Anda di halaman 1dari 17

Menuju Kelurahan Siaga Bencana

Menuju Kelurahan Siaga Bencana

Palu Menuju Kota Siaga Bencana


Saat ini pemerintah Kota (Pemkot) Palu tengah mempersiapkan diri untuk menuju Kota siaga akan bencana. Hal itu ditandai dengan diutusnya Walikota Palu Rusdi Mastura ke Mumbai India belum lama ini oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Keberangkatan Walikota tersebut dalam rangka mengikuti serangkaian kegiatan untuk melakukan studi terkait dengan program Pengurangan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK).

elain itu, saat ini juga Pemkot Palu tengah menggagas berbagai kebijakan-kebijakan pembangunan yang akan di usulkan pada pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Palu pada tahun anggaran 2010 mendatang. Tentunya hal itu masih terkait dengan upaya pelaksanaan program pembangunan yang berorientasi pada penanggulangan bencana. Hal tersebut di ungkapkan oleh Kepala Bappeda dan Penanaman Modal (Bappeda dan PM) Kota Palu kepada tim Waspada di katornya beberapa saat lalu. Sosok yang dikenal ramah itu mengatakan, Bappeda dan PM selaku institusi Perencana Pembangunan di kota Palu akan memberlakukan penguatan setiap program yang akan diusulkan oleh sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) agar program-program tersebut juga berorientasi pada upaya Pengurangan Resiko Bencana. Bukan dari berapa biayah program yang diusulkan terkait dengan penanggulangan bencana. Dengan dijadikannya Kota Palu kota pertama dan satu-satunya di Indonesia sebagai kota yang menjadi pilot pelaksana Pengurangan Resiko 2

Bencana (PRB), kami telah menegaskan kepada setiap SKPD-SKPD agar lebih memberikan penguatan pada setiap programnnya, dan bukan pada sisi berapa besar jumlah biayanya, jelas Bapak dari empat putra dan putri tersebut. Selanjutnya Gunawan mengatakan, untuk lebih menguatkan rencana program PRB ini banyak yang perlu di dialogkan lagi. Terkait dengan hal itu saat ini telah dibentuk sebuah forum kota yang di beri nama Nosarara

Nosabatutu. Forum yang diambil dari

Menuju Kelurahan Siaga Bencana


suku kata dalam bahasa Kaili tersebut berfungsi sebagai mediator, fasilitator, untuk melakukan komunikasikamunikasi program-program apa yang seyogyanya yang ada di setiap SKPD yang dituhkan oleh masyarakat dan sebaliknya. Termasuk kebutuhankebutuhan program yang berkaitan dengan PRB. Menyangkut program yang telah dilakukan, selama ini terkait dengan pola penanganan bencana, ada beberapa hal yang sudah dipraktekkan. Diantaranya adalah berupa tanggap darurat, misalnya, kejadian kebakaran yang terjadi di Pasar Masomba. Melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palu, pemerintah telah mengundang beberapa SKPDSKPD terkait untuk melakukan evaluasi yang selanjutnya melakukan upayaupaya tanggap darurat, jelasnya. Diantara SKPD-SKPD dimaksud urai Suami dari Hj Hartini tersebut, adalah Dinas Sosial Kota Palu memberikan telah bantuan sembako. Kemudian BPBD Kota Palu menghimbau kepada setiap SKPD-SKPD untuk mengumpulkan dana guna diberikan kepada korban bencana. Dan jika dari pengumpulan dana tersebut masih tersisa, maka dana tersebut disimpan untuk disalurkan pada korban bencana yang lain, jika seandainya masih ada korban bencana yang belum mendapatkan. Lanjutnya pula, upaya lain yang dilakukan oleh pemerintah Kota Palu kaitannya dengan PRB adalah, melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi. Untuk program ini Dinas Kesehatan Kota Palu telah melakukan evaluasi terhadap para korban bencana pada beberapa kejadian bencana yang terjadi sebelumnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah ada persoalan kesehatan yang ada muncul pasca terjadinya bencana. Seperti persolan kejiwaan atau gangguan fisikologi karena trauma atas kejadian bencana tersebut dan sebagainya. Kemudian pada sisi lain pihak pemkot juga menggunakan kewenangannya melalui Dinas Tata Ruang Kota Palu untuk secara tegas dalam memberikan rekomendasi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) kepada masyarakat. Dalam hal ini Jika bangunan yang akan dibangun tersebut tidak memenuhui standar terutama pada kasus gempa, agar tidak mengeluarkan izin IMB, punkasnya.

Menuju Kelurahan Siaga Bencana


kejadian bencana yang terjadi.

YMKM dan UNDP Bangun Kelurahan Siaga Bencana di Kota Palu


Ketidaksiapan masyarakat ini cenderung disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mereka menyangkut kesiagaan dalam menghadapi bencana. Bantaran Sungai Palu merupakan daerah bagian tengah yang rawan akan terjadinya banjir dan gempa bumi. Karena secara geologi tanah dataran lembah Palu ini terdiri dari bahan-bahan alluvial dan colluvial yang berasal dari metamorfosis yang telah membeku menyebabkan tanahnya bertekstur sedang bahkan sampai halus sehingga mempunyai sifat dengan porositas yang tinggi, urainya. Memperhatikan kondisi seperti di atas dikawasan bantaran sungai Palu adalah satu daerah yang sangat rentan terhadap terjadinya banjir. Apalagi, Kota Palu saat ini sudah menerima dampak terjadinya anomali iklim akibat adanya pemanasan global. Situasi lima tahun terakhir menunjukan bahwa terjadi kenaikan curah hujan yang cukup tinggi. Sebagai ilustrasi, intensitas banjir yang terjadi di Kota Palu tiga tahun terakhir cukup tinggi, bahkan hampir setiap tahun terjadi lebih dari sekali bencana banjir terutama sekitar kawasan bantaran sungai Palu. Kondisi seperti ini lebih diperburuk dengan kesadaran masyarakat yang masih rendah untuk menghadapi bencana dan perawatan lingkungan sekitar Sungai Palu, seperti pengelolaan persampahan. Ia mengatakan, ancaman lain pada kawasan bantaran sungai adalah daerah rawan gempa karena letaknya berada persis pada garis patahan PaluKoro. Karena menurut catatan BMG Palu bahwa sejak tahun 1900 kawasan

Zulkifly Machmud Membangun kesiapsiagaan terhadap bencana merupakan hal penting dilakukan diberbagai wilayah mengingat tingkat ancaman bencana di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis Indonesia berada di antara tiga lempeng yaitu lempeng Euroasia, Australia dan Pasifik yang menjadikan kawasan Indonesia rawan bencana terutama gempa bumi. Hal tersebut disampaikan oleh Zulkifly Machmud, Selaku Koordinator Program Pengurangan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) di wilayah tengah kota Palu. Di samping itu menurutnya, pulau-pulau di Indonesia yang kebanyakan bergunung juga menyebabkan rawan akan terjadinya bencana letusan gunung berapi, tanah longsor dan banjir. Zulkifly Machmud yang juga direktur Yayasan Mitra Karya Membangun (YMKM) selaku mitra pelaksana program ini mengatakan, bencana alam bisa saja terjadi sewaktuwaktu dan tidak dapat diprediksi. Kondisi demikian sering mengejutkan orang dan terkadang membuat orang menjadi tidak siap menghadapi

Menuju Kelurahan Siaga Bencana


Palu dan sekitarnya telah terjadi 14 kali gempa dengan kekuatan lebih dari 5 SR. Tiga gempa terkuat terakhir terjadi pada tanggal 24 januari 2005, 11 Oktober 1998, 1 Januari 1996. Bahkan di awal tahun 2009 sudah terjadi gempa yang kekuatanya cukup besar. Kawasan bantaran sungai adalah salah satu kawasan terpadat di kota Palu dengan komposisi masyarakat berdasarkan budayanya yang sangat heterogen, yang didominasi oleh suku bugis, manado dan sebagian masyarakat asli serta suku-suku lain. Tidak itu saja dari sisi mata pencaharian dan tingkat ekonomi masyarakat bantaran sangat beragam, dalam arti setiap level ekonomi masyarakat terwakili, demikian pula tingkat pendidikan. Realitas ini menuntut penanganan yang sangat spesifik dan terintegrasi dengan baik pada berbagai bidang termasuk dalam pengelolaan Bencana. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan laporan hasil beberapa studi yang dilakukan di kawasan bantaran sungai ada beberapa tantangan yang akan dihadapi, jika terjadi bencana alam di kawasan tersebut, antara lain, Masih relatif rendahnya perhatian dan pengetahuan masyarakat untuk mengidentifikasi bahaya, dan bagaimana mencari solusi jika terjadi bencana alam. Belum terintegrasinya perencanaan pembangunan dengan programprogram penanggulangan bencana alam. Belum terbentuknya early warning system jika terjadi bencana alam. Masih tingginya ketidaksiapsiagaan masyarakat terhadap terjadinya bencana alam. Kondisi masyarakat dan fisik bantaran sungai masih sangat rentan terhadap tejading bencana alam baik fisikologis, sosial dan ekonomi. Untuk melindungi masyarakat dari kerugian yang besar dalam bencana maka perlu ada pengelolaan 5 sebelum bencana, seperti tanggap darurat bencana, rekonstruksi atau rehabilitasi pasca bencana dengan memperhatikan kearifan lokal. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam menanggulangi risiko bencana urgen dilakukan di antaranya dengan melakukan pelatihan penanggulangan bencana atau dengan simulasi-simulasi yang dapat meningkatkan pemahaman masyarakat dalam menanggulangi risiko bencana, jelasnya.

Menuju Kelurahan Siaga Bencana

Kelurahan Ujuna dan Besusu Barat Miliki Potensi Dalam Penanggulangan Disamping itu kawasan ini Bencana dikategorikan sebagai daerah padat
penduduk dan pada umumnya rumahrumah masyarakat terbuat dari bahan yang muda terbakar. Hal itu juga yang membuatnya rawan akan bencana kebakaran, ujarnya. Menurutnya, kegiatan pengurangan resiko bencana berbasis kominitas ini dilakukan dalam upaya meningkatkan keberdayaan masyarakat saat terjadi bencana alam. Dari kegiatan diskusi dengan masyarakat diketahui terdapat ancaman bencana yang sewaktu-waktu menimpa Kelurahan Ujuna dan Besusu Barat. Diantara ancaman bencana itu adalah gempa bumi yang berpotensi tsunami terutama di daerah bantaran sungai dan tepian pantai Talise. Sehingga hal itu dapat membahayakan pemukiman penduduk. Selanjutnya ancaman bencana banjir. Banjir selalu melanda wilayah kelurahan Ujuna dan Besusu Barat yang rendah, terutama pada pemukiman warga. Dan yang terakhir adalah bencana kebakaran. Sebagaimana kelurahan lain, Kelurahan Ujuna dan Besusu Barat tidak memiliki kebijakan tata ruang kelurahan dan rencana pembangunan jangka panjang dalam penataan pemukiman serta draenase yang baik. Ini menyebabkan pemukiman semakin sering terendam air yang terjadi semakin menimbulkan kesan kumuh dan akhirnya membawa ekses lain berupa timbulnya penyakit menular seperti muntaber, DBD dan lain-lain. Kemiskinan penduduk yang semakin meluas membawa ekses kerusakan ekosistem kawasan dan menurunnya daya dukung lingkungan. Pada sisi yang lain masyarakat di kedua kelurahan dan pemerintah kelurahan belum memiliki

Selvy Mozin Untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menanggulangi resiko bencana diwilayah tengah kota Palu, Yayasan Mitra Karya Membangun (YMKM) setahun belakangan ini, telah menyelenggarakan program Disaster Risk Reduction (DRR) atau pengurangan risiko bencana yang berlokasi di Kelurahan Ujuna dan Besusu Barat. Program ini dibiayai oleh UNDP dan dikoordinasikan bersama dengan SCDRR dan Pemerintah kota Palu. Tenaga Ahli program Pengurangan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) wilayah Tengah kota Palu Selvy Mozin mengungkapkan, Dipilihnya dua kelurahan tersebut karena dianggap merupakan kawasan yang rentan terhadap ancaman bencana terutama banjir dan gempah bumi sebab letaknya yang berada di Bantaran Sungai Palu dan dekat dengan Sesar Palu Koro. Pada tahun 2005 dua kelurahan itu pernah dilanda oleh bencana banjir yang cukup besar karena imbas dari gempa bumi.

Menuju Kelurahan Siaga Bencana


pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam bidang PRB (Penanggulangan Risiko Bencana). Untuk perempuan juga belum banyak keterlibatannya dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan strategis penanganan kedaruratan dan PRB. Ditegaskannya, meski demikian di Kelurahan Ujuna dan Besusu Barat terdapat potensi yang dapat dikembangkan dalam hal-hal yang menyangkut penanggulangan risiko bencana berbasis masyarakat. Ini bisa dilihat secara tradisional masyarakat memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan kedaruratan meskipun masih sangat terbatas. Di kedua kelurahan ini juga cukup banyak organisasiorganisasi sosial dan keagamaan yang sekarang belum terorganisir yang dapat menjadi kekuatan dalam gerakan PRB. Budaya gotong royong, toleransi dan semangat keswadayaan berjalan baik di Kelurahan Ujuna dan Besusu Barat dan hal ini menjadi satu kekuatan penting dalam penanganan bencana. Untuk meningkatkan kapasitas PRB masyarakat Kelurahan Ujuna dan Besusu Barat ini, YMKM bekerja sama dengan UNDP, SCDRR dan UNDP menyelenggarakan kegiatan DRR selama satu tahun. Tujuan dari kegiatan ini adalah membangun pemahaman masyarakat di Kelurahan Ujuna dan Besusu Barat mengenai ancaman, kerentanan, kapasitas dan potensi resiko gempa (tsunami), banjir dan kebakaran faktor-faktor yg mempengaruhi diwilayahnya. Yang kedua menyiapkan kaderkader lokal yang potensial untuk menggerakan partisipasi masyarakat dalam membangun gerakan mengurangi resiko kebencanaan. Sedang yang ketiga melakukan pemetaan resiko bencana gempa (tsunami), kebakaran dan banjir secara partisipatif. Kemudian yang keempat meningkatan peran dan posisi strategis 7 perempuan dalam kegiatan PRB kelurahan. Kelima mendorong pengintegrasian pembangunan kelurahan kepada perecanaan pembangaunan yang responsive bencana. Keenam mengembangkan aksi-aksi inovatif PRB masyarakat di dua kelurahan. Kegiatan PRB ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana di daerahnya. Sehingga, jika masyarakat di Kelurahan Ujuna dan Besusu Barat memiliki kapasitas yang memadai dalam mengantisipasi terjadinya bencana maka masyarakat di Kelurahan Ujuna dan Besusu Barat itu dapat membangun kelurahnnya menjadi sebuah Kelurahan siaga bencana secara mandiri, jelas Selvy dengan penuh optimis.

Menuju Kelurahan Siaga Bencana

KPB Kelurahan Ujuna Jalin Kerjasama dengan Multi Pihak


pelaksanaan PRBBKdi wilayah tengah Kota Palu. Adapun diantara beberapa program yang dimaksud dan telah terlaksana adalah program penghijauan, pengadaan becak bagi warga ekonomi lemah, penyaluran dana bergulir bagi usaha kecil menengah masyarakat, pelatihan tanggap siaga bencana, kegiatan simulasi Penanggulangan Bencana Alam, pembuatan pintu air, dan beberapa kegiatan program Penanggulangan bencana yang melibatkan masyarakat secara umum. Umayer menyebutkan dalam hal kelanjutan kerja-kerja forum berkaitan dengan program penanggulangan bencana ditingkat masyarakat sudah barang tentu tidak terlepas dari sisi pembiayaan. Berkaitan dengan hal itu ia bersama anggota forum yang lain telah sepakat untuk tetap melanjutkan program ini walau dari pihak lembaga pendamping dalam hal ini YMKM dan lembaga donor akan mengakhiri program ini. Ketika program ini berakhir nantinya tidak serta merta kominitas peduli bencana yang telah kami bentuk ini akan berkahir pula. Namun sebaliknya kita akan tetap lanjutkan dengan segala upaya yang ada pada kami seperti melakukan upaya kerja sama dengan pihak terkait baik pemerintah maupun swasta dalam hal program penanggulangan bencana, ujarnya. Olehnya itu selaku ketua, pihaknya bersama anggota komunitas yang lain sebelumnya pula telah merumuskan beberapa program yang tujuannya di harapakan akan dapat menunjang kelanjutan program komunitas. Diantaranya adalah pengadaan becak 8

Ahmad

Umayer

Komunitas Peduli Bencana (KPB) Kelurahan Ujuna yang menamakan diri Tanggap Siaga Bencana (Tasbe) saat ini tengah menggagas serangkaian kerja sama dengan beberapa instansi pemerintah serta swasta dalam hal penanggulangan bencana di kelurahan tersebut. Saat di temui oleh Tim Waspada beberapa saat yang lalu ketua KPB Tasbeh Kelurahan Ujuna Ahmad Umayer mengatakan, rencana kerja sama dengan beberapa instansi tersebut ditujukan untuk membangun kapasitas Forum dalam hal profesionalitas dan kemandirian lembaga yang di pimpinnya terkait dengan kerja-kerja penanggulangan bencana. Sejak didirikannya beberapa saat lalu KPB Tasbe telah melaksanakan beberapa Rencana Aksi Komunitas (RAK) menyangkut Program Penanggulangan Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK). Seperti yang tertuang dalam dokumen kesepakatan bersama masyarakat dalam tahap finalisasi program sebelumnya yang di damping oleh Yayasan Mitra Karya Membangun (YMKM) selaku lembaga pendamping masyarakat dalam hal

Menuju Kelurahan Siaga Bencana


bagi warga ekonomi lemah yang selanjutnya akan berlakukan sistim pengembalian biayah pengadaan. Disamping itu juga telah dirumuskan program dana bergulir bagi usaha kecil dan menengah di masyarakat. Kepada YMKM selaku mitra pendamping Program PRBBK di wilayah tengah Kota Palu khusunya di Kelurahan Ujuna Ahmad Umayer mengungkapkan rasa terimakasihnya karena menurutnya telah banyak membantu mulai dari proses awal Berdirinya Forum Komunitas Peduli Bencana, sampai dengan memberikan masukan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Menuju Kelurahan Siaga Bencana


Pembangunan Rusunawa Di Kota kepanikan yang luar biasa bagi warga

Sosialisasi Bangunan Tahan Gempa


sekitar pantai yang ada di teluk Palu karena isu akan terjadinya tsunami pasca gempa. Belajar dari pengalaman, dewasa ini kerusakan yang ditimbulkan akibat bencana gempa bumi cukup besar. Hal ini terjadi akibat kurangnya pengetahuan warga dalam menata dan membangun pemukiman. Apa lagi saat ini proses pembangunan rumah khususnya bangunan yang mempunyai bobot dan berat bangunannya yang tinggi kurang di perhatikan. Terlebih lagi belum adanya aturan yang mengatur tentang hal itu. Sehingga diantara bangunan-bangunan tersebut, betul-betul belum dapat dikatakan sempurna atau mendekati kesempurnaan berdasarkan standar bangunan yang tahan gempa. Walaupun saat ini ada Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur tentang tata ruang, namun aturan tersebut masih mengacu pada aturan yang sudah lama atau sudah kadaluwarsa. Seperti yang disampaikan oleh salah seorang pembicara dari Dinas Perumahan dan Tata Ruang Kota Palu pada kegiatan Seminar dan Lokakarya (semiloka) yang diadakan oleh PMU SCDRR Kota Palu. Dari keseluruhan pembicarapembicara yang hadir pada semiloka itu mengingatkan, agar seluruh warga utamanya yang berada di Kota Palu, untuk senantiasa waspada. Mengingat intensitas pergerakan sesar Palu-koro saat ini sangat aktif. Selain itu posisi patahan sesar Palu Koro posisinya tepat membelah Kota Palu. Mengenai patahan yang dimasud, patahan sesar Palu-koro merupakan satu-satunya di Indonesia yang berada tepat membelah kota. Sehingga hal ini menjadi kerentanan tersendiri terjadinya gempa bumi terutama di

Palu Wilayah Sulawesi sangat tinggi akan resiko terhadap gempa bumi. Salah satu wilayah Sulawesi yang mempunyai intensitas tertinggi terhadap gempa ada di Sulawesi Tengah terutama di ibu kota provinsi yaitu kota Palu, dimana terdapat Patahan sesar Palu-koro yang membelah tepat mengikuti alur sungai Palu atau berada dibibir teluk Palu yang memanjang dari arah timur ke barat. Patahan ini melintasi kota Palu sampai di teluk Bone, sehingga Palu dikategorikan rawan gempa juga berpotensi tsunami. Tercatat pula gempa yang disertai dengan tsunami pernah terjadi pada tanggal 1 Desember 1927 dimana melanda Kelurahan Talise kecamatan Palu Timur, Kelurahan Mamboro dan sepanjang bibir pantai yang ada di Kecamatan Palu Barat. Belum lupa dalam ingatan kita mengenai gempa bumi yang terjadi pada tanggal 24 januari 2005 yang berpusat di Desa Bora Kebupaten Donggala dimana gempa tersebut juga dirasakan getarannya di kota Palu dan sekitarnya. Bahkan akibat kekuatan gempa yang cukup besar tersebut juga menimbulkan kerusakan serta

10

Menuju Kelurahan Siaga Bencana


wilayah kota Palu. Karena itulah beberapa pendapat yang berkembang pada Semiloka ini merekomendasikan kepada semua kalangan yang ada, agar masalah gempa bumi perlu menjadi perhatiaan. Baik oleh kalangan pemerintah, akademisi maupun kalangan pemerhati bencana itu sendiri. Perlu diketahui, ada beberapa sumber-sumber bencana alam yang bisa mengancam kita setiap saat. Antara lain, yang pertama gempa tektonik, tsunami, liquifaksi atau hilangnya air yang terdapat dalam poripori bebatuan atau tanah secara tibatiba. Sehingga pada saat terjadi gempa, setiap bangunan yang diatasnya yang mempunyai bobot cukup berat, maka bangunan tersebut akan miring atau roboh. Kedua erosi, longsor, abrasi, sedimentasi dan banjir, demikian ungkap Drs. Abdullah, MT ketua Perencanaan Pembangunan (PP) Kebumian dan Mitigasi Bencana Alam Uiversitas Tadulako. Pada kegiatan tersebut juga menghadirkan ahli konstruksi bangunan dari Univesitas Tadulako, Anwar Dolu ST, MT. Ia mengatakan bahwa berdasarkan penelitian, hampir semua bangunan yang ada di kota Palu saat ini masih kurang memenuhi standar untuk bangunan tahan gempa. Hal tersebut dikatakannya karena rata-rata bangunan yang didirikan masih ditemukan penggunaan pembuatan kolom dan balok pada tiang rumah, atau pada gedung bertingkat menggunakan cor dan pemadatan terhadap penulangan pada bagian bawah masih kurang. Serta penambahan angker setiap enam susunan bata belum di perhatikan guna sistem bangunan tahan gempa.

11

Menuju Kelurahan Siaga Bencana

Dukungan Pemerintah Kelurahan Ujuna


erkaitan dengan penanggulangan bencana di kelurahan Ujuna, Lurah Ujuna Asrul, S.Sos. mengatakan bahwa pada dasarnya masyarakat ujuna sudah mamahami persis bagaimana tatacara penanggulangan bencana jika sewaktu-waktu bencana terjadi. Sebab masyarakat Ujuna telah berulang kali mengalami bencana, terutama bajir. Oleh karena itu ketika terjadi bencana, mereka sudah memahami betul kemana mereka harus berlindung, ujar Asrul. Menurutnya, saat ini yang perlu dipahami oleh masyarakat jika terjadi banjir adalah jangan panik. Selanjutnya ia mengatakan masyarakat harus memahami betul kemana arah harus menyelamatkan diri jika terjadi bencana, khususnya banjir. Sehingga tidak akan menimbulkan hal-hal yang lebih fatal. Mengenai penanganan dari pihak kelurahan, Asrul yang telah menjabat sebagai Lurah Ujuna selama dua tahun itu mengatakan, sudah banyak hal yang dilakukannya. Antara lain, melakukan koordinasi dengan pihak terkait, pada saat terjadi banjir. Namun masalahnya, ketika terjadi bencana, masih ada saja pihak terkait yang terlambat menangani masalah itu. Sehingga proses evakuasi terhadap masyarakat yang menjadi korban juga terlambat. Baik berupa penempatannya pada saat pasca terjadinya bencana, ungkapnya. Dalam hal penanganan bencana Asrul menambahkan, bahwa pihak pemerintah dalam hal ini Kelurahan Ujuna, sudah banyak berbuat. Terutama dari pihak RT. Berkaitan dengan penanggulangan bencana ini, kedepan pemerintah Kelurahan Ujuna berharap, masyarakat dalam menghadapi bencana, terutama pada pasca bencana, tidak secara langsung berharap banyak pada pemerintah. Walau pun berkaitan

Asrul, S.Sos dengan hal itu memang sudah menjadi tanggung jawab pemerintah. Saya berharap kepada masyarakat ketika terjadi bencana atau pada pasca terjadiya bencana, sebelum bantuan datang, mereka dapat bersabar dan tidak hanya menyalahkan pihak pemerintah bila terjadi keterlambatan bantuan, ujarnya. Selain itu ia juga berharap agar masyarakat dapat menanggulangi dirinya terlebih dahulu ketika bantuan dari pihak pemerintah belum tiba. Berkaitan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

12

Menuju Kelurahan Siaga Bencana


Kelurahan Ujuna yang akan datang, Asrul menjelaskan bahwa pihaknya akan mengusulkan pula hal-hal yang berkaitan dengan penaggulangan bencana yang ada di wilayahnya. Karena selama ini di dalam programprogram kelurahan Ujuna, baik melalui (RKA) maupun Musyarawah Rencana Pembanguan (Musrembang) yang ada, belum pernah dimasukan hal-hal seperti itu. Sehingga hal itu, juga tidak masuk dalam rencana anggaran kelurahan. Ia menilai, jika ada rencana untuk memasukan program penanggulangan bencana tersebut kedalam RKA atau Musrembang, hal itu merupakan ide yang baik dan perlu untuk disikapi. Jika ada rencana untuk memasukan program penanggulangan bencana tersebut ke dalam RKA atau Musrembang, hal ini merupakan pemikiran atau gagasan yang baik, tegasnya.

13

Menuju Kelurahan Siaga Bencana

Besusu Barat Siap Menjadi Kelurahan Percontohan Penanggulangan Bencana


masyarakat tidak lagi membuang sampah ke sungai. Lurah Besusu Barat Amir Polorui mengatakan, sejak berdirinya Komunitas Peduli Bencana (KPB) Enjere Putra sebagai Komunitas Peduli Bencana di kelurahan Besusu Barat, telah banyak melahirkan hal-hal positif yang berkaitan dengan Penanggulangan Bencana di wilayah tersebut. Diantaranya masyarakat yang sebelumnya belum memahami betul mengenai tatacara pengurangan resiko bencana, saat ini diakunya masyarakat sudah lebih memahami. Sehingga dengan demikian pada saat terjadi bencana alam di kelurahan yang dipimpinnya tersebut masyarakat dengan mudah melakukan proses evakuasi dan penyelamatan korban. Baik korban dari pihak keluarga sendiri maupun korban itu dari orang lain. Menyinggung tentang dukungannya terhadap program KPB Enjere Putra di Kelurahan Besusu Barat, lurah yang dikenal akrab dengan warganya itu mengatakan, ia dan segenap jajaran pemerintah kelurahan sampai ketingkat RW dan RT senantiasa menyokong kegiatan KPB. Seperti melakukan penghijauan di pesisir bantaran sungai. Pembuatan TPS sampah, dialog tentang persampahan sampai pada kegiatan simulasi bencana yang belum lama ini dilaksanakan diwilyahnya. Keberadaan kelurahan Besusu Barat yang saat ini di tetapkan sebagai salah satu sasaran pilot pelaksanaan Program PRBBK diwilayah tengah Kota Palu, hal itu disambutnya secara positif dan berharap agar program tersebut dapat berjalan dengan lancar. Letak kelurahan Besusu Barat yang bersebatasan langsung dengan

Amir Polorui Kelurahan Besusu Barat menyatakan tekadnya untuk menjadi kelurahan percotohan dalam hal penanggulangan bencana di kota Palu. Tingginya kesadaran masyarakat pada pesoalan pengurangan resiko bencana yang dilaksanakan selama ini, merupakan bukti bahwa program Pengurangan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) di kelurahan tersebut dapat dinyatakan berjalan dengan sukses. Disamping itu dorongan pemerintah kelurahan setempat terhadap pelaksanaan Rencana Aksi Komunitas (RAK) Peduli Bencana juga telah menjadikan program PRBBK menjadi sebuah kebutuhan bagi masyarakat di kelurahan tersebut terutama bagi mereka yang mendiami pesisir bantaran sungai. Tidak hanya berhenti sampai disitu, karena saat ini pemerintah kelurahan Besusu Barat tengah menggagas sebuah bentuk peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kelestarian alam khususnya diwilayah bantaran sungai Palu. Salah satunya dengan memberikan himbauan agar

14

Menuju Kelurahan Siaga Bencana


bantaran sungai Palu, dianggap rentan terhadap beberapa jenis bencana seperti banjir, kebakaran dan gempa bumi. Sehingga itu saya berpesan kepada setiap masyarakat agar lebih meningkatkan kewaspadaannya dengan membekali diri dengan kesiapsiagaan, paparnya. Kepada Yayasan Mitra Karya Membangun (YMKM) selaku mitra pelaksana program PRBBK di wilayah tengah yang bekerja sama dengan pihak UNDP dan SCDRR yang teah melaksanakan program PRBBK di wilayah kerjanya selama ini, ia sangat berterimakasih. Karena lembaga tersebut menurutnya telah banyak ilmu pengetahuan tentang tatacara dalam kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat. Sementara itu mengenai dana stimulan yang telah diserahkan kepada komunitas beberapa saat yang lalu, ia berharap agar penggunaannya benarbenar tepat sasaran dan berhasil guna. Seperti dalam membiayai program penghijauan, pembuatan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sampah yang berasal dari rumah-rumah penduduk, dan kegiatan lainnya yang bersifat non fisik.

15

Menuju Kelurahan Siaga Bencana


Komisi III DPRD Kota Palu sangat Penanggulangan Bencana Daerah

Ranperda Penanggulangan Bencana


mendukung adanya rencana akan diusulkannya Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang Penanggulangan Bencana (PB) di Kota Palu. Pasalnya melihat indikasi ancaman bencana di Kota Palu sangat potensial, sementara masalah pengaturan penanggulangannya masih sangat minim, bahkan pengalokasian anggaran pun untuk PB belum pernah dianggarkan mengingat belum adanya regulasi Perda yang mengatur tentang PB. Menurut anggota Komisi III DPRD Kota Palu yang membidani masalah PB Dahniar S. Tagintina, dia sangat menyetujui jika di kota Palu dibuatkan sebuah Ranperda tentang PB, guna untuk bisa mengatur regulasi masalah pencegahan, penanggulangan bahkan menghindari bencana agar tidak terlalu besar dampaknya kepada masyarakat. Jika masyarakat tertimpa bencana, pemerintah maupun lembaga lainnya yang menangani masalah bencana dapat dengan cepat mengambil tindakan. Pasalnya seperti contoh kecil yang dia gambarkan pasca kejadian bencana yang dialami masyarakat kota Palu, mereka masih terombang ambing penanganannya. sementara mereka sudah sangat membutuhkan bantuan maupun perlindungan. sampai sekarang ini dana untuk PB belum disiapkan dalam APBD, dananya hanya dialokasikan secara darurat sebesar Rp.500 juta, padahal jika dilihat potensi bencana di Kota Palu harus diwaspadai, olehnya dengan kehadiran Ranperda ini dapat mengatur semuanya, Kata Dahniar. Namun kata Dahniar, sebelum ranperda ini diusulkan, dia ingin menghimbau kepada Pemerintah Kota Palu khususnya kepada Badan (BPBD), agar selalu proaktif melakukan koordinasi dengan DPRD setiap akan melakukan sesuatu. Karena masalah bencana, penanganannya dibutuhkan kerja sama yang baik, olehnya tanpa adanya koordinasi maka BPBD ataupun DPRD akan kesulitan dalam melakukan sebuah tindakan. seperti yang terjadi di Kayumalue kemarin, karena tidak ada koordinasi dengan kami, masyarakat korban kebakaran mengeluhkan tindakan BPBD yang hanya memberikan janji bantuan kepada warga, namun hingga kini tidak ada realisasi bantuannya, saya tidak menginginkan hal itu terulang kembali, ujar Dahniar. Sementara Ketua Badan Legislasi Ani Suryani saat ditemui mengatakan, bahwa dia sangat mendukung jika ada inisiatif salah satu lembaga yang mau mengusulkan Ranperda PB, selagi Ranperda tersebut bersifat positif dan bermanfaat bagi semua pihak. Kalau ada inisiatif untuk mengusulkan Ranperda tentang PB, saya sangat mendukung asal bersifat positif dan bermanfaat bagi masyarakat, ujar Ani. (Diolah dari Media Alkhairaat, edisi 31 Juli 2010)

16

Menuju Kelurahan Siaga Bencana

Simulasi Penanggulangan Bencana


atu warga tewas akibat bencana banjir yang menerjang dua Kelurahan Besusu Barat dan Ujuna yang berada di sekitar bantaran Sungai Palu. Sementara tiga warga yang berhasil diselamatkan, dua diantaranya mengalami patah kaki serta trauma berat. Pukul 08.00 pagi, petugas pemantau melihat air sungai sudah meluap sekitar 15 cm dari dinding sungai, sementara gelombang laut masih tinggi dan belum ada tandatanda akan surut. Tidak lama kemudian, air meluap sehingga masyarakat segera dievakuasi. Setelah warga dievakuasi, Komando Pengendali Lapangan Bencana Banjir (KPLBB) langsung melaporkan kejadian tersebut ke kecamatan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Kota Palu. Distribusi logistik pun langsung diantarkan ke warga. Setelah melakukan rapat koordinasi, KPLBB kelurahan dan kecamatan, tiba-tiba ada informasi bahwa ada beberapa warga yang hanyut terbawa arus. Tidak menunggu lama, tim pencari korban bergerak ke muara sungai untuk menolong korban. Setelah berhasil diangkut dari air menggunakan tandu, korban langsung dibawa ke mobil Ambulans dan dibawah ke rumah sakit. Kejadian tersebut hanya merupakan simulasi penanggulangan bencana yang diselenggarakan oleh Yayasan Mitra Karya Membangun (YMKM) Palu untuk Program Pengurangan Resiko Bencana Berbasis Komunitas yang bekerja sama dengan dinas terkait yakni Dinas Kesehatan, PMI, Dinas Sosial, BPBD Palu, Badan Sar dan Pemadam serta warga setempat. Simulasi evakuasi korban banjir

Diakhir proses simulasi penanggulangan bencana tersebut yang berlangsung sampai siang ditutup dengan simulasi tentang kebakaran rumah warga yang melibatkan warga dan tim Pemadam kebakaran dari Dinas Damkar Kota Palu. Pada simulasi tersebut warga yang menjadi korban mendapat pertolongan awal dari warga dengan menggunakan peralatan sederhana dan kemudian setelah itu bersamaan dengan datangnnya tim damkar barulah di evakuasi dengan peralatan yang sesuai dengan standar evakuasi kebakaran yang sesungguhnya. Menurut Staf Ahli YMKM, Nur Sangadji yang ditemui di lokasi simulasi, kegiatan tersebut bertujuan agar masyarakat serta pemerintah ketika terjadi bencana, telah siap siaga Ketika bencana benar-benar terjadi Masyarakat dan Pemerintah telah mengetahui tindakan apa yang harus segera dilakukan, jelasnya. (Diolah dari berbagai sumber)

17

Anda mungkin juga menyukai