Anda di halaman 1dari 22

B.

Pembahasan
Berdasarkan praktikum, penentuan hematokrit dilakukan dengan mengisi tabung hematokrit
dengan darah yang sebelumnya telah diberi zat EDTA (natrium ethylen diamin tetra acetic acid)
yang berIungsi mencegah penggumpalan darah. Sebelum penghitungan jumlah leukosit, darah
diberi larutan Turk yang berIungsi untuk mengencerkan sel darah putih. Sedangkan untuk
menghitung jumlah eritrosit, darah diberi larutan Hayem yang berIungsi mengencerkan sel darah
merah. Jumlah eritrosit pada ikan yang didapat dari praktikum sebesar 1.265.000 mm
3
, ini tidak
sesuai dengan pustaka karena menurut Oslon (1973), jumlah eritrosit pada ikan adalah 50.000
3.000.000 sel / mm
3
. Jumlah eritrosit ayam yang didapat 695.000 mm
3
sedangkan pada ayam
betina adalah 2,72 juta sel / mm
3
dan pada ayam jantan adalah 3,23 juta sel/mm
3
. Jumlah leukosit
yang didapatkan yaitu 1400 sel/mm
3
. Jumlah leukosit pada ayam berkisar antara 16.000 40.000
sel / mm
3
( Dukes, 1995). Sedangkan pada sel darah ikan 20.000 150.000 sel / mm
3
(Moyle and
Cech, 2001). Banyaknya sel darah dari hasil praktikum tidak sesuai dengan pustaka, hal ini
karena terlalu banyaknya larutan pengencer yang diberikan dan kurangnya ketelitian dalam
menghitung jumlah selnya. Jumlah eritrosit menurut Jangueira dan Canneira (1980) adalah
antara 50.000-3.000.000 per mm. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh jumlah eritrosit pada
ikan adalah sebanyak 1.265.000 sel/mm
3
. Hal ini menunjukan bahwa ikan dalam percobaan
masih dalam keadaan normal. Jumlah leukosit pada ikan didapat sebanyak 14525 sel/mm
3
,
sedangkan menurut Lagler et al. (1977) jumlah leukosit ikan umumnya adalah berkisar antara
20.000-150.000 per mm. Hal ini menunjukan bahwa ikan yang digunakan dalam praktikum
kemungkinan dalam keadaan stress.
Darah adalah matrik cairan dan merupakan jaringan pengikat terspesialisasi yang dibentuk dari
sel-sel bebas (Bryon and Doroth, 1973). Darah terdiri dari komponen cair yang disebut plasma
dan berbagai unsur yang dibawa dalam plasma yaitu sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri dari
eritrosit atau sel darah merah, yaitu sel yang mengangkut oksigen, leukosit atau sel darah putih
yaitu sel yang berperan dalam kekebalan dan pertahanan tubuh dan trombosit yaitu sel yang
berperan dalam homeostasis (Frandson, 1986). Eritrosit mempunyai peran sebagai media
transport. Sedangkan leukosit berIungsi sebagai alat pertahanan tubuh sehingga memiliki siIat
menembus jaringan tanpa merusak jaringan tersebut (Pearce, 1989). Transport oksigen dalam
darah tergantung pada komponen besi dalam pigmen respirasi biasanya haemoglobin.
Haemoglobin merupakan bagian dari sel darah merah yang mengikat oksigen. Darah terdiri atas
sel-sel dan Iragmen-Iragmen sel yang terdapat secara bebas dalam medium yang bersiIat cair
yang disebut plasma darah. Sel-sel dari Iragmen sel merupakan unsur darah yang disebut unsur
jadi. Sel ini berukuran cukup besar sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa. Plasma
darah merupakan bagian yang cair dari darah yang terdiri dari 99 air dan 8-9 protein
(Kimball, 1988). Darah sangat penting bagi organisme, jika kekurangan atau kelebihan sel darah
mengakibatkan tidak normalnya proses Iisiologis suatu organisme sehingga menimbulkan suatu
penyakit (Pearce, 1989).
Eritrosit merupakan tipe sel darah yang jumlahnya paling banyak dalam darah. Sebagian besar
vertebrata mempunyai eritrosit berbentuk lonjong dan berinti kecuali mamalia (Guyton, 1976).
Eritrosit berbentuk elips, pipih dan bernukleus yang berisi pigmen-pigmen pernaIasan yang
berwarna kuning hingga merah, yang disebut haemoglobin yang berIungsi mengangkut oksigen
(Frandson, 1992). Jumlah eritrosit sangat bervariasi antara individu yang satu dengan yang
lainnya. Jumlah eritrosit diperbanyak apabila terjadi perubahan dan atau pada waktu berada di
daerah tinggi dengan tujuan menormalkan pengangkutan O
2
ke jaringan (Sugiri, 1988). Jumlah
eritrosit dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi tubuh, variasi harian, dan keadaan stress
(Schmidt dan Nelson, 1990). Banyaknya jumlah eritrosit juga disebabkan oleh ukuran sel darah
itu sendiri (Schmidt dan Nelson, 1990). Dallman dan Brown (1992) menyatakan bahwa, hewan
yang memiliki sel darah kecil, jumlahnya banyak. Sebaliknya yang ukurannya lebih besar akan
mempunyai jumlah yang lebih sedikit. Jumlah sel darah merah yang banyak, juga menunjukkan
besarnya aktivitas hewan tersebut. Hewan yang aktiI bergerak/beraktivitas akan memiliki
eritrosit dalam jumlah yang banyak pula, karena hewan yang aktiI akan mengkonsumsi banyak
oksigen, dimana eritrosit sendiri mempunyai Iungsi sebagai transport oksigen dalam darah.
Jumlah eritrosit sangat bervariasi antara individu yang satu dengan yang lainnya. Jumlah eritrosit
dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi tubuh, variasi harian, dan keadaan stress.
Banyaknya jumlah eritrosit juga disebabkan oleh ukuran sel darah itu sendiri (Schmidt dan
Nelson, 1990). Dallman dan Brown (1987) menyatakan bahwa, hewan yang memiliki sel darah
kecil, jumlahnya banyak. Sebaliknya yang ukurannya lebih besar akan mempunyai jumlah yang
lebih sedikit. Jumlah sel darah merah yang banyak, juga menunjukkan besarnya aktivitas hewan
tersebut. Hewan yang aktiI bergerak/beraktivitas akan memiliki eritrosit dalam jumlah yang
banyak pula, karena hewan yang aktiI akan mengkonsumsi banyak oksigen, dimana eritrosit
sendiri mempunyai Iungsi sebagai transport oksigen dalam darah.
Leukosit dalam darah jumlahnya lebih sedikit daripada eritrosit dengan rasio 1 : 700 (Frandson,
1992). Jumlah leukosit tergantung jenis hewannya. Fluktuasi jumlah leukosit pada tiap individu
cukup besar pada kondisi tertentu seperti stres, umur, aktiIitas Iisiologis dan lainnya. Leukosit
berperan penting dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap benda-benda asing.
Jumlah leukosit lebih banyak diproduksi jika kondisi tubuh sedang sakit apabila dalam sirkulasi
darah jumlah leukositnya lebih sedikit dibanding dengan eritrositnya (Pearce, 1989). Kimball
(1988) menyatakan bahwa, sel darah putih berperan dalam melawan inIeksi.
Hewan yang terinIeksi akan mempunyai jumlah leukosit yang banyak, karena leukosit berIungsi
melindungi tubuh dari inIeksi. Penurunan jumlah leukosit dapat terjadi karena inIeksi usus,
keracunan bakteri, 8epticoemia, kehamilan, dan partus. Menurut Soetrisno (1987), jumlah
leukosit dipengaruhi oleh kondisi tubuh, stress, kurang makan atau disebabkan oleh Iaktor lain.
Faktor-Iaktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit yaitu tergantung pada spesies dan
kondisi pakannya, selain itu juga bahan organik yang terkandung seperti glukosa, lemak, urea,
asam urat, dan lainnya. Umur, kondisi lingkungan dan musim juga sangat mempengaruhi jumlah
eritrosit dan leukosit (Pearce, 1989). Menurut Ramesh (2008), turunnya jumlah protein mungkin
dapat dijadikan media tambahan untuk menghentikan senyawa agar meningkatkan pemenuhan
senyawa energi oleh ikan untuk mengatasi kondisi lingkungan yang tidak terlindungi dari racun.
Haemoglobin merupakan senyawa organik yang kompleks terdiri atas 4 pigmen porIirin merah
yang mengandung atom Fe dan globulin yang merupakan protein globuler ( terdiri atas asam 4
amino). Haemoglobin yang mengikat oksigen disebut oksihaemoglobin (Guyton, 1976).
Haemoglobin bertanggungjawab terhadap transport oksigen dan karbondioksida dalam darah.
Peningkatan kadar haemoglobin akan diikuti oleh peningkatan kadar hematokrit (Soetrisno,
1987). Hematokrit adalah istilah yang menunjukan besarnya volume sel-sel eritrosit seluruhnya
didalam 100 mm
3
darah dan dinyatakan dalam persen () (HoIIbrand dan Pettit, 1987). Nilai
hematokrit atau 'volume sel packed adalah suatu istilah yang artinya prosentase berdasarkan
volume dari darah, yang terdiri dari sel-sel darah merah. Mengukur kadar hematokrit darah
hewan uji digunakan tabung mikrohematokrit yang berupa pipa kapiler berlapiskan EDTA (Etil
Diamin Tetra Acetat) yang berIungsi sebagai bahan anti pembekuan darah. Nilai hematokrit
standar adalah sekitar 45, namun nilai ini dapat berbeda-beda tergantung species. Nilai
hematokrit biasanya dianggap sama manIaatnya dengan hitungan sel darah merah total
(Frandson, 1992).
Air dapat menjadi perantara bagi penularan bibit penyakit pada budidaya ikan. Apabila air yang
digunakan dalam budidaya telah tercemar atau mempunyai kualitas yang tidak memenuhi
persyaratan untuk budidaya ikan, maka ikan budidaya tersebut akan terserang bibit penyakit atau
parasit yang hidup pada air tersebut. Pada ikan yang terserang penyakit terjadi perubahan ada
nilai hematokrit, kadar hemoglobin, jumlah sel darah merah dan jumlah sel darah putih.
Pemeriksaan darah (hematologis) dapat digunakan sebagai indikator tingkat keparahan suatu
penyakit. Studi hematologis merupakan kriteria penting untuk diagnosis dan penentuan
kesehatan contoh endoparasit yang terdapat pada darah ikan adalah: Trypano8oma sp,
Sanguinicola sp, dan Haemogregarina sp (Alamanda, et al., 2007.).

$PULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulakan bahwa:
1. Faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit adalah jenis kelamin, umur, kondisi tubuh,
variasi harian, aktiIitas, spesies, musim dan keadaan stress. Sedangkan Iaktor yang
mempengaruhi jumlah leukosit adalah kondisi tubuh, stress, dan kurang makan.
2. Jumlah eritrosit pada ikan adalah 1.265.000 mm
3
, jumlah leukosit pada ikan adalah
14.525 mm
3
, dan kadar Hb adalah 10 g/dl. Jumlah eritrosit pada ayam adalah 695.000
mm
3
, jumlah leukosit pada ayam adalah 1400 mm
3
, dan kadar Hb adalah 8,3 g/dl. Jumlah
eritrosit pada mencit adalah 3.885.000 mm
3
, jumlah leukosit adalah 1650 mm
3
, dan kadar
Hb adalah 7,8 g/dl.
3. Bentuk sel darah merah ikan yaitu berinti, berbentuk elips dan berwarna merah muda..

DAFTAR RFRN$
Alamanda, Intan. E, dkk. 2007. Penggunaan Metode Hematologi dan Pengamatan Endoparasit
Darah untuk Penetapan Kesehatan Ikan Lele Dumbo (laria8gariepinu8) di Kolam Budidaya
Desa Mangkubumen Boyolali. iodiver8ita8 Vol. 8, No. 1 hal. 34-38. Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Bryon, A. S and S. Doroth. 1973. Text Book oI Physiology. St Burst The Moshy Co Toppon Co
Ltd. Japan.
Dallman, H. D dan E. M Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner I. UI Press. Jakarta.
Dukes, H. 1995. The Physiology oI Domestic Animal. Comstock Publishing Associated, New
York.
Junqueira, D. 1980. Histologi Dasar. EGC, Jakarta.
Frandson, R. D. 1986. Anatomy and physiology oI Farm Animals. Lea and Febiger,
Philadelphia.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. UGM Press. Yogyakarta
Guyton, A. C. 1976. Text Book oI Medical Physiology. W. B. Saunders Company Philadelphia
London. Toronto.
HoIIbrand, A. V dan J. E. Pettit. 1987. Haematologi. Penerbit EGC. Jakarta.
Kimball, J.W. 1988. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Lagler, F. K, J. E. Bardach, R. R Miller an D. M Passino. 1977. Ichthyology. Jhn Willey and
Sons, Canada
Oslon, C. 1973. Aulan Hematology in Riester HE and LH Schwarte. The Lowa State University
Press. USA.Pearce, E. C. 1979. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta.
Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ramesh, M. et al, 2008. Haematological and Biochemical Response in a Freshwater Fish
yprinu8 carpio Exposed to ChorlpyriIos. International journal oI Integrative Biology. India.
Schmidt, W. and Nelson, B. 1990. Animal Physiology. Harper Collins Publisher, New York.
Soetrisno. 1987. Diktat Fisiologi Ternak. Fakultas Peternakan Unsoed, Purwokerto.
Like
Be the Iirst to like this post.




B. Pembahasan
Darah merupakan jaringan pengikat yang terdiri atas cairan, yang memiliki
korpuskula yang tersuspensi dalam plasma. Plasma darah adalah adalah cairan yang komplek
yang berada dalam keadaan keseimbangan dinamik dengan cairan tubuh lain. Plasma terdiri
atas 90 air, 7-8 protein yang dapat larut, 1 elektrolit, dan sisanya 1-2 berbagai zat
yang lain (Villee et al, 1988). Hewan vertebrata memiliki komposisi darah yang hampir sama.
Darah terdiri dari cairan plasma kurang lebih 55 dan komponen seluler (sel darah) yang
berada dalam plasma kurang lebih 45. Sel-sel darah terdiri atas eritrosit (sel darah merah),
leukosit (sel darah putih), dan trombosit (Yuwono, 2001).
Metode pengukuran eritrosit, leukosit, dan kadar Hb. Cara menghitung eritrosit, dan
leukosit sama kecuali larutan yang digunakan. Untuk pengukuran eritrosit digunakan larutan
Hayem, untuk pengenceran eritrosit. Sedangkan untuk mengencerkan leukosit dengan
menggunakan larutan Turk. Sebelum darah digunakan untuk percobaan, darah ditambah
dengan larutan EDTA agar darah tidak mudah menggumpal. Pengukuran kadar Hb digunakan
pengencer HCl atau akuades, besarnya kadar Hb dapat diukur dengan membandingkan
larutan darah yang digunakan dengan larutan yang ada pada Haemometer.
Darah bagi organisme sangat penting, apabila terjadi kekurangan atau kelebihan sel darah
maka mengakibatkan tidak normalnya proses Iisiologis suatu organisme sehingga
menimbulkan suatu penyakit (Pearse, 1989). Fungsi dari sel-sel darah menurut Yuwono
(2001) antara lain :
1. Pengangkutan nutrien dari saluran pencernaan ke jaringan, ke dan dari organ-organ
penyimpan (misalnya asam laktat dari otot ke hati), memungkinkan spesialisasi
metabolik.
2. Pengangkutan produk ekskretori dari jaringan ke organ ekskretori, dari organ tempat
sintesis (misalnya urea dalam hati) ke ginjal.
3. Pengangkutan gas (oksigen dan karbondioksida) antara organ respiratori dan jaringan;
penyimpanan oksigen.
4. Pengangkutan hormon (misalnya adrenalin |respon cepat|, hormon pertumbuhan
|respon lambat|).
5. Pengangkutan sel Iungsi nonrespiratori (contohnya leukosit vertebrata); darah serangga
tidak memiliki Iungsi respiratori, tetapi membawa sejumlah tipe sel-sel darah.
6. Pengangkutan panas dari organ-organ yang dibagian dalam ke permukaan untuk
menghilangkan panas tersebut (esensil bagi hewan besar yang kecepatan metaboliknya
tinggi).
7. Transmisi gaya tekanan (contohnya untuk lokomosi pada cacing tanah; untuk memecah
cangkang pada waktu ganti kulit pada Crustaceae; untuk pergerakan organ seperti penis;
siIon pada Bivalvia; penjuluran kaki pada laba-laba; untuk ultraIiltrasi dalam kapiler
ginjal).
8. Kekebalan dan pertahanan tubuh dari serangan organisme penyebab penyakit dilakukan
oleh leukosit.
9. Koagulasi, karakteristik inherent pada berbagai darah dan cairan hemolymph; berIungsi
untuk proteksi terhadap kehilangan darah.
10. Pemeliharaan milieu interiur sesuai untuk sel-sel dalam kaitannya dengan pH, ion-ion,
nutrien.
Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah eritrosit dari sampel darah ikan adalah 27.000 sel/mm
3
dan 1.615.000 sel/mm
3
, pada ayam jumlah eritrositnya adalah 460.000 sel/mm
3
dan 675.000
sel/mm
3
. Jumlah sel eritrosit pada tiap-tiap spesies adalah berbeda satu sama lain (Legler,
1997). Hasil pengamatan yang diperoleh ada yang sesuai dengan pustaka dan ada yang tidak
sesuai. Hal ini disebabkan oleh perbedaan umur, ukuran, dan jenis kelamin masing-masing
spesies. Ikan yang aktiI eritrositnya lebih kecil dari ikan yang tidak aktiI, ukuran yang kecil
memungkinkan jumlah eritrosit yang lebih banyak (Hadikastowo, 1982).
Jumlah leukosit pada ayam berkisar antara 16.000-40.000 sel/mm
3
(Dukes, 1995),
sedangkan pada sel darah ikan 20.000-150.000 sel/mm
3
(Moyle and Cech, 2001). Menurut
HoIIbrand (1987), jumlah leukosit pada mamalia adalah 4-11 ribu sel/mm
3
. Hasil pengamatan
yang diperoleh tidak sesuai dengan pustaka. Hal ini disebabkan karena keterbatasan ketelitian
penglihatan dalam menghitung jumlah leukosit dengan menggunakan alat haemocytometer.
Besarnya jumlah leukosit selalu dipengaruhi oleh jumlah eritrosit, dimana jumlah leukosit
selalu lebih rendah daripada jumlah eritosit (Bevelander dan Judith, 1979). Sebagian hasil
pengamatan ternyata tidak sesuai dengan pernyataan tersebut. Hal ini disebabkan Iluktuasi
dalam jumlah leukosit pada tiap individu cukup besar pada kondisi tertentu, misalnya stress,
aktiIitas Iisiologis, gizi, umur, dan lain-lain (Hadikastowo, 1982).
Jumlah eritrosit dalam darah burung beragam dari satu spesies ke spesies lain dan
dipengaruhi oleh beberapa Iaktor yaitu umur, kondisi lingkungan, habitat, iklim, jenis
kelamin dan makanan yang dimakan. Jumlah leukosit yang dipengaruhi oleh Iaktor patologis
yang terjadi di dalam tubuh dan akan meningkat bila terjadi inIeksi yaitu pada saat sel
leukosit diperlukan untuk memIagositosis benda benda yang masuk ke dalam tubuh.
Leukosit melindungi tubuh dengan menimbulkan peradangan di tempat yang terkena inIeksi,
memIagositosis mikroba, merusak toksin, dan memproduksi antibodi (Mitchell, 1956).
Ukuran kecil memungkinkan jumlah eritrosit yang lebih banyak dalam ruangan tertentu.
Jumlah eritrosit berhubungan dengan sedikit banyaknya oksigen yang harus diikatnya.
Menurut Soetrisno (1989) jumlah leukosit juga dapat dipengaruhi oleh inIeksi, kehamilan,
keracunan bakteri, dan inIeksi oleh virus.
Kadar haemoglobin dalam darah ikan berdasarkan pengukuran sebesar 6,4 g/dl dan 6
g/dl, pada ayam sebesar 3,2 g/dl dan 2,4 g/dl, sedangkan pada kelinci sebesar 4,3 g/dl dan 9,4
g/dl. Kadar haemoglobin ikan sedikit mendekati kadar haemoglobin pada ikan yang
ditetapkan oleh Evans (1998), yaitu sebesar 7,9 g/dl. Kadar glukosa pada ikan yang dihitung
saat praktikum diperoleh sebesar 204 mg/dl, sedangkan menurut Villee (1988), ambang renal
glukosa adalah 150 mg/dl, sehingga angka yang diperoleh telah melebihi ambang renal.
Kadar glukosa pada ayam adalah 82 mg/dl, sedangkan pada kelinci sebesar 37 mg/dl dan 43
mg/dl.
Untuk pemeriksaan hematologi tersebut, biasanya dipakai darah vena yang dicampur
dengan antikoagulan, agar bahan darah tersebut tidak menggumpal. Antikoagulan yang sering
dipakai antara lain garam EDTA seperti tripotassium EDTA (K3EDTA). Beberapa
kepustakaan menyebutkan bahwa penggunaan garam EDTA yang berbeda dan atau
konsentrasinya yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan kuantitas maupun kualitas hasil
pemeriksaan. Lamanya penundaan pemeriksaan juga dapat memberikan hasil yang berbeda
untuk parameter tertentu (Diana,A.1998).

$PULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Jumlah eritrosit pada ikan Nila dari kelompok 2 adalah 3.650.000 sel/mm
3
. Sedangkan
jumlah leukosit Nila dari kelompok 2 sebesar 10.150 sel/mm
3
.
2. Faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit yaitu umur, jenis kelamin, spesies,
iklim, kondisi lingkungan dan lain-lain.
3. Bentuk eritrosit pada vertebrata kecuali Mamalia adalah oval tidak berinti dan leukosit
berinti dan bersiIat motil.


DAFTAR RFRN$

Aulia, diana. 1998. Pengaruh Lamanya Penyimpanan Darah dengan Antikoagulan
Tripotassium Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (K3Edta )dalam Tabung Vacuette
terhadap Beberapa Parameter Hematologi. Perpustakaan pusat UI. Jakarta.

Beverlander, G. A. dan A. R. Judith. 1979. Dasar-dasar Histologi Edisi 8. Erlangga, Jakarta.

Dukes, H. H. 1995. The Phisiology oI Domestic Animals. Constock Publishing Associates,
New York.
Hadikastowo. 1982. Zoologi Umum. Alumni, Bandung.

HoIIbrand, A. V dan J. E. Pettit. 1987. Haematologi. Penerbit EGC, Jakarta.
Legler, K. F. 1997. The Study oI Fishes. The University oI Michigan Ann Arbor, Michigan.
Mitchell, P. H. 1956. General Physiology. Mc Graw Hill Book Co, New York.

Moyle, P. B and J. J. Cech. 2001. Fisher and Introduction to Ichtyology 4
th
. Prentice, Inc.
London.
Oslon, C. 1973. Aulan Hematology in Riester HE and LH Schwarte. The Lowa State
University Press, USA.
Pearse, E. C. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia, Jakarta.
Soetrisno, 1989. Diktat Fisiologi Ternak. Fakultas Peternakan UNSOED, Purwokerto.

Ville, C. A, Walker, W, and Barnes, R. D. 1988. Zoologi Umum Edisi 6. Penerbit Erlangga,
jakarta.

Yuwono, E. 2001Buku Ajar Fisiologi Hewan I. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.










Laporan mikrobiologi morfologi mikroba - Document
Transcript
1. LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI ERSIT NIV A U S OLEH NAMA :
MIFTA NUR RAHMAT STAMBUK : F1C1 08 001FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2011
2. I. JUDUL Percobaan ini berjudul : MorIologi MikrobaII. TUJUAN Tujuan dari
percobaan ini adalah : 1. Mengetahui siIat-siIat morIologi bakteriIII. PRINSIP DASAR
Menurut bentuk dan struktur selnya makhluk hidup dibedakan menjadi dua yaitumakhluk
hidup bersel banyak dan makhluk hidup bersel satu, makhluk ini tidak dapat
terlihatdengan mata kita, karena panca indra manusia memiliki kemampuan daya pisah
atau daya lihatyang sangat terbatas. Oleh karena itu banyak masalah mengenai benda atau
organisme yangakan diamati dan pengamatan itu hanya bisa dilakukan dengan
menggunakan alat bantu. Salahsatu alat bantu yang sering digunakan dalam penelitian
atau pengamatan tentang organisme yangtidak bisa dilihat dengan mata, terutama dalam
bidang kedokteran dan biologi adalah mikroskopdalam (bahasa latin mikro diartikan kecil
sedangkan scopium berarti penglihatan). Mikroskopsering digunakan untuk, meningkat
kemampuan daya pisah atau lihat seseorang sehinggamemungkinkan dapat mengamati
obyek yang sangat halus dan tidak dapat terlihat oleh mataterbuka (Dwidjoseputro,
1994). Bakteri adalah makhluk hidup yang kecil sehingga tidak bisa di lihat dengan
matatelanjang (tanpa bantuan alat pembesar). Begitu juga halnya dengan paramecium dan
sebagainyasehingga bantuan alat pembesar ini sangat diperlukan. Alat pembesar ini
selain diperlukan untukmelihat bakteri, alat pembesar juga sangat diperlukan untuk
melihat isi dari sel pada makhluk
3. hidup, bentuk organisme-organisme yang kecil, untuk melihat jaringan yang ada di dalam
tubuhorganisme, serta banyak lagi hal lainnya (Syamsuri, 2000). Bakteri dapat
digolongkan menjadi dua kelompok yaitu Gram positiI dan Gram negatiIdidasarkan pada
perbedaan struktur dinging sel. Pada umumnya bakteri gram negatiI lebih tahanterhadap
aktivitas antimikroba dibandingkan dengan bakteri gram positiI. Perbedaan daya tahanini
disebabkan karena perbedaan komponen penyusun dinding sel (Rahayu, 2000). Bakteri
GrampositiI memiliki dinding sel yang terdiri dari 40 lapis rangka dasar murein, meliputi
30-70 berat kering dinding sel bakteri. Murein adalah senyawa yang tersusun dari N-
asetil glukosamindan N-asetil asam muramat yang terikat oleh ikatan 1,4--glikosida.
Senyawa lain penyusundinding sel gram positiI adalah polisakarida yang terikat secara
kovalen, dan asam teikoat yangsangat spesiIik. Sementara bakteri Gram negatiI memiliki
1 lapis rangka dasar murein, dan hanyameliputi 10 dari berat kering dinding sel.
Murein hanya mengandung diaminopemelat, dantidak mengandung lisin. Di luar rangka
murein tersebut terdapat sejumlah besar lipoprotein,lipopolisakarida, dan lipida jenis lain.
Senyawa-senyawa ini merupakan 80 penyusun dindingsel. Asam teikoat tidak terdapat
dalam dinding sel ini (Sumarsih, 2003).
4. Murein Bakteri gram-positiI Bacillus anthracis (batang ungu) pada cairan serebrospinal.
Sel yang lain adalah sel darah putih. Bakteri gram negatiI Pseudomonas aeruginosa
berbentuk batang berwarna merah mudaBakteri merupakan makhluk hidup uniseluler
(prokariotik) yang dapat bersiIat patogen(penyakit) dan non patogen bagi manusia.
Bakteri pada umumnya hidup secara berkoloni, ciri-ciri koloni bakteri adalah sebagai
berikut:
5. Beberapa bakteri sulit diwarnai dengan zat warna basa. Tapi mudah dilihat dengan
pewarnaannegatiI. Zat warna tidak akan mewarnai sel melainkan mewarnai lingkungan
sekitarnya, sehinggasel tampak transparan dengan latar belakang hitam. Pewarnaan
diIerensial yang sangat bergunadan paling banyak digunakan dalam laboratorium
mikrobiologi, karena merupakan tahapanpenting dalam langkah awal identiIikasi.
Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnyalapisan peptidoglikan di dinding sel dan
banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran selbakteri. Jenis bakteri berdasarkan
pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram positiI dangram negatiI. Bakteri gram
positiI memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis.Sedangkan baktri gram
negatiI mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapismembran sel
(Anonymous, 2008).
6. IV. ALAT DAN BAHAN 1. Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah: -
Mikroskop Cahaya - Kaca Objek - Pipet tetes - Tabung Reaksi - Ose Bulat - Cawan Petri
2. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah: - Sampel bakteri - Larutan alkohol
- Larutan metilen blue - Larutan Lugol - Larutan kirstal VioletV. CARA KERJA 1.
Penyiapan Olesan Kaca Objek - Dibersihkan dengan sabun - Dibilas dengan aquades -
Dibersihkan kembali dengan kapas beralkohol 70 - Diletakkan sespensi bakterti dengan
menggunakan kawat ose dilakukan di dekat api - DiIiksasi kaca objek berulang- ulang
hingga terbentuk lapisan putih tipis di atas kaca objek (bakteri menempel)
7. Olesan Siap Pakai2. Uji Pewarnaan Sederhana Olesan Siap Pakai - Ditetesi dengan zat
warna metilen blue - Dibiarkan selama 1 2 menit - Dibilas dengan aquades -
Dikeringkan - Ditetesi dengan imersi oil - Diamati di bawah miokroskop Hasil
Pengamatan3. Uji Pewarnaan Gram Olesan Siap Pakai - Ditetesi dengan zat warna
Gentian Violet - Dibiarkan selama 3 menit - Dibilas dengan aquades - Dikeringkan -
Diteteskan Lugol - Dibiarkan selama 1 menit - Dibilas dengan aquades - Diteteskan
alkohol 195 - Diratakan alkohol di permukaan kaca objek - Ditetesi dengan imersi oil -
Diamati di bawah miokroskop Hasil Pengamatan
8. VI. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Percobaan a. Uji pewarnaan
sederhana Cara Kerja : Dampak/Hasil Buat preparat ulas (smear) yang telah Sel bakteri
tertempel pada permukaan diIiksasi dari bakteri sampel kaca (object glas) Teteskan
metilen blue sebagai pewarna Metilen blue akan mewarnai seluruh utama pada preparat,
usahakan ulasan permukaan sel bakteri sampel terwarnai dan tunggu selama 1 menit
Cuci dengan akuades mengalir Keringkan preparat dengan kertas tissue yang ditempelkan
di sisi ulasan (jangan sampai merusak ulasan) lalu biarkan mengering di udara. Hasil
pewarnaan sederhana dilihat dari mikroskop b. Uji pewarnaan gram Cara Kerja :
Dampak/Hasil Buat preparat ulas (smear) yang telah Sel bakteri tertempel pada
permukaan diIiksasi dari bakteri sampel kaca (object glas) Teteskan kristal violet sebagai
Kristal ungu akan mewarnai seluruh pewarna utama pada preparat, permukaan sel bakteri
sampel usahakan ulasan terwarnai dan tunggu selama 1 menit Cuci dengan akuades
mengalir Teteskan mordant (lugol,s iodine) lalu Adanya lugol`s iodine menyebabkan
tunggu 1 menit adanya ikatan CV dengan iodine yang akan meningkatkan aIinitas
pengikatan
9. zat warna oleh bakteri. Pada gram positiI dapat terbentuk CV iodinribonukleat pada
dinding sel Cuci dengan akuades mengalir Beri larutan pemucat (ethanol 96/ Penetesan
etanol absolut menyebabkan aseton) setetes demi setetes hingga terbentuknya pori-pori
pada gram negatiI etanol yang jatuh berwarna jernih. yang memiliki banyak lapisan
lemak Jangan sampai terlalu banyak (lipid larut dalam etanol), sehingga (overdecolorize)
komplek CV-iodine akan lepas dari permukaan sel gram negatiI, sedangkan pada gram
positiI CV-iodine tetap menempel di dinding sel, sel gram negatiI menjadi bening Cuci
dengan akuades mengalir Keringkan preparat dengan kertas tissue yang ditempelkan di
sisi ulasan (jangan sampai merusak ulasan) lalu biarkan mengering di udara. Hasil dari
pewarnaan gram dilihat dari mikrskop Gram positiI : Bacillus anthracis (batang ungu) 2.
Pembahasan Dunia mikrobiologi sangat erat kaitannya dengan mikroba, atau dengan kata
lain hewanberukuran renik. Secara garis besar, mikroba terbagi atas lima golongan besar
yaitu, bakteri,jamur, kapang, virus dan mikro alga. Namun dalam percobaan kali ini,
kami hanya menjadikanbakteri sebagai bahan amatan. Bakteri merupakan makhluk hidup
uniseluler (prokariotik) yangdapat bersiIat patogen (penyakit) dan non patogen bagi
manusia. Bakteri pada umumnya hidupsecara berkoloni, ciri-ciri koloni bakteri adalah
berbentuk circular, irregular, Ilat, raised, spindle,Iilamentous, convex, umbonate dan
rhizoid.
10.Dalam percobaan ini, pengamatan morIologi bakteri hanya diIokuskan pada pewarnaan
bakterisaja, sehingga bentuk-bentuk morIologi bakteri tidak akan dibahas lebih lanjut
dalam laporan ini. Sel bakteri dapat teramati dengan jelas jika digunakan mikroskop
dengan perbesaran100x10 yang ditambah minyak imersi. Jika dibuat preparat ulas tanpa
pewarnaan, sel bakteri sulitterlihat. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri
dengan menempelkan zat warna kepermukaan sel bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi
dan membiaskan cahaya, sehingga kontrassel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatkan.
Zat warna yang digunakan bersiIat asam atau basa. Pada zat warna basa, bagian
yangberperan dalam memberikan warna disebut kromoIor dan mempunyai muatan
positiI. Sebaliknyapada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna
memiliki muatan negatiI. Zatwarna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatiI
banyak banyak ditemukan padapermukaan sel. Contoh zat warna asam antara lain Crystal
Violet, Methylene Blue, SaIranin, BaseFuchsin, Malachite Green dll. Sedangkan zat
warna basa antara lain Eosin, Congo Red dll. Sebelum dilakukan pewarnaan dibuat
ulasan bakteri di atas object glass yang kemudiandiIiksasi. Jangan menggunakan suspensi
bakteri yang terlalu padat, tapi jika suspensi bakteriterlalu encer, maka akan diperoleh
kesulitan saat mencari bakteri dengan mikroskop. Fiksasibertujuan untuk mematikan
bakteri dan melekatkan sel bakteri pada object glass tanpa merusakstruktur selnya.
11.Beberapa bakteri sulit diwarnai dengan zat warna basa. Tapi mudah dilihat
denganpewarnaan negatiI (pewarnaan negatiI tidak dilakukan). Zat warna tidak akan
mewarnai selmelainkan mewarnai lingkungan sekitarnya, sehingga sel tampak transparan
dengan latarbelakang hitam. Pewarnaan diIerensial yang sangat berguna dan paling
banyak digunakan dalamlaboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan penting
dalam langkah awal identiIikasi.Anda Merasa Terbantu dengan Artikel ini???Dukung
kami dengan mengirimkan Pulsa di No:ADMIN : 0852 417 82228Radio Mu`adz : 0852
9933 1996
12.Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel
danbanyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan
pewarnaangram dibagi menjadi dua yaitu gram positiI dan gram negatiI. Bakteri gram
positiI memilikidinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan baktri gram
negatiI mempunyaidinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel.
Pewarnaan bakteri sederhana dilakukan dengan memberikan zat warna bersiIat
asam,yaitu metilen blue pada kaca preparat yang telah diIiksasi bakteri sampel.
Umumnya zat warnabersiIat asam khususnya metilen blue memiliki muatan negatiI yang
sangat membantu dalammewarnai bakteri. Karena muatan negatiI ini banyak terdapat
pada permukaan sel bakteri,sehingga zat warna yang diberikan gampang melekat di
permukaan sel bakteri. Dari hasilpengamatan di bawah mikroskop didapatkan hasil
berupa penampakan bakteri berbentuk batang. Pewarnaan gram dilakukan dengan
memberi warna kristal violet pada kaca preparat yangtelah diIiksasi bakteri sampel.
Kemudian kaca preparat dicuci dengan mengalirkan akuades,tujuannya adalah untuk
menghilangkan sisa warna kristal violet yang tidak melekat pada baterisampel. Kemudian
diteteskan mordant atau reagen lugol (iodin). Penambahan lugolmenyebabkan adanya
ikatan CV dengan iodine yang akan meningkatkan aIinitas pengikatan zatwarna oleh
bakteri. Pada gram positiI dapat terbentuk CV iodinribonukleat pada dinding
sel.Selanjutnya kaca preaparat dicuci dengan akuades kembali untuk menghilangkan
pewarnaberlebih. Tahap selanjutnya adalah pemberian larutan pemucat (alkohol 96)
setetes demisetetes hingga alkohol yang jatuh dari kaca preparat berwarna jernih. Tujuan
dari pemberianlarutan pemucat ini adalah untuk membentuk pori-pori pada gram negatiI
yang memiliki banyaklapisan lemak (lipid larut dalam etanol), sehingga komplek CV-
iodine akan lepas dari permukaan
13.sel gram negatiI, sedangkan pada gram positiI CV-iodine tetap menempel di dinding sel,
sel gramnegatiI menjadi bening. Tahap selanjutnya adalah penambahan larutan saIranin
dengan proseduryang sama dengan penambahan zat pewarnaan lainnya, namun
penambahan ini tidak dilakukankarena keterbatasan bahan yang ada di laboratorium.
Penambahan ini bertujuan untukmemberikan warna merah terhadap bakteri gram negatiI
dan berIungsi mengkontraskan warna.Tahapan selanjutnya adalah mencuci preparat
dengan akuades dan dikeringkan dengan kertastissu. Fase yang paling kritis dari prosedur
di atas adalah tahap dekolorisasi yangmengakibatkan CV-iodine lepas dari sel. Pemberian
ethanol jangan sampai berlebih yang akanmenyebabkan overdecolorization sehingga sel
gram positiI tampak seperti gram negatiI. Namunjuga jangan sampai terlalu sedikit dalam
penetesan etanol (underdecolorization) yang tidak akanmelarutkan CV-iodine secara
sempurna sehingga sel gram negatiI seperti gram positiI. Preparasi pewarnaan gram
terbaik adalah menggunakan kultur muda yang tidak lebihlama dari 24 jam. Umur kultur
akan berpengaruh pada kemampuan sel menyerap warna utama(CV), khususnya pada
gram positiI. Mungkin akan menampakkan gram variabel yaitu satu jenissel, sebagian
berwarna ungu dan sebagian merah karena pengaruh umur. Walaupun ada
beberapaspecies yang memang bersiIat gram variabel seperti pada genus Acinetobacter
dan Arthrobacter. Hasil dari pewarnaan gram ini adalah didapatkan bakteri gram positiI
dengan morIologiberbentuk batang, dan siIat siIat lainnya yang sangat mirip dengan
bakteri Bacillus anthracis.VII. KESIMPULAN
14.SiIat siIat morIologi bakteri dapat dikenali dengan cara melihat bentuk koloni
bakteripada media tumbuh, melihat sel bakteri dengan pewarnaan sederhana dan
pewarnaan gram yangkemudian diamati dengan mikroskop.
15.DAFTAR PUSTAKAAnonymous, 2008, Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Dasar,
Universitas Jendral Sudirman, PurwokertoDwidjoseputro, D. 1994. Dasar-dasar
Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.Rahayu, Winiati Pudji, 2000, Aktivitas Antimikroba
Bumbu Masakan Tradisional Hasil Olahan Industri terhadap Bakteri Patogen dan
Perusak, Buletin Teknologi dan Industri Pangan, Vol. XI, No. 2, IPB.Syamsuri., I. 2000.
Biologi 2000. Erlangga. Jakarta.Sumarsih, Sri, 2003, Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar,
Faperta UPN 'Veteran Yogyakarta.


8A8 l
LnuAPuLuAn

11 1u[uan ercobaan
1u[uan darl percobaan lnl adalah mempela[arl perbedaan morfologl darl maslngmaslng mlkroba

12 LaLar 8elakang
Morfologl sel mlkroba dapaL dlamaLl dengan dua cara yalLu pengamaLan sel hldup yang Lldak dlwarnal
dan pengamaLan sel maLl yang dlwarnal Sel yang hldup Lldak berwarna sehlngga sullL dlamaLl Mlkroba
dapaL dlwarnal Lanpa mewarnal llngkungan seklLarnyaengecaLan adalah suaLu cara unLuk membuaL
[asad renlk leblh mudah dlamaLl dl bawah mlkroskop sehlngga dapaL membanLu dalam ldenLlflkasl dan
klaslflkasl bakLerl Se[umlah besar kolonl mlkroba menarlk perhaLlan oleh warnanya yang mencolok
dlsebabkan karena Ler[adl ekskresl zaL warna ke dalam medlum aLau fermenLasl sel kemampuan unLuk
membenLuk zaL warna Lerflkasl secara geneLlk dan demlklan merupakan suaLu penanda khusus
(Schlegel 1992)
u[l pewarnaan bakLerl yang menggunakan pewarnaan gram yang dllakukan dengan menggunakan
speclmen yang dldapaL darl rekLal feses aLau munLahan yang dlkeluarkan oleh hewan aLau Lernak yang
Lerserang lnfeksl darl suaLu bakLerl ewarnaan dlferenslal yang sangaL berguna dan pallng banyak
dlgunakan dalam laboraLorlum mlkroblologl karena merupakan Lahapan penLlng dalam langkah awal
ldenLlflkasl ewarnaan lnl dldasarkan pada Lebal aLau Llplsnya laplsan pepLldogllkan dl dlndlng sel dan
banyak sedlklLnya laplsan lemak pada membran sel bakLerl (kurnla 2010)
!asad hldup yang ukurannya kecll serlng dlsebuL sebagal mlkroba aLau mlkroorganlsme aLau [asad renlk
!asad renlk dlsebuL sebagal mlkroba bukan hanya karena ukurannya yang kecll sehlngga sukar dlllhaL
dengan maLa blasa LeLapl [uga pengaLuran kehldupannya yang leblh sederhana dlbandlngkan dengan
[asad LlngkaL Llnggl MaLa blasa Lldak dapaL mellhaL [asad yang ukurannya kurang darl 01 mm ukuran
mlkroba blasanya dlnyaLakan dalam mlkron ( ) 1 mlkron adalah 0001 mm Sel mlkroba umumnya
hanya dapaL dlllhaL dengan alaL pembesar aLau mlkroskop walaupun demlklan ada mlkroba yang
berukuran besar sehlngga dapaL dlllhaL Lanpa alaL pembesar (kurnla 2010)



























8A8 ll
uASA8 1LC8l

ueskrlpsl bakLerl khamlr dan fungl berlsl karakLer morfologlnya SeperLl apakah mereka berbenLuk
cembung kokus aLau splral Apakah berbenLuk kapsul Apakah dlLemukan menyendlrl aLau dalam
kumpulan (rangkalan pakeL) Apakah mereka berflagella dan leLak darl llagella LersebuL Apakah
mereka memproduksl spora dan apa reaksl mereka unLuk pewarnaan Cram (Schlegel 1992)
ChrlsLlan Cram seorang ahll bakLerl uenmark pada Lahun 1884 secara kebeLulan menemukan prosedur
pewarnaan Cram ewarnaan lnl mungkln merupakan salah saLu prosedur yang amaL penLlng dan pallng
banyak dlgunakan dalam klaslflkasl mlkroba uengan meLode lnl mlkroba dapaL dlbedakan secara
umum men[adl dua kelompok besar yalLu (a) organlsme yang dapaL menahan kompleks pewarna
prlmer ungu krlsLal lodlum sampal pada akhlr prosedur (selsel Lampak blru gelap aLau ungu) dlsebuL
Cram poslLlf (b) organlsme yang kehllangan kompleks warna ungu krlsLal pada wakLu pembllasan
dengan alkohol namun kemudlan Lerwarnal oleh pewarna Landlngan safranln sehlngga sel Lampak
merah muda dlsebuL Cram negaLlf (PadloeLomo 1983)
ZaL warna adalah senyawa klmla berupa garamgaram yang salah saLu lonnya berwarna Caram Lerdlrl
darl lon bermuaLan poslLlf dan lon bermuaLan negaLlf Senyawasenyawa klmla lnl berguna unLuk
membedakan bakLerlbakLerl karena reakslnya dengan sel bakLerl akan memberlkan warna yang
berbeda erbedaan lnllah yang dlgunakan sebagal dasar pewarnaan bakLerl Selsel dapaL dlbagl
men[adl dua golongan yalLu asam dan basa !lka warna LerleLak dalam muaLan poslLlf darl zaL warna
maka dlsebuL zaL warna basa !lka warna LerdapaL pada lon negaLlf maka dlsebuL zaL warna asam
ConLoh zaL warna basa adalah meLhylen blue safranln neLral red dan lalnlaln Sedangkan anlonnya
pada umumnya adalah Cl SC4 CP3CCCP CCCPCCC ZaL warna asam umumnya mempunyal slfaL
dapaL bersenyawa leblh cepaL dengan baglan slLoplasma sel sedangkan zaL warna basa mudah bereaksl
dengan baglanbaglan lnLl sel ewarnaan bakLerl dlpengaruhl oleh fakLorfakLor seperLl flksasl
pelunLur warna subsLraL lnLenslflkaslpewarnaan dan penggunaan zaL warna penuLup
(SuLedo 1991)
kumankuman dlklaslflkaslkan sebagal gram poslLlf aLau negaLlf berdasarkan responnya Lerhadap
pewarnaan gram rosedur pewarnaan lnl dlnamakan menuruL penemunya dlkembangkan dalam suaLu
usaha unLuk mewarnal kuman secara selekLlf dalam [arlngan[arlngan yang Lerkena lnfeksl Selsel mula
mula dlwarnal dengan krlsLal ungu dan lodlum dan kemudlan dlcucl dengan aseLon aLau alkohol
Langkah Lerakhlr akan menghllangkan warna kumankuman gram negaLlf LeLapl Lldak darl kumankuman
gram poslLlf (!aweLz 1993)
Morfologl kuman dapaL dlbagl dalam Llga benLuk uLama yalLu kokus baLang dan splral kokus yalLu
kuman berbenLuk bulaL dapaL Lersusun sebagal berlkuL mlkrokokus (slngle) dlplokokud (berpasangan
duadua) pneumokokus LeLrade sLrepLokokus dan sLafllokokus 8aclllus yalLu kumpulan berbenLuk
baLang dengan pan[ang bervarlasl darl 210 kall dlameLer kuman LersebuL kokobasllus (baLang sangaL
pendek menyerupal kokus) fuslformls sLrepLobasllus (bergandengan membenLuk suaLu fllamen) Splral
vlbrlo splrlllum dan splrokhaeLa (Assanl 1997)
8enLuk dan sLrukLur bakLerl dapaL dlamaLl dengan dua cara
1 MengamaLl pergerakan selsel hldupnya Lanpa pewarnaan
2 MengamaLl selsel maLl dengan pewarnaan
8erdasarkan benLuk morfologlnya maka bakLerl dlbedakan aLas
1 8enLuk bola aLau coccl (Lunggal coccus)
2 8enLuk baLang aLau baclllls (Lunggal baclllus)
3 8enLuk splral aLau sprllll (Llnggal sprllllum)
4 8enLuk koma aLau vlbrlos (Lunggal vlbrlo)
8akLerl yang hldup hamplr Lldak berwarna dan Lldak konLras dengan alr dl mana selsel bakLerl LersebuL
dlsuspenslkan Cleh karena lLu pengamaLan Lanpa pewarnaan men[adl leblh sukar dan Lldak dapaL
dlgunakan unLuk mellhaL baglanbaglan sel dengan LellLl ewarnaan akan menyebabkan bakLerlbakLerl
LersebuL konLras berwarna dengan sekellllngnya sehlngga akan LerllhaL [elas Adapun Lu[uan darl
pewarnaan adalah unLuk memudahkan mellhaL bakLerl dengan mlkroskop memper[elas benLuk dan
ukuran bakLerl mellhaL sLrukLur luar dan dalam bakLerl seperLl dlndlng sel dan vakuola serLa
menghasllkan slfaLslfaL flslk dan klmla yang khas darl bakLerl (volk dan Wheeler 1980)
khamlr adalah mlkroorganlsme bersel Lunggal dengan
ukuran anLara 3 dan 20 mlkron 8lasanya berukuran 310
kall leblh besar darl bakLerl 1erdapaL berbagal macam
benLuk ragl dan benLuk serlngkall LerganLung darl cara
pembelahan selnya Sel khamlr dapaL berbenLuk lon[ong
benLuk baLang aLau bulaL Selsel khamlr serlng dl[umpal
secara Lunggal LeLapl apablla anakanak sel Lldak
dllepaskan darl lnduknya seLelah pembelahan maka akan
Ler[adl benLuk yang dlsebuL pseudomlselllum khamlr
Lldak bergerak karena lLu Lldak mempunyal flagella
8eberapa [enls khamlr membenLuk kapsul dl sebelah luar
(8uckle 1987)
ZaL warna yang cocok unLuk pewarnaan khamlr adalah laruLan meLhylen blue ada pengecaLan
sederhana dengan pemberlan meLhylen blue 01 sel khamlr dapaL dlbedakan anLara sel maLl dan yang
hldup Sel yang maLl akan berwarna blru sedangkan yang hldup akan berwarna Lransparan Pal lnl
dlsebabkan karena slfaL membran sel yang selekLlf semlpermeabel Cara pewarnaan gram dlmulal
dengan pemberlan suaLu zaL warna dasar krlsLal ungu SuaLu laruLan lodlum kemudlan dlberlkan
sehlngga sampal dlslnl semua kuman akan berwarna blru kemudlan selsel dlberl alkohol Selsel gram
poslLlf akan memperLahankan kompleks krlsLal ungulodlum dan LeLap berwarna blru Selsel gram
negaLlf akan kehllangan warna sama sekall oleh alkohol Sebagal langkah Lerakhlr suaLu zaL warna
konLras (seperLl zaL warna merah safranln) dlLuangkan pada selsel sehlngga selsel gram negaLlf yang
Lelah kehllangan warna akan mendapaL warna konLras semenLara sel gram poslLlf akan Lampak ungu
Agar memperoleh hasll pewarnaan yang balk dlperhaLlkan fakLorfakLor berlkuL
Celas alaL berslh dan bebas lemak
umur blakan
kuallLas zaL warna
1ebal Llpls sedlaan 8lla sedlaan Lerlalu Lebal aLau Lldak raLa maka peneLrasl warna zaL warna akan
berbedabeda
(Assanl 1997)
erbedaan pewarnaan memerlukan penggunaan pallng sedlklL 3 reagen klmla 8eagen perLama dlsebuL
reagen prlmer yang berfungsl unLuk mewarnal seluruh sel unLuk membuaL warna konLras 8eagen kedua
yang dlgunakan adalah agen pewarnaan kemball 8eagen Lerakhlr counLersLaln mempunyal warna
konLras dengan pewarna prlmer 8lla pewarna prlmer berplndah komponen sel dlwarnal kemball akan
menerlma warna konLras darl counLersLaln uengan cara lnl Llpe sel aLau sLrukLur dapaL dlbedakan saLu
sama laln dengan dasar pewarnaan yang dlLahan (!aweLz 1993)


uAl1A8 uS1AkA

Assanl Suslanl 1997 8ahan A[ar Mlkroblologl kedokLeran ulress !akarLa

8uckle kA 1987 llmu angan ulress !akarLa

PadloeLomo 8S 1983 Mlkroblologl uasar dalam rakLlk 1 Cramedla usLaka uLama !akarLa

!aweLz L !L Menlck LA Adelberg 1993 Mlkroblologl unLuk rofesl kesehaLan Ldlsl 16 LCC !akarLa

kurnla 2010 Cram sLalnlng
hLLp // kurnlablogspoLcom
ulakses pada Langgal 18 november 2010

Schlegel Pans C 1992 Ceneral Mlcroblology 7Lh edlLlon Cambrldge unlverslLy ress London

SuLe[do dkk 1991 Mlkroblologl 1anah 8lneka ClpLa !akarLa

volk dan Wheeler 1980 Mlkroblologl uasar !llld l Lrlangga !akarLa




4.2 Pembahasan
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morIologi, struktur dan siIat-siIat yang khas,
termasuk bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-
sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk melihat dan mengamati bentuk sel
bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, sehingga untuk diidentiIikasi ialah dengan metode
pengecatan atau pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Hal
tersebut juga berIungsi untuk mengetahui siIat Iisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel
bakteri melalui serangkaian pengecatan. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini
merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies bakteri
menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positiI dan gram-negatiI, berdasarkan siIat kimia dan
Iisik dinding sel mereka. Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu bakteri Gram positiI dan Gram negatiI berdasarkan reaksi atau siIat bakteri
terhadap cat tersebut. Reaksi atau siIat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya.
Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak
mempunyai dinding sel.
Bakteri gram positiI dan negatiI memiliki perbedaan yang sangat jelas setelah proses pewarnaan.
Bakteri gram positiI akan mempertahankan warna crystal violet selama proses pewarnaan dan
memiliki kandungan lemak yang rendah. Sehingga warna bakteri saat diamati dengan mikroskop
adalah biru atau ungu. Sedangkan bakteri gram negatiI tidak dapat mempertahankan warna
crystal violet, menyerap warna saIranin dan memiliki kandungan lemak yang tinggi, sehingga
warna yang diamati setelah pengecatan berwarna merah.
Hal ini didasarkan pada perbedaan dinding sel bakteri gram positiI dan negatiI. Bakteri gram
positiI memiliki dinding sel yang tebal sehingga warna crystal violet tidak mudah luntur.
Sedangkan bakteri gram negatiI memiliki dinding sel yang tipis sehingga tidak dapat
mempertahankan warna crystal violet. Beberapa perbedaan siIat yang dapat dijumpai antara
bakteri Gram positiI dan bakteri Gram negatiI dilihat dari ciri-ciri masing-masing jenis bakteri
tersebut, yaitu:
1. Ciri-ciri bakteri gram negatiI yaitu
a. Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 15 mm, berlapis tiga atau multilayer.
b. Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22), peptidoglikan terdapat didalam
lapisan kaku sebelah dalam dengan jumlah sedikit 10 dari berat kering.
c. Tidak mengandung asam tekoat.
d. Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
e. Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya kristal violet.
I. Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatiI sederhana.
g. Tidak resisten terhadap gangguan Iisik.
h. Resistensi terhadap alkali (1 KOH) lebih pekat.
i. Peka terhadap streptomisin.
j. Toksin yang dibentuk oleh bakteri adalah berupa Endotoksin.

2. Ciri-ciri bakteri gram positiI yaitu:
a. Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau monolayer.
b. Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4), peptidoglikan ada yang sebagai
lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50 berat ringan.
c. Mengandung asam tekoat.
d. BersiIat lebih rentan terhadap penisilin.
e. Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal.
I. Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
g. Lebih resisten terhadap gangguan Iisik.
h. Resistensi terhadap alkali (1 KOH) larut.
i. Tidak peka terhadap streptomisin.
j. Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin.
Larutan yang digunakan dalam proses pewarnaan bakteri terbagi menjadi empat macam, yaitu
crystal violet , lugol iodine, aseton alkohol dan saIranin. Pemberian cat warna utama (cairan
kristal violet) berwarna ungu.
Kemudian pemberian warna lugol iodine menyebabkan adanya ikatan CV dengan iodine yang
akan meningkatkan aIinitas pengikatan zat warna oleh bakteri. Pada gram positiI dapat terbentuk
CV iodinribonukleat pada dinding setelah itu dibilas dengan air, kemudian dituangi dengan
aseton alkohol sampai pewarna itu luntur. Fungsi aseton ini untuk menyebabkan terbentuknya
pori-pori pada gram negatiI yang memiliki banyak lapisan lemak (lipid larut dalam etanol),
sehingga komplek CV-iodine akan lepas dari permukaan sel gram negatiI, sedangkan pada gram
positiI CV-iodine tetap menempel di dinding sel, sel gram negatiI menjadi bening.
Pewarnaan yang terakhir dengan menggunakan saIranin, saIranin ini berIungsi untuk mewarnai
sel gram negatiI menjadi berwarna merah, sedangkan gram positiI tidak terpengaruh. Sedangkan
untuk khamir, pengamatan sel khamir/yeast menggunakan methylen blue yang berIungsi untuk
memberikan kontras pada sel khamir. Selain itu juga untuk membedakan sel khamir yang mati
(akan berwarna biru) dan sel yang hidup (transparan).
Hasil percobaan pada bakteri E. Coli setelah proses pengecatan dan diamati dengan mikroskop
dengan perbesaran 1000x didapatkan bahwa bakteri tersebut merupakan bakteri gram negatiI,
karena bakteri menyerap zat warna saIranin sehingga berwarna merah saat diamati dengan
mikroskop. MorIologi Escherichia coli berbentuk batang atau basil. Kata basil berasal dari kata
bacillus yang berarti batang. Sedangkan pada khamir, setelah dicat dengan methylen blue dan
diamati dengan perbesaran 400x dan 1000x didapatkan khamir tersebut berwarna biru. Hal ini
menandakan bahwa Saccaromyces cerevisiae yang diamati merupakan sel khamir yang mati.
MorIologi dari sel kamir tersebut berbentuk bulat (coccus).




BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah:
1. Pewarnaan pada mikroba dilakukan untuk mempermudah pengamatan, identiIikasi dan
klasiIikasi morIologi di bawah mikroskop.
2. Cat Gram A berIungsi untuk memberikan warna ungu pada mikroba. Cat Gram B merupakan
cat mordan yang berIungsi pengintensiIikasian. Cat Gram C berIungsi melunturkan cat
sebelumnya. Cat Gram D berIungsi memberikan warna pada mikroorganisme sekunder.
Methylen blue berIungsi memberi kontras pada sel, sehingga akan memperjelas morIologi.
3. Bakteri dikatakan Gram positiI jika menyerap cat warna ungu dan dikatakan Gram negatiI bila
menyerap pewarna merah.
4. Bakteri E. coli menyerap cat saIranin (Gram negatiI).
5. Sel khamir yang mati berwarna biru sedangkan untuk sel hidup tidak berwarna (transparan).
6. Saccaromyces cerevisiae yang diamati merupakan sel khamir yang mati karena berwarna biru.
7. Bakteri E. coli berbentuk batang dan sel khamir berbentuk bulat.

5.2 Saran
Saran yang diberikan dalam percobaan ini adalah sampel yang diteliti dibuat setipis mungkin
pada preparat agar memperjelas hasil pengamatan. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam
pengamatan mikroba dengan mikroskop, agar didapat gambar penampakan mikroba yang jelas.

Anda mungkin juga menyukai