Anda di halaman 1dari 5

IZIN LOKASI BADRAJAYA BANGUN ASAHAN 3 DIPERPANJANG Pemerintah Provinsi Sumatera Utara memperpanjang izin lokasi selama satu

tahun bagi PT Badrajaya Swarna Utama dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Asahan 3 yang memiliki kapasitas 2 x 87 megawatt (MW). Perpanjangan izin itu disampaikan Kabid Perencanaan Ekonomi dan Keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumut Hasmirzal Lubis dalam pertemuan di Dinas Komunikasi dan Informatika di Medan, Selasa. Hasmirzal mengatakan, pihaknya sangat menyadari jika energi listrik sangat dibutuhkan di Sumut, terutama untuk mendukung sejumlah proyek dalam Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mempercepat proses proyek pembangunan PLTA Asahan 3 yang berada di Kabupaten Toba Samosir dan Asahan tersebut. Karena itu, Pemprov Sumut memperpanjang izin lokasi yang telah dimiliki PT Badrajaya Swarna Utama selama satu tahun meski sempat berakhir pada 18 Februari 2011. Perpanjangan izin tersebut dimaksudkan agar PT Badrajaya Swarna Utama dapat melakukan langkahlangkah yang diperlukan dalam mempercepat pembangunan PLTA berkapasitas 2 x 87 MW itu. Namun dia tidak bersedia memberikan keterangan mengenai proses pembangunan sejumlah infrastruktur pembangkit yang dilaksanakan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) meski belum mendapatkan izin lokasi dari Pemprov Sumut. Hasmirzal juga tidak bersedia menjelaskan alasan Pemprov Sumut dalam memperpanjang izin lokasi bagi PT Badrajaya Swarna Utama. "Terlalu sulit saya menjawabnya karena bukan kapasitas saya," katanya dalam pertemuan yang juga dihadiri Pelaksana Sekretaris Bappeda Sumut Tetty Magdalena Nasution. Pemprov Sumut memberikan izin lokasi pembangunan PLTA Asahan 3 yang berada di Kabupaten Toba Samosir dan Asahan sejak kepemimpinan Gubernur Sumut Rudolf M Pardede. PLN yang juga berkeinginan membangun PLTA itu tidak mendapatkan izin lokasi meski beberapa kali mengajukan permohonan sesuai keterangan yang disampaikan mantan Dirut PLN Dahlan Iskan yang kini menjadi Menteri BUMN.

Namun meski belum mendapatkan izin lokasi, PLN tetap memulai pembangunan sejumlah infrastruktur PLTA Asahan 3 yang dimulai di Dusun Mamak, Desa Tangga, Kecamatan Aek Songsongan, Kabupaten Asahan pada akhir Januari 2011.

BAPPEDA: DAS DELI RUSAK PARAH Medan, 22/11 (ANTARA) - Pelaksana Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumatera Utara Tetty Magdalena Nasution mengatakan, fungsi hutan di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli yang berada di sepanjang Kota Medan telah rusak parah. "Fungsi hutannya hanya tersisa 5,67 persen," katanya di Medan, Selasa. Menurut Tetty, kerusakan fungsi hutan tersebut menyebabkan semakin sedikitnya unsur yang mampu menyerap air di DAS Deli yang sering menerima debit air cukup banyak. Disebabkan tidak adanya unsur penyerap tersebut, DAS Deli gampang meluap ketika hujan lebat sehingga Kota Medan sangat rentan terhadap bencana banjir. Sebenarnya, pihaknya bersama unsur terkait telah berupaya untuk melakukan konservasi fungsi hutan di DAS Deli tersebut agar airnya tidak mudah meluap. "Sesuai ketentuan, harus ada konservasi sebesar 30 persen," katanya. Meski demikian, Pemprov Sumut sulit melakukan konservasi fungsi hutan tersebut karena hampir seluruh pinggiran DAS Deli telah berdiri berbagai jenis bangunan. Sebagai solusinya, pihaknya menetapkan ketentuan agar masyarakat yang ingin membangun rumah harus dapat menyisakan lahannya minimal 30 persen seperti halaman rumah untuk menjadi lokasi serapan air. Namun pihaknya merasa prihatin karena sebagian besar masyarakat tidak terlalu memperdulikan ketentuan tersebut karena banyak yang justru menutupnya sehingga tidak dapat menyerap air. "Banyak pemilik rumah yang menyemen semua halamannya," kata Tetty. Kondisi itu diperparah dengan sistem drainase di Kota Medan yang tidak berfungsi dengan baik sehingga memperbesar potensi terjadinya banjir atau genangan air. "Air yang ada tidak sepenuhnya dapat dibuang dengan drainase," katanya. Meski demikian, pihaknya tetap berupaya untuk mengurangi potensi banjir tersebut dengan benteng penahan air dan membuat tanggul di sepanjang pantai. Dengan benteng tersebut, air yang ada di dataran tinggi tidak terlalu banyak turun ke Kota Medan. "Selain itu, tanggul juga berupaya mencegah air laut masuk ke daratan," katanya.

SUMUT INGIN INALUM JADI KLUSTER PENGOLAHAN ALUMINIUM Pemerintah Provinsi dan sejumlah kabupaten/kota di Sumatera Utara berkeinginan agar PT Indonesia Asahan Aluminium (Indonesia) dapat menjadi kluster industri pengolahan aluminium pascapengambilalihan pada tahun 2013. "Itu ide yang sempat mengemuka terkait pengambilalihan tersebut," kata Kabid Perencanaan Ekonomi dan Keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumut Hasmirzal Lubis dalam pertemuan di Dinas Komunikasi dan Informatika di Medan, Selasa. Ia mengatakan, Pemprov dan kabupaten/kota di Sumut merasa bergembira atas keputusan pemerintah pusat untuk mengambil alih Inalum yang berada di Kabupaten Batu Bara tersebut. Selain pemberian saham secara cuma-cuma (glden share), Pemprov Sumut juga berkeingin agar Inalum yang masih dikuasai konsorsium perusahaan Jepang Nippon Asahan Aluminium (NAA) itu dapat menjadi pusat pengolahan aluminium. Hal itu disebabkan keberadaan produksi aluminium dari Inalum selama ini hanya diekspor dalam bentuk bahan mentah dan diolah pihak luar negeri. "Setelah itu, baru masuk lagi ke Indonesia sebagai barang jadi," katanya. Disebabkan mengharapkan manfaat yang lebih besar dan dapat membuka peluang kerja, Pemprov Sumut mengharapkan pola itu diubah dengan menjadikan Inalum sebagai kluster pengolahan aluminium. Namun pihaknya belum mengetahui kemungkinan terealisasinya harapan tersebut karena harus memperhatikan berbagai persyaratan, khususnya dalam penyediaan energi. Dari pengalaman selama ini, proses industri di Sumut selalu mengalami kendala energi. "Pasokan gas kurang, listrik juga sering defisit, bagaimana mau mengembangkan industri," katanya. Dari penelitian yang dilakukan dari aspek pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6,8 persen dan penambahan penduduk yang mencapai 1,9 persen per tahun, pihaknya memperkirakan keharusan adanya penambahan daya listrik yang mencapai ratusan MW setiap tahunnya. "Mungkin, kebutuhan penambahannya mencapai 681 MW setiap tahun," katanya.

PEMPROV SUMUT OPTIMISTIS BANDARA KUALANAMU SELESAI 2012 Medan, 22/11 (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sumatera Utara optimistis proses pembangunan Bandar Udara Kualanamu di Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, akan selesai pada tahun depan. Pelaksana Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumut Tetty Magdalena Nasution di Medan, Selasa, mengatakan, optimisme itu muncul karena seluruh sektor dalam pembangunan tersebut telah mengalami kemajuan yang signifikan. "Sektor udara telah selesai, sektor darat hampir selesai, tinggal pembangunan jalan publik," katanya. Tetty menjelaskan, jalan publik yang sedang dipersiapkan itu adalah jalan arteri nontol dari Simpang Kayu Besar, Kecamatan Tanjung Morawa menuju Bandara Kualanamu. "72 persen lahannya telah dibebaskan," katanya. Untuk menyelesaikan pembebasan 28 persen lahan lainnya, Pemprov Sumut telah menyiapkan Peraturan Gubernur Nomor 62 tahun 2011 yang berisi ketentuan tentang pemberian santunan bagi pemilik lahan. Dengan pemberian santunan itu, masyarakat yang memiliki dan mendiami lahan yang akan dijadikan jalan arteri tersebut bersedia melepaskannya untuk kepentingan pembangunan Bandara Kualanamu. "Jalan arteri itu sangat strategis sehingga lahannya harus segera dibebaskan. Diharapkan pada 2012 bisa dibangun," katanya. Selain jalan arteri, Pemprov Sumut juga sedang menyiapkan dua infrastruktur pendukung lainnya yakni jalan tol Medan-Kualanamu dan Kualanamu-Tebing Tinggi. Proyek pembangunan jalan tol Medan-Kualanamu telah memasuki tahap penenderan yang pengerjaannya akan dilakukan selama 900 hari atau sekitar tiga tahun. Sedangkan proyek pembangunan tol Kualanamu-Tebing Tinggi masih dalam proses pembebasan lahan. "Sudah 42 persen lahannya dibebaskan," kata Tetty.

Anda mungkin juga menyukai