Anda di halaman 1dari 15

Askep Artritis Reumatoid

( Asuhan Keperawatan Klien Artritis Reumatoid )


Nursing Care Plan on Clients Rheumatoid Arthritis
!engertian Artritis Reumatoid
Artritis Reumatoid (Rheumatoid arthritis) is a chronic inIlammatory disease with primary
maniIestation poliartritis progressive and involve all the organs, jadi merupakan suatu penyakit
inIlamasi kronik dengan maniIestasi utama poliartritis progresiI dan melibatkan seluruh organ
tubuh. (AriI Mansjour. 2001)
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inIlamasi
sistemik kronik yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikan oleh kerusakan dan
proliIerasi membran sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan
deIormitas. (Doenges, E Marilynn, 2000 : hal 859)
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inIlamasi sistemik kronik dengan maniIestasi utama
poliartritis progresiI dan melibatkan seluruh organ tubuh.(Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : hal
536)
Artritis Reumatoid adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inIlamasi pada
sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Penyakit reumatik adalah penyakit inIlamasi non- bakterial yang bersiIat sistemik, progesiI,
cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. ( Rasjad
Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya
dikarekteristikan dengan reaksi inIlamasi dalam membrane sinovial yang mengarah pada
destruksi kartilago sendi dan deIormitas lebih lanjut.(Susan Martin Tucker.1998)
!enyebab / Etiologi Artritis Reumatoid

Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara pasti. Biasanya merupakan
kombinasi dari Iaktor genetik, lingkungan, hormonal dan Iaktor sistem reproduksi. Namun Iaktor
pencetus terbesar adalah Iaktor inIeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke,
2001).
Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu:
1. InIeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2. Endokrin
3. Autoimmun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh Iaktor autoimun dan inIeksi. Autoimun
ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; Iaktor inIeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan
organisme mikroplasma atau grup diIterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari
tulang rawan sendi penderita.
Epidemiologi Artritis Reumatoid

Penyakit artritis rematoid merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan tersebar
diseluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok etnik. Artritis rheumatoid sering
dijumpai pada wanita, dengan perbandingan wanita denga pria sebesar 3: 1. kecenderungan
wanita untuk menderita artritis reumatoid dan sering dijumpai remisi pada wanita yang sedang
hamil, hal ini menimbulkan dugaan terdapatnya Iaktor keseimbangan hormonal sebagai salah
satu Iaktor yang berpengaruh pada penyakit ini.
Manifestasi Klinik Artritis Reumatoid

Ada beberapa gambaran / maniIestasi klinik yang ditemukan pada penderita reumatik.
Gambaran klinik ini tidak harus muncul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena
penyakit ini memiliki gambaran klinik yang sangat bervariasi.
a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang naIsu makan, berat badan menurun dan
demam.
b. Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada sendi periIer,
termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi antara jari-jari
tangan dan kaki. Hampir semua sendi diartrodial (sendi yang dapat digerakan dengan bebas)
dapat terserang.
c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersiIat umum tetapi terutama
menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis
(peradangan tulang dan sendi), yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan
selama kurang dari 1 jam.
d. Artritis erosiI merupakan merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan pengikisan ditepi tulang .
e. DeIormitas : kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran
ulnar atau deviasi jari, pergeseran sendi pada tulang telapak tangan dan jari, deIormitas
boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deIormitas tangan yang sering dijumpai pada
penderita. . Pada kaki terdapat tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi
metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan
kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi.
I. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang
dewasa penderita rematik. Lokasi yang paling sering dari deIormitas ini adalah bursa olekranon
(sendi siku) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian tonjolan) ini
dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan
petunjuk suatu penyakit yang aktiI dan lebih berat.
g. ManiIestasi ekstra-artikular (diluar sendi): reumatik juga dapat menyerang organ-organ lain
diluar sendi. Seperti mata: Kerato konjungtivitis, sistem cardiovaskuler dapat menyerupai
perikarditis konstriktiI yang berat, lesi inIlamatiI yang menyerupai nodul rheumatoid dapat
dijumpai pada myocardium dan katup jantung, lesi ini dapat menyebabkan disIungsi katup,
Ienomena embolissasi, gangguan konduksi dan kardiomiopati.
!atofisiologi Artritis Reumatoid
Membran syinovial pada pasien reumatoid artritis mengalami hiperplasia, peningkatan
vaskulariasi, dan ilIiltrasi sel-sel pencetus inIlamasi, terutama sel T CD4. Sel T CD4 ini
sangat berperan dalam respon immun. Pada penelitian terbaru di bidang genetik, reumatoid
artritis sangat berhubungan dengan major-histocompatibility-complex class II antigen HLA-
DRB1*0404 dan DRB1*0401. Fungsi utama dari molekul HLA class II adalah untuk
mempresentasikan antigenic peptide kepada CD4 sel T yang menujukkan bahwa reumatoid
artritis disebabkan oleh arthritogenic yang belim teridentiIikasi. Antigen ini bisa berupa antigen
eksogen, seperti protein virus atau protein antigen endogen. Baru-baru ini sejumlah antigen
endogen telah teridentiIikasi, seperti citrullinated protein dan human cartilage glycoprotein 39.

PatoIisiologi Artritis Reumatoid
Antigen mengaktivasi CD4 sel T yang menstimulasi monosit, makroIag dan syinovial Iibroblas
untuk memproduksi interleukin-1, interleukin-6 dan TNF-u untuk mensekresikan matrik
metaloproteinase melalui hubungan antar sel dengan bantuan CD69 dan CD11 melalui pelepasan
mediator-mediator pelarut seperti interIeron- dan interleukin-17. Interleukin-1, interlukin-6 dan
TNF-u merupakan kunci terjadinya inIlamasi pada rheumatoid arthritis.
ArktiIasi CD4 sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara langsung dan ikatan
dengan u
1

2
integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk memproduksi immunoglobulin meliputi
rheumatoid Iaktor. Sebenarnya Iungsi dari rhumetoid Iaktor ini dalam proses patogenesis
reumatoid artritis tidaklah diketahui secara pasti, tapi kemungkinan besar reumatoid Iaktor
mengaktiIlkan berbagai komplemen melalui pembentukan immun kompleks.aktiIasi CD4 sel T
juga mengekspresikan osteoclastogenesis yang secara keseluruhan ini menyebabkan gangguan
sendi. AktiIasi makroIag, limIosit dan Iibroblas juga menstimulasi angiogenesis sehingga terjadi
peningkatan vaskularisasi yang ditemukan pada synovial penderita reumatoid artritis.
Komplikasi Artritis Reumatoid
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang
merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inIlamasi nonsteroid (OAINS) atau obat
pengubah perjalanan penyakit ( disease modiIying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi
Iaktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komplikasi saraI yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan antara
akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.
Diagnostik Artritis Reumatoid

Kriteria diagnostik artritis reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang mengenai
sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau
lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada Ioto rontgen.
Kriteria artritis rematoid menurut American reumatism Association ( ARA ) adalah:
1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari ( Morning StiIIness ).
2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi.
3. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh eIusi cairan ) pada salah satu sendi
secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
5. Pembengkakan sendi yanmg bersiIat simetris.
6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
7. Gambaran Ioto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
8. Uji aglutinnasi Iaktor rheumatoid
9. Pengendapan cairan musin yang jelek
10. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
11. Gambaran histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan kriteria ini maka disebut :
O Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu
O DeIinitiI : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
O Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya
selama 4 minggu.
!enatalaksanaan / !erawatan Artritis Reumatoid

Oleh karena kausa pasti arthritis reumatoid tidak diketahui maka tidak ada pengobatan kausatiI
yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Hal ini harus benar-benar dijelaskan kepada penderita
sehingga tahu bahwa pengobatan yang diberikan bertujuan mengurangi keluhan/ gejala
memperlambat progresiIvtas penyakit.
Tujuan utama dari program penatalaksanaan/ perawatan adalah sebagai berikut :
O Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan
O Untuk mempertahankan Iungsi sendi dan kemampuan maksimal dari penderita
O Untuk mencegah dan atau memperbaiki deIormitas yang terjadi pada sendi
O Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain.
Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut di atas, yaitu :
a. Pendidikan
Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan pendidikan yang cukup
tentang penyakit kepada penderita, keluarganya dan siapa saja yang berhubungan dengan
penderita. Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian, patoIisiologi (perjalanan penyakit),
penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit ini, semua komponen program
penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-sumber bantuan untuk
mengatasi penyakit ini dan metode eIektiI tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim
kesehatan. Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus-menerus.
b. Istirahat
Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang hebat. Walaupun rasa
lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada masa dimana penderita merasa lebih baik
atau lebih berat. Penderita harus membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu
beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat.
c. Latihan Fisik dan Termoterapi
Latihan spesiIik dapat bermanIaat dalam mempertahankan Iungsi sendi. Latihan ini mencakup
gerakan aktiI dan pasiI pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali sehari. Obat untuk
menghilangkan nyeri perlu diberikan sebelum memulai latihan. Kompres hangat pada sendi yang
sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Mandi paraIin dengan suhu yang bisa diatur
serta mandi dengan suhu panas dan dingin dapat dilakukan di rumah. Latihan dan termoterapi ini
paling baik diatur oleh pekerja kesehatan yang sudah mendapatkan latihan khusus, seperti ahli
terapi Iisik atau terapi kerja. Latihan yang berlebihan dapat merusak struktur penunjang sendi
yang memang sudah lemah oleh adanya penyakit.
d. Diet/ Gizi
Penderita Reumatik tidak memerlukan diet khusus. Ada sejumlah cara pemberian diet dengan
variasi yang bermacam-macam, tetapi kesemuanya belum terbukti kebenarannya. Prinsip umum
untuk memperoleh diet seimbang adalah penting.
e. Obat-obatan
Pemberian obat adalah bagian yang penting dari seluruh program penatalaksanaan penyakit
reumatik. Obat-obatan yang dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan peradangan dan untuk
mencoba mengubah perjalanan penyakit.
Konsep Keperawatan Artritis Reumatoid

Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya
( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan
keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan
pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi Iungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise
Keterbatasan rentang gerak; atroIi otot, kulit, kontraktur/ kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( pucat intermitten, sianosis, kemudian kemerahan
pada jari sebelum warna kembali normal).
3. Integritas ego
Gejala : Faktor-Iaktor stres akut/ kronis: mis; Iinansial, pekerjaan, ketidakmampuan, Iaktor-
Iaktor hubungan.
Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan )
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada orang
lain).
4. Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat: mual,
anoreksia
Kesulitan untuk mengunyah ( keterlibatan TMJ )
Tanda : Penurunan berat badan
Kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi. Ketergantungan
6. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Gejala : Pembengkakan sendi simetris.
7. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada
sendi ).
8. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus.
Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.
Demam ringan menetap
Kekeringan pada meta dan membran mukosa.
9. Interaksi sosial
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.
10. Penyuluhan/ pembelajaran
Gajala : Riwayat AR pada keluarga ( pada awitan remaja )
Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan arthritis tanpa pengujian.
Riwayat perikarditis, lesi katup, Iibrosis pulmonal, pleuritis.
Pertimbangan : DRG Menunjukkan rerata lama dirawat : 4,8 hari.
Rencana Pemulanagan: Mungkin membutuhkan bantuan pada transportasi, aktivitas perawatan
diri, dan tugas/ pemeliharaan rumah tangga.
!emeriksaan Diagnostik Artritis Reumatoid

Faktor Reumatoid : positiI pada 80-95 kasus.
Fiksasi lateks: PositiI pada 75 dari kasus-kasus khas.
Reaksi-reaksi aglutinasi : PositiI pada lebih dari 50 kasus-kasus khas.
LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu gejala-
gejala meningkat
Protein C-reaktiI: positiI selama masa eksaserbasi.
SDP: Meningkat pada waktu timbul proses inIlamasi.
JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.
Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai penyebab AR.
Sinar x dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi, dan
osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi Iormasi kista
tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara
bersamaan.
Scan radionuklida : identiIikasi peradangan sinovium
Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang
pada sendi
Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal: buram,
berkabut, munculnya warna kuning ( respon inIlamasi, produk-produk pembuangan degeneratiI
); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inIlamasi dan perkembangan panas.
!rioritas Keperawatan
1. Menghilangkan nyeri
2. Meningkatkan mobilitas.
3. Meningkatkan monsep diri yang positiI
4. mendukung kemandirian
5. Memberikan inIormasi mengenai proses penyakit/ prognosis dan keperluan pengobatan.

Tujuan !emulangan
1. Nyeri hilang/ terkontrol
2. Pasien menghadapi saat ini dengan realistis
3. Pasien dapat menangani AKS sendiri/ dengan bantuan sesuai kebutuhan.
4. Proses/ prognosis penyakit dan aturan terapeutik dipahami.
!ohon Masalah

Diagnosa Keperawatan Artritis Reumatoid

1. Nyeri Akut/ Kronis
Dapat dihubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses
inIlamasi, destruksi sendi.
Dapat dibuktikan oleh : Keluhan nyeri,ketidaknyamanan, kelelahan.
BerIokus pada diri sendiri/ penyempitan Iokus
Perilaku distraksi/ respons autonomic
Perilaku yang bersiIart ahti-hati/ melindungi
Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:
Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
Mengikuti program Iarmakologis yang diresepkan
Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.

Intervensi dan Rasional:
a. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat Iaktor-Iaktor yang
mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal (R/ Membantu dalam menentukan kebutuhan
manajemen nyeri dan keeIektiIan program)
b. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan
(R/Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran
tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur
menurunkan tekanan pada sendi yang terinIlamasi/nyeri)
c. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace. (R/
Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace
dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi)
d. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi
yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak. (R/ Mencegah terjadinya
kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada
sendi)
e. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau
pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa
kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya. (R/ Panas meningkatkan
relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari.
Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan)
I. Berikan masase yang lembut (R/meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri)
g. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresiI,sentuhan terapeutik,
bioIeed back, visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas. (R/
Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan kemampuan
koping)Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu. (R/ MemIokuskan
kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan
sehat)
h. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai petunjuk. (R/ Meningkatkan
realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi)
i. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat) (R/ sebagai anti inIlamasi
dan eIek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.)
j. Berikan es kompres dingin jika dibutuhkan (R/ Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan
bengkak selama periode akut)
. Mobilitas Fisik,M Kerusakan
Dapat dihubungkan dengan : DeIormitas skeletal
Nyeri, ketidaknyamanan
Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
Dapat dibuktikan oleh : Keengganan untuk mencoba bergerak/ ketidakmampuan untuk dengan
sendiri bergerak dalam lingkungan Iisik.
Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot/ kontrol dan
massa ( tahap lanjut ).
Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-!asien akan :
Mempertahankan Iungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.
Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan Iungsi dari dan/ atau konpensasi bagian
tubuh.
Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
Intervensi dan Rasional:
a. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inIlamasi/ rasa sakit pada sendi (R/ Tingkat aktivitas/
latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses inIlamasi)
b. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan
periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganmggu.(R/ Istirahat
sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh Iase penyakit yang penting untuk
mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan)
c. Bantu dengan rentang gerak aktiI/pasiI, demikiqan juga latihan resistiI dan isometris jika
memungkinkan (R/ Mempertahankan/ meningkatkan Iungsi sendi, kekuatan otot dan stamina
umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang
berlebihan dapat merusak sendi)
d. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/ bantu tehnik
pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze (R/ Menghilangkan tekanan pada
jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Memepermudah perawatan diri dan kemandirian pasien.
Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit)
e. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace (R/ Meningkatkan
stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan
kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor)
I. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher. (R/ Mencegah Ileksi leher)
g. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan (R/
Memaksimalkan Iungsi sendi dan mempertahankan mobilitas)
h. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan pegangan tangga
pada toilet, penggunaan kursi roda. (R/ Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh)
i. Kolaborasi: konsul dengan Iisoterapi. (R/ Berguna dalam memIormulasikan program latihan/
aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentiIikasikan alat)
j. Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan. (R/ Menurunkan tekanan pada jaringan
yang mudah pecah untuk mengurangi risiko imobilitas)
k. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid). (R/ Mungkin dibutuhkan untuk
menekan sistem inIlamasi akut)
. Gangguan Citra Tubuh/ !erubahan !enampilan !eran
Dapat dihubungkan dengan : Perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum,
peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Dapat dibuktikan oleh : Perubahan Iungsi dari bagian-bagian yang sakit.
Bicara negatiI tentang diri sendiri, Iokus pada kekuatan masa lalu, dan penampilan.
Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan Iisik untuk melanjutkan peran, kehilangan pekerjaan,
ketergantungan p|ada orang terdekat.
Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.
Perasaan tidak berdaya, putus asa.
Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-!asien akan :
Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit,
perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.
Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
Intervensi dan Rasional:
a. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.
(R/Berikan kesempatan untuk mengidentiIikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya
secara langsung)
b. Diskeusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan
bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memIungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk
aspek-aspek seksual. (R/MengidentiIikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan
interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih
lanjut)
c. Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan. (R/
Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana
pasien memandang dirinya sendiri)
d. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan. (R/ Nyeri konstan akan
melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan umum terjadi)
e. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan
perubahan. (R/ Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive,
membutuhkan intervensi lebih lanjut)
I. Susun batasan pada perilaku mal adaptiI. Bantu pasien untuk mengidentiIikasi perilaku positiI
yang dapat membantu koping. (R/ Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang
dapat meningkatkan perasaan harga diri)
g. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.
(Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong berpartisipasi
dalam terapi)
h. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.(R/ Mempertahankan penampilan yang
dapat meningkatkan citra diri)
i. Berikan bantuan positiI bila perlu. (R/ Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap
dirinya sendiri. Menguatkan perilaku positiI. Meningkatkan rasa percaya diri)
j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri, psikolog. (R/
Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses
jangka panjang/ ketidakmampuan)
k. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-obatan peningkat
alam perasaan. (R/ Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya depresi hebat sampai pasien
mengembangkan kemapuan koping yang lebih eIektiI)
. Kurang !erawatan Diri
Dapat dihubungkan dengan : Kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri
pada waktu bergerak, depresi.
Dapat dibuktikan oleh : Ketidakmampuan untuk mengatur kegiatan sehari-hari.

Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-!asien akan :
Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan
individual.
Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
MengidentiIikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan
diri.

Intervensi dan Rasional:
a. Diskusikan tingkat Iungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan
potensial perubahan yang sekarang diantisipasi. (R/ Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum
dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini).
b. Pertakhankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan. (R/ Mendukung
kemandirian Iisik/emosional)
c. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. IdentiIikasi /rencana untuk
modiIikasi lingkungan. (R/ Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan
meningkatkan harga diri)
d. Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi. (R/ Berguna untuk menentukan alat bantu
untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu
memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran)
e. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi
setelahnya. (R/ MengidentiIikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat
kemampuan aktual)
I. Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan rumah, ahli
nutrisi. (R/ Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di
rumah)
. !enatalaksanaan !emeliharaan Rumah, Keruasakan, Resiko Tinggi Terhadap
Faktor risiko meliputi : Proses penyakit degeneratiI jangka panjang, sistem pendukung tidak
adekuat.
Dapat dibuktikan oleh : (Tidak dapat diterapkan; adanya tanda dan gejala membuat diagnosa
menjadi aktual)
Hasil yang dihapkan/ kriteria Evaluasi-!asien akan :
Mempertahankan keamanan, lingkungan yang meningkatkan pertumbuhan.
Mendemonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang eIektiI dan tepat.
Intervensi dan Rasional:
a. Kaji tingkat Iungsi Iisik (R/ MengidentiIikasi bantuan/ dukungan yang diperlukan)
b. Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri sendiri. (R/
Menentukan kemungkinan susunan yang ada/ perubahan susunan rumah untuk memenuhi
kebutuhan individu)
c. Tentukan sumber-sumber Iinansial untuk memenuhi kebutuhan situasi individual. IdentiIikasi
sistem pendukung yang tersedia untuk pasien, mis: membagi tugas-tugas rumah tangga antara
anggota keluarga. (R/ Menjamin bahwa kebutuhan akan dipenuhi secara terus-menerus)
d. IdentiIikasi untuk peralatan yang diperlukan, mis: liIt, peninggian dudukan toilet. (R/
Memberikan kesempatan untuk mendapatkan peralatan sebelum pulang)
e. Kolaborasi: Koordinasikan evaluasi di rumah dengan ahli terapi okupasi. (R/ BermanIaat
untuk mengidentiIikasi peralatan, cara-cara untuk mengubah tugas-tugas untuk mengubah tugas-
tugas untuk mempertahankan kemandirian)
I. Kolaborasi: IdentiIikasi sumber-sumber komunitas, mis: pelayanan pembantu rumah tangga
bila ada. (R/ Memberikan kemudahan berpindah pada/mendukung kontinuitas dalam situasi
rumah).
6. Kurang !engetahuan ( Kebutuhan Belajar ), Mengenai !enyakit, !rognosis, Dan
Kebutuhan !engobatan.
Dapat dihubungkan dengan : Kurangnya pemajanan/ mengingat.
Kesalahan interpretasi inIormasi.
Dapat dibuktikan oleh : Pertanyaan/ permintaan inIormasi, pernyataan kesalahan konsep.
Tidak tepat mengikuti instruksi/ terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-!asien akan :
Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modiIikasi gaya hidup yang konsisten
dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.

Intervensi dan Rasional:
a. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan. (R/ Memberikan pengetahuan
dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan inIormasi)
b. Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet,obat-obatan, dan
program diet seimbang, l;atihan dan istirahat.(R/ Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan
inIlamasi sendiri/ jaringan lain untuk mempertahankan Iungsi sendi dan mencegah deIormitas)
c. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis,istirahat, perawatan
pribadi, pemberian obat-obatan, terapi Iisik, dan manajemen stres. (R/ Memberikan struktur dan
mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakit kronis kompleks)
d. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen Iarmakoterapeutik. (R/ Keuntungan dari terapi
obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis)
e. Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida pada waktu tidur. (R/
Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri pada HS akan meningkatkan tidur dan m,engurangi
kekakuan di pagi hari)
I. IdentiIikasi eIek samping obat-obatan yang merugikan, mis: tinitus, perdarahan
gastrointestinal, dan ruam purpuruik. (R/ Memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin
dapat mengakibatkan takar lajak. Tinitus umumnya mengindikasikan kadar terapeutik darah
yang tinggi)
g. Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi penggunaan obat-obat yang
dijual bebas tanpa persetujuan dokter. (R/ Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi
yang dapat meningkatkan risiko takar layak obat/ eIek samping yang berbahaya)
h. Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak mengandung vitamin,
protein dan zat besi. (R/ Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan jaringan)
i. Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan inIormasi penurunan berat
badan sesuai kebutuhan. (R/ Pengurangan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi,
terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki)
j. Berikan inIormasi mengenai alat bantu (R/ Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan
memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan)
k. Diskusikan tekinik menghemat energi, mis: duduk daripada berdiri untuk mempersiapkan
makanan dan mandi (R/ Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan
kemandirian)
l. Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada sat istirahat maupun pada waktu
melakukan aktivitas, misalnya menjaga agar sendi tetap meregang , tidak Ileksi, menggunakan
bebat untuk periode yang ditentukan, menempatkan tangan dekat pada pusat tubuh selama
menggunakan, dan bergeser daripada mengangkat benda jika memungkinkan. ( R: mekanika
tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk mengurangi tekanan sendi
dan nyeri ).
m. Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainnya dibawah bebat, gips,
alat penyokong. Tunjukkan pemberian bantalan yang tepat. ( R: mengurangi resiko iritasi/
kerusakan kulit )
n. Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan/ pemeriksaan laboratorium, mis: LED, Kadar
salisilat, PT. ( R; Terapi obat obatan membutuhkan pengkajian/ perbaikan yang terus menerus
untuk menjamin eIek optimal dan mencegah takar lajak, eIek samping yang berbahaya.
o. Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan ( R: InIormasi mengenai posisi-posisi yang
berbeda dan tehnik atau pilihan lain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat meningkatkan
hubungan pribadi dan perasaan harga diri/ percaya diri.).
p. IdentiIikasi sumber-sumber komunitas, mis: yayasan arthritis ( bila ada). (R: bantuan/
dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan pemulihan maksimal).
Bibliography
Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Afar Keperawatan Medikal Bedah. .Jakarta: EGC.
Marilynn E. Doenges dkk. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC, 1999.
Mansjoer, AriI. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilik 2. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.
Carpenito, Lynda Juall. Diagnosa Keperawatan. Jakarata : EGC, 1999.

Anda mungkin juga menyukai