Bahasa bisa dikatagorikan bahasa standar , bahasa
klasik, bahasa artifisial, bahasa vernakular, dan bahasa kreol. Bahasa standar adalah
bahasa yang memiliki ciri standardisasi, otonomi, historisitas, dan vitalitas. Bahasa
berjenis klasik hanya memiliki kriteria standardisasi, otonomi, dan historisitas. Bahasa
artifisial adalah bahasa yang memiliki ciri standardisasi dan otonomi. Jenis bahasa
vernakular adalah jenis bahasa yang memiliki pemakai (vitalitas), otonomi, dan
historisitas, tetapi tidak memenuhi kriteria standardisasi. Jenis dialek adalah bahasa
yang memiliki ciri vitalitas dan hitorisitas tetapi tidak mempunyai otonomi dan
standardisasi. Bahasa jenis kreol adalah bahasa yang hanya memiliki ciri vitalitas saja.
Jenis bahasa jika dikaitkan dengan kepentingan sosial politik atau kebangsaan, bisa
dibedakan menjadi jenis bahasa nasional, bahasa resmi, bahasa negara, dan bahasa
persatuan.
Dilihat dari proses pemerolehannya, bahasa bisa dipilah menjadi bahasa ibu atau
bahasa pertama, bahasa kedua, dan bahasa asing.
Ragam bahassa menurut tinjauan keformalannya, suatu bahasa bisa dipilah menjadi
ragam beku (frozen), ragam resmi ( formal), ragam usaha (konsultatif), ragam santai
(casual), dan ragam akrab (intimate). Dari tinjauan pemakainya, ragam suatu bahasa
biasa disebut dengan dialek dan idiolek. stilah dialek bisa digunakan untuk ragam yang
disebabkan karena wilayah (dialek regional), strata sosial (dialek sosial), dan kurun
waktu (dialek temporal).
Ada beberapa faktor yang menimbulkan variasi dalam penggunaan bahasa. Faktor-
faktor tersebut adalah norma sosial, konteks wacana, sosiokultural pemakainya, dan
faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi seperti kepada siapa berbabahasa, kapan
dan dimana bahasa itu dipakai, dengan media dan saluran apa .


Tugas Mandiri

Jelaskan perbedaan fungsi bahasa dari sudut pandang berbagai sudut pandang
budaya dengan fungsi budaya untuk perorangan ? Apa kaitan fungsi bahasa
dalam budaya dengan fungsi bahasa untuk perorangan ?
2. Alasan apakah yang menjadi dasar penentuan bahasa nternasional yang
digunakan dalam organisasi PBB ? Apa fungsi bahasa dalam kegiatan
organisasi tersebut ?
Carilah contoh-contoh nyata penggunaan ragam bahasa yang berbeda dilihat
dari sisi keformalannya. $impulkan ciri-ciri pembeda antar ragam bahasa
tersebut !
4. Apa yang menyebabkan suatu sistem bahasa yang sama menjadi berbeda
dalam penggunaannya ?

Anda mungkin juga menyukai