Anda di halaman 1dari 46

Teori Gestalt dalam Praktek Dua hukum pokok Gestalt, antara lain : 1.

Pragnaz (Jerman)/pregnace (Inggris : menuju kepada kejelasan/clarity) 2. Closure : mulai dari totalitet (totality). (Hukum yang lain : kedekatan, persamaan, kontinuitet, gerakan bersama, simetris). Peletak dasar psikologi Gestalt adalah Max Wertheimer(18801943)yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving serta sebagai usaha untuk memperbaiki proses belajar dengan rote learning dengan secara pengertian, terperinci bukan menghafal. Sumbangannya ini diikuti oleh Kurt Koffka (1886-1941), yang menguraikan tentang hukum-hukum pengamatan. Kemudian diikuti oleh Wolfgang Kohler (18871959) yang meneliti tentang insight pada simpanse. Menurut pandangan Gestaltis, semua kegiatan belajar itu menggunakan insight atau pemahaman terhadap hubungan-hubungan, terutama hubungan-hubungan antara keseluruhan bagian dan keseluruhan. Menurut psikologi gestalt, tingkah kejelasan atau keberartian dari apa yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan belajar seseorang daripada dengan hukuman dan ganjaran.

Teori Belajar Gagne Written by Wiryana Sunday, 01 February 2009 23:37

ROBERT GAGNE 1916-2002

"Learning is something that takes place inside a person's head- in the brain"

Robert Gagne lahir tahun 1916 di North Andover, MA. Beliau mendapatkan gelar A.B. pada Yale tahun 1937 dan pada tahun 1940 mendapat gelar Ph.D. dalam Psychology dari Universitas Brown. Mengajar pada ConnecticutCollege for Women dari 1940-49 dan kemudian pada PennStateUniversity dari 1945-1946. Antara 19491958, Gagne menjadi direktur perceptual and motor skills laborartory dari U.S. Air force. Pada saat itu dia mulai mengembangkan beberapa idenya yaitu teori belajar yang disebut

"The Conditions of Learning".

Pada 25 tahun terakhir beliau adalah professor pada Department of Education Research at Florida State University di Tallahassee.

Gagne melihat proses belajar mengajar dibagi menjadi beberapa komponen penting yaitu :

1.

Fase fase pembelajaran

2.

Kategori utama kapabilitas/kemampuan manusia/outcomes

3.

Kondisi atau tipe pembelajaran

4.

Kejadian-kejadian instruksional

Robert Gagne seorang ahli psikologi pendidikan mengembangkan teori belajar yang mencapai kulminasinya pada The Condition of Learning. Banyak gagasan Gagne tentang teori belajar, seperti belajar konsep dan model pemrosesan informasi, pada bukunya The Condition of Learning Gagne membahas tentang fase-fase dalam belajar, kapabilitas manusia yang dihasilkan setelah belajar (outcomes), kondisi atau tipe pembelajaran (the eight conditions learning) dan kejadian-kejadian belajar (nine intructional events), serta hubungan kejadian-kejadian tersebut.

A.

Fase-fase dalam belajar

Gagne membagi proses belajar berlangsung dalam empat fase utama, yaitu: (1) receiving the stimulus situation (apprehending), (2) stage of acquisition, (3) storage, (4) retrieval.

1. Fase Receiving the stimulus situation (apprehending), merupakan fase seseorang memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. Misalnya golden eye bisa ditafsirkan sebagai jembatan di amerika atau sebuah judul film. Stimulus itu dapat spontan diterima atau seorang Guru dapat memberikan stimulus agar siswa memperhatikan apa yang akan diucapkan.

2. Fase Stage of Acquition, pada fase ini seseorang akan dapat memperoleh suatu kesanggupan yang belum diperoleh sebelumnya dengan menghubung-hubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumnya. Atau boleh dikatakan pada fase ini siswa membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.

3. Fase storage /retensi adalah fase penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke memori jangka panjang.

4. Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori. Kadang-kadang dapat saja informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan hubungan dengan memori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu informasi yang baru dan yang lama disusun secara terorganisasi, diatur dengan baik atas pengelompokan-pengelompokan menjadi katagori, konsep sehingga lebih mudah dipanggil.

Kemudian ada fase-fase lain yang dianggap tidak utama, yaitu (5) fase motivasi sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar, (6) fase generalisasi adalah fase transfer informasi, pada situasi-situasi baru, agar lebih meningkatkan daya

ingat, siswa dapat diminta mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru tersebut. (7) Fase penampilan adalah fase dimana siswa harus memperlihatkan sesuatu penampilan yang nampak setelah mempelajari sesuatu, seperti mempelajari struktur kalimat dalam bahasa mereka dapat membuat kalimat yang benar, dan (8) fase umpan balik, siswa harus diberikan umpan balik dari apa yang telah ditampilkan (reinforcement).

B.

Kategori utama kapabilitas/kemampuan manusia/outcomes

Setelah selesai belajar, penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan (capabilities). Kemampuan-kemampuan tersebut dibedakan berdasarkan atas kondisi mencapai kemampuan tersebut berbeda-beda. Ada lima kemampuan (kapabilitas) sebagai hasil belajar yang diberikan Gagne yaitu :

1. Verbal Information (informasi verbal), adalah kemampuan siswa untuk memiliki keterampilan mengingat informasi verbal, ini dapat dicontohkan kemampuan siswa mengetahui benda-benda, huruf alphabet dan yang lainnya yang bersifat verbal.

2. Intellectual skills (keterampilan intelektual), merupakan penampilan yang ditunjukkan siswa tentang operasi-operasi intelektual yang dapat dilakukannya. Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui pengunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan. Yang membedakan keterampilan intelektual pada bidang tertentu adalah terletak pada tingkat kompleksitasnya.

Untuk memecahkan masalah siswa memerlukan aturanaturan tingkat tinggi yaitu aturan-aturan yang kompleks yang berisi aturan-aturan dan konsep terdefinisi, untuk memperloleh aturan aturan ini siswa sudah harus belajar beberapa konsep konkret, dan

untuk belajar konsep konkret ini siswa harus menguasai diskriminasidiskriminasi.

3. Cognitive strategies (strategi kognitif), merupakan sustu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir. Proses kontrol yang digunakan siswa untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat dan berpikir. Beberapa strategi kognitif adalah : (1) strategi menghafal, (2) strategi elaborasi, (3) strategi pengaturan, (4) strategi metakognitif, (5) strategi afektif.

4. Attitudes (sikap-sikap) merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda, kejadian atau mahluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain. Bagaimana sikapsikap sosial itu diperoleh setelah mendapat pembelajaran itu yang menjadi hal penting dalam menerapkan metode dan materi pembelajaran.

5. Motor skills (keterampilan motorik) merupakan keterampilan kegiatan fisik dan penggabungan kegiatan motorik dengan intelektual sebagai hasil belajar. Keterampilan motorik bukan hanya mencakup kegiatan fisik saja tapi juga kegiatan motorik dengan intelektual seperti membaca, menulis, dllnya

C.

Kondisi atau tipe pembelajaran

1.

Signal learning (belajar isyarat)

Belajar isyarat merupakan proses belajar melalui pengalamanpengalaman menerima suatu isyarat tertentu untuk melakukan tindakan tertentu. Misalnya ada Aba-aba siap merupakan isyarat untuk mengambil sikap tertentu, tersenyum merupakan isyarat perasaan senang.

2.

Stimulus-response learning (belajar melalui stimulus-respon)

Belajar stimulus-respon (S-R), merupakan belajar atau respon tertentu yang diakibatkan oleh suatu stimulus tertentu. Melalui pengalaman yang berulang-ulang dengan stimulus tertentu sesorang akan memberikan respon yang cepat sebagai akibat stimulus tersebut.

3.

Chaining (rantai atau rangkaian)

Chaining atau rangkaian, terbentuk dari hubungan beberapa SR, oleh sebab yang satu terjadi segera setelah yang satu lagi. Misalnya : Pulang kantor, ganti baju, makan, istirahat.

4.

Verbal association (asosiasi verbal)

Mengenal suatu bentuk-bentuk tertentu dan menghubungkan bentuk-bentuk rangkaian verbal tertentu. Misalnya : seseorang mengenal bentuk geometris, bujur sangkar, jajaran genjang, bola dlsbnya. Lalu merangkai itu menajdi suatu pengetahuan geometris, sehingga seseorang dapat mengenal bola yang bulat, kotak yang bujur sangkar.

5.

Discrimination learning (belajar diskriminasi)

Belajar diskriminasi adalah dapat membedakan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya, dapat membedakan manusia yang satu dengan manusia yang lainnya walaupun bentuk manusia hampir sama, dapat membedakan merk sepedamotor satu dengan yang lainnya walaupun bentuknya sama. Kemampuan diskriminasi ini tidak terlepas dari jaringan, kadang-kadang jika jaringan yang terlalu besar dapat mengakibatkan interferensi atau tidak mampu membedakan.

6.

Concept learning (belajar konsep)

Belajar konsep mungkin karena kesanggupan manusia untuk mengadakan representasi internal tentang dunia sekitarnya dengan menggunakan bahasa. Mungkin juga binatang bisa melakukan tetapi sangat terbatas, manusia dapat melakukan tanpa terbatas berkat bahasa dan kemampuan mengabstraksi. Dengan menguasai konsep ia dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu misalnya : warna, bentuk, jumlah dllnya

7.

Rule learning (belajar aturan)

Belajar model ini banyak diterapkan di sekolah, banyak aturan yang perlu diketahui oleh setiap orang yang telah mengenyam pendidikan. Misalnya : angin berembus dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, 1 + 1 = 2 dan lainnya. Suatu aturan dapat diberikan contohcontoh yang konkrit.

8.

Problem solving. (memecahkan masalah)

Memecahkan masalah merupakan suatu pekerjaan yang biasa yang dilakukan manusia. Setiap hari dia melakukan problem solving bayak sekali. Untuk memecahkan masalah dia harus memiliki aturanaturan atau pengetahuan dan pengalaman, melalui pengetahuan aturan-aturan inilah dia dapat melakukan keputusan untuk memecahkan suatu persoalan. Seseorang harus memiliki konsepkonsep, aturan-aturan dan memiliki sets untuk memecahkannya dan

suatu strategi untuk memberikan arah kepada pemikirannya agar ia produktif.

D.

Kejadian-kejadian instruksional

Apakah yang terjadi dalam mengajar? Mengajar dapat kita pandang sebagai usaha mengontrol kondisi ekstern. Kondisi ekstern merupakan satu bagian dari proses belajar, namun termasuk tugas guru yang utama dalam mengajar.

Mengajar terdiri dari sejumlah kejadian-kejadian tertentu yang menurut Gagne terkenal dengan Nine instructional events yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1.

Gain attention (memelihara perhatian)

Dengan stimulus ekster kita berusaha membangkitkan perhatian dan motivasi siswa untuk belajar.

2. Inform learners of objectives (penjelasan tujuan pembelajaran)

Menjelaskan kepada murid tujuan dan hasil apa yang diharapkan setelah belajar. Ini dilakukan dengan komunikasi verbal.

3.

Stimulate recall of prior learning (merangsang murid)

Merangsang murid untuk mengingat kembali konsep, aturan dan keterampilan yang merupakan prasyarat agar memahami pelajaran yang akan diberikan.

4.

Present the content (menyajikan stimuli)

Menyajikan stimuli yang berkenaan dengan bahan pelajaran sehingga murid menjadi lebih siap menerima pelajaran.

5.

Provide "learning guidance" (memberikan bimbingan)

Memberikan bimbingan kepada murid dalam proses belajar

6. Elicit performance /practice (pemantapan apa yang dipelajari)

Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-latihan untuk menerapkan apa yang telah dipelajari itu.

7.

Provide feedback (memberikan feedback)

Memberikan feedback atau balikan dengan memberitahukan kepada murid apakah hasil belajarnya benar atau tidak.

8.

Assess performance (menilai hasil belajar)

Menilai hasil-belajar dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk mengetahui apakah ia telah benar menguasai bahan pelajaran itu dengan memberikan beberapa soal.

9. transfer)

Enhance retention and transfer to the job (mengusahakan

Mengusahakan transfer dengan memberikan contoh-contoh tambahan untuk menggeneralisasi apa yang telah dipelajari itu sehingga ia dapat menggunakannya dalam situasi-situasi lain

Dalam mengajar hal di atas dapat terjadi sebagian atau semuanya, Proses belajar sendiri terjadi antara peristiwa nomor 5 dan 6. Peristiwaperistiwa itu digerakkan dan diatur dengan perantaraan komunikasi verbal yakni guru mengatakan kepada murid apa yang harus dilakukannya

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, S., Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2003.

Dahar, Ratna Wilis, Teori Teori Belajar, Erlangga, Jakarta, 1989.

Maschke Kathy L., Gagne : The Condition of Learning, www.nc.gsu/~mstswh/course/it7000/papers/robert.htm.

..,www.sru.edu/depts./education/psycholo/panaud/gagne.htm

..,www.nova.edu/~cozart/learningtheories.htm

Mbah Gagne mengkategorikan taksonomi hasil belajar dalam lima komponen, yaitu: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik. Jadi, tiga ranah dalam taksonomi Bloom tercakup semua disini. Kenapa Gagne mengelompokkannya kedalam lima komponen? Ia mengatakan, hal tersebut dikarenakan atas asumsi bahwa hasil belajar yang berbeda tersebut memerlukan kondisi belajar yang berbeda pula.Artinya begini, untuk membangun strategi kognitif siswa memerlukan kondisi berbeda dengan ketika kita ingin membangun sikap atau keterampilan motorik. Taksonomi yang dibuat oleh Gagne ini adalah taksonomi hasil belajar pertama, sebelum dibenahi oleh Bloom dkk, dan sekarang tahun 1999 lalu telah diperbaiki oleh Crathwol dkk.

Hal kedua dari teorinya Gagne adalah kondisi belajar khusus (specifik learning condition). Ia menekankan bahwa sangatlah penting untuk mengkategorisasikan tujuan pembelajaran sesuai dengan tipe hasil belajar, alias taksonomi seperti dijelaskan di atas. Dengan cara seperti ini guru/tutor/dosen dapat merancang pembelajarannya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Ia juga menekankan bahwa untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, harus sangatsangat memperhatikan kondisi khusus (critical condition) yang harus disiapkan untuk mencapai itu. Misal, jika tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah mengingat sejumlah kosa kata, katakanlah maka kita harus menyiapkan kondisi khusus yaitu berupa petunjuk (cues) atau tips alias trik tertentu, sehingga siswa bisa mengingat dan memahaminya.

Hal ketiga adalah 9 peristiwa pembelajaran, yaitu: Gaining Attention; yaitu upaya ata cara kita untuk meraih perhatian siswa.

Informing learner of the objectives; memberitahukan siswa tujuan pembelajaran yang akan mereka capai/peroleh; stimulating recall of prior learning; guru biasa menyebutnya dengan appersepsi, yaitu merangsang siswa untuk mengingat pelajaran terkait sebelumnya dan menghubungkannya dengan apa yang akan dipelajari berikutnya; Presenting stimulus; setelah itu mulailah dengan menyajikan stimulus; Providing learning guidance; berikan bimbingan belajar; Eliciting performance; tingkatkan kinerja; Providing feed back; alias berikan umpan balik; Assessing performance; ukur capaian hasil belajar mereka; Enhancing retention and transfer; tingkatkan capaian hasil belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan untuk dicapai.

Nah, bagaimana contoh penerapannya? Berikut adalah contoh yang dibuat oleh Donna Winkler Clendaniel, seorang mahasiswa PAUD di Towson University. Silakan download disini: gagne2-paper.pdf

Teori belajar Robert M. Gagne

Teori belajar Robert M. Gagne berbeda dengan Jean Piaget dan Jerome S. Bruner Robert M. Gagne lebih peduli terhadap hasil belajar ketimbang proses belajar, bagi Robert M. Gagne, tujuan pembelajaran adalah perolehan kemampuan-kemampuan telah dideskripsikan secara khusus dan dinyatakan dalam istilah-istilah tingkah laku menurut Robert M. Gagne, kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas dalam kondisi yang telah ditentukan. Sebagai contoh, kemampuan menjumlahkan bilangan bulat dan kemampuan membagi bilangan asli.

b) Teori Conditioning Of Learning, Robert M. Gagne

Teori ini ditemukan oleh Gagne yang didasarkan atas hasil riset tentang faktor-faktor yang kompleks pada proses belajar manusia. Penelitiannya diamksudkan untuk menemukan teori pembelajaran yang efektif. Analisanya dimulai dari identifikasi konsep hirarki belajar, yaitu urut-urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh pembelajar (peserta didik) agar dapat mempelajari hal-hal yang lebih sulit atau lebih kompleks. Menurut Gagne belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan tingkah laku (behavior) adalah hasil dari efek belajar yang komulatif (gagne, 1968). Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa belajar itu bukan proses tunggal. Belajar menurut Gagne tidak dapat didefinisikan dengan mudah, karena belajar bersifat kompleks. Gagne (1972) mendefinisikan belajar adalah : mekanisme dimana seseorang menjadi anggota masyarakat yang berfungsi secara kompleks. Kompetensi itu meliputi, skill, pengetahuan, attitude (perilaku), dan nilai-nilai yang diperlukan oleh manusia, sehingga belajar adalah hasil dalam berbagai macam tingkah laku yang selanjutnya disebut kapasitas atau outcome. Kemampuan-kemampuan tersebut diperoleh pembelajar (peserta didik) dari : 1. Stimulus dan lingkungan 2. proses kognitif Menurut Gagne belajar dapat dikategorikan sebagai berikut : 1) Verbal information (informasi verbal) 2) Intellectual Skill (skil Intelektual) 3) Attitude (perilaku) 4) Cognitive strategi (strategi kognitif)

Belajar informasi verbal merupakan kemampuan yang dinyatakan , seperti membuat label, menyusun fakta-fakta, dan menjelaskan. Kemampuan / unjuk kerja dari hasil belajar, seperti membuat pernyataan, penyusunan frase, atau melaporkan informasi. Kemampuan skil intelektual adalah kemampuan pembelajar yang dapat menunjukkan kompetensinya sebagai anggota masyarakat seperti; menganalisa berita-berita. Membuat keseimbangan keuangan,

menggunakan bahasa untuk mengungkapkan konsep, menggunakan rumus-rumus matematika. Dengan kata lain ia tahu Knowing how Attitude (perilaku) merupakan kemampuan yang mempengaruhi pilihan pembelajar (peserta didik) untuk melakukan suatu tindakan. Belajar mealui model ini diperoleh melalui pemodelan atau orang yang ditokohkan, atau orang yang diidolakan. Strategi kognitif adalah kemampuan yang mengontrol manajemen belajar si pembelajar mengingat dan berpikir. Cara yang terbaik untuk mengembangkan kemampuan tersebut adalah dengan melatih pembelajar memecahkan masalah, penelitian dan menerapkan teoriteori untuk memecahkan masalah ril dilapangan. Melalui pendidikan formal diharapkan pembelajar menjadi self learner dan independent tinker. Guru harus memahami perubahan peran dan fungsi unsur yang terlibat dalam proses pembelajaran, diantaranya (a) guru lebih berperan sebagai pembimbing, pengarah, penasihat dan pendorong daripada penyebar informasi; (b) siswa dilihat sebagai individu yang unik dengan potensi dan cirinya masing-masing, seperti cara belajar, tingkat kecepatan belajar dan menyerap isi mata pelajaran dan cara berinteraksi; dan (c) kegiatan lebih menekankan pada belajar daripada mengajar. Gage & Berliner : belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman

Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk :

1. Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya. 2. Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.

3. Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran. 4. Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak. 5. Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.

Sembilan peristiwa belajar Gagne


Dalam bukunya yang berjudul The Conditions of Learning (1965), Gagne mengidentifi kasikan mengenai kondisi mental seseorang agar siap untuk belajar. Ia mengemukakan apa yang dinamakan dengan nine events of instruction atau sembilan langkah/peristiwa belajar. Sembilan langkah/ peristiwa ini merupakan tahapan-tahapan yang berurutan di dalam sebuah proses pembelajaran. Tujuannya adalah memberikan kondisi yang sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efi sien. Agar kesembilan langkah/peristiwa itu berarti dan memberi makna yang dalam bagi siswa, maka guru

harus melakukan apa yang memang harus dilakukan. Dengan kata lain menyediakan suatu pengalaman belajar atau apapun namanya agar kondisi mental siswa itu terus terjaga untuk kepentingan proses pembelajaran. Apa yang dikemukan oleh Gagne itu akan berarti jika kita (guru) mampu menyediakan sesuatu (materi, sumber belajar, pengalaman belajar, aktivitas, dll.) yang memang dibutuhkan. Tabel berikut ini memperjelas bagaimana kesembilan peristiwa belajar dan pembelajaran itu menjadi berarti karena proses mental yang seharusnya ada pada diri siswa telah difasilitasi oleh guru dengan langkah/tindakan kongrit. Jika diperhatikan secara mendalam, tabel di atas yang mencoba memperjelas penerapan model nine events of instruction yang dikemukakan oleh Gagne sudah mengimplementasikan teori pembelajaran yang bersifat perspektif dan teori belajar yang bersifat deskriptif. Dan yang paling esensial dari artikel ini adalah, bahwa di dalam proses pembelajaran guru harus paham benar seperti apa proses mental yang ada dalam diri siswa. Ketika guru menyadari akan hal itu, maka dengan mudah guru dapat memfasilitasi berbagai pengalaman belajar seperti apa yang cocok agar proses mental siswa tersebut terus berkembang. ------------------------------------Penulis,
Konsultan Pendidikan di kantor Willi Toisuta and Associates Jakarta, Sedang menulis tesis S2 Jurusan Teknologi Pendidikan Univ. Negeri Jakarta.

------------------------------------LANGKAH

Teori gestalt atau konfigurasi. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya. PEMBELAJARAN PROSES MENTAL SISWA YANG DILAKUKAN GURU 1. Menarik perhatian siswa - Merangsang daya penerimaan siswa. - Menciptakan curiosity siswa - Menciptakan efek-efek suara tertentu - Mengajukan pertanyaan yang menantang 2. Menyampaikan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran - Membuat/ menentukan tingkat harapan yang akan dicapai selama belajar - Menguraikan tujuan pada awal pelajaran, secara lisan maupun tertulis 3. Menstimulir/atau memanggil terlebih dahulu informasi atau pengetahuan yang sudah diperoleh sebelum proses pengajaran - Mendapatkan kembali atau dan menggiatkan shortterm memory siswa - Bertanya, berdiskusi, melihat gambar/video, mendengarkan cerita sesuai topik yang dipelajari 4. Menyajikan isi pembelajaran - Siswa secara selektif menanggapi isi pelajaran - Menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode, pendekatan, strategi, dan alat bantu pelajaran 5. Menyediakan pedoman atau petunjuk belajar - Siswa menulis berbagai hal untuk disimpan pada

memori supaya bertahan lama - Menyediakan pedomanpetunjuk belajar yang praktis 6. Memberi kesempatan untuk latihan/unjuk performance - Merespons pertanyaan, tugas, latihan, dll. - Memberi pertanyaan, tugas, latihan yang harus dilaksanakan 7. Memberi umpan balik - Mengetahui tingkat penguasaan materi dan tingkat kebenaran tugas yang dikerjakan - Memberi penguatan/ memuji 8. Melakukan penilaian - Mendapatkan/ mempertegas kembali isi pelajaran sebagai bahan evaluasi akhir - Melakukan penilaian 9. Mengekalkan dan mengembangkan pengetahuan dan kemahiran siswa - Berlatih, mempraktikkan apa yang telah diperolehnya (kognitif, afektif, psikomotorik) dalam situasi yang baru - Menyediakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk memanfaatkan berbagai pengetahuan, sikap, dan keterampilan tersebut dalam situasi yang berbeda (praktikum, unjuk kerja, project, simulasi, dll)

tori gestalt atau konfigurasi. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :

a. Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.

b. Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.

c. Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.

d. Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.

e. Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan

f. Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.

Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu:

a. Perilaku Molar hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan perilaku Molecular. Perilaku Molecular adalah perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku Molar adalah perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepakbola adalah

beberapa perilaku Molar. Perilaku Molar lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku Molecular.

b. Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis).

c. Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti : sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak seperti gunung atau binatang tertentu.

d. Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.

Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :

a. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.

b. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna

hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.

c. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulusrespons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.

d. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.

e. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tatasusunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

TEORI BELAJAR A. Teori yang Digunakan 1. Teori belajar Gestalt

Menurut teori Gestalt anak dipandang sebagai suatu keseluruhan, yakni suatu organisme yang dinamis, yang senantiasa dalam keadaan berintekrasi dengan dunia sekitarnya untuk mencapai tujuan-tujuannya. Interaksi di sini dimaksudkan bahwa anak selalu menerima stimulus (respon ) dari luar dirinya. Stimulus tersebut tidak diterimanya begitu saja, melainkan ia melakukan seleksi sesuai dengan tujuannya, setelah itu mereka bereaksi terhadap stimulus-stimulus itu dengan cara mengolanya. Teori Gestalt di atas memberi implikasi kepada kita bahwa anak (siswa) merupakan makluk yang aktif bukan pasif. Sesuai dengan teori ini, maka dalam proses belajar mengajar di dalam kelas seluruh anak didik (siswa) mesti dilibatkan secara aktif, baik mental maupun fisiknya, sebab dengan cara yang demikian eksistensi mereka sebagai organisme yang dinamis dapat tersalurkan secara maksimal. Di dalam pengajaran Sosiologi, keterlibatan mental siswa secara optimal juga sangat diharapkan sekali, agar tujuan pengajaran yang dirumuskan dapat mencapai sasarannya. Di samping itu siswa lebih memahami tentang fungsi dan kegunaan ilmu Sosiologi yang sebenarnya.. 72

2. Teori Proses Informasi Menurut Teori informasi, pengolahan informasi menjadi sistem pengetahuan berlansung sebagai berikut: : Informasi mula-mula disimpan pada sensory storage (gudang indrawi), kemudian masuk short term memory (memori jangka pendek), lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukan kedalam long term memory (memori jangka panjang). Berdasarkan teori di atas dapat dilihat bahwa sebelum terwujud menjadi sistem pengetahuann terlebih dahulu informasi yang diterima mengalami berbagai proses psikis dan mental dalam diri seseorang. Pada mulanya stimulusstimulus dari lingkungan nenghampiri alat-alat indra ( receptor). Seluruh sistem itulah yang disebut gudang indrawi.(M. Dimyati Mahmud).disini informasi diseleksi dan diproses lebih lanjut untuk dialihkan ke memori jangka pendek .Dalam memori jangka pendek informasi hanya bertahan sebenatar, ia akan segera hhilang jika tidak diproses lebih lanjut. Sebahagian dari memori jangka pendek yang telah diproses lebih lanjut akan tersimpan menjadi memori jangka panjang, dan inilah yang akan menjadi pengetahuan. Pada umumnya informasi yang sudah tersimpan sebagai ingatan jangka panjang tidak akan mudah hilang. Meskipun demikian menurut R.M. Gegne (1977, hal. 55) sebahagian diantaranya juga tidak mudah dipanggil kembali, karena adanya hambatan dari memori-memori yang baru terdapat yang lama. 3

Ditinjau dari kepentingan belajar, yang paling pokok dari teori informasi adalah pemrosesan informasi dari memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang, karena di sinilah sebenarnya sistem pengetahuan terbentuk. Pada saat ini seseorang melakukan proses elaborasi, yaitu kegiatan membandingkan, menganalisis, dan mentranformasikan (Abizar, 1983, hal. 15). Proses yang berlangsung di sini akan sangat menentukan sekali terhadap sifat informasi yang diterima: dalam arti, apakah informasi itu akan bertahan lama dalam ingatan atau tidak. Menurut Dimyati Mahmud (1989, hal. 138) cara seseorang melakukan proses elaborasi ikut menentukan terhadap diingatnya kembali informasi pada waktu lain. Oleh sebab itu perlu dicari suatu pendekatan serta metode belajar mengajar yang tepat agar pemrosesan informasi dapat berlangsung secara maksimal. 3. Pengertian Hasil Belajar Pengertian belajar secara umum adalah suatu aktifitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukan, perubahanperubahan tersebut tidak disebabkan faktor kelelahan (fatique), kematangan ataupun karena konsumsi obat tertentu. Winkel (1996:53) dalam bukunya psikologi pengajaran mengemukakan rumusan sebagai berikut: Belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang berlansung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang 4

menghasilkan perubah-parubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubah-perubahan itu dapat berupa hasil yang baru atau pula penyempurnaan terhadap hasil yang diperoleh. Dari pendapat di atas penulis menyimpulkan belajar adalah merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang untuk mendapatkan pola tingkah laku yang diperlukan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Seseorang yang belajar tidak sama lagi keadaanya dengan waktu sebelum belajar. Perubahan tersebut dapat berupa tingkatan, pengetahuan, sikap, maupun aspek-aspek tingkah laku umum lainnya. Hasil belajar merupakan umpan balik dari kegiatan proses belajar mengajar. Sehubungan dengan hal tersebut maka Prayitno (1973:33) mengatakan bahwa hasil belajar adalah suatu yang diperoleh, dikuasai atau merupakan hasil dari adanya proses belajar. Jadi hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa dan mengikuti program belajar dalam rangaka menyelesaikan suatu program pendidikan. Hasil belajar yang diperoleh siswa bukanlah hanya berdasarkan kemampuan intelektual siswa semata, melainkan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut. Rober yang dikutip oleh Syahril (1987:29) menyatakan ada lima macam kemampuan sebagai hasil belajar adalah: a. Keterampilan intelektual b. Strategi kognitif berupa kemampuan mengatur cara belajar dan berfikir dalam arti yang luas termasuk dalam memecahkan masalah c. Informasi fertikal berupa pengetahuan dalam arti fakta dan sebagainya 5

d. Keterampilan metodik e. Sikap dan nilai Hasil belajar siswa dapat dinyatakan secara kualitatif dan dapat pula dinyatakan secara kuatitatif. Secara kualitatif hasil belajar dapat diungkapkan dengan pernyataan sangat baik, baik, sedang, kurang dan sebagainya. Sedangkan secara kuantitatif hasil belajar dapat di nyatakan dengan angka-angka. Untuk mencapai hasil belajar yang baik dan memuaskan memang sangat banyak faktor yang mempengaruhinya, di antaranya adalah dari faktor guru dan diri siswa itu sendiri. Dalam hal ini guru berkewajiban menciptakan kegiatan belajar mengajar yang mampu menunjang dan mendorong siswa untuk mengembangkan segala potensi yang ada secara optimal, sehingga keberhasilan itu dapat diperoleh siswa Hasil belajar merupakan umpan balik dari kegiatan proses belajar mengajar, hasil belajar adalah beberapa bentuk prinsip perpaduan pola tingkah laku dan nilai-nilai ideal dalam arti fakta-fakta, kecakapan yang dicapai dan keterampilan. Keberhasilan suatu kegiatan belajar dapat dilihat dari hasil belajar setelah mengikuti usaha belajar. Hasil belajar merupakan dasar yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa menguasai suatu materi pelajaran. Manusia melakukan kegiatan belajar dengan berbagai macam cara sesuai dengan keadaan. Bila seseorang telah melakukan kegaiatan belajar maka dalam dirinya akan terjadi perubahanperubahan yang merupakan pernyataan perbuatan belajar, perubahan ini disebut 6

dengan hasil belajar. Perubahan-perubahan yang terjadi pada proses belajar meliputi perubahan kognitif (pengetahuan), afektif (rasa), dan psikomotor (tingkah laku). Hasil belajar sesuai dengan tujuan dan bidang tertentu dapat diukur atau diketahui dengan mengadakan penelitian atau evaluasi yang meunjukan sudah sejauh mana suatu kemampuan telah tercapai. Seseorang dapat dikatakan berhasil dalam belajar apabila telah terjadi perubahan tingkah laku dalam dirinya. Menurut Djamarah (2000:96) indikator dari proses belajar mengajar itu dianggap berhasil adalah: a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarakan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok. b. Prilaku yang digariskan dalam Tujuan Belajar Khusus (TPK) telah dicapai oleh anak didik baik secara individual maupun kelompok Dalam hal ini Djamarah juga menjelaskan beberapa tingkat keberhasilan dari suatu proses belajar mengajar yaitu: a. Istimewa atau maksimal. Apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai oleh seluruh anak didik b. Baik sekali (optimal). Apabila sebagian besar (76%-94%) bahan pelajaran dikuasai anak didik. c. Baik (minimal). Apabila bahan pelajaran dikuasai anak didik hanya 66%-75% d. Kurang. Apabila bahan pelajaran dikuasai anak didik kurang dari 65%. 7

Kriteria penilaian hasil belajar: 10,0 : istimewa 7,6-9,9 : baik sekali 6,6-7,5 : baik 06,5 : kurang Sementara itu Abu Ahmadi (1991:130-139) menyebutkan bahwa prestasi belajar adalah perestasi belajar yang dicapai oleh seorang individu merupakan proses hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri maupun dari luar individu, tergolong faktor internal adalah: a. Faktor jasmani (psikologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh di lapangan yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran dan struktur tubuh b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh di lapangan. c. Faktor kematangan fisik maupun psikis. Yang tergolong faktor eksternal adalah: a. Faktor sosial yang terdiri dari: - Lingkungan keluarga - Lingkungan sekolah - Lingkungan masyarakat - Lingkungan kelompok b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian 8

c. Faktar lingkungan fisik seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar d. Faktor lingkungan spritual dan keagamaan Sebab yang ditimbulkan oleh prestasi yang diperoleh siswa dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar dan siswa memiliki gairah dan kebahagiaan serta motivasi yang kuat dalam kegiatan belajar mengajar yang terdahulu diantaranya yang dikemukakan oleh Lismawati (2004) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motifasi dengan hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal ini diperkuat oleh Prayitno (1984:10) bahwa siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar akan menampakan minat yang besar dan perhatian yang penuh terhadap tugas-tugas belajar. Selanjutnya penelitian Emilda (2002) mengatakan bahwa terdapat kontribusi yang berarti antara cara belajar dengan hasil belajar siswa, hal ini diperkuat oleh Slameto (1995:89) bahwa cara belajar adalah metode atau jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu, untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan belajar itu sendiri 4. Tujuan Hasil Belajar Hasil belajar dapat diukur melalui tes atau penilaian hasil belajar dan nilainya diketahui dalam bentuk angka atau huruf. Penilaian hasil belajar memiliki tujuan sendiri dalam pembelajaran. Menurut Arikunto (1998:7) menyatakan bahwa : Tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk dapat mengetahui siswa-siswi mana yang berhak melanjutklan pembelajarannya karena sudah berhasil menguasai materi 9

dan dan apakah metoda mengajar yang digunakan sudah tepat atau belum. Tujuan mata pelajaran Sosiologi adalah: Mata pelajaran Sosiologi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik sampai dengan terciptanya integrasi sosial. b. Memahami berbagai peran sosial dalam kehidupan bermasyarakat. c. Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar sehingga pada akhirnya guru bisa mengetahui metoda dan pendekatan mana yang lebih baik untuk siswa pada proses pembelajaran selanjutnya. Dalam proses belajar pembelajaran diharapkan terjadi interaksi yang dapat mengembangkan serta melibatkan anak didik secara aktif agar mereka mampu mengelola, menggunakan dan mengkomuniukasikan perolehan pengetahuan dari proses yang telah mereka lalui. 5. Cara Memperoleh Hasil Belajar Dalam memperoleh hasil belajar yang optimal diperlukan belajar dengan giat dan tekun atau dengan semangat yang tinggi. Caranya adalah yang dikemukakan oleh Tabrani (1995:57) yaitu : 10

a. Perencanan 1) Menetapkan tujuan dan target Di dalam belajar siswa harus tahun betul tujuan dari belajar, dan siswa harus mampu untuk mencapai tujuan tersebut dengan baik dan sukses dalam belajar, sehingga didapatkan hasil yang maksimum bukan minimum. 2) Waktu-waktu produktif untuk belajar Untuk mendapatkan hasil yang baik maka seorang siswa harus mengetahui waktuwaktu yang produktif untuk belajar, misalnya setelah sholat subuh atau di tengah malam di saat sunyi dan sebagainya 3) Menentukan langkah-langkah menyusun jadwal Jadwal adalah pembagian waktu untuk sejumlah kegaitan yang akan dilaksanakans etiap hari, Slameto (1995:85). Adapun cara pembuatan jadwal yang baik menurut Kartono (1985:17) adalah : a) Tetapkan waktu untuk kegiatan yang telah diketahui b) Cara waktu yang baik untuk belajar c) Sediakan waktu untuk istirahat secukupnya d) Susunlah acara dari minggu yang berbeda dengan hari yang lain 4) Rekreasi Beraktifitas setiap hari tentu akan menimbulkan kejenuhan, untuk menghilangkan kejenuhan tersebut tidak ada salahnya jika siswa meluangkan waktunya untuk berekreasi sekali satu bulan atau sekali seminggu. b. Menerima pelajaran di kelas 1) Pentingnya hadir di kelas Kehadiran siswa di kelas juga akan berpengaruh terhadap hasuil belajar mengajar, apabila siswa hadir di kelas maka banyak yang akan didapat oleh siswa. Di dalam proses mengajar paling sedikit ada lima hal yang bisa kita ingat dalam panca indra kita yaitu melihat, mendengar, melakukan, merasakan dan mengetahui. Menurut Tabrani (1995:65) kita melihat maka kita akan mengerti dan mudah mengingatnya, begitu pula jika membaca maka rekaman peristiwa terbentuk di otak kita melalui proses melihat, melakukan merupakan proses yang lebih bisa diingat dari proses melihat dan mendengar. 11

2) Buku catatan Untuk melengkapi pemahaman tentang materi yang diajarkan guru, siswa hendaknya menyiapkan buku catatn dan mencatat penjelasan guru sehingga dapat diulang kembali di rumah. Dapat disimpulkan bahwa cara belajar adalah kecendrungan siswa berbuat dalam proses belajar dengan aturan atau strategi tertentu yang dilakukan berulang-ulang untuk memperoleh hasil belajar yang diinginkan. Dengan adanya cara belajar yang baiak maka akan diperoleh nilai yang baik sehingga dapat dikatakan apa yang telah dilakukan dalam PBM itu efektif. Metode dan media yang dipakai dalam pembelajaran Sosiologi adalah: a. Metode Metode pembelajaran erat kaitannya dengan pemilihan strategi pembelajaran yang paling efesien dan efektif dalam memberikan pengalaman belajar yang diperlukan untuk membentuk kompetensi dasar. Strategi pembelajaran merupakan kegiatan guru dalam melakukan proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi, yang dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini guru diharapkan dapat memilih dan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan aktifitas dan kreatifitas peserta didik. Menurut Mulyasa (2005: 95-96), sedikitnya terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran yang perlu dipahami guru untuk dapat 12

mengajar dengan baik, yaitu pendekatan kompetensi, pendekatan keterampilan tematik. Sedangkan metode pembelajaran yang dapat digunakan yaitu: metode demostrasi, metode inguiri, metode discoveri, metode eksperimen, metode problem salving, metode perolehan konsep, metode penugasan, ceramah, karya wisata dan metode diskusi. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran sosiologi hendaknya dimulai dari pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Melalui masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbng dan diarahkan untuk memahami fakta, menguasai konsep dan prinsip sosiologi serta menerapkan dalam pemecahan masalah. Pemahaman pembelajaran sosiologi lebih menarik apabila disampaikan dengan metode yang inovatif diantaranya menggunakan teknologi dan komunikasi seperti komputer/multi media lainnya. b. Media /sumber belajar Proses pembelajaran membutuhkan media yang digunakan sebagai media pengajaran, yang merupakan bagian dari saran dan sumber belajar yang sangat membantu siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, media pengajaran berfungsi memudahkan terjadinya proses belajar mengajar. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam proses pembelajaran, yang dapat berupa buku teks, media cetak, media elektronik, nara sumber, lingkungan fisik, alam, sosial dan budaya. 13

(KTSP Depdiknas, 2007:37). Sumber belajar dalam mata pelajaran sosiologi dapat berupa media cetak dan elektronik, lingkungan sekitar seperti melakukan observasi dan wawancara dan studi kepustakaan. Dalam pengembangan sumber belajar, guru harus mampu membuat sendiri alat pembelajaran, juga harus berinisiatif mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar yang lebih konkrit. Penentuan sumber belajar berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, indikator kompetensi, serta materi pokok dan kegiatan pembelajaran. Dengan demikian antara metode dengan hasil belajar saling berkaitan karena yang menggunakan metode membaca dalam proses belajar adalah siswa. Selaras dengan teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu bila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Misalnya seorang siswa belum bisa membaca maka iapun keras belajar, betatapun gurunya berusaha sebaik mungkn mengajar atau bahkan ia sudah hafal huruf A sampai Z diluar kepala, namun bila siswa itu gagal mendemontrasikan kemampuannya dalam membaca, maka siswa itu belum bisa. c. Penilaian Untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik telah melakukan kompetensi dasar perlu dikembangkan suatu sistem penilaian. Sistem penilaian yang dilakukan harus mencakup seluruh kompetensi dasar 14

dan menggunakan indikator yang ditetapkan oleh guru. Sitem penilaian yang dirancang adalah sistem penilaian yang dirancang adalah sistem penilaian yang berkelanjutan, dan menyeluruh. Sejalan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang berbasis kompetensi penilaian hendaknya dilakukan berdasarkan apa yang dilakukan oleh peserta didik selama proses belajar mengajar dan pembentukan kompetensi. Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tas dan non tes dalam bentuk tertulis, maupun lisan , pengamatan kerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, penggunan portofolio, dan penilain diri. (BSNP , 2006: 10 ) Sementara jenis tagihan dapat digunakan antara lain dalam pembelajaran sosiologi adalah: kuis, pertanyaan lisan , ulangan harian, ulangan tengah semester (UTS) ulangan semester (US), responsi dan tugas kelompok, tugas individu, dan laporan. Teknik penilaian dan bentuk instrumen yand digunakan antara lain adalah: tes tulis, tes lisan, tes unjuk kerja, penugasan, observasi, wawancara, portofolio, dan penilaian diri. 7. Pemberian Latihan Ada banyak acuan yang dapat di kemukakan mengapa dalam proses belajar khususnya mata pelajaran Sosiologi siswa perlu diberi tugas secara teratur. Alasan yang penting, sesuai dan memadai adalah untuk memberi peranan aktif kepada siswa dalam proses belajar mengajar. Di 15

samping itu untuk memotivasi siswa supaya belajar lebih lanjut dengan cara memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan materi yang sudah di pelajari dikelas. Menurut Sujono (1989) dalam Niladarni (1996:13) menyatakan bahwa tugas adalah suatu kegiatan integral dari seluruh proses belajar karena harus ditangani dengan sebaik-baiknya. Uraian selanjutnya di rancang untuk membantu guru agar dapat memusatkan perhatiannya pada aspek utama dari tugas rumah dan kemudian dirumuskan rencana perseorangan. Dari pengertian di atas dapat penulis ambil kesimpulan bahwa yang di maksud dengan tugas adalah suatu kegiatan yang dilakukan di luar kegiatan intrakulikuler yang merupakan bagian integral dari seluruh kegiatan proses belajar mengajar yang harus di tangani dengan sebaik-baiknya. Yang bertujuan untuk mendalami dan menghayati tentang apa yang telah di pelajari pada kegiatan intrakulikuler. Metode pemberian latihan sebagai salah satu metode mengajar yang banyak memberikan keuntungan dan pencapaian tujuan pelajaran sebagai mana yang di kemukakan oleh tim Didaktik metodik IKIP Surabaya (1981:58) menyatakan bahwa tujuan yang ingin di capai dari metode pemberian latihan adalah: a. Meransang siswa agar berusaha lebih baik, memupuk inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri b. Membawa kegiatan-kegiatan sekolah yang berharga kepada minat siswa 16

c. Memperkaya pengalaman-pengalaman sekolah dengan memulai kegiatan-kegiatan di luar kelas d. Memperkuat hasil belajar di sekolah dengan menyelenggarakan latihan-latihan yang perlu integrasi dan penggunaannya. Menurut Roestiah (1982:42) metode pemberian latihan lebih baik karena: a. Mengaktifkan siswa untuk mempelajari sendiri suatu masalahh dengan jalan mencoba sendiri, mengerjakan soal sendiri, mencoba sendiri. b. Membiasakan anak-anak berfikir dan membandingkan dan mencari hukum. c. Melatih anak berhadapan dengan persoalan,tidak hanya hafalan d. Mengembangkan inisiatif serta tanggung jawab dari siswa terhadap penggunaan dan pengetahuan informasi atau pengetahuan dalam menghadapi masalah yang aktual (sehari-hari) Alipandie (1984:91) menyatakan bahwa metode pemberian latihan tepat digunakan apabila: 1. Guru mengharapkan agar pengetahuan yang diterima siswa lebih lengkap 2. Guru ingin mengaktifkan dalam mempelajari sendiri, suatu masalah dengan membaca sendiri, mengerjakan sendiri, soal-soal dan mencoba sendiri pengetahuan yang dimilikinya. Menurut Zainuzir (2002:15) bahwa pengertian pemberian latihan adalah: suatu kegiatan yang dilakuakan diluar kegiatan intrakurikuler yang 17

bertujuan untuk mendalami dan menghayati apa yang telah dipelajari pada kegiatan intakurikuler. Dari pengertian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pemberian latihan adalah suatu kegiatan yang diberikan oleh seorang guru yang dilaksanakan diluar kegiatan intrakulikuler yang merupakan kegiatan integral dari sejumlah kegiatan proses belajar mengajar yang bertujuan untuk mendalami dan menghayati tentang materi yang telah dipelajari. Faktor yang mempengaruhi pemberian latihan oleh guru adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa tersebut dapat memahami mata pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Faktor lain yaitu untuk meningkatkan pengetahuan siswa terhadap konsep-konsep yang diberikan oleh guru. Syaril dan Ahmad (Niladarni 1996:20) menyebutkan bahwa kegunaan pemberian latihan adalah: a. Siswa dapat memahami dirinya sendiri baik kelebihannya maupun kekurangannya b. Siswa dapat memperoleh dan memperluas materi yang dipelajarinya c. Cara-cara belajar yang dialami siswa. Selanjutnya Imansyah (Niladarni 1996:2000) mengemukakan bahwa kegunaan pemberian latihan adalah sebagai berikut: a. Anak-anak menjadi terbiasa mengisi waktu senggangnya dengan hal-hal yang positif 18

b. Memupuk rasa tanggung jawab dan harga diri atas segala tugas yang dikerjakan, sebab metode ini sekaligus juga mengharuskan murid untuk mempertanggung jawabkan hasil kerjanya kepada guru. c. Melatih siswa untuk berfikir kritis, tekun, giat dan rajin dalam belajar. d. Pengetahuan yang diperoleh siswa dari hasil belajar lebih mendalam dan lebih tersimpan dalam ingatan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kegunaan dari pemberian latiahan adalah dapat mendorong siswa untuk aktif dalam belajar dan mengembangkan daya pikir siswa. Belajar merupakan satu kebutuhan yang dirasakan sebagai suatu keharusan untuk dipenuhi sepanjang usia manusia, sejak lahir hingga akhir hayatnya. Secara umum belajar merupakan suetu proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang. Perubahan tersebut dapat berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap, kebiasaan.perubahan tingkah laku dalam belajar ini adalah perubahan ke arah yang lebih baik bagi siswa-siswi yang dikemukakan oleh Sudjana (1989:28) bahwa belajar adalah: Suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya dari lain-lain aspek yang ada pada individu. Slameto (1995:11) mengartikan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 19

Seperti yang di ungkapkan oleh Dohar (1989:11) bahwa untuk mengukur belajar kita membandingkan cara organisme itu berprilaku pada waktu yang satu dan waktu yang kedua dalam suasana yang serupa. Bila prilaku dalam suasana serupa itu berbeda untuk kedua waktu itu maka dapat disimpulkan bahwa belajar telah terjadi. Selain itu orang yang belajar mempunyai ciri-ciri perubahan tingkah laku seperti yang dikemukan oleh Slameto (1995:3) yaitu: a. Perubahan yang terjadi secara standar b. Perubahan dalam belajar terjadi bersifat kontinu dan fungsional c. Perubahan dalam belajar bersifat tetap d. Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah f. Perubahan dalam belajar mencakup seluruh aspek tingkah laku Suatu lingkungan belajar pada dasarnya merupakan suatu sistem yang meliputi komponen-komponen tujuan, siswa, guru dan sarana penunjang. Dalam interaksi belajar-mengajar tersebut ada beberapa komponen yang harus dipenuhi seperti yang dinyatakan oleh Soetomo (1993:11) bahwa komponen-komponen yang harus dipenuhi dalam interaksi belajar mengajar adalah sebagai berikut: 1. Tujuan interaksi belajar-mengajar yang diharapkan 2. Bahan atau pesan yang akan disampaikan kepada siswa 3. Pendidik atau anak didik 4. Alat atau sarana yang digunakan untuk menunjang tercapainya tujuan 20

5. Metode yang digunakan untuk menyampaikan bahan atau materi 6. Situasi lingkungan untuk menyampaikan bahan agar tercapainya tujuan Mengajar dapat diartikan sebagai penciptaan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Guru sebagai salah satu komponan proses belajar mengajar, adalah pelaksana atau penyelenggara dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam proses belajar-mengajar diharapkan terjadi interaksi yang dapat mengembangkan serta melibatkan anak didik secara aktif agar mereka mampu mengelola, menggunakan dan mengkomunikasikan perolehan pengetahuan dari proses yang telah mereka lalui. Dalam belajar ada beberapa hal yang dapat menghambat dan mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan belajar atau disebut juga dengan hal-hal yang mempengaruhi seseorang dalam belajar. Hal-hal yang mempengaruhi seseorang dalam belajar dapar berupa pendorong ataupun penghambat yang berasal dari diri orang yang sedang belajar (internal) dan dari luar diri orang yang sedang belajar tersebut (eksternal). Menurut Slameto (1995:54) bahwa faktor internal yang mempengaruhi seseorang dalam belajar adalah: 1. Faktor jasmanih seperti kesehatan dan cacat tubuh 2. Faktor psikologis seperti intelegensi, perhatian, minat, motif, kematangan dan kesiapan 3. Faktor kelelahan seperti jasmani dan kelelahan rohani 21

Selanjutnya Slameto (1995:60) menyatakan bahwa faktor eksternal yang mempengaruhi kondisi belajar adalah: 1. Faktor keluarga seperti cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan pengertian orang tua serta tingkat pendidikan orang tua 2. Faktor sekolah seperti metode mengajar, kurikulum, relasi antar guru dengan siswa, siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah 3. Faktor masyarakat seperti kegiatan siswa dalam masyarakat,mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat Sedangkan menurut Ali (1984:61) ada tiga faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan proses belajar yaitu: a. Kesiapan (readines) yaitu kapasitas baik fisik maupun mental untuk melakukan seseuatu. b. Motifasi yaitu dorongan dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu c. Tujuan yang ingin dicapai Berdasarkan pendapat di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi seseoarng dalam belajar adalah faktor yang berasal dari luar diri individu yang sedang belajar (eksternal) dan faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar tersebut (internal) 22

B. Penelitian yang Relevan Metode pemberian latihan merupakan salah satu jenis metode mengajar yang di pergunakan oleh guru di samping metode-metode mengajar lainnya. Salah satu penelitian terdahulu tentang hubungan pemberian tugas olah guru telah di teliti oleh Efendi (2000:42) hasil penelitiannya menunjukan bahwa terdapat hubungan yang berarti dan signifikan antara pemberian tugas dengan hasil belajar. C. Kerangka Berfikir Rendahnya hasil belajar Sosiologi selama ini disebabkan oleh faktor-faktor antara lain: kurangnya minat siswa untuk belajar, kurangnya penggunaan media pembelajaran, saran dan prasarana yang tidak mendukung, serta metoda dan strategi yang dilakukan guru adalah ceramah yang cendrung teoritis, jarang dikaitkan dengan dunia nyata sehingga siswa kurang termotifasi, pasif dan tidak kreatif dan malas belajar. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran yang lebih baik yang menciptakan suasana belajar yang lebih bermakna sehingga siswa belajar melalui mengalami bukan menghapal, sehingga dengan penggunaan pemberian latihan ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara melakukan uji coba eksperimen kemudian dilakukan pula pendekatan yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab maka akan dihasilkan belajar yang berbeda dari pemberian latihan. 23

Berikut kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan dalam skema berikut: D. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan latar belakang dan kerangka berfikir, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: Hi : Terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian latihan dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi di SMA N 1 Nan Sabaris Pariaman. Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian latihan dengan hasil belajar pada mata pelajaran Sosiologi di SMA N1 Nan Sabaris Pariaman. SISWA Kelas kontrol PBM dengan metode ceramah dan tanya jawab Hasil belajar Kelas eksperimen PBM dengan pemberian latihan Hasil belajar (perbedaan) 24

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian Ditinjau dari segi jenis datanya maka penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan cara eksperimen sedangkan apabila dilihat dari tingkat eksperimennya (luas ruang lingkupnya) maka penelitian ini adalah penelitian asosiatif (dampak atau pengaruh) B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Nawawi (1991:141) yang dimaksudkan dengan populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karekteristik tertentu dalam suatu penelitian. Sesuai dengan judul penelitian ini, maka yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1. Alasan peneliti mengambil kelas 1 karena (1) siswa belum mendapat pengaruh dari guru yang bersangkutan (2) cara belajar siswa yang berbeda dengan cara belajarnya pada waktu disekolah sebelumnya. 30 25 Tabel 2 Daftar Kelas Jumlah Populasi No 1. X1 30 orang 2. X2 34 orang 3 X3 34 orang 4 X4 35 orang 5 X5 34 orang 6 X6 34 orang 7 X7 35 orang Jumlah 236 orang

Anda mungkin juga menyukai