elain itu, saat ini juga Pemkot Palu tengah menggagas berbagai kebijakan-kebijakan pembangunan yang akan di usulkan pada pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Palu pada tahun anggaran 2010 mendatang. Tentunya hal itu masih terkait dengan upaya pelaksanaan program pembangunan yang berorientasi pada penanggulangan bencana. Hal tersebut di ungkapkan oleh Kepala Bappeda dan Penanaman Modal (Bappeda dan PM) Kota Palu kepada tim Waspada di katornya beberapa saat lalu. Sosok yang dikenal ramah itu mengatakan, Bappeda dan PM selaku institusi Perencana Pembangunan di kota Palu akan memberlakukan penguatan setiap program yang akan diusulkan oleh sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) agar program-program tersebut juga berorientasi pada upaya Pengurangan Resiko Bencana. Bukan dari berapa biayah program yang diusulkan terkait dengan penanggulangan bencana. Dengan dijadikannya Kota Palu kota pertama dan satu-satunya di Indonesia sebagai kota yang menjadi pilot pelaksana Pengurangan Resiko 2
Bencana (PRB), kami telah menegaskan kepada setiap SKPD-SKPD agar lebih memberikan penguatan pada setiap programnnya, dan bukan pada sisi berapa besar jumlah biayanya, jelas Bapak dari empat putra dan putri tersebut. Selanjutnya Gunawan mengatakan, untuk lebih menguatkan rencana program PRB ini banyak yang perlu di dialogkan lagi. Terkait dengan hal itu saat ini telah dibentuk sebuah forum kota yang di beri nama Nosarara
Zulkifly Machmud Membangun kesiapsiagaan terhadap bencana merupakan hal penting dilakukan diberbagai wilayah mengingat tingkat ancaman bencana di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis Indonesia berada di antara tiga lempeng yaitu lempeng Euroasia, Australia dan Pasifik yang menjadikan kawasan Indonesia rawan bencana terutama gempa bumi. Hal tersebut disampaikan oleh Zulkifly Machmud, Selaku Koordinator Program Pengurangan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) di wilayah tengah kota Palu. Di samping itu menurutnya, pulau-pulau di Indonesia yang kebanyakan bergunung juga menyebabkan rawan akan terjadinya bencana letusan gunung berapi, tanah longsor dan banjir. Zulkifly Machmud yang juga direktur Yayasan Mitra Karya Membangun (YMKM) selaku mitra pelaksana program ini mengatakan, bencana alam bisa saja terjadi sewaktuwaktu dan tidak dapat diprediksi. Kondisi demikian sering mengejutkan orang dan terkadang membuat orang menjadi tidak siap menghadapi
Kelurahan Ujuna dan Besusu Barat Miliki Potensi Dalam Penanggulangan Disamping itu kawasan ini Bencana dikategorikan sebagai daerah padat
penduduk dan pada umumnya rumahrumah masyarakat terbuat dari bahan yang muda terbakar. Hal itu juga yang membuatnya rawan akan bencana kebakaran, ujarnya. Menurutnya, kegiatan pengurangan resiko bencana berbasis kominitas ini dilakukan dalam upaya meningkatkan keberdayaan masyarakat saat terjadi bencana alam. Dari kegiatan diskusi dengan masyarakat diketahui terdapat ancaman bencana yang sewaktu-waktu menimpa Kelurahan Ujuna dan Besusu Barat. Diantara ancaman bencana itu adalah gempa bumi yang berpotensi tsunami terutama di daerah bantaran sungai dan tepian pantai Talise. Sehingga hal itu dapat membahayakan pemukiman penduduk. Selanjutnya ancaman bencana banjir. Banjir selalu melanda wilayah kelurahan Ujuna dan Besusu Barat yang rendah, terutama pada pemukiman warga. Dan yang terakhir adalah bencana kebakaran. Sebagaimana kelurahan lain, Kelurahan Ujuna dan Besusu Barat tidak memiliki kebijakan tata ruang kelurahan dan rencana pembangunan jangka panjang dalam penataan pemukiman serta draenase yang baik. Ini menyebabkan pemukiman semakin sering terendam air yang terjadi semakin menimbulkan kesan kumuh dan akhirnya membawa ekses lain berupa timbulnya penyakit menular seperti muntaber, DBD dan lain-lain. Kemiskinan penduduk yang semakin meluas membawa ekses kerusakan ekosistem kawasan dan menurunnya daya dukung lingkungan. Pada sisi yang lain masyarakat di kedua kelurahan dan pemerintah kelurahan belum memiliki
Selvy Mozin Untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menanggulangi resiko bencana diwilayah tengah kota Palu, Yayasan Mitra Karya Membangun (YMKM) setahun belakangan ini, telah menyelenggarakan program Disaster Risk Reduction (DRR) atau pengurangan risiko bencana yang berlokasi di Kelurahan Ujuna dan Besusu Barat. Program ini dibiayai oleh UNDP dan dikoordinasikan bersama dengan SCDRR dan Pemerintah kota Palu. Tenaga Ahli program Pengurangan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) wilayah Tengah kota Palu Selvy Mozin mengungkapkan, Dipilihnya dua kelurahan tersebut karena dianggap merupakan kawasan yang rentan terhadap ancaman bencana terutama banjir dan gempah bumi sebab letaknya yang berada di Bantaran Sungai Palu dan dekat dengan Sesar Palu Koro. Pada tahun 2005 dua kelurahan itu pernah dilanda oleh bencana banjir yang cukup besar karena imbas dari gempa bumi.
Ahmad
Umayer
Komunitas Peduli Bencana (KPB) Kelurahan Ujuna yang menamakan diri Tanggap Siaga Bencana (Tasbe) saat ini tengah menggagas serangkaian kerja sama dengan beberapa instansi pemerintah serta swasta dalam hal penanggulangan bencana di kelurahan tersebut. Saat di temui oleh Tim Waspada beberapa saat yang lalu ketua KPB Tasbeh Kelurahan Ujuna Ahmad Umayer mengatakan, rencana kerja sama dengan beberapa instansi tersebut ditujukan untuk membangun kapasitas Forum dalam hal profesionalitas dan kemandirian lembaga yang di pimpinnya terkait dengan kerja-kerja penanggulangan bencana. Sejak didirikannya beberapa saat lalu KPB Tasbe telah melaksanakan beberapa Rencana Aksi Komunitas (RAK) menyangkut Program Penanggulangan Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK). Seperti yang tertuang dalam dokumen kesepakatan bersama masyarakat dalam tahap finalisasi program sebelumnya yang di damping oleh Yayasan Mitra Karya Membangun (YMKM) selaku lembaga pendamping masyarakat dalam hal
Palu Wilayah Sulawesi sangat tinggi akan resiko terhadap gempa bumi. Salah satu wilayah Sulawesi yang mempunyai intensitas tertinggi terhadap gempa ada di Sulawesi Tengah terutama di ibu kota provinsi yaitu kota Palu, dimana terdapat Patahan sesar Palu-koro yang membelah tepat mengikuti alur sungai Palu atau berada dibibir teluk Palu yang memanjang dari arah timur ke barat. Patahan ini melintasi kota Palu sampai di teluk Bone, sehingga Palu dikategorikan rawan gempa juga berpotensi tsunami. Tercatat pula gempa yang disertai dengan tsunami pernah terjadi pada tanggal 1 Desember 1927 dimana melanda Kelurahan Talise kecamatan Palu Timur, Kelurahan Mamboro dan sepanjang bibir pantai yang ada di Kecamatan Palu Barat. Belum lupa dalam ingatan kita mengenai gempa bumi yang terjadi pada tanggal 24 januari 2005 yang berpusat di Desa Bora Kebupaten Donggala dimana gempa tersebut juga dirasakan getarannya di kota Palu dan sekitarnya. Bahkan akibat kekuatan gempa yang cukup besar tersebut juga menimbulkan kerusakan serta
10
11
Asrul, S.Sos dengan hal itu memang sudah menjadi tanggung jawab pemerintah. Saya berharap kepada masyarakat ketika terjadi bencana atau pada pasca terjadiya bencana, sebelum bantuan datang, mereka dapat bersabar dan tidak hanya menyalahkan pihak pemerintah bila terjadi keterlambatan bantuan, ujarnya. Selain itu ia juga berharap agar masyarakat dapat menanggulangi dirinya terlebih dahulu ketika bantuan dari pihak pemerintah belum tiba. Berkaitan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
12
13
Amir Polorui Kelurahan Besusu Barat menyatakan tekadnya untuk menjadi kelurahan percotohan dalam hal penanggulangan bencana di kota Palu. Tingginya kesadaran masyarakat pada pesoalan pengurangan resiko bencana yang dilaksanakan selama ini, merupakan bukti bahwa program Pengurangan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) di kelurahan tersebut dapat dinyatakan berjalan dengan sukses. Disamping itu dorongan pemerintah kelurahan setempat terhadap pelaksanaan Rencana Aksi Komunitas (RAK) Peduli Bencana juga telah menjadikan program PRBBK menjadi sebuah kebutuhan bagi masyarakat di kelurahan tersebut terutama bagi mereka yang mendiami pesisir bantaran sungai. Tidak hanya berhenti sampai disitu, karena saat ini pemerintah kelurahan Besusu Barat tengah menggagas sebuah bentuk peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kelestarian alam khususnya diwilayah bantaran sungai Palu. Salah satunya dengan memberikan himbauan agar
14
15
16
Diakhir proses simulasi penanggulangan bencana tersebut yang berlangsung sampai siang ditutup dengan simulasi tentang kebakaran rumah warga yang melibatkan warga dan tim Pemadam kebakaran dari Dinas Damkar Kota Palu. Pada simulasi tersebut warga yang menjadi korban mendapat pertolongan awal dari warga dengan menggunakan peralatan sederhana dan kemudian setelah itu bersamaan dengan datangnnya tim damkar barulah di evakuasi dengan peralatan yang sesuai dengan standar evakuasi kebakaran yang sesungguhnya. Menurut Staf Ahli YMKM, Nur Sangadji yang ditemui di lokasi simulasi, kegiatan tersebut bertujuan agar masyarakat serta pemerintah ketika terjadi bencana, telah siap siaga Ketika bencana benar-benar terjadi Masyarakat dan Pemerintah telah mengetahui tindakan apa yang harus segera dilakukan, jelasnya. (Diolah dari berbagai sumber)
17