Anda di halaman 1dari 28

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengawasan adalah tindakan atau proses kegiatan untuk mengetahui
hasil pelaksanaan, kesalahan, kegagalan untuk kemudian dilakukan perbaikan
dan mencegah terulangnya kembali kesalahan-kesalahan itu, begitu pula
mejaga agar pelaksanaan tidak berbeda dengan rencana yang ditetapkan.
Namun sebaliknya, sebaik apapun rencana yang ditetapkan, juga tetap
memerlukan pengawasan. Oleh sebab itu antara perencanaan dan pengawasan
mempunyai hubungan yang erat. Disebutkan oleh H. Koontz dan C.o`Donnell
bahwa antara perencanaan dan pengawasan ini ibaratnya seperti kedua sisi
dari mata uang yang sama (plainning and controlling are the two sides oI the
same coin).
Apabila pengawasan ini tidak dilakukan, kemungkinan kesalahan-
kesalahan akan terus berlangsung dan semakin membengkak. Sehingga tiba-
tiba kesalahan tersebut sudah sangat berat dan sulit diatasi. Dengan demikian
bukan hanya tujuan yang tidak tercapai, namun kemungkinan dapat
menimbulkan kerugian yang cukup besar. Oleh karena itu dikatakan bahwa
pengawasan adalah keseluruhan dari kegiatan-kegiatan untuk menjamin atau
mengusahakan agar semua pelaksanaan dapat berlangsung serta berhasil
sesuai dengan apa yang direncanakan, diputuskan dan dikomandokan.
Sehingga dalam bentuk organisasi / perusahaan apapun, pengawasan
ini selalu dibutuhkan, karena pengawasan itu sendiri mempunyai sasaran
untuk melakukan pencegahan dan atau perbaikan ketidaksesuaian atau
perbedaan-perbedaan, kesalahan-kesalahan dan berbagai kelemahan dari
suatu pelaksanaan tugas dan wewenang. Sedang tujuan dari pengwasan
adalah untuk membuat segenap kegiatan manajemen menjadi dinamis serta
berhasil secara eIektiI dan eIesien.
. Devinisi pengawasan:
Menurut Robert J. Mockler pengawasan yaitu usaha sistematik
menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang
sistem inIormasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan
standar, menentukan dan mengukur deviasi-deviasai dan mengambil tindakan
koreksi yang menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah
dipergunakan dengan eIektiI dan eIisien.
Pengendalian / Pengawasan adalah proses mengarahkan seperangkat
variable / unsure ( manusia, peralatan, mesin, organisasi) kearah tercapainya
suatu tujuan atau sasaran manajemen.

Pengendalian dan pengawasan diperlukan untuk mengetahui apakah
pelaksanaan suatu kegiatan dalam organisasi sesuai dengan rencana dan
tujuan yang telah digariskan atau ditetapkan.
Pengawasan (controlling) merupakan Iungsi manajemen yang tidak
kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua Iungsi terdahulu, tidak akan
eIektiI tanpa disertai Iungsi pengawasan. Dalam hal ini, Louis E. oone dan
David L. Kurtz (1984) memberikan rumusan tentang pengawasan sebagai '
the process by which manager determine wether actual operation are
consistent with plans.
Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang
berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan
rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi
penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan
yang diperlukan untuk mengatasinya. Selanjutnya dikemukakan pula oleh T.
Hani Handoko bahwa proses pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu :
(a) penetapan standar pelaksanaan
(b) penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan;
(c) pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata;
(d) pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan
penyimpangan-penyimpangan
(e) pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan.
C. :ngsi Pengawasan:
Yaitu suatu proses untuk menetapkan pekerjaan yang sudah
dilakukan, menilai dan mengoreksi agar pelaksanaan pekerjaan itu sesuai
dengan rencana semula.
Fungsi-Iungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling
kait mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang
disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen
sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai Iungsi manajemen.
Melihat sasaran dan tujuan pengawasan diatas, maka pengawasan ini
mempunyai berbagai Iungsi pokok, diantaranya sebagai berikut :
1. Mencegah terjadinya berbagai penyimpangan atau kesalahan-kesalahan;
artinya bahwa pengawasan yang baik adalah suatu pengawasan yang dapat
mencegah kemungkinan terjadinya berbagai bentuk penyimpangan,
kesalahan ataupun penyelewengan. Guna mencegah hal tersebut diatas,
perlu dilakukan pengawasan secara rutin dengan disertai pula adanya
ketegasan-ketegasan dalam pengawasan, yakni pemberian sanksi yang
semestinya terhadap penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanan tugas.
Dengan cara ini diharapkan para karyawan akan selalu bertanggung jawab
terhadap tugas yang dilaksanakannya.
2. Untuk memperbaiki berbagai penyimpangan atau kesalahan yang terjadi;
artinya bahwa dengan adanya pengawasan haruslah dapat diusahakan
cara-cara tindakan perbaikan terhadap penyimpangan atau kesalahan yang
terjadi, agar tidak berlarut-larut, yang dapat mengakibatkan kerugian
organisasi/perusahaan.
. Untuk mendinamisir organisasi/perusahaan serta segenap kegiatan
manajemen lainnya; yakni dengan adanya pengawasan diharapkan sedini
mungkin dapat dicegah terjadinya penyimpangan sehingga setiap bagian
yang ada dalam organisasi/perusahaan selalu dalam keadaan yang siap`
dan selalu berusaha jangan sampai terjadi kesalahan pada bagiannya atau
dengan kata lain bahwa setiap bagian yang ada selalu dalam kondisi yang
dinamis namun juga terarah dengan sistem manajemen yang mantap pula,
sehingga tujuan organisasi/perusahaan dapat tercapai.
4. Untuk mempertebal rasa tanggung jawab; dengan memperhatika butir 1
sampai dengan butir diatas, adanya pengawasan yang rutin
mengakibatkan setiap bagian berikut karyawannya akan selalu
bertanggung jawab terhadap semua tugas yang dilakukan. Sehingga tidak
akan muncul tindakan saling menyalahkan dalam pelaksnaan tugas.
Untuk meningkatkan rasa tanggung jawab, dapat pula ditempuh suatu cara,
yakni apabila memang tidak dapat dihindarkan adanya penyimpangan,
maka kepada setiap pihak diwajibkan untuk membuat suatu laporan secara
tertulis mengenai penyimpangan tersebut. Agar sistem laporan ini
berhasil, dituntut syarat-syarat tertentu, misal kedisiplinan dalam laporan,
kemampuan menilai kebenaran laporan dan nilai sebagainya.

D. Prinsip-Prinsip Dasar Pengawasan
Dengan melihat pengertian dan Iungsi-Iungsi pengawasan yangada serta
agar pengawasan itu dapat berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan,
perlu adanya prinsip-prinsip dasar dalam pengawasan, dianataranya
sebagai berikut :
1. Adanya rencana tertentu dalam pengawasan, sebab dengan adanya rencana
yang matang akan merupakan standar/alat pengukur terhadap berhasil
tidaknya pengawasan.
2. Adanya pemberian instruksi atau perintah serta wewenang kepada
bawahan.
. Dapat mereIlesikan berbagai siIat dan kebutuhan dari berbagai kegiatan
yang diawasi, sebab masing-masing kegiatan seperti produksi, pemasaran,
keuangan dan sebagainya, memerlukan sistem pengawasan tertentu susuai
bidangnya.
4. Dapat segera dilaporkan adanya berbagai bentuk penyimpangan.
5. Pengawasan harus bersiIat Ileksibel, dinamis dan ekonomis.
6. Dapat mereIleksikan pola organisasi, misal setiap kegiatan karyawan harus
tergambar dalam struktur organisasi atau terhadap setiap bagian yanga ada
harus ada standar daripada biaya dalam jumlah tertentu apabila terjadi
penyimpangan, sehingga apabila penyimpangannya melebihi standar,
disebut tidak wajar lagi.
7. Dapat menjamin diberlakukannya tindakan korektiI, yakni segera
mengatahui apa yang salah, di mana terjadinya kesalahan tersebut serta
siapa yang bertanggung jawab.
Tentu saja bagi setiap organisasi/perusahaan, prinsip-prinsip dasar
pengawasan tersebut dapat dikembangkan sesai dengan maksud dan tujuan
organisasi/perusahaan yang bersangkutan.

E. Macam-macam Pengawasan
Pengawasan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, tergantung dari sudut
pandang mana pengawasan tersebut ditinjau.
1. Dari sudut subyek yang mengawasi, dibedakan menjadi :
a. Pengawasan Internal dan pengawasan eksternal
b. Pengawasan langsung dana pengawasan tidak langsung
c. Pengawasan Iormal dan inIormal
d. Pengawasan manajerial dan pengawasan staI
2. Dari sudut obyek yang diawasi, dibedakan :
a. Material dan produk jad/setengah jadi, yang sasaranya meliputi:
1) Kualitas dari material, produk jadi/setengah jadi, dengan
menggunakan suatu standar kualitas (quality standard).
2) Kuantitas dari material, produk jadi/setengah jadi, dengan
menggunakan suatu standar kuantitas (quntity standard).
) Penyimpangan barang di gudang, misal dengan adanya
persediaan besi gugang.
b. Keuangan dan biaya, yang sasarannya meliputi :
1) Anggaran dan pelaksanaanya
2) iaya-biaya yang dikeluarkan
) Pendapatan atau penerimaan dalam bentuk uang ((tunai/
pihutang atau kredit)
c. Waktu (time), yang sasarannya meliputi :
1) Penggunaan waktu atau time use
2) Pemberian waktu atau timing
) Kecepatan atau speed
d. Personalia, yang sasarannya meliputi :
1) Kejujuran, dengan memberikan kesempatan untuk
melaksanakan wewenang melebihi atau yang lebih penting,
yang memungkinkan terjadinya penyelewengan, tetapi tetap
diawasi.
2) Kesetiaan, yakni loyalitas terhadap organisasi/ perusahaan,
pimpinan serta tugasa yang dilaksanakan.
) Kerajinan, dengan menggunakan daItar absensi dan atau
presensi serta hasil kerja.
4) Tingkah laku, menjamin adanya kerja kelompok (team work)
dan mencegah terjadinya perselisihan para karyawan.
5) Kesetiakawanan (solidaritas), yakni dengan menilai ucapan-
ucapan atau tindakan karyawan sehari-hari
a. Pengawasan preventiI, dilakukan pada waktu sebelum terjadinya
penyimpangan atau kesalahan.
b. Pengawasan represiI, dilakukan pada waktu sudah terjadi
penyimpangan atau kesalahan

5. Sistem pengawasan
a. InspektiI; yakni melakukan pemeriksaan setempat (on the spot), guna
mengetahui sendiri keadaan yang sebenarnya.
b. KomparatiI; yakni membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan
rencana yang ada.
c. VeriIikasi; yakni pemeriksaan yang dilakukan oleh staI, terutama
dalam bidang keuangan dan atau material.
d. Investigasi; yakni melakukan penyelidikan untuk mengetahui atau
membongkar terjadinya penyelewengan-penyelewengan yang
tersembunyi.

. TAHAPAN-TAHAPAN PROSES PENGAWASAN

1. Tahap Penetapan Standar
Tujuannya adalah sebagai sasaran, kuota, dan target pelaksanaan kegiatan
yang digunakan sebagai patokan dalam pengambilan keputusan. entuk
standar yang umum yaitu :
a. standar phisik
b. standar moneter
c. standar waktu
2. Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan digunakan sebagai
dasar atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara tepat.
. Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
dan kontinue, yang berupa atas, pengamatan l laporan, metode, pengujian,
dan sampel.
4. Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa
Penyimpangan
digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan dan
menganalisanya mengapa bisa terjadi demikian, juga digunakan sebagai
alat pengambilan keputusan bagai manajer.
5. Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi bila diketahui dalam
pelaksanaannya terjadi penyimpangan, dimana perlu ada perbaikan dalam
pelaksanaan.


G. BENTUK-BENTUK PENGAWASAN

. Pengawasan Pendahulu (IeeIorward control, steering controls)
Dirancang untuk mengantisipasi penyimpangan standar dan
memungkinkan koreksi dibuat sebelum kegiatan terselesaikan.
Pengawasan ini akan eIektiI bila manajer dapat menemukan inIormasi
yang akurat dan tepat waktu tentang perubahan yang terjadi atau
perkembangan tujuan.
2. Pengawasan Concurrent (concurrent control)
Yaitu pengawasan 'Ya-Tidak, dimana suatu aspek dari prosedur harus
memenuhi syarat yang ditentukan sebelum kegiatan dilakukan guna
menjamin ketepatan pelaksanaan kegiatan.
3. Pengawasan Umpan alik (Ieedback control, past-action controls)
Yaitu mengukur hasil suatu kegiatan yang telah dilaksanakan, guna
mengukur penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak sesuai dengan
standar.

METODE-METODE PENGAWASAN
Metode-metode pengawasan bisa dikelompokkan ke dalam dua bagian;
pengawasan non-kuantitatiI dan pengawasan kuantitatiI.
a. Pengawasan Non-k:antitatif
Pengawasan non-kuantitatiI tidak melibatkan angka-angka dan dapat digunakan
untuk mengawasi prestasi organisasi secara keseluruhan. Teknik-teknik yang
sering digunakan adalah:
1. Pengamatan (pengendalian dengan observasi).
Pengamatan ditujukan untuk mengendalikan kegiatan atau produk yang dapat
diobservasi.
2. Inspeksi teratur dan langsung.
Inspeksi teratur dilakukan secara periodik dengan mengamati kegiatan atau
produk yang dapat diobservasi.
. Laporan lisan dan tertulis.
Laporan lisan dan tertulis dapat menyajikan inIormasi yang dibutuhkan dengan
cepat disertai dengan Ieed-back dari bawahan dengan relatiI lebih cepat.
4. Evaluasi pelaksanaan.
5. Diskusi antara manajer dengan bawahan tentang pelaksanaan suatu kegiatan.
Cara ini dapat menjadi alat pengendalian karena masalah yang mungkin ada
dapat didiagnosis dan dipecahkan bersama.
6. Management by Exception (ME). Dilakukan dengan memperhatikan
perbedaan yang signiIikan antara rencana dan realisasi. Teknik tersebut
didasarkan pada prinsip pengecualian. Prinsip tersebut mengatakan bahwa
bawahan mengerjakan semua kegiatan rutin, sementara manajer hanya
mengerjakan kegiatan tidak rutin.

b. Pengawasan K:antitatif
Pengawasan kuantitatiI melibatkan angka-angka untuk menilai suatu prestasi.
eberapa teknik yang dapat dipakai dalam pengawasan kuantitatiI adalah:
1) Anggaran
- anggaran operasi, anggaran pembelanjaan modal, anggaran penjualan,
anggaran kas
- anggaran khusus, seperti planning programming, bud getting system (PS),
zero - base budgeting ( Z ), dan human resource accounting ( HRA )
2) Audit
- Internal Audit tujuan membantu semua anggota manajemen dalam
melaksanakan tanggung jawab mereka dengan cara mengajukan analisis,
penilaian, rekomendasi dan komentar mengenai kegiatan mereka.
- Ekternal Audit tujuan menetukan apakah laporan keuangan tersebut
menyajikan secara wajar keadaan keuangan dan hasil perusahaan,
pemeriksaan dilakasanakan oleh pihak yang bebas dari pengaruh manajemen.
) Analisis break-even
Menganalisa dan menggambarkan hubungan biaya dan penghasilan untuk
menentukan pada volume berapa agar biaya total sehingga tidak mengalami
laba atau rugi.
4) Analisis rasio menyangkut dua jenis perbandingan
1. Membandingkan rasia saat ini dengan rasia-rasia dimasa lalu
2. Membandingkan rasia-rasia suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang
sejenis
5) agian dari Teknik yang berhubungan dengan waktu pelaksanaan kegiatan,
seperti :
1. agan Ganti agan yang mempunyai keluaran disatu sumbu dan satuan
waktu disumbu yang lain serta menunjukan kegiatan yang direncanakan
dan kegiatan yang telah diselesaikan dalam hubungan antar setiap
kegiatan dan dalam hubunganya dengan waktu.
2. Program Evaluation and Reviw Technique (PERT)

Dirancang untuk melakukan scheduling dan pengawasan proyek proyek
yang bersiIat kompleks dan yang memerlukan kegiatan kegiatan tertentu yang
harus dijalankan dalam urutan tertentu dan dibatasi oleh waktu.

Syarat-syarat untuk menjalankan pengawasan yang baik, yakni :
1. Pengawasan harus mendukung siIat dan kebutuhan kegiatan.
2. Pengawasan harus melaporkan setiap penyimpangan yang terjadi dengan
segera.
. Pengawasan harus mempunyai pandangan ke depan.
4. Pengawasan harus obyektiI,teliti,dan sesuai dengan standard yang
digunakan.
5. Pengawasan harus luwes atau Ileksibel.
6. Pengawasan harus serasi dengan pola organisasi.
7. Pengawasan harus ekonomis.
8. Pengawasan harus mudah dimengerti.
9. Pengawasan harus diikuti dengan perbaikan atau koreksi.

Agar pengawasan dapat dilaksanakan dengan baik, maka pengawasan harus:
O Ekonomis
O Mudah dimengerti
O Adanya tindakan koreksi
O Melaporkan penyimpangan yang mungkin terjadi

Tujuan dilaksanakan pengawasan adalah :
a. untuk menjadikan pelaksanaan dan hasil kegiatan sesuai dengan rencana dan
tujuan.
b. Untuk memecahkan masalah
c. Untuk mengurangui resiko kegagalan suatu rencana
d. Untuk membuat perubahan perubahan maupun perbaikan perbaikan.
e. Untuk mengetahui kelemahan kelemahan pelaksaannya

PELAKU ATAU PELAKSANA PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN :
Pengawasan dan Pengendalian dilakuakan oleh :
a. Pihak manajemen pada masing masing Iungsi organisasi.
b. Pihak luar manajemen ( Auditor )
Jenis-Jenis Pengawasan
Jenis-jenis pengawasan dapat ditinjau dari segi
a. Waktu
b. Obyek
c. Subyek



a. Pengawasan dari segi wakt:
Pengawasan dari segi waktu dapat dilakukan secara preventiI dan secara
reprensiI. Alat yang dipakai dalam pengawasan ialah perencanaan budget,
sedangkan pengawasan secara repensiI alat budget dan laporan.
b. Pengawasan dilihat dari segi obyektif
Pengawasan dari segi obyektiI ialah pengawasan terhadap produksi dan
sebagainya. Ada juga yang mengatakan karyawan daru segi obyek merupakan
pengawasan secara administratiI dan pengawasa operatiI. Contoh pengawasan
administratiI ialah pengawasan anggaran, inspeksi, pengawasan order dan
pengawasan kebijaksanaan.
c. Pengawasan dari segi s:byek
Pengawasan dari segi subyek terdiri dari pengawasan intern dan pengawasan
ekstern.

Pengawasan Intern
Pengawasan intern dalam perusahaan biasanya dilakukan oleh bagian
pengawasan perusahaan (internal auditor). Laporan tertulis dari bawahan kepada
atasan pada umumnya terdiri dari :
a. Laporan harian
b. Laporan mingguan
c. Laporan ulanan
d. Laporan khusus
e. Laporan harian

Pengawasan Ekstern
Pengawasan ekstren dilakukan oleh akuntan publict (certiIied public
accountant). publikasi laporan neraca dan rugi laba yang menyebabkan jalannya
perusahaan wajib diperiksa oleh akuntan publik.
Adapun pemeriksaan yang umum dilakukan oleh akuntan publik dapat dibagi jadi
4 golongan
a. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum atau general audit adalah pemeriksaan rutin tentang
kebenaran data administrasi perusahaan.
b. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan khusus atau spesical anIestigation adalah suatu pemeriksaan
khusus yang ditugaskan kepada akuntan public.
c. Pemeriksaan Neraca
Pemeriksaan neraca dikenal juga drngan balance sheet audit artinya suatu
pemeriksaan khusus terhadap neraca perusahaan.
d. Pemeriksaan sempurna Suatu pemeriksaan semputna (detail audit)
berhubungan erat dengan pemeriksaan khusus.

Perancangan Proses Pengawasan
William H. Newman menetapkan prosedur sistem pengawasan, dimana
dikemukakan lima jenis pendekatan, yaitu :

1. Merumuskan hasil diinginkan, yang dihubungkan dengan individu yang
melaksanakan.
2. Menetapkan petunjuk, dengan tujuan untuk mengatasi dan memperbaiki
penyimpangan sebelum kegiatan diselesaikan, yaitu dengan :
a. Pengukuran input
b. Hasil pada tahap awal
c. Gejala yang dihadapi
d. Kondisi perubahan yang diasumsikan
. Menetapkan standar petunjuk dan hasil, dihubungkan dengan kondisi yang
dihadapi.
4. Menetapkan jaringan inIormasi dan umpan balik, dimana komunikasi
pengawasan didasarkan pada prinsip manajemen by exception yaitu atasan
diberi inIormasi bila terjadi penyimpangan dari standar.
5. Menilai inIormasi dan mengambil tindakan koreksi, bila perlu suatu tindakan
diganti

PROSEDUR PENGAWASAN
Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam prosedur atau proses pengawasan
adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan rencana pengawasan, yang terdiri dari :
Sistem pengawasan yang digunakan
Standar-standar pengawasan, serta
Rencana operasionalnya.
2. Pelaksanaan pengawasan, yang dapat menggunakan keempat sistem yang
telah disebutkan diatas yakni inspektiI, kooperatiI, veriIikatiI dan
investigatiI yang kesemuanya bersiIat represiI.
. Melakukan penilaian/evaluasi dari pelaksanaan pengawasan, yakni untuk
mengetahui apakah suatu sistem yang telah dijalankan sudaha memenuhi
kebutuhan pengawasan atau belum.

TEHNIK-TEHNIK PENGAWASAN
Dalam melakukan pengawasan, perlu ditetapkan tenik-tehnik pengawasan
tertentu agar pengawasan itu sendiri dapat berlangsung secara eIektiI dan eIesien.
Dimaksudkan dengan tehnik pengawasan adalah cara melaksanakan
pengawasan dengan terlebih dahulu menentukan titik-titik pengawasan dan dari
sinilah nantinya dapat ditarik suatu simpulan mengenai keadaan seluruh kegiatan
organisasi/perusahaan.
Diantara beberapa tehnik pengawsan, adalah sebagai berikut :
1. Pengawasan yang menitik beratkan pada hal-hal yang menyolok
penyimpangannya (control by exception)
2. Pengawasan yang menitik beratkan pada pengendalian di dalam bidang
pengeluaran (control through cost)
. Pengawsan yang menitik beratkan pada orang-orang yang dipercaya atau
orang-orang yang merupakan kunci dari kerjaan tertentu (control through
key parson)
4. Pengawasan dengan memperhatikan penggunaan waktu dan waktu yang
disediakan atau diberikan (control through time)
5. Pengawasan dengan menjalankan suatu rangkaian pemeriksaan/
veriIikasi/audit secara sistematis (sontrol trough audits).

MENGGUNAKAN STANDARD
Walaupun perencanan, menyusun organisasi, menjuruskan dan
mengkoordinasi pekerjaan telah dilaksanakan dengan baik, namun tetap perlu bagi
menajemen untuk pengadaan 'control pengawasan dan penelitian atas segala
macam pekerjaan itu.
Control tidaklah berarti mengontrol saja; ia meliputi juga aspek penelitian,
apakah yang di capai itu sesuai dan sejalan dengan tujuan-tujuan yang sudah
ditetapkan, lengkap dengan rencananya, kebijaksanaan, program dan laian
sebagainya dari pada manajemen. Ia juga meneliti, apakah hasil yang dicapai itu
sesuai dengan standard yang ditetapkan lebih dulu, dan jika tidak sesuai berapa
variasinya (kelainannya). (lihat usiness Mangement Handbook, edited bay J.K.
Laser, McGraw Hill ook Co.Hal. 46)
Pengawasan dan penelitian ini merupakan suatu bagian dari enterprise
yang justru menjawab pertanyaan, apakah para manajer telah berhasil atau tidak
dalam pekerjaannya yaitu 'managing the enterprise, managing the work and
managing the people
Seorang eksekutiI yang mengadakan tindakan jual beli, akan dapat
mengetahui jika salah satu tidak berhasil dengan memuaskan, misal harga
berlainan, 'waste terlalu banyak dan eIIesiensi sangat diragu-ragukan.
Kepadanya akan diminta keterangan-keterangan dan ia harus mempertanggung
jawabkan disertai dengan alasan-alasan yang cukup teguh, logis, dan dapat
dipercaya serta dimengerti.
Pada umumnya apa yang direncanakan itu, seringkali tidak sesuai dengan
keadaan sebenarnya kemudian, jadi 'ex post. 'Ex ante adalah lain dari pada
realisasi dan gunanya pengawasan dan penelitian ini adalah untuk meninjau
apakah putusan-putusan business yang diambil itu adalah tepat, pada waktu yang
tepat, dan pilihan yang tepat dari berbagai kemungkinan yang ada di masa lampau
itu. Jelas kiranya, biarpun bagaimana 'controlling merupakan bagian terakhir
dari manajemen yang tidak bisa diabaikan.
Dengan perkataan lain pengawasan dan penelitian diperlukan untuk
menjamin, bahwa pelaksanaan tidak terlalu menyimpang dari rencana, dan jika
ada penyimpangan, maka itu dapat diterima secara rasional dan eIisien.
A. Unsur-unsur Pengawasan dan Penelitian
1. Objektive apakah yang dituju.
2. Prosedur :
a. Rencana yang bagaimana dipilih dan bila akan dilaksanakan
b. Organisasi siapakah yang memegang tanggung jawb
c. Standard apakah yang merubpakan pelaksanaan itu baik
. Penilaian apakah segala sesuatu sudah dikerjakan dengan cukup
memuaskan?
. Personal Observation (Mengadakan Peninjauan Sendiri)
Pada umumnya ini dilakukan dengan mengadakan penilikan atas dasar
penglihatan sendiri. Manajemen pergi sendiri ketempat dimana usaha
tersebut dilakukan dan usaha sendiri dilihat dan ditinjau.
Dalam mengadakan peninjauan itu diperhitungkan pula Iaktor-Iaktor
seperti : sikap para pegawai dan buruh, bagaimana 'interaction dan
hubungannya dengan Ioreman (mandor) hubungan atara pegawai dan lain-
lain. Semua Iaktor-Iaktor yang dapat mempengaruhi jalannya pekerjaan,
telah dikuasai di dalamnya.
Dalam soal ini, ada aliran yang berpendapat bahwa meninjau sendiri
adalah yang sebaik-baiknya; ia tidak dapat diganti dengan cara apapun
juga, pandangan orang-oranga seperti adalah seperti berikut :
a. Mengadakan kontak sendiri akan memepertinggi hubungan antara
manajemen dengan para eksekutiI lalinnya dan para pekerja rendah.
b. Memberikan kepuasan kepada para pegawai dengan disaksikan sendiri
dan dengan pembicaraan dan kontak langsung anta mereka dan
atasannya.
c. Para rendahan yang dapat menyumbangkan pikirannya langsung
kepada manajemen merasa bangga, bahwa mereka memperoleh
perhatian 'the boss.

C. Cara-cara Pengawasan dan Penelitian
a. Production Control
Pengawasan dan penelitian atas produksi :
Membantu manajemen untuk meneliti, agar produksi dapat dilakukan
dalam jumlah yang diperlukan dalam waktu yang direncanakan itu
serta dalam batas-batas ongkos yang memuaskan.
b. Sales Control
Pengawasan dan penelitian atas penjualan :
Memberikan assistensi yang berharga kepada pimpinan dalam
mengadakan penjualan yang keuntungannya dapat terjamin.
c. Cost Control
Pengawasan dan penelitian melalui pengeluaran :
Umumnya biaya-biaya dinyatakan dalam rupiah, jumlah rupiah yan
dibayar untuk penggunaan Iaktor-Iaktor produksi dan service dan ia
adalah komponen dalam menjalankan usaha untuk sebuah perusahaan.
d. udgetary Control
Pengawasan dan penelitian lewat budget :
Sebuah proses untuk mengadakan perbandingan hasil riil dengan
'budgetary data yang bersangkutan, agar supaya dapat menyetujui
pelaksanaan atau memperbaiki perbedaan melalui perubahan dan
penyesuian budget.
D. Control Sebagai Alat yang EIektiI
Sebuah rencana 'control meliputi tiap usaha yang penting dalam
perusahaan. Karena itu top manajemen mengadakan delegasi tanggung
jawab dan kekuasaan guna melepaskan diri dari soal-soal yang remeh itu.
Ia tetap memegang alat-alat untuk mengukur apakah hasil-hasil yang
diperoleh itu cukup meuaskan atau tidak.

. Definisi Pengawasan Internal
Pengawasan intern merupakan sebuah proses, yang diwujudkan oleh pimpinan
organisasi maupun anggotanya, yang dirancang untuk menjamin tercapainya
tujuan organisasi seperti dibawah ini:
1. EIektivitas dan eIisiensi dari kegiatan operasional
2. Keandalan Laporan keuangan
. Ketaatan dengan peraturan dan perundangan yang berlaku
Kata Kuncinya adalah:
1. Pengawasan intern merupakan sebuah proses, yang menjadi suatu media
menuju akhir, bukan berarti akhir itu sendiri;
2. Pengawasan intern dipengaruhi oleh personil. Hal tersebut bukanlah hanya
suatu kebijakan yang berbentuk manual dan Iormat tertulis, tetapi
merupakan sekelompok individu pada tiap tingkat organisasi.
. Pengawasan internal dapat diharapkan untuk memberikan kepastian yang
sesuai, bukan kepastian yang absolut kepada keseluruhan tingkat
manajemen.
4. Pengawasan intern dimaksudkan untuk mempercepat tercapainya sasaran
yang terpisah-pisah tetapi juga untuk keseluruhan tujuan organisasi;

2. Manfaat Pengawasan Internal
Pengawasan intern dapat membantu suatu organisasi dalam mencapai
prestasi dan target yang menguntungkan, dan mencegah kehilangan sumber
daya. Dapat membantu menghasilkan laporan keuangan yang dapat
dipercaya. Dan juga dapat memastikan suatu organisasi mematuhi undang-
undang dan peraturan, terhindar dari reputasi yang buruk dan segala
konsekuensinya. Selanjutnya dapat pula membantu mengarahkan suatu
organisasi untuk mencapai tujuannya, dan terhindar dari hal yang
merugikan.

3. Perkembangan Pengawasan Internal
1. Pengawasan Internal yang Tradisonal
a. ReaktiI
b. TerIokus Pada Sumber
c. Mendeteksi/Memperbaiki
d. Pemeriksaan Pada Kualitas
e. ertahan Pada Kesesuaian
I. Audit Menghasilkan Solusi
2. Penagawasan Internal yang Modern
a. ProaktiI
b. TerIokus Pada Kesempatan
c. Mencegah/Mengawasi
d. Membangun Kualitas
e. Setiap Orang Memberikan Konstribusi
I. Kegiatan Menghasilkan Solusi

4. Komponen Internal Control
Pengawasan intern terdiri dari lima komponen saling berhubungan.
Komponen ini bersumber dari cara pimpinan suatu organisasi
menyelenggarakan tugasnya dan oleh karena itu komponen ini menyatu dan
terjalin dalam proses manajemen. Komponen adalah:
L Li in ng gk k: :n ng ga an n P Pe en ng ge en nd da al li ia an n ( (C Co on nt tr ro ol l E En nv vi ir ro on nm me en nt t) )
Merupakan perwujudan suatu iklim manajemen di mana sejumlah orang
melaksanakan kegiatan dan tanggungjawab pengendalian. Faktor lingkungan
pengendalian ini termasuk integritas, etika, kompetensi, pandangan dan
philosopi manajemen dan cara manajemen membagi tugas dan
wewenang/tanggungjawab serta arahan dan perhatian yang diberikan
pimpinan puncak.
P Pe en na ak ks si ir ra an n R Re es si ik ko o ( (R Ri is sk k A As ss se es ss sm me en nt t) )
Setiap entitas, dalam melaksanakan aktivitas menghadapi berbagai resiko,
baik internal maupun eksternal yang harus diperhitungkan terkait dalam
mencapai tujuan sehingga membentuk suatu basis penetapan bagaimana
resiko tersebut seharusnya dikelola. Penaksiran risiko mensyaratkan adanya
tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Aktifitas Pengawasan (Control Activities)
Meliputi kebijakan dan prosedur yang menunjang arahan dari manajemen
untuk diikuti. Kebijakan dan prosedur tersebut memungkinkan diambilnya
tindakan dengan mempertimbangkan risiko yang terdapat pada seluruh
jenjang dan Iungsi dalam organisasi. Didalamnya termasuk berbagai jenis
otorisasi dan veriIikasi, rekonsiliasi, evaluasi kinerja dan pengamanan harta
serta pemisahan tugas.
I In nf fo or rm ma as si i d da an n K Ko om m: :n ni ik ka as si i ( (I In nf fo or rm ma at ti io on n a an nd d C Co om mm m: :n ni ic ca at ti io on n) )
InIormasi yang relevan perlu diidentiIikasikan, dicatat dan dikomunikasikan
dalam bentuk dan waktu yang tepat, sehingga memungkinkan pelaksanaan
tanggungjawab yang baik oleh anggota organisasi. Sistem inIormasi
menghasilkan laporan tentang kegiatan operasional dan keuangan, serta
ketaatan terhadap peraturan yang berlaku dalam rangka melaksanakan dan
mengendalikan pelaksanaan tugas.


P Pe em ma an nt ta a: :a an n ( (M Mo on ni it to or ri in ng g) )
Pemantauan adalah suatu proses yang mengevaluasi kualitas kinerja Sistem
Pengendalian Manajemen pada saat kegiatan berlangsung. Proses ini
diselenggarakan melalui aktivitas pemantauan yang berkesinambungan dan
melalui pengawasan (audit) intern atau melalui kedua-duanya.
Komponen tersebut di atas merupakan suatu rangkaian yang terjalin erat.
Komponen lingkungan pengendalian menjadi landasan bagi komponen-
komponen yang lain. Dalam lingkungan pengendalian, manajemen
melakukan penaksiran resiko dalam rangka pencapaian tujuan. Aktivitas
pengendalian diimplementasikan untuk memastikan bahwa arahan
manajemen telah diikuti. Sementara inIormasi yang relevan dicatat dan
dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi. Selanjutnya keseluruhan
proses tersebut dipantau secara terus menerus dan diperbaiki bilamana perlu.
Pertalian dan sinergi dari antara komponen-komponen tersebut, membentuk
suatu sistem terintegrasi yang bereaksi dengan dinamis ke kondisi yang
berubah-ubah. Sistem pengawasan intern terjalin dengan aktivitas
organisasi. Pengawasan intern merupakan alat yang paling eIektiI yang
dibangun ke dalam inIrastruktur organisasi dan menjadi bagian dari inti
organisasi. Pengawasan internal yang terpadu akan meningkatkan mutu dan
inisitiI organisasi, menghindari biaya-biaya tak perlu dan memungkinkan
tanggapan yang cepat terhadap kondisi yang berubah-ubah.
5. Pengawasan Internal dan Good Governance
D De ef fi in ni is si i 4 44 4/ / 4 4; ;0 07 73 3, ,3 3. .0 0
G Go oo od d G Go ov ve er rn na an nc ce e ( (T Ta at ta a K Ke el lo ol la a y ya an ng g a ai ik k) ) merupakan sekumpulan aturan
yang menjelaskan hubungan antara seluruh pihak yang mempengaruhi suatu
organisasi baik internal ataupun eksternal. Aturan ini menetapkan apa yang
menjadi hak dan kewajiban dari pihak tersebut atau sistem yang
mengarahkan dan mengawasi jalannya kegiatan organisasi untuk
menciptakan nilai tambah bagi organisasi tersebut. Ada empat unsur utama
dan satu unsur tambahan dari G Go oo od d G Go ov ve er rn na an nc ce e yaitu Tranparansi,
Integritas, Akuntabilitas, Tanggung jawab dan satu unsur tambahan yaitu
Partisipasi yang kesemuanya
P Pr ri in ns si ip p- -p pr ri in ns si ip p 4 44 4/ / 4 4; ;0 07 73 3, ,3 3. .0 0
1 1. . T Tr ra an np pa ar ra an ns si i
Transparansi (transparency) secara haraIiah adalah jelas (obvious),
dapat dilihat secara menyeluruh (able to be seen through) (Collins,
1986). Dengan demikian transparansi adalah keterbukaan dalam
melaksanakan suatu proses kegiatan perusahaan (Wardijasa, 2001).
Tranparansi merupakan salah satu syarat penting untuk menciptakan
Good Governance. Dengan adanya transparansi di setiap kebijakan
dan keputusan di lingkungan organisasi, maka keadilan (Iairness)
dapat ditumbuhkan. Transparansi di organisasi akan mendorong
diungkapkannya kondisi yang sebenarnya sehingga setiap pihak yang
berkepentingan (stakeholders) dapat mengukur dan mengantisipasi
segala sesuatu yang menyangkut organisasi. Penerapan prinsip
transparansi menuntut perusahaan, baik Dewan Komisaris/Pengawas,
Dewan Direksi maupun karyawan untuk selalu terbuka dan mencegah
upaya penyembunyian inIormasi yang menyangkut kepentingan
publik, pemegang saham dan stakeholders secara keseluruhan.
Penerapan transparansi bisa dimulai melalui penyajian secara terbuka
laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu, penetapan kriteria
seleksi personil secara terbuka, penyediaan inIormasi tentang
pendapatan pengurus perusahaan, pengungkapan atas transaksi atau
kontrak dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan atau kedudukan
istimewa, struktur kepemilikan, sampai kepada penyajian inIormasi
tentang berbagai risiko yang mungkin dihadapi perusahaan.
Dalam menerapkan prinsip ini, perlu ada penyamaan persepsi tentang
hal-hal apa dan seberapa banyak yang perlu diinIormasikan, standar
apa yang dijgunakan sebagai acuan, cara mempublikasikannya dan
media apa yang akan digunakan, tolok ukur penilaiannya, serta
bagaimana mengatasi kendala-kendala yang mungkin terjadi,
termasuk kendala budaya.

2 2. . I In nt te eg gr ri it ta as s
Good Governance bukanlah sesuatu yang bersiIat administratiI dan
mekanikal, melainkan merupakan komitmen dan niat baik dari para
pelaku Good Governance. erdasarkan kamus The Macquarie,
integritas menyangkut karakter dan prinsip moral dan kejujuran.
Dengan demikian prinsip integritas adalah bertindak dengan jujur dan
dilandasi keyakinan baik untuk kepentingan terbaik perusahaan.
Integritas merupakan kualitas yang harus melekat pada unsur-unsur
korporasi terutama Dewan Komisaris/Pengawas, Direksi dan
karyawan. Integritas berkaitan erat dengan kejujuran dan dapat
dipercaya. Good Governance tidak akan tercapai apabila para pelaku
Good Governance tidak jujur dan tidak dapat dipercaya.
Prinsip integritas merupakan unsur yang harus melekat pada diri setiap
anggota Komisaris/Pengawas, Direksi, dan karyawan untuk berbuat
dengan sepenuh hati dan komitmen yang tinggi dalam mewujudkan
apa yang terbaik bagi perusahaan. Dengan integritas diharapkan dapat
diperoleh personal yang jujur dan kompeten, penuh percaya diri, dan
bertekad tinggi untuk mensukseskan program-program organisasi.
Agar prinsip integritas ini terwujud, para pengurus dan karyawan
perusahaan harus terdiri dari orang-orang yang terpilih melalui seleksi.
Karena itu, perlu ada kriteria yang pasti dan transparan tentang
pegawai atau pejabat yang direkrut. ahkan terhadap jabatan pengurus
perusahaan (Direksi, Komisaris/Pengawas, dan Manajer) perlu
diterapkan 'assessment process atau yang akhir-akhir ini lebih
dikenal sebagai 'Iit and proper test. egitu pula dalam
pengembangan karir serta kesempatan promosi dan mutasi harus
selalu didasarkan pada suatu 'merit system yang jelas.
Selanjutnya agar integritas ini tetap terpelihara perlu diciptakan
kesepakatan tentang aturan perilaku dan kode etik, termasuk sanksi
pelanggaran, yang diberlakukan bagi semua peronil perusahaan tanpa
kecuali.

. . A Ak ku un nt ta ab bi il li it ta as s
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan
pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja
dan tindakan seseorang/pimpinan organisasi kepada pihak yang
memiliki hak atau kewenangan untuk meminta pertanggung jawaban
atau keterangan . Melalui penerapan prinsip ini, suatu proses
pengambilan keputusan atau kinerja dapat dimonitor, dinilai dan
dikritisi. Akuntabilitas juga menunjukkan adanya traceableness yang
berarti dapat ditelusuri sampai ke bukti dasarnya, serta reasonableness
yang berarti dapat diterima secara logis.

4 4. . T Ta an ng gg gu un ng g J Ja aw wa ab b
Kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang
sehat.
5 5. . P Pa ar rt ti is si ip pa as si i
Menurut kamus Collins, 'Participate means to become actively
involve in." Jadi, partisipasi merupakan keterlibatan yang aktiI,
kalau pada suatu perusahaan tentunya dari setiap pelaku / organ
perusahaan dan stakeholders lain dalam menunjang peningkatan nilai
perusahaan.
Dalam kaitan dengan Good Governance , CalPERS, sebuah lembaga
pensiun International di Amerika Serikat, memberi deIinisi berikut
'Corporate Governance reIers to the relationship among various
participants in determining the direction and perIormance
corporations. The primary participants are: (1) shareholders, (2)
management and () oard oI Directors.Dari deIinisi tersebut kita
dapat memahami bahwa pemegang saham, manajemen (di Indonesia
direpresentasikan oleh Direksi dan jajaran manajemen di bawahnya),
dan Dewan Komisaris/Pengawas, disebut sebagai partisipan utama
dalam perusahaan. Dengan demikian selain ketiga pihak tersebut
dapat kita kategorikan sebagai bukan partisipan utama tetapi sebagai
partisipan pendukung. Partisipasi yang dimaksud adalah pemenuhan
tanggung jawab, hak, dan wewenang serta tindakan-tindakan lain yang
patut diambil oleh seseorang sesuai posisi / jabatannya.
P Pe er ra an na an n P Pe en ng ga aw wa as sa an n I In nt te er rn na al l d da al la am m 4 44 4/ / 4 4; ;0 07 73 3, ,3 3. .0 0
Salah satu implementasi prinsip transparansi dalam Good Governance
adalah penerapan Enterprise-Wide Risk Management atau manajemen
risiko yang luas dan terpadu. Penerapan manajemen risiko oleh
perusahaan ini bertujuan untuk mengidentiIikasi risiko-risiko
perusahaan, mengukurnya dan mengatasinya pada level toleransi
tertentu.
Dalam Enterprise-Wide Risk Management, risiko perusahaan bukan
hanya Iinancial risk (risiko keuangan) saja, seperti risiko gagal bayar
dalam suatu transaksi keuangan, risiko kesalahan dalam accounting
system perusahaan ataupun risiko perubahan nilai mata uang. Selain
risiko keuangan ada yang disebut risiko teknis, risiko operasional, dan
risiko pasar (lazim disebut market risk atau commercial risk).
Dalam risiko teknis, kemungkinannya risiko yang terjadi terhadap
aset-aset Iisik perusahaan seperti kerusakan peralatan dan
inIrastruktur. Dalam risiko operasional, risiko terletak pada human
Iactor, diantaranya human error, keselamatan dan kesehatan pekerja,
proses seleksi, dan skill. Sedangkan dalam risiko pasar, risiko terletak
pada perubahan-perubahan yang terjadi terhadap market produk dan
jasa perusahaan.
Pengawasan internal merupakan alat untuk dapat menentukan
manajemen resiko tersebut diatas. Seperti yang diungkap sebelumnya,
salah satu komponen dari pengawasan internal adalah Penaksiran
Resiko (Risk Assessment). Penaksiran resiko ini dapat dilakukan oleh
pengawasan internal antara lain dengan cara audit oleh Satuan /adan
Pengawas Internal ataupun dengan melalui cara pengawasan atasan
langsung.
. Pengawasan Internal dalam Sektor P:blik
D Da as sa ar r H H: :k k: :m m
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara
Negara yang ersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan
Keuangan Negara
. Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1989 Tentang Pedoman
Pengawasan Melekat.

P Pe el la ak ks sa an na aa an n P Pe en ng ga aw wa as sa an n I In nt te er rn na al l S Se ek kt to or r P P: :b bl li ik k
Pengawasan internal di lingkungan sektor publik, mempunyai siIat
yang khusus. Organisasi pemerintahan dikelola dengan cara dan nilai
yang berbeda jika dibandingkan dengan sektor 5rivate.
Ketaatan dalam pelaksana anggaran menjadi ciri utama dalam
pengelolaan kegiatan sektor publik. Demikian pula dengan pembagian
kekuasaan, Otonomi daerah sudah digulirkan dalam pengelolaan
instansi pemerintah. Dengan demikian evaluasi kinerja pemerintah
Pusat dan Daerah dapat dilakukan terpisah.
Pengelolaan asset publik juga tidak semata-mata dilakukan dengan
prinsip ekonomi yang dianut sektor 5rivate, karena salah satu tugas
pemerintah adalah menyediakan barang dan jasa yang tidak dapat
disediakan oleh sektor 5rivate.
Pada umumnya pengawasan Internal di dalam sektor publik
dilaksanakan oleh dua pihak, yaitu:

1 1. . A At ta as sa an n L La an ng gs su un ng g
Kegiatan pengawasan oleh atasan langsung ini biasa disebut
juga dengan supervisi atau pengawasan melekat. Dalam
supervisi dapat terjadi tindakan langsung oleh atasan terhadap
bawahan. Fungsi ini melekat pada semua pimpinan di setiap
tingkat manajemen. Kegiatan tersebut menetapkan 6 (enam)
sarana pelaksanaan pengawasan, yaitu:
1. Penciptaan Struktur Organisasi;
2. Penyusunan Kebijaksanaan pelaksanaan;
. Penyusunan rencana kerja;
4. Penyelenggaraan pencatatan dan pelaporan;
5. Pembinaan personil;
6. Prosedur kerja.

2 2. . S Sa at tu ua an n/ / a ad da an n P Pe en ng ga aw wa as s I In nt te er rn na al l
Merupakan Satuan/adan yang inde5enden dari kegiatan yang
diawasi/diaudit namun bertanggungjawab langsung kepada
pimpinan pemerintahan (dalam hal ini Presiden).









DAATAR PUSTAKA

1. Harold Koontz and Cyril O`Donnel, anagement. Edisi ke tujuh, Mc.
Graw-Hill, London 1980.
2. Robert M. Fulemer, %e New anagement, Macmillan Publishing Co., Inc.,
New York, 1974.
. George R. Terry, 5rinci5es of anagement, Richard D. Irwin, Edisi
Ketujuh, New Jersey, 1977.
4. Petter F. Drucker, %e Prakctice of anagement, Harper and Row,
Publisher, Inch., New York, 1954.
5. AriIin Abdurachman, ProI., Dr., erangka Pokok-5okok anagement
Umum, Ichtiar aru, Edisi Kedua, Jakarta 197.

Anda mungkin juga menyukai