Anda di halaman 1dari 96

A. Latar Belakang 1.

Konsep Kebutuhan Dasar Pada Manusia Kebutuhan dasar pada manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam menjaga keseimbangan baik secara fisiologis maupun psikologis. Hal ini tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar pada manusia menurut Abraham Maslow, yaitu Teori Hierarki Kebutuhan yang menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu 1) Kebutuhan fisiologis, merupakan kebutuhan paling dasar pada manusia antara lain pemenuhan kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, cairan(minuman), nutrisi (makanan), eliminasi, istirahat dan tidur, aktivitas, keseimbangan suhu tubuh, serta seksual. 2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan, dibagi menjadi 2 : a) Perlindungan fisik : perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup seperti penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan dan lain-lain b) Perlindungan psikologis : perlindungan atas ancaman dari yang baru dan asing. Contoh : kekhawatiran pada saat pertama kali masuk sekolah. 3) Kebutuhan rasa cinta, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, antara lain memberi serta menerima kasih sayang, kehangatan, dan persahabatan; mendapat tempat di dalam keluarga serta kelompok social. 4) Kebutuhan harga diri, yaitu terkait keinginan untuk mendapatkan kekuatan serta meraih prestasi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain. 5) Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/lingkunan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.
1

2.

Ciri Kebutuhan Dasar pada Manusia Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Pada

dasarnya, setiap orang memiliki kebutuhan yang sama. Akan tetapi karena terdapat perbedaan budaya, maka kebutuhan tersebutpun akan berbeda. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berpikir lebih keras dan bergerak untuk berusaha mendapakannya. 3. Faktor yang Memengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pemenuhan dasar pada manusia dipengaruhi oleh berbagai factor sebagai berikut : 1) 2) 3)
4)

pada Manusia

Penyakit. Hubungan keluaraga Konsep diri Tahap perkembangan HOMEOSTATIS DAN HOMEODINAMIK Suatu proses yang terjadi secara terus-menerus untuk memelihara

A.

1. Homeostatis

stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Homeostatis merupakan mekanisme tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapai berbagai kondisi yang dialaminya. Homeostatis fisiologis, terjadi melaui 4 cara :
a. Peraturan diri (self regulation). Secara otomatis, cara ini terjadi

pada orang yang sehat, seperti pengaturan fungsi organ tubuh. b. Kompensasi. Tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidaknormalan dalam tubuh. Contoh : pelebaran pupil untuk meningkatkan persepsi visual pada saat tubuh mengalami ancaman.
c. Umpan balik negatif. Cara ini merupakan penyimpangan dari

keadaan normal. Contoh : apabila tekanan darah meningkat akan meningkatkan baroseptor.

d. Umpan balik positif. Untuk mengoreksi ketidakseimbangan fisiologis. Contoh : terjadinya proses peningkatan denyut jantung untuk membawa darah dan oksigen yang cukup ke sel tubuh apabila seseorang mengalami hipoksia. Homeostatis psikologis, berfokus pada keseimbangan emosional dan kesejahteraan mental. Proses ini di dapat dari pengalaman hidup dan interaksi dengan orang lain serta dipengaruhi oleh norma dan ultur masyarakat. Contoh : mekanisme pertahanan diri seperti menangis, tertawa, berteriak, memukul, meremas, mencerca dan lain-lain. 2. Homeodinamik Merupakan pertukaran energi antara manusia dan lingkungan sekitarnya secara terus-menerus. Pada proses ini manusia tidak hanya melakukan penyesuaian diri tetapi terus berinteraksi dengan lingkungan agar mampu mempertahankan hidupnya. Dalam proses homeodinamik, terdapat beberapa prinsip menurut teori Rogers sebagai berikut : 1) Prinsip intregal, yaitu prinsip utama dalam hubungan yang tidak dapat dipisahkan antar manusia dan lngkungan. 2) Prinsip resonansi, yaitu prinsip bahwa proses kehidupan manusia selalu berirama dan frekuensinya bervariasi karena manusia memiliki pengalaman dalam beradaptasi dengan lingkungan.
3) Prinsip helicy, yaitu prinsip bahwa setiap perubahan dalam proses

kehidupan manusia berlangsung perlahan-lahan dan terdapat hubungan antara manusia dan lingkungan (Falco dan Lobo, 1997). B. 1. PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN Kebutuhan Oksigen Kebutuhan oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar pada manusia yaitu kebutuhan fisiologis. Pemenuhuan kebutuhan oksigenasi ditujukan untuk menjaga kelangsungan metabolisme sel tubuh,

mempertahankan hidupnya, dan melakukan aktivitas bagi berbagai organ atau sel. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi Saluran pernapasan bagian atas. a. Hidung, proses oksigenasi di awali dengan masuknya udara melalui hidung. b. Faring, merupakan pipa berotot yang terletak dari dasar tengkorak sampai dengan esophagus. c. Laring, merupakan saluran pernapasan setelah faring d. Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup laring saat proses menutup. Saluran pernapasan bagian bawah. b. Trakhea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebrae torakalis kelima. c. Bronkhus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang menjadi bronchus kanan dan kiri. d. Bronkiolus, merupakn saluran percabangan setelah bronchus. Paru- paru Paru-paru merupakan organ utama dalam system pernapasan Proses Oksigenasi Proses pemenuhan kebutuhan oksigenisasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan, 1) Ventilasi, proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke dalam atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor : a. b. c. Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer Adanya kondisi jalan napas yang baik Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru

dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis

Pusat pernapasan, yaitu medulla oblongata dan pons, dapat dipengaruhi oleh ventilasi. 2) Difusi, merupakan pertukaran antara o2 dari alveoli ke kapiler paru-paru dan co2 dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu : a. Luasnya permukaan paru-paru b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial. c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi o2. d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb. 3) Transportasi Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%). Sedangkan CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), larut dalam plasma (5%), dan sebagian menjadi HCO3 berada dalam darah (65%). Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya : a. Kardiak output, dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung. b. Kondisi pembuluh darah, latuhan dan aktivitas seperti olah raga, dan lain-lain. 2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Oksigenasi a. Saraf otonom Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat memngaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat ketika terjadi rangsangan baik oleh simpatis maupun parasimpatis.
5

b. Hormonal dan obat Semua hormon termasuk devirat katekolamin yang dapat melebarkan saluran pernapasan. c. Alergi pada saluran napas Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi antara lain debu, bulu binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan dan lainlain. d. Faktor perkembangan Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi karena usia organ di dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak. e. Faktor lingkungan Kondisi lingkungan yang dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti faktor alergi, ketinggian dan suhu. Kondisi-kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi. f. Faktor perilaku Perilaku yang di maksud diantaranya adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan (status nutrisi), aktivitas yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigenasi, merokok dan lain-lain. 3. Gangguan / Masalah Kebutuhan Oksigenasi a. Hipoksia Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di sel, sehingga dapat memunculkan tanda seperti kulit kebiruan (sianosis). b. Perubahan Pola Pernapasan 1) Takipnea, merupakan pernapasan dengan frekuensi lebih dari 24 kali per menit. Proses ini terjadi karena paru-paru dalam keadaan atelektaksis atau terjadi emboli.
6

2)

Bradipnea, merupakan pola pernapasan yang lambat

abnormal, 10 kali per menit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intracranial yang di sertai narkotik atau sedatif. 3) Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme tubuh yang melampau tinggi dengan pernapasan lebih cepat dan dalam, sehingga terjadi peningkatan jumlah oksigen dalam paru-paru. Proses ini di tandai adanya peningkatan denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO2 dan lain-lain. 4) Kussmaul, merupaka pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolic 5) Hipoventilasi, merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup pada saat ventilasi alveolar, serta tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan oksigen. 6) ini 7) Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernapasan. Hal dapat disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam

darah/jaringan, kerja berat/berlebuhan, dan pengaruh psikis. Ortopnea, merupakan kesulitan bernapas kecuali pada posisi duduk atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami kongesif paru-paru. 8) Cheyne stokes, merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula nik kemudian menurun dan berhenti, lalu pernapasan dimulai lagi dari siklus baru. Periode apnea berulang secara teratur. 9) Pernapasan paradoksial, merupakan pernapasan dimana dinding paru-paru bergerak berlawanan arah dari keadaan normal. Sering di temukan pada keadaan atelektasis.

10) 11)

Biot, merupakan pernapasan dengan irama yang mirip Stridor, merupakan pernapasan bising yang terjadi karena

dengan cheyne stokes, akan tetapi amplitudonya tidak teratur. penyempitan pada saluran pernapasan. Pada umumnya ditmukan pada kasus spasme trachea atau obstruksi laring. c. Obstruksi jalan napas Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi pada induvidu dengan pernapasan yang mengalami ancaman, terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif. Hal ini dpat disebabkan oleh secret yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi; immobilisasi; statis skreasi; serta batuk tidak efektif karena penyakit persarafan seperti cerebro vascular accident (CVA), akibat efek pengobatan sedative, dan lain-lain. Tanda klinis : 1) 2) 3) 4) Batuk tidak efektif atau todak ada Tidak mampu mengelurakan secret di jalan napas Suara napas menunjukkan adanya sumbatan Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal Pertukaran gas merupakan suatu kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas, baik oksigen maupun karbondioksida, antar alveoli paru-paru dan system vascular. Hal ini dapat disebabkan oleh secret yang kental atau immobilisasi akibat system saraf; depresi susunan saraf pusat; atau penyakit radang pada paru-paru. Terjadinya gangguan dalam pertukaran gas ini menunjukkan bahwa penurunan kapasitas difusi dapat menyebabkan pengangkutan O2 dari paru-paru ke jaringan terganggu, anemia dengan segala macam bentuknya, keracunan CO2, dan terganggunya aliran darah. Penurunan kapasitas difusi tersebut antara lain disebabkan oleh menurunnya luas

d. Pertukaran gas

permukaan difusi, menebalnya membrane alveolar kapiler, dan rasio ventilasi perfusi yang itdak baik. Tanda klinis : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Dispea pada usaha napas Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang Agistasi Lelah, alergi Meningkatnya tahanan vascular paru-paru Menurunnya saturasi oksigen dan meningkatnya PaCO2 Sianosis

4. Tindakan untuk Mengatasi Masalah Kebutuhan Oksigenasi a. Latihan napas Latihan napas merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveoli atau memelihara pertukaran gas, mencegah atelektaksis, meningkatkan efisiensi batuk, dan dapat mengurangi stress. Prosedur Kerja : 1) 2) 3) 4) 5) Cuci tangan Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan Atur posisi (duduk atau telentang) Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara menarik napas Kemudian anjurkan pasien untuk menahan napas sekitar 1-

dilakukan

terlebih dahulu melalui hidung dengan mulut tertutup 1,5 detik dan disusul dengan menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut seperti orang meniup 6) 7) Catat respon yang terjadi Cuci tangan Latihan batuk efektif merupakan cara melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif untuk membersihkan jalan napas (laring, trachea, dan bronkhiolus) dari secret atau benda asing.
9

b. Latihan batuk efektif

Prosedur Kerja : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) Cuci tangan Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan Atur posisi dengan duduk di tepi tempat tidur dan Anjurkan untuk menarik napas, secara pelan dan dalam, Setelah itu tahan napas selama 2 detik Batukkan 2 kali dengan mulut terbuka Tarik napas dengan ringan Istirahat Catat respons yang terjadi Cuci tangan Pemberian oksigen merupakan tindakana memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat melalui tiga cara yaitu melalui kanula, nasal, dan masker. Pemberian oksigen tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan mencagah terjadinya hipoksia. Persiapan Alat dan Bahan : 1) 2) 3) 1) 2) 3) 4) Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier Nasal kateter, kanula, atau masker Vaselin,/lubrikan atau pelumas (jelly) Cuci tangan Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan Cek flowmeter dan humidifier Hidupkan tabung oksigen
10

dilakukan membungkuk ke depan dengan menggunakan pernapasan diafragma

c. Pemberian oksigen

Prosedur Kerja :

dilakukan

5) 6) 7) 8) 9)

Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan Berikan oksigen melalui kanula atau masker Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung Catat pemberian dan lakukan observasi Cuci tangan Fisioterapi dada merupakan tindakan melakukan postural

dengan kondisi pasien

dengan telinga, setelah itu berikan lubrikan dan masukkan

d. Fisioterapi dada drainage, clapping, dan vibrating pada pasien dengan gangguan system pernapasan untuk meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas. Persiapan Alat dan Bahan : 1) 2) 3) 4) Pot sputum berisi desinfektan Kertas tisu Dua balok tempat tidur (untuk postural drainage) Satu bantal (untuk postural drainage)

Prosedur Kerja : Postural drainage 1) 2) 3) 4) 5) tengah)


11

Cuci tangan Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan Miringkan psien kekiri (untuk membersihkan bagian paruMiringkan pasien kekanan (untuk membersihkan badian Miringkan pasien ke kiri dengan tubuh bagian belakang

dilaksanakan paru kanan) paru-paru kiri) kanan disokong satu bantal (untuk membersihkan bagian lobus

6) 7)
8)

Lakukan postural drainage 10-15 menit Observasi tanda vital selama prosedur Setelah pelaksanaan postural drainage, dilakukan clapping, Lakukan hingga lender bersih Catat respon yang terjadi Cuci tangan Cuci tangan Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan Atur posisi pasien sesuai dengan kodisinya Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat punggung pasien secara bergantian hingga ada

vibrating, dan suction 9) 10) 11) Clapping 1) 2) 3)


4)

dilaksanakan

menepuk 5) 6) 7) 8) Vibrating 1) 2) 3) 4)

rangsangan batuk Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan Lakukan hingga lender bersih Catat respon yang terjadi Cuci tangan Cuci tangan Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya Lakukan vibrating dengan menganjurkan pasien untuk untuk menampung sputum pada pot sputum

dilaksanakan

menarik napas dalam dan meminta pasien untuk mengularkan napas perlahan-lahan. Untuk itu, letakkan kedua tangan diatas bagian samping depan dari cekungan iga dan getarkan secara perlahan-lahan.hal tersebut dilakukan secara berkali-kali hingga pasien ingin batuk dan mengeluarkan sputum
12

5) 6) 7) 8)

Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan Lakukan hingga lendir bersih Catat respon yang terjadi Cuci tangan Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien

untuk menampung sputum di pot sputum

e. Pengisapan lendir yang tidak mampu mengeluarkan secret atau lendir secara sendiri. Tindakan tersebut dilakukan untuk membersihkan jalamn napas dan memenuhi kebutuhan oksegenasi. Persiapan Alat dan Bahan : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Alat pengisap lendir dengan botol yang berisi larutan Kateter pengisap lendir Pinset steril Dua kom berisi laturan akuades/NaCl 0,9% dan larutan Kasa steril Kertas tisu Cuci tangan Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan Atur pasien dalam posisi telentang dan kepala miring Gunakan sarung tangan Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap Hidupkan mesin penghisap Lakukan penghisapan lendir dengan memasukkna kateter desinfektan

desinfektan

Prosedur Kerja :

diaksanakan kearah perawat

pengisap ke dalam kom berisi akuades atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa
13

8) 9) detik 10) 11) 12) 13) C. 1.

Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9% Laukan hingga lendir bersih Catat respon yang terjadi Cuci tangan PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI Kebutuhan Nutrisi

Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah system pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris. Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal, sedangkan organ asesoris terdiri atas hati, kantong empedu, dan pankreas.
a.

Saluran Pencernaan 1) Mulut Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan yang terdiri atas dua bagian luar (vestibula), yaitu ruang diantar gusi, gigi, bibir, dan pipi; serta bagian dalam yang terdiri dari rongga mulut. 2) Faring dan esophagus Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di belakang hidung, mulut, dan laring. Faring berbentuk kerucut dengan bagian terlebar di bagian atas yang berjalan hingga vertebrae servikal keenam. Faring langsung berhubungan dengan esophagus, sebuah tabung yang memiliki otot dengan panjang 20-25cm yang terletak di belakang trachea dan di depan tulang punggung, kemudianmasuk melalui toraks menembus diafragma yang berhubungan langsung dengan abdomen dan menyambung dengan lambung.
14

Esophagus

merupakan

bagian

yang

menghantarkan

makanan dari faring menuju lambung, bentuknya seperti silinder yang berongga dengan panjang 2cm. kedua ujungnya dilindungi oleh sphincter. Dalam keadaan normal sphincter bagian atas selalu tertutup, kecuali bila ada makanan masuk ke dalam lambung. Keadaan ini bertujuan untuk mencegah gerakan balik ke oragan bagian atas, yaitu esophagus. Proses penghantaran makanan dilakukan dengan kerja peristaltic. 3) Lambung Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas bagian atas (disebut fundus), bagian utama, dan bagian bawah yang horizontal (disebut antrum pilorik). Lambung ini berhubungan langsung dengan esophagus melalui orifisium kardia dan dengan duodenum melalui orifisium pilorik. Lambung terletak di bawah diafragma dan di depan pancreas. Lambung memiliki fungsi sebagai berikut : a) Fungsi motoris adalah menampung makanan, mencagah makanan menjadi partikel kecil, dan mencampurnya dengan asam lambung b) mensekresi Fungsi sekreasi dan pencernaan adalah pepsinogen rennin, dan lipase. Pepsinogen

diaktifkan oleh HCl menjadi pepsin yang dapat memecah protein menjadi proteosa an peptone. 4) Usus Halus Usus halus terletak di daerah umbilicus dan dikelilingi oleh usus besar. Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang 2,5 m dalam keadaan hidup. Pada dinding usus halus, khususnya mukosa, terdapat beberapa nodula jaringan limfa yang disebut kelenjar soliter yang berfungsi sebagai pelindung terhadap infeksi.

15

Pada umumnya, fungsi usus halus adalah mencerna dan mengabsorpsi chime dari lambung. Zat makanan yang telah halus akan diabsorpsi di dalam usus halus, yakni pada duodenum. Disisni terjadi absorpsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin D; serta vitamin A,D,E dn K dengan bantuan empedu dan asam folat.
5)

Usus Besar Usur besar (kolon) merupakan kelanjutan dari usus halus,

mulai dari katup ileokolik atau ileosaekal sebagai tempat lewatnya makanan. Fungsi utama usus besar adalah mengabsorsi air ( 90%), elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa. b. 1) 2) Organ Asesoris Hati Kantong Empedu Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh Kantong empedu merupakan sebuah kantong yang terletak di bawah kanan hati atau lekukan permukaan bawah hati sampai di pinggiran depan yang memiliki panjang 8-12 cm, dengan kapasitas 40-60 cm3. 3) Pankreas Pankreas merupakan kelenjar yang strukturnya sama dengan kelenjar ludah dengan memilliki panjang 15 cm. 2. yang terdiri atas : a. Karbohidrat Karbohidrat merupakan zat gizi berbentuk amilum. b. Lemak Zat Gizi Zat gizi (nutrient) merupakan zat yang terdapat di dalam makanan,

Pencernaan lemak dimlai dalam lambung karena dalam mulut tidak ada enzim pemecah lemak
16

c. dalam lambung. d.

Protein

Kelenjar ludah dalam mulut tidak membuat enzim protease terdapat Mineral

Mineral tidak menbutuhkan pencernaan. Mineral hadir dalam bentuk tertentu sehingga tubuh mudah untuk memprosesnya. e. Vitamin Proses penyerapan vitamin dapat dilakukan dengan difusi sederhana. Vitamin yang larut dalam lemak diserap oleh system transport aktif yang membawa lemak ke seluruh tubuh, sedangkan vitamin yang larut dalam air mempunyai beberapa variasi mekanisme transport aktif. f. Air Air merupakan zat gizi yang paling mendasar. Tubuh manusia terdiri dari kira-kira 50-70% air. Asupan air secara teratur sangat penting disbandingkan dengan supan nutrisi lain. 3. Keseimbangan Energi Lain Energi merupakan kapasitas untuk melakukan sebuah aktivitas yang dapat diukur melalui pembentukan panas. Energi pada manusia dapat diperoleh dari berbagai asupan zat gizi diantaranya protein, karbihidrat, lemak, maupun bahan makanan yang disimpan dalam tubuh. Tubuh memerlukan keseimbangan energi untuk melakukan sebuah aktivitas. Keseimbangan tersebut dapat dihitung melalui kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan seseorang, kebutuhan kalori dasar/basal, dan tingkat aktivitas. Rumus = Berat Badan Ideal x 10 KKB Keterangan KKB = kebutuhan kalori basal

4.

Metabolisme Basal

17

Metabolisme basal merupakan energi yang dibutuhkan seseorang dalam keadaan istirahat dan nilainya disebut dengan BMR (Basal Metabolisme Rate). Basal Metabolisme Metabolisme basal adalah banyaknya energi yang dipakai untuk aktifitas jaringan tubuh sewaktu istirahat jasmani dan rohani. Energi tersebut dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi vital tubuh berupa metabolisme makanan, sekresi enzim, sekresi hormon, maupun berupa denyut jantung, bernafas, pemeliharaan tonus otot, dan pengaturan suhu tubuh. Metabolisme basal ditentukan dalam keadaan individu istirahat fisik dan mental yang sempurna. Pengukuran metabolisme basal dilakukan dalam ruangan bersuhu nyaman setelah puasa 12 sampai 14 jam (keadaan postabsorptive). Sebenarnya taraf metabolisme basal ini tidak benar-benar basal. Taraf metabolisme pada waktu tidur ternyata lebih rendah dari pada taraf metabolisme basal, oleh karena selama tidur otototot terelaksasi lebih sempurna. Apa yang dimaksud basal disini ialah suatu kumpulan syarat standar yang telah diterima dan diketahui secara luas. Metabolisme basal dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu jenis kelamin, usia, ukuran dan komposisi tubuh, faktor pertumbuhan. Metabolisme basal juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan keadaan emosi atau stres. Orang dengan berat badan yang besar dan proporsi lemak yang sedikit mempunyai Metabolisme basal lebih besar dibanding dengan orang yang mempunyai berat badan yang besar tapi proporsi lemak yang besar. Demikian pula, orang dengan berat badan yang besar dan proporsi lemak yang sedikit mempunyai Metabolisme basal yang lebih besar dibanding dengan orang yang mempunyai berat badan kecil dan proporsi lemak sedikit. Metabolisme basal seorang laki-laki lebih tinggi dibanding dengan wanita. Umur juga mempengaruhi metabolisme basal dimana umur yang
18

lebih muda mempunyai metabolisme basal lebih besar dibanding yang lebih tua. Rasa gelisah dan ketegangan, misalnya saat bertanding menghasilkan metabolisme basal 5% sampai 10% lebih besar. Hal ini terjadi karena sekresi hormon epinefrin yang meningkat, demikian pula tonus otot meningkat. Macam Macam Diet a. Diet Wanita Hamil Pada wanita, masa hamil merupakan saat dimana zat gizi diperlukan dalam jumlah yang lebih banyak, secara kuantitas maupun kualitas dibandingkan dengan saat tidak hamil. Asupan zat gizi tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan ibu dan juga untuk tumbuh kembang janin dalam kandungan. b. Diet ibu menyusui Masa menyusui juga memerlukan asupan gizi yang baik agar dapat menghasilkan air susu dalam jumlah yang maksimal untuk bayinya.
5.

Gangguan/Masalah Yang Berhubungan Dengan a. Obesitas Obesitas merupakan peningkatan berat badan yang melebihi 20% batas normal berat badan seseorang. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria[rujukan?]. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas. Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.
19

Nutrisi

Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok: Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40% Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100% Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas

berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk). Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga kepada lokasi penimbunan lemak tubuh. Pola penyebaran lemak tubuh pada pria dan wanita cenderung berbeda. Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong, sehingga memberikan gambaran seperti buah pir. Sedangkan pada pria biasanya lemak menimbun di sekitar perut, sehingga memberikan gambaran seperti buah apel. Tetapi hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang mutlak, kadang pada beberapa pria tampak seperti buah pir dan beberapa wanita tampak seperti buah apel, terutama setelah masa menopause. b. Malnutrisi Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. 6. a. Pengetahuan Rendahnya pengetahuan tentang manfaat makanan bergizi dapat memengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapt disebabkan oleh kurangnya iinformasi, sehingga dapat terjadi kesalaahan dalam pemenuhan kebutuhan gizi. b. Prasangka Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan yang bernilai gizi tinggi, dapat memengaruhi status gizi seseorang. c. Kebiasaan
20

Faktor

Yang

Memengaruhi

Pemenuhan

Kebutuhan Nutrisi

Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertantu dapat juga memengaruhi status gizi. d. Kesukaan Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat gizi yang dibutuhkan secara cukup. e. Ekonomi Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi. Penyediaan makanan yang bergizi membutuhkan dana yang tidak sedikit, sehingga perubahan status gizi dipengaruhi oleh status ekonomi. Dengan kata lain, orang dengan status ekonomi kurang biasanya kesulitan dalam penyediaan makanan bergizi. Sebaliknya, orang dengan status ekonomi cukup lebih mudah untuk menyediakan makanan yang bergizi. 7. Tindakan Untuk Mengatasi Masalah Pemenuhan a. Pemberian nutrisi melalui oral Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara mandiri. Persiapan Alat dan Bahan : 1) Piring 2) Sendok 3) Garpu 4) Gelas 5) Serbet 6) Mangkok cuci tangan 7) Pengalas 8) Jenis diet Prosedur Kerja : 1) Cuci tangan 2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
21

Kebutuhan Nutrisi

3) Atur posisi depan 4) Pasang pengalas 5) Anjurkan pasien untuk berdoa sebelum berdoa 6) Bantu untuk melakukan makan dengan menyuapkan makanan sedikit demi sedikit dan berikan minum sesudah makan 7) Bila selesai makan, bersihkan mulut pasien dan anjurkan duduk sebentar 8) Catat hasil atau respons pemenuhan terhadap makan
9) Cuci tangan b. Pemberian nutrisi melaluipipa penduga/lambung

Pemberian nutrisi melalui pipa penduga merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral. Persiapan Alat dan Bahan : 1) Pipa penduga dalam tempatnya 2) Corong 3) Spuit 20cc 4) Pengalas 5) Bengkok 6) Plester, Gunting 7) Makanan dalam bentuk cair 8) Air matang 9) Obat 10) Stetoskop 11) Klem 12) Baskom berisi air (kalo tidak ada stetoskop) 13) Vaselin Prosedur Kerja : 1) Cuci tangan 2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3) Atur posisi semi/fowler pada pasien

4) Bersihkan daerah hidung dan pasangkan pengalas di daerah dada


22

5) Letakkan bengkok (neirbekken) di dekat pasien

6) Tentukan letak pipa penduga dengan mengukur panjang pipa dari epigastrum sampai hidung. Kemudian dibengkokkkan ke telinga, dan beri tanda batasnya. 7) Berikan vaselin atau pelicin pada ujung pipa dan klem pangkal pipa tersebut, lalu masukkan melalui hidung secara perlahan-lahan sambil pasien dianjurkan untuk menelannya 8) Tentukan apakah pipa tersebut benar-benar sudah masuk ke lambung dengan cara : a) Masukknya ujung selang yang diklem ke dalam baskom yang berisi air (klem dibuka). Perhatikan bila ada gelembung, pipa tersebut masuk ke lambung. Setelah itu di klem atau dilipat kembali. b) Masukkan udara dengan spuit ke dalam lambung melalui pipa tersebut dan dengarkan dengan stetoskop. Bila di lambung terdengar bunyi, berarti pipa tersebut sudah masuk. Setelah itu, keluarkan udara yang ada di dalm sebanyak jumlah yang dimasukkan.Setelah selesai, maka lakukan tindakan pemberian makanan dengan memasang corong atau spuit pada pangkal pipa 9) Pada awalnya, tuangkan dan masukkan air matang 15cc melalui pinggirnya 10) Berikan makanan dlam bentuk cair yang tersedia. Setelah itu, bila ada obat, maka asupan, kemudia beri minum, lalu pipa penduga diklem 11) Catat hasil atau respons pasien selama pemberian makanan. 12) Cuci tangan

23

D.

PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN 1. Kebutuhan Cairan Tubuh a. Kebutuhan Cairan Tubuh Manusia Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan hampir 90% dari total berat badan. Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit, paru-paru dan gastrointestinal 1) Ginjal Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit. 2) Kulit Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan panas. 3) Paru-paru Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible water loss 400ml/hari. 4) Gastrointestinal Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam keadaan normal, cairan yang hilang dalam system ini sekitar 100-200 ml/hari. Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui mekanisme rasa haus yang dikontrol oleh system endokrin (hormonal), a) ADH Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air ehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh
24

ELEKTROLIT

yakni

anti

diuretic

hormone

(ADH),

system

aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.

b) Aldesteron Hormon ini diekresi oleh kelenjar adrenal ddi tubulus ginjal dan berfungsi pada absorbsi natrium c) Prostaglandin Prostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan gerakan gastrointestinal. d) Glukokortikoid Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yng menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium. b. Cara Perpindahan Cairan 1) Difusi Difusi merupakan tercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas atau zat padat secra bebas atau acak 2) Osmosis Osmosis adalah proses perpindahan pelarut murni (seperti air) melalui membrane semipermeabel, biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya. 3) Transpor aktif Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transport aktif. Transport aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis yang memerlukan aktivitas metabolic dan pengeluaran energi untuk menggerakkan berbagai materi guna menembus membrane sel.
25

c. Faktor yang Berpengaruh dalam Pengaturan Cairan Proses pengaturan cairan di pengaruhi oleh dua faktor yakni :
a)

Tekanan cairan, proses difusi dan osmosis Membran semipermiabel, merupakan penyaring

melibatkan adanya tekanan cairan


b)

agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. d. Jenis Cairan 1) Cairan zat gizi (nutrien) Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan kalori 450 kalori setiap hari. Cairan nutrien dapat diberikan melalui intravena dalam bentuk karbohidrat, itrogen dan vitamin untuk metabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan nutrien dapat berkisar antara 200-1500 kalori perliter. Cairan nutrien terdiri atas :

Karbohidrat dan air Asam amino Lemak Blood volume expanders

2)

Blood volume expanders merupakan jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume darah sesudah kehilangan darah atau plasma e. Gangguan/ masalah dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan a) Hipovolume atau dehidrasi Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan cairan dan kelebihan pengeluaran cairan. Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal atau dehidrasi, yaitu:
1)

Dehidrasi isotonic, terjadi jika kekurangan sejumlah cairan Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air

dan elektrolitnya yang seimbang


2)

yang lebih banyak daripada elektrolitnya

26

3)

Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak

kehilangan elektrolitnya daripada air. Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya : Dehidrasi berat 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 1) 2) 3) Pengeluaran/ kehilangan cairan 4-6 L Serum natrium 159-166 mEq/L Hipotensi Turgor kulit buruk Oliguria Nadi dan pernapasan meningkat Kehilangan cairan mencapai > 10% BB Kehilangan cairan 2-4 l atau antara 5-10% BB Serum natrium 152-158 mEq/L Mata cekung

Dehidrasi sedang

Dehidrasi ringan, dengan terjadinya kehiangan cairan sampai 5% BB atau 1,5-2 L b) Hipervolume atau overhidrasi Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu, hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial). 2. mengandung Kebutuhan Elektrolit Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh oksigen, nutrient, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya disebut dengan ion. a. Komposisi elektrolit Komposisi elektrolit dalam plasma sebagai berikut : Natrium Kalium Klorida : : : 135- 145 m Eq/L 3,5-5,3 m Eq/L 100-106 m Eq/L 22-26 m Eq/L
27

Bikarbonat arteri :

Bikarbonat vena : Kalsium Magnesium Fosfat :

24-30 m Eq/L 4-5 m Eq/L : 1,5-2,5 m Eq/L : 2,5-4,5 mg/100ml

b. Jenis Cairan Elektrolit Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap. Cairan saline terdir dari cairan isotonic, hipotonik, dan hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak dipergunakan. c. Pengaturan Elektrolit 1) Pengaturan keseimbanga natrium Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfngsi dalam pengaturan osmolaritas dan volume cairan tubuh. 2) Pengaturan keseimbangan kalium Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit. Aldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (cairan ekstrasel). System pengaturannya melalui tiga langkah: a) Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan produksi aldosteron b) Peningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkanmelalui ginjal c) Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel menurun 3) Pengaturan keseimbangan kalsium Kalsium dalam tubuh berfungsi dalam pembentukan tulang 4) Pengaturan keseimbangan magnesium Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua dalam cairan intrasel
28

5) Pengaturan keseimbangan klorida

Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi klorida dapat ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan osmotic dalam darah
6) Pengaturan keseimbangan bikarbonat

Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer (penyangga) dalam tubuh 7) Pengaturan keseimbangan fosfat (PO4) Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi dan tulang. Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine. d. Gangguan /Masalah Kebutuhan Elektrolit
1) Hiponatremia,

merupakan suatu keadaan kekurangan kadar

natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/L,mual,muntah dan diare.
2) Hipernatremia, suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma

tinggi,

yang

ditandai turgor

dengan kulit

adanya dan

mukosa permukaan

kering, kulit

oliguria/anuria,

buruk

membengkak, kulit kemerahan, lidah kering, dll


3) Hipokalemia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium

dalam darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare berkepanjangan.
4) Hiperkalemia, merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium

dalam darah tinggi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik. Hiperkalemia dditandai dengan adanya mual, hiperaktifitas system pencernaan,dll
5) Hipokalsemia, merupakan kekurangan kadar kalsium dalam

plasma darah. Hipokalsemia ditandai dengan adanya kram otot dan karam perut, kejang,bingung, dll
29

6) Hiperkalsemia, merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium

dalam darah. Hal ini terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan. Hiperkalsemia ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, dll, dan kadar kalsium daam plasma lebih dari 4,3 mEq/L
7) Hipomagnesia, merupakan kekurangan kadar magnesium dalam

darah. Hipomagnesia ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, dll, serta kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L
8) Hipermagnesia, merupakan kelebihan kadar magnesium dalam

darah. Hal ini ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L. 9) Keseimbangan Asam Basa Aktivitas tubuh memerlukan keseimbangan asam basa, keseimbangan asam basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, nilai pH cairan tubuh 7,357,45. keseimbangan dapat dipertahankan melalui proses metabolisme dengan sistem buffer pada seluruh cairan tubuh dan melalui pernapasan dengan sistem regulasi (pengaturan di ginjal). Tiga macam sistem larutan buffer cairan tubuh yaitu larutan bikarbonat, larutan buffer fosfat, dan larutan buffer protein. Jenis Asam Basa Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi osidosis. Keadaan osidosis dapat di sebabkan karena henti jantung dan koma diabetikum. Contoh cairan alkali antara lain natrium (sodium laktat) dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan garam dari asam lemah yang dapat mengambil ion H+ dari cairan, sehingga mengurami keasaman (asidosis). Ion H+ diperoleh dari asam karbonat (H2CO3), yang mana terurai menjadi HCO3 (bikarbonat)
30

dan H+. selain system pernapasan, ginjal juga berperan untuk mempertahankan keseimbangan asam basa yang sangat kompleks.
10)

Asidosis respiratorik, merupakan suatu keadaan yang

disebabkan oleh karena kegagalan system pernapasan dalam membuang karbondioksida dari cairan tubuh
11)

Asidosis metabolik, merupakan suatu keadaan kehilangan Alkalosis respiratorik, merupakan suatu keadaan

basa atau terjadi penumpukan asam.


12)

kehilangan CO2, dari paru-paru yang dapat menimbulkan terjadinya paCO2 arteri ukurang dari 35 mmHg, pH lebih dari 7,45.
13)

Alkalosis metabolik, merupakan suatu keadaan kehilangan

ion hydrogen atau penambahan cairan basa pada cairan tubuh denganadanya peningkatan bikarbonat plasma lebih dari 26 mEq/L dan pH arteri lebih dari 7,45.
e. Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor=faktor :


1) Usia. Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh dan

aktivitas organ, sehingga dapat memengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
2) Temperature yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan

melalui keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.
3) Diet. Apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan

memecah cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi penggerakan cairan dari interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan.
4) Stress dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan

elektrolit, melalui proses peningkatan produksi ADH karena pada proses ini dapat meningkatkan
31

metabolisme

sehingga

mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat menimbulkan retensi natrium dan air.
5) Sakit. Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga

untuk memperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhan cairan yang cukup. f. Tindakan Untuk Mengatasi Masalah/Gangguan dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan elektrolit a) Pemberian cairan melalui infus Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infuse. Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, serta sebagai tindaka pengobatan dan pemberian makanan. Persiapan Bahan dan Alat : 1) Standar infuse 2) Perangkat infuse 3) Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien. 4) Jarum infus/ abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran 5) Pengalas
6) Tourniquet/pembendung

7) kapas alkohol 70% 8) Plester 9) Gunting 10) Kasa steril 11) Betadine 12) Sarung tangan Prosedur Kerja : 1) Cuci tangan 2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan

32

3) Hubungakan

cairan

dan

perangkat

infuse

dengan

menusukkan ke dalam botol infuse (cairan)


4) Isi cairan ke dalam perangkat infuse dengan menekan

bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga selang terisi dan keluar udaranya 5) Letakkan pengalas
6) Lakukan pembendungan dengan tourniquet

7) Gunakan sarung tangan 8) Desinfeksi daerah yang akan ditusuk 9) Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas 10) Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus/abocath 11) Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus 12) Buka tetesan 13) Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kasa steril 14) Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester 15) Catat respons yang terjadi 16) Cuci tangan Cara menghitung tetesan infus : 1) Dewasa : (makro dengan 20 tetes/ml) Tetesan /menit = jumlah cairan yang masuk Lamanya infuse (jam) x 3 Atau tetesan/menit = keb.cairan x faktor tetesan lama infuse (jam) x 60 menit Keterangan : Faktor tetsan infus bermacam-macam, hal ini dapat dilihat pada label infus (10 tetes / menit, 15 tetes / menit dan 20 tetes / menit)
33

2) Anak : Tetesan per menit (mikro) = jumlah cairan yang masuk Lamanya infus (jam) b) Transfusi Darah Transfusi darah merupakan tindakan memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan seperangkat alat transfusi pada pasien yang membutuhkan darah. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan. Persiapan Alat dan Bahan : 1) Standar infus 2) Perangkat transfusi 3) NaCl 0,9% 4) Darah sesuai dengan kebutuhan pasien 5) Jarum infus/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran 6) Pengalas
7) Tourniquet/ pembendung

8) Kapas alcohol 70% 9) Plester 10) Gunting 11) Kasa steril 12) Betadine 13) Sarung tangan Prosedur Kerja : 1) Cuci tangan 2) Jelaskan pada pasien mengenai proosedur yang akan dilakukan 3) Hubungkan cairan NaCl 0,9% dan seperangkat transfuse dengan menusukkannya
4) Isi cairan NaCl 0,9% ke dalam perangkat transfusi dengan

menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi

34

sebagian. Kemudian buka penutup, hingga selang terisi dan udaranya keluar. 5) Letakkan pengalas 6) Lakukan pembendungan dengan tourniquet 7) Gunakan sarung tangan 8) Desinfeksi daerah yang akan disuntik 9) Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas 10) Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus/abocath 11) Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang tranfusi 12) Buka tetesan
13)

Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup

dengan kasa steril 14) Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester 15) Setelah NaCl 0,9% masuk sekitar 15 menit, ganti dengan darah yang sudah disiapkan
16)

Darah sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek

warna darah, identitas pasien, jenis golongan darah dan tanggal kadaluwarsa 17) Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian transfusi 18) Catat respons terjadi 19) Cuci tangan E. PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI Kebutuhan eliminasi terdiri atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhanbuang air kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar) 1. a. 1) Ginjal Kebutuhan Eliminasi Urine Organ yang Berperan dalam Eliminasi urine

35

Merupakan organ retropenitoneal (di belakang selaput perut) yang terdiri atas ginjal sebelah kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagi pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh.
2) Kandung kemih (bladder, buli-buli)

Merupakan sebuah kantung yang terdiri atas otot halus yang berfungsi sebagai penampung air seni (urine). 3) Uretra Merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar. 4) Proses Berkemih Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi 250-450 cc (pada orang dewasa) dan 200-250 cc (pada anak-anak). Komposisi urine : 1) Air (96%) 2) Larutan (4%) Larutan Organik Urea, ammonia, keratin, dan asam urat Larutan Anorganik Natrium (sodium), klorida, kalium (potasium), sufat, magnesium, fosfor. Natrium klorida merupakan garam anorganik yang paling banyak. b. a) Faktor yang Memengaruhi Eliminasi Urine Diet dan asupan Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk.selain itu, minum kopi juga dapat meningkatkan pembentukan urine. b) Respon keinginan awal untuk berkemih
36

Kebiasan mengabaikan keinginan awal utnuk berkemih dapat menyebabkan urin banyak tertahan di vesika urinaria, sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah ppengeluaran urine c) Gaya hidup Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi. Hal ini terkait dengan tersedianya fasilitas toilet. d) Stress psikologis Meningkatkan stres dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
e)

Tingkat aktivitas

Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinearia yang baik untuk fungsi sphincter. Kemampuan tonus otot di dapatkan dengan beraktivitas. Hilangnya tonus otot vesika urinearia dapt menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun.
f)

Tingkat perkembangan

Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih mengalami mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun kemampuan dalam mengontrol buang air kecil meningkat dengan bertambahnya usia g) Kondisi penyakit Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes mellitus. h) Sosiokultural Budaya dapat memegaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu. i) Kebiasaan seseorang

37

Seseorng yang memiliki kebiasaan berkemh di toilet, biasanya mengalami kesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit. j) Tonus otot Tonus otot yang berperan penting dlam membantu proses berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi sebagai pengontrolan pengeluaran urine k) Pembedahan Pembedahan berefek menurunkan filtrasi glomerulus sebagai dampak dari pemberian obat anestesi sehingga menyebabkan penurunan jumlah produksi urine. l) Pengobatan Pemebrian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau penurunan proses perkemihan.
m)

Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan diagnostik ini juga dapat memengaruhi kebutuhan eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti intra venus pyelogram (IVP).
c.

Gangguan/Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine


a) Retensi urine,merupakan penumpukan urine dalam kandung

kemih

akibat

ketidakmampuan

kandung

kemih

untuk

mengosongkan kandung kemih. Tanda klinis retensi : 1) Ketidaknyamanan daerah pubis 2) Distensi vesika urinaria 3) Ketidaksanggupan untuk berkemih 4) Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-50 ml)

38

5) Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya 6) Meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih 7) Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih Penyebab : 1) Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria 2) Trauma sumsum tulang belakang 3) Tekanan uretra yang tinggi karena otot detrusor yang lemah 4) Sphincter yang kuat 5) Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)
b) Inkontinensia urine, merupakan ketidakmampuan otot sphincter

eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine.


c) Enuresis,

merupakan

ketiksanggupan

menahan

kemih

(mengompol) yang diakibatkan tidak mampu mengontrol sphincter eksterna. Faktor penyebab enuresis : 1) Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari normal 2) Anak-anak yang tiidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi mandi 3) Vesika urrinaria peka rangsang, dan seterusnya, tidak dapat menampung urine dalam jumlah besar. 4) Suasana emosional yang tidak menyenangkan dirumah (misalnya, persaingan dengan saudara kandung atau cekcok dengan orang tua) 5) Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaannya tanpa di bantu dengan mendidiknya keinginan berkemih tidak diketahui. Hal itu mengakibatkan terlambatnya bangun tidur untuk ke kamar

39

6) Infeksi saluran kemih, perubahan fisik, atau neurologis system perkemihan. 7) Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral 8) Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi
d) Perubahan pola eliminasi urine, merupakan keadaan sesorang

yang mengalami gangguan pada eliminasi urine karena obstruksi anatomis, kerusakan motorik sensorik, dan infeksi saluran kemih. Perubahan eliminasi terdiri atas : 1) Frekuensi, merupakan banyaknya jumlah berkemih dalam satu hari 2) Urgensi, merupakan perasaan seseorang yang takut mengalami inkontinesia jika tidak berkemih 3) Disuria, merupakan rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih 4) Poliuria, merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, tanpa adanya peningkatan asupan cairan. 5) Urinaria supresi, merupakan berhentinya produksi urine secara mendadak.
d.

Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Urine Mengingat tujuan pemeriksaan dengan bahan urine tersebut berbeda-beda, maka dalam pengambilan atau pengumpulan urine juga dibedakan sesuai dengan tujuannya. Cara pengambilan urine tersebut antara lain : 1) Pengambilan urine biasa, merupakan pengambilan urine dengan mengeluarkan urine secara biasa, yaitu buang air kecil. Pengambilan urine biasa ini biasanya digunakan untuk pemeriksaan kadar gula dalam urine, pemeriksaan kehamilan dan lain-lain 2) Pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine dengan enggunakan alat steril, dilakukan dengan kateterisasi
40

a) Pengumpulan Urine untuk Bahan Pemeriksaan

atau fungsi suprapubis ayng bertujuan mengetahui adanya infeksi pada uretra, ginjal, atau saluran kemih lainnya. 3) Pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilan urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam, bertujuan untuk mengetahui jumlah urine selama 24jam dan mengukur berat jenig, asupan dan output, serta mengetahui fungsi ginjal. Persiapan Alat dan Bahan : 1) Botol penampung beserta tutup 2) Etiket khusus Prosedur Kerja (untuk pasien yang mampu buang air kecil sendiri) : 1) Cuci tangan 2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan 3) Bagi pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri, maka bantu untuk baung air kecil (lihat prosedur menolong buang air kecil). Keluarkan urine, kemudian tampung ke dalam botol. 4) Bagi pasien yang mampu baung air kecil sendiri, maka anjurkan pasien untuk buang air kecil dan biarkan urine yang pertama keluar dahulu. Kemudian anjurkan manampung urine ke dalam botol 5) Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan 6) Cuci tangan b) Menolong Buang Air Kecil dengan Menggunakan Urineal Tindakan membantu pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri di kamar mandi dilakukan dengan menggunakan alat penampung (urineal), hal tersebut dilakukan untuk menampung urine dan mengetahui kelainan dari urine (warna dan jumlah) Persiapan Alat dan Bahan :
41

1) Urineal 2) Pengalas 3) Tisu Prosedur Kerja : 1) Cuci tangan 2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan 3) Pasang alas urineal di bawah glutea 4) Lepas pakaian bawah pasien 5) Pasang urineal dibawah glutea/pinggul atau diantara kedua paha 6) Anjurkan pasien untuk berkemih 7) Setelah selesai, rapikan alat 8) Cuci tangan, catat warna, dan jumlah produksi urine. c) Melakukan kateterisasi Kateterisasi merupakan tindakan memasukkan kateter kedalam kandung kemih melalui uretra untuk membantu memenuhi kebutuhan elimnasi, sebagai pengambilan bahan pemeriksaan. Dalam pelaksanaannya, kateterisasi terbagi menjadi dua tipe indikasi yaitu : Indikasi : Tipe Intermitent : 1) Tidak mampu berkemih 8-12 jam setelah operasi 2) Retensi akut setelah trauma uretra 3) Tidak mampu berkemih akibat obat sedative atau analgesik 4) Cedera tulang belakang 5) Degenerasi neuromuscular secara progesif 6) Untuk mengeluarkan urine residual Tipe Indwelling :
1) Obstruksi aliran urine 2) Post op uretra dan struktur disekitarnya (TUR-P) 42

3) Obstruksi uretra

4) Inkontinensia dan disoreintasi berat Persiapan Alat danBahan : 1) Sarung tangan steril 2) Kateter steril (sesuai dengan ukuran dan jenis) 3) Duk steril
4) Minyak pelumas/jelly

5) Larutan pembersih antiseptik (kapas sublimat) 6) Spuit yang berisi cairan 7) Perlak dan alasnya 8) Pinset anatomi 9) Bengkok 10) Urineal bag 11) Sampiran Prosedur Kerja (pada perempuan) 1) Cuci tangan 2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan 3) Atur ruangan 4) Pasang perlak/alas 5) Gunakan sarung steril 6) Pasang duk steril 7) Bersihkan vulva dengan kapas sublimas dari atas ke bawah ( 3 kali hingga bersih) 8) Buka labia mayor dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri. Bersihkan bagian dalam 9) Kateter diberi minyak pelumas / jelly pada ujungnya, lalu asupan pelan-pelan-pelan sambil anjuran untuk tarik napas, asupan (2,5-5cm) atau hingga urine keluar. 10) Setelah selesai, isi balon dengan cairan akuades 2. Kebutuhan Eliminasi Alvi (Buang Air Besar)
43

a.

Sistem yang Berperan dalam Eliminasi Alvi

Sistem tubuh berperan dalam proses eliminasi alvi (buang air besar) adalah sistem gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar. b. Proses Buang Air Besar (Defekasi) Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. Terdapat dua pusat ang menguasai refleks untuk defekasi, yang terletak di medula dan sumsum tulang belakang. Secara umum, terdapat dua macam terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi yaitu refleks defekasi intrinsic dan refleks defekasi parasimpatis. c. a) Gangguan / Masalah Eliminasi Alvi Konstipasi Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko tinggi mengalami statis usus besar sehingga mengalami eliminasi yang jarang atau keras, serta tinja yang keluar jadi terlalu kering dank eras. Tanda Klinis : 1) Adanya fefes yang keras 2) Defekasi kurang dari 3 kali seminggu 3) Menurunnya bising usus 4) Adanya keluhan pada rektum 5) Nyeri saat mengejan dan defekasi 6) Adanya perasaaan masih ada sisa feses Kemungkinan Penyebab: 1) Defek persarafan, kelemahan pevis, immobilitas karena cedera serebrospinalis, cerebro vascular accident (CVA), dan lain-lain. 2) Pola defekasi yang tidak teratur 3) Nyeri saat defekasi karena hemorrhoid
44

4) Menurunnya peristaltic karena stress psikologis 5) Penggunaan obat seperti antasida, laksantif, atau anestesi 6) Proses menua (usia lanjut) b) Diare Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus, mungkin ada rasa mula dan muntah Tanda Klinis : 1) Adanya pengeluaran feses cair 2) Frekuensi lebih dari 3 kali sehari 3) Nyeri/kram abdomen 4) Bising usus meningkat Kemungkinan Penyebab : 1) Malabsorpsi atau inflamasi, proses infeksi 2) Peningkatan peristaltic karena peningkatan metabolisme 3) Efek tindakan pembedahan usus 4) Efek penggunaan obat seperti antasida, laksantif, antibiotic, dan lain-lain 5) Stres psikologis c) Inkontinensia Usus Inkontinesia usus merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari proses defekasi normal, sehingga mengalami proses pengeluaran feses tidak disadari. Hal ini juga disebut sebagai inkontinensia alvi yang merupakan hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sphincter akibat kerusakan sphincter. Tanda Klinis : 1) Pengeluaran feses yang tidak dikehendaki Kemungkinan Penyebab : 1) Gangguan sphincter rectal akibat cedera anus, pembedahan, dan lain-lain
45

2) Distensi rectum berlebih 3) Kurangnya control sphincter akibat cedera medula spinalis, CVA, dan lain-lain 4) Kerusakan kognitif d) Kembung Kembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas berlebihan dalam lambung atau usus e) Hemorroid Hemorrhoid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat disebabkan karena konstipasi, peregangan saat defekasi dan lain-lain f) Fecal Impaction Fecal impaction merupakann massa feses karena dilipatan rektum yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan. Penyebab fecal impaction adalah asupan kurang, aktivitas kurang, diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot.
d.

Faktor yang Memengaruhi Proses Defekasi a) Usia Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi yang berbeda. b) Diet, pola Diet atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat

memengaruhi proses defekasi. Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses percepatan defekasi dan jumlah yang dikonsumsipun dapat memengaruhinya
c)

Asupan cairan

Pemasukana cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras. Oleh karena itu, proses absopsi air yang kurang menyebabkan kesulitan proses defekasi.
46

d)

Aktivitas

Aktivitas dapat memengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi e) Pengobatan Pengobatan juga dapat memengaruhinya proses defekasi, seperti penggunaan laksantif, atau antasida yang terlalu sering.
f)

Gaya hidup

Kebiasaan atau gaya hidup dapat memengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat/ kebiasaan melakukan buang air besar di tempat yang bersih atau toilet, etika seseorang tersebut buang air besar di tempat terbuka atau tempat kotor, maka akan mengalami kesulitan dalam proses defekasi. g) Penyakit Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit-penyakit tersebut berhubungan langsung dengan system pencernaan, seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya. h) Nyeri Adanya nyeri dapat memengaruhi kemampuan / keinginan untuk defekasi seperti nyeri pada kasus hemorrhoid atau episiotomi i) Kerusakan sensoris dan motoris Kerusakan pada system sensoris dan motoris dapat memengaruhi proses defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam melakukan defekasi.
e.

Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Alvi (Buang Air a) Menyiapkan Feses untuk Bahan Pemeriksaan Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengambil feses sebagai bahan

Besar)

47

pemeriksaan. Pemeriksaan tersebut yaitu pemeriksaan lengkap dan pemeriksaan kultur (pembiakan) 1) Pemeriksaan feses lengkap merupakan pemeriksaan feses yang terdiri atas pemeriksaan warna, bau, konsistensi, lendir, darah dan lain-lain 2) Pemeriksaan feses kultur merupakan pemeriksaan feses melalui biakan dengan cara toucher (lihat prosedur pengambilan feses melalui tangan) Persiapan Alat danBahan : 1) Tempat penampung atau botol penampung beserta tutup 2) Etiket khusus 3) Dua batang lidi kapas sebagai alat untuk mengambil feses Prosedur Kerja : 1) Cuci tangan 2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan 3) Anjurkan untuk buang air besar lalu ambil fases melalui lidi kapas yang telah dikeluarkan. Setelah selesai, anjurkan untuk membersihkan daerah sekitar anus. 4) Asupan bahan pemerikasaan kedalam botol yang telah disediakan 5) Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan 6) Cuci tangan
b)

Membantu Pasien Buang Air Besar dengan Pispot

Membantu pasien buang air besar dengan pispot di tempat tidur merupakan tindakan pada pasien yang tidak mempu buang air besar secara sendiri di kamar kecil. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan eliminasi alvi. Persiapan Alat dan Bahan : 1) Alas/ perlak
48

2) Pispot 3) Air bersih 4) Tisu 5) Sampiran apabila tempat pasien di bangsal umum 6) Sarung tangan Prosedur Kerja : 1) Cuci tangan 2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan 3) Pasang sampiran kalau di bangsal umum 4) Gunakan sarung tangan 5) Pasang pengalas di bawah glutea 6) Tempatkan pispot di antara pengalas tepat dibawah glutea dengan posisi bagian lubang pispot tepat dibawah rektum 7) Setelah pispot tepat dibawah glutea, tanyakan pada pasien apakan sudah nyaman atau belum. Kalau belum, atur sesuai dengan kebutuhan 8) Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot yang telah disediakan 9) Setelah selesai, siram dengan air bersih, kemudian keringkan dengan tisu 10) Catat tanggal, jam defekasi, dan karakteristiknya 11) Cuci tangan c) Memberikan Huknah Rendah Memberikan huknah rendah merupakan tindakan

memasukkan cairan hangat kedalam kolon desenden dengan kanula rekti mealui anus. Tindakan tersebut bertujuan untuk mengosongkan usus pada proses pra bedah agar dapat mencegah terjadinya obstruksi makanan sebagai dampak dari pascaoperasi dan merangsang buang air besar bagi pasien yang mengalami kesulitan buang air besar.
49

Persiapan Alat dan Bahan : 1) Pengalas 2) Irigator lengkap dengan kanula rekti 3) Cairan hangat 700-1000 ml dengan suhu 40,5-43 C pada orang dewasa 4) Bengkok 5) Jelly 6) Pispot 7) Sampiran 8) Sarung tangan 9) Tisu Prosedur Kerja : 1) Cuci tangan 2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan 3) Atur ruangan dengan meletakakn sampiran apabila di bangsal umum atau menutup pinti apabila di ruang sendiri 4) Atur posisi sim miring ke kiri pada pasien 5) Pasang pengalas di bawah glutea 6) Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan (40,543 C) dan hubungakan dengan kanula rekti. Kemudian cek aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air ke bengkok serta berikan jelly pada ujung kanula. 7) Gunakan sarung tangan dan asupan kanula kira-kita 15 cm ke dalam rektum kea rah kolon desenden sambil pasien diminta untuk bernapas panjang dan memegang irigator setinggi 50 cm dari tempat tidur. Buka klemnya dan air dialirkan sampai pasien menunjukkan keinginan untuk buang air besar. 8) Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air besar dan pasang pispot atau anjurkan ke toile. Jika pasien

50

tidak mampu mobilisasi jalan, bersihkan daerah di sekitar rektum hingga bersih. 9) Cuci tangan 10) Catat jumlah feses yang keluar, warna, konsistenti, dan respon pasien
d)

Memberikan Huknah yang Tinggi Memberikan huknah tinggi merupakan tindakan

memasukkan cairan hangatkedalam kolon asenden dengan kanula usus. Hal tersebut dilakukan untuk pengosongan usus pada pasien pra bedah atau untuk prosedur diagnosik Persiapan Alat dan Bahan : 1) Pengalas 2) Irigator lengkap dengan kanula usus 3) Cairan hangat 4) Bengkok 5) Jelly 6) Pispot 7) Sampiran 8) Sarung tangan 9) Tisu Prosedur Kerja : 1) Cuci tangan 2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan 3) Atur ruangan dengan meletakakn sampiran apabila di bangsal umum atau menutup pinti apabila di ruang sendiri 4) Atur posisi sim miring ke kanan pada pasien 5) Gunakan sarung tangan 6) Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan (40,543 C) dan hubungkan dengan kanula usus. Kemudian cek

51

aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air ke bengkok serta berikan jelly pada ujung kanula. 7) Masukkan kanula kedalam rektum kea rah kolon asenden kira-kita 15-20 cm sambil pasien diminta untuk bernapas panjang dan memegang irigator setinggi 30 cm dari tempat tidur. Buka klem sehingga air mengalir pada rektum sampai pasien menunjukkan keinginan untuk buang air besar. 8) Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air besar dan pasang pispot atau anjurkan ke toilet. Jika pasien tidak mampu mobilisasi jalan, bersihkan daerah di sekitar rektum hingga bersih. 9) Buka sarung tangan, catat jumlah feses yang keluar, warna, konsistenti, dan respon pasien 10) Cuci tangan
e)

Memberikan Gliserin Memberikan gliserin merupakan tindakan memasukkan

cairan gliserin kedalam poros usus dengan spuit gliserin. Hal ini dilakukan untuk merangsang peristaltik usu, sehingga pasien dapat buang air besar (khususnya pada orang yang mengalami sembelit). Selain itu, tindakan ini juga dapat digunakan untuk persiapan operasi. Persiapan Alat dan Bahan : 1) Spuit gliserin 2) Gliserin dalam tempatnya 3) Bengkok 4) Pengalas 5) Sampiran 6) Sarung tangan 7) Tisu Prosedur Kerja : 1) Cuci tangan
52

2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan 3) Atur ruangan. Apabila pasien sendiri, maka tutup pinti, dan bila pasien di ruang bangsal, maka gunakan sampiran. 4) Atur posisi pasien (miringkan ke kiri), dan berikan pengalas di bawah glutea serta buka pakaian bagian bawah pasien 5) Gunakan sarung tangan, kemudian spuit diisi gliserin 1020 cc dan cek kehangatan cairan gliserin. 6) Masukkan gliserin perlahan-lahan ke dalam anus dengan tangan kiri mendorong peregangan daerah rektum, sedngkan tangan kanan memasukkan spuit ke dalam anus sampai pangkal kanula dengan ujung spuit diarahkan ke depan. Anjurkan pasien napas dalam. 7) Setelah selesai, cabut dan masukkan ke dalambengkok. Anjurkan oasien untuk menahan sebentar rasa ingin defekasi dan pasang pispot. Apabila pasien tidak mampu ke toilet, bersihkan dengan air hingga bersih lalu keringkan dengan tisu. 8) Pasang pispot atau anjurkan ke toilet 9) Buka sarung tangan, catat jumlah feses yang keluar, warna, konsistenti, dan respon pasien 10) Cuci tangan
f)

Mengeluarkan Fases dangan Jari Mengeluarkan feses dengan jari merupakan tindakan

memasukkan jari ke dalam rektum pasien utnuk mengambil atau menghancurkan massa feses sekalligus mengeluarkannya. Indikasi tindakan ini adalah apabila massa feses terlalu keras dan dalam pemberian enema tidak berhasil, maka terjadi konctipasi serta pengerasan feses yang tidak mampu dikeluarkan oleh manula. Persiapan Alat dan Bahan : 1) Sarung tangan 2) Minyak pelumas/jelly
53

3) Alat penampung atau pispot 4) Pengalas Prosedur Kerja : 1) Cuci tangan 2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan 3) Gunakan sarung tangan dan beri minyak pelumas (jelly) pada jari telunjuk 4) Atur posisi miring dengan lutut refleksi 5) Masukkan jari ke dalam rektum dan dorong perlahan-lahan sepanjang dinding rektum kea rah umbilicus (ke arah massa feses yang impaksi) 6) Secara perlahan-lahan, lunakkan massa dengan massage daerah feses yang impaksi (arahakan jari pada inti yang keras) 7) Gunakan pispot bila ingin buang air besar atau bantu ke toilet 8) Lepaskan sarung tangan, kemudia catat jumlah feses yang keluar, warna, kepadatan, dan respons pasien 9) Cuci tangan F. DIRI Perawatan diri atau kebersihan diri (personal hygiene) merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis. Pemenuhan perawatan diri dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya : budaya, nilai sosial pada individu atau keluarga, pengetahuan tentang perawatan diri, serta persepsi terhadap perawatan diri. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di
54

PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN

antaranya kebudayaan , sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan. Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum. Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseoran untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Perawatan diri atau kebersihan diri (personal hygiene ) merupakan perawatan diri sendiri yan dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis. Pemenuhan perawatan diri dipengaruhi berbagai factor diantaranya: budaya, nilai social pada individu atau keluarga, pengetahuan terhadap perawatan diri serta persepsi terhadap perawatan diri. a. Fisiologi Kulit Sistem integumen terdiri atas kulit, lapisan subkutan di bawah kulit dan pelengkapnya, seperti kelenjar dan kuku. Kulit terdiri atas 2 lapisan yaitu lapisan epidermis yang terdapat pada bagian atas yang banyak mengandung sel-sel epitel. Sel-sel epitel ini mudah sekali mengalami regeneras. Lapisan ini tidak mengandung pembuluh darah. Lapisan kedua adalah lapisan dermis yang terdiri atas jaringan otot, saraf folikel rambut dan kelenjar. Pada kulit terdapat 2 kelenjar : pertama kelnejar sebasea yang menghasilkan minyak yang disebut sebun yang berfungsi meminyaki kulit dan rambut. Kedua, kelenjar serumen yang terdapat dalam telingga yang berfungsi sebagai pelumas dan berwarna cokelat.

b. Fungsi Kulit : 1) Proteksi tubuh


55

2) Pengaturan temperatur tubuh 3) Pengeluaran pembuangan air 4) Sensasi dari stimulus lingkungan 5) Membantu keseimbangan carian da eletrolit 6) Memproduksi dan mengabsorpsi vitamin D 7) Macam-macam Personal Hygiene 8) Perawatan kulit kepala dan rambut 9) Perawatan mata 10) Perawatan hidung 11) Perawatan telingga 12) Perawatan kuku kaki dan tangan 13) Perawatan genetalia 14) Perawatan kulit seruruh tubuh 15) Perawatan tubuh secara keseluruhan 16) Tujuan Personal Hygiene 17) Meningkatkan derajat kesehatan seseorang 18) Memelihara kebersihan diri seseorang 19) Memperbaiki personal hyiene yang kurang 20) Mencagah penyakit 21) Menciptakan keindahan 22) Meningkatkan rasa percaya diri c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene 1) Body image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya. 2) Praktik sosial Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola Personal Hygiene 3) Status sosial-ekonomi

56

Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya 4) Pengetahuan Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM ia harus menjaga kebersihan kakinya. 5) Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan. 6) Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain. 7) Kondisi fisik Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya. d. Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hyiene 1) Dampak Fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku. 2) Dampak Psikososial Masalah social yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

1.

Jenis Perawatan Diri Berdasarkan Waktu Pelaksanaan


57

a. hari.

Perawatan dini Merupakan perawatan yang dilakukan pada waktu bangun

tidur,

untuk

melakukan

tindakan

seperti

persiapan

dalam

pengambilan bahan pemeriksaan (urine dan feses), memberikan pertolongan, mempersiapkan pasien untuk melakukan makan pgi dengan melakukan tindakan perawatan diri seperti mencuci muka dan tangan, serta menjaga kebersihan mulut. b. pagi hari. Perawatan yang dilakukansetelah melakukan makan pagi dengan melakukan perawatan diri seperti melakukan pertolongan dalam pemenuhan eliminasi (buang air besar dan kecil), mandi dan mencuci rambut, melakukan perawatan kulit, melakukan pijitan pada punggung, membersihkan mulut, membersihkan kuku, dan rambut, serta merapikan tempat tidur pasien.
c.

Perawatan

Perawatan Perawatan diri yang dilakukan setelah melakukan berbagai

siang hari. tindkan pengobatan atau permeriksaan dan setelah makan siang. Berbagai tindakan perawatan diri yang dapar dilakukan antara lain : mencuci muka dan tangan, membersihkan mulut, merapikan tempat tidur,
d.

serta

melakukan

pemeliharaan

kebersihan

lingkungan

kesehatan pasien. Perawataan Perawatan diri yang dilakukan pada saat menjelang tidur agar pasien dapat tidur atau beristirahat dengan tenang. Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan antara lain : pemenuhan kebutuhan eliminasi (buang air besar dan kecil), mencuci tangan dan muka, membersihkan mulut, serta memijat daerah punggung.
58

menjelang tidur.

Tujuan perawatan diri adalah unutk mempertahankan perawatan diri, baik secara sendiri maupun dengan bantuan, dapat melatih hidup sehat/bersih dengan memperbaiki gambaran atau persepsi terhadap kesehatan dan kebersihan, serta menciptakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan. 2. Jenis Perawatan Diri Berdasarkan Tempat a. pada Kulit Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang dapat melindungi tubuh dari berbagai kuman atau trauma, sehingga diperlukan perawatan yang adekuat (cukup) dalam mempertahankan fungsinya. 1) ungsi Kulit a) Melindungi tubuh dari berbagai masuknya kuman atau truma jaringan bagian dalam sehingga dapat menjaga keutuhan kulit b) c) Mengatur keseimbangan suhu tubuh serta membantu dalam produksi keringat dan penguapan Sebagai alat peraba yang dapat membantu tubuh untuk menerima rangsangan dari luar melalui rasa sakit, sentuhan, tekanan, dan suhu. d) e) Sebagai alat ekskresi keringat melalui pengeluaran Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang dan menyerap vitamin D sebagai air, garam, dan nitrogen bertugas mencegah pengeluaran cairan tubuh yang berlebihan f)Memproduksi penghubung atau pemberi vitamin D dari sinar ultraviolet yang dating dari sinar matahari.
2)

Perawatan Diri

aktor-faktor yang Memengaruhi kulit


59

a)

Usia Perubahan kulit yang dapat ditentukan oleh usia

seseoang. Hal ini dapat terlihat pada bayi yang berusia relative muda dengan kondisi kulit yang sangat rawan terhadap berbagai trauma atau masuknya kuman.

b)

Jaringan kulit Perubahan dan keutuhan kulit dapat dipengaruhi oleh

struktur jaringan kulit. Apabila jaringan kulit rusak, maka terjadi perubahan pada struktur kulit. c) Kondisi/keadaan lingkungan Beberapa kondisi atau keadaan lingkungan dapat memengaruhi keadaan kulit secara utuh, antara lain keadaan panas, adanya nyeri akibat sentuhan serta tekanan, dan lain-lain
3)

indakan Perawatan Diri pada Kulit Cara Perawatan Kulit Merupakan tindakan pada kulit yang mengalami atau beresiko terjadi kerusakan jaringan lebih lanjut, khususnya pada daerah yang mengalami tekanan (tonjolan). Tujuannya adalah untuk mencegah dan mengatasi terjadinya luka dekubitus akibat tekanan yang lama dan tidak hilang. Persiapan Alat dan Bahan : 1) 2) 3) 4) 5) 6) Baskom cuci Sabun Air Agen pembersih Balutan Pelindung kulit
60

7) 8) 1) 2) 3) 4) 5)

Plester Sarung tangan Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan Cuci tangan dan gunakan sarung tangan Tutup pintu ruangan Atur posisi pasien Kaji luka/kulit tertekan dengan memperhatikan

Prosedur Kerja : dilakukan

warna, kelembaban, penampilan sekitar kulit, ukur diameter kulit, dan ukur kedalaman. 6) 7) 8) Cuci sekitar luka dengan air hangat atau sabun cuci Secara menyeluruh dan perlahan-lahan, keringkan Secara menyeluruh, bersihkan luka dengan cairan secara menyeluruh dengan air. kulit yang disertai pijatan normal atau larutan pembersih. Gunakan semprit irigasi luka pada luka yang dalam. 9) 10) 11) Setelah selesai, berikan obat atau agen tropikal. Catat hasil Cuci tangan Memandikan pasien di tempat tidur dilakukan pada pasien yang tidak mampu mandi secara sendiri. Tujuannya untuk menjaga kebersihan tubuh, mengurangi infeksiakibat kulit kotor, memperlancar system peredaran darah, dan menambah kenyamanan pasien Persiapan Alat dan Bahan : 1) 2) Baskom mandi dua buah, masing-masing berisi air Pakaian pengganti
61

Cara Memandikan Pasien di Tempat tidur

dingin dan air hangat

3) 4) 5) 6) 7) 1) 2) 3) 4)

Kain penutup Handuk, sarung tangan pengusap badan Tempat untuk pakaian kotor Sampiran Sabun Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan Cuci tangan Atur posisi pasien Pada pasien, lakukan tindakan memandikan yang

Prosedur Kerja : dilakukan

diawali dengan membentangkan handuk di bawah kepala. Kemudian bersihkan muka, telinga, dan leher dengan sarung tangan pengusap. Keringkan dengan handuk 5) Kain penutup diturunkan, kedua tangan pasien keatas, serta handuk diatas dada pasien dinaikkan

dipindahkan dan dibentangkan. Kemudian kembalikan kedua tangan di posisi awal diatas handuk, lalu basahi kkedua tangan dengan air bersih. Keringkan dengan handuk 6) Kedua tangan dinaikkan keatas, handuk dipindahkan di sisi pasien lalu bersihkan daerah dada dan perut. Keringkan dengan handuk 7) Miringkan pasien ke kiri, handuk dibentangkan dibawah punggung sampai glutea dan basahi punggung sampai glutea, lalu keringkan dengan handuk. Selanjutnya, miringkan pasien ke kanan dan lakukan hal yang sama. Selanjutnya, kembalikan pasien ke posis telentang dan pasangkan pakaian dengan rapi. 8) handuk
62

Letakkan handuk dibawah lutut, lalu bersihkan kaki.

Kaki yang paling jauhdidahulukan dan dikeringkan dengan

9)

Ambil handuk, dan letakkan di bawah glutea.

Pakaian bawah perut dibuka, lalu bersihkan daerah lipatan paha dan genitalia. Setelah selesai, pasang kembali pakaian dengan rapi. 10)
b.

Cuci tangan Perawatan Diri

pada Kuku dan Kaki Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek penting dalam mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui kuku. 1) Masalah/Gangguan pada Kuku a) Ingrown nail

Kuku tangan yang tidak tumbuh-tumbuh dan dirasakan sakit pada daerah tersebut. b) Paronychia Radang di sekitar jaringan kuku c) Rams Horn Nai Gangguan kuku yang ditandai dengan pertumbuhan yang lambat disertai kerusakan dasar kuku atau infeksi d) Bau Tak Sedap Reaksi mikroorganisme yang menyebabkan bau tidak sedap. 2) Tindakan Perawatan Diri pada Kuku Merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu merawat kuku sendiri. Tujuannya adalah menjaga kebersihan kuku dan mencegah timbulnya luka atau infeksi akibat garukan dari kuku. Persiapan Alat dan Bahan: 1) 2) 3) Alat pemotong kuku Handuk Baskom berisi air hangat
63

Cara Perawatan Kuku

4) 5) 6) 7) 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
c.

Bengkok Sabun Kapas Sikat kuku Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan Cuci tangan Atur posisi pasien dengan posisi duduk atau tidur Tentukan kuku yang akan dipotong Rendamkan kuku dengan air hangat 2 menit. Keringkan dengan handuk Letakkan tangan diatas bengkok dan lakukan Cuci tangan. Perawatan Diri

Prosedur Kerja : dilakukan

Lakukan penyikatan dengan beri sabun bila kotor.

pemotongan kuku.

pada Rambut Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi proteksi dan pengatur suhu. Indikasi perubahan status kesehatan diri juga dapat dilihat dari rambut mudah rontok sebagai akibat gizi kurang. a) Masalah/Gangguan pada Perawatan Rambut 1) 2) 3) 4) Kutu Ketombe Alopecia (botak) Sehorrheic dermatitis (radang pada kulit di rambut)

b) Tindakan Perawatan Diri pada Rambut

Cara Perawatan Rambut Merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan diri dengan menyuci dan
64

menyisir rambut. Tujuannya adalah membersihkan kumankuman yang ada pada kulit kepala, menambah rasa nyaman, membasmi kutu atau ketombe yang melekat pada kulit, serta memperlancar system peredaran darah di bawah kulit. Persiapan Alat dan Bahan 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Handuk secukupnya Perlak atau pengalas Baskom berisi air hangat Shampo atau sabun pada tempatnya Kasa dan kapas Sisir Bengkok Gayung Ember kosong

Prosedur Kerja 1) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan 2) Cuci tangan 3) Tutup jendela atau pasang sampiran 4) Atur posisi pasien dengan posisi duduk atau berbaring 5) Letakkan baskom dibawah tempat tidur, tepat dibawah kepala pasien 6) Pasang perlak atau pengalas di bawah kepala dan dismbungkan kearah bagian baskom dengan pinggir digulung 7) Tutup telinga dengan kapas 8) Tutup dada sampai leher dengan handuk 9) Kemudian sisir rambut dan lakukan pencucian dengan air hangat. Selanjutnya gunakan shampo dan bilas dengan air hangat sambil dipijat 10) Setelah selesai, keringkan 11) Cuci tangan
65

d. pada Mulut dan Gigi

Perawatan Diri Gigi dan mulut adalah bagian penting yang harus

dipertahankan kebersihannya, sebab berbagai kuman dapat masuk melalui organ ini. a) Masalah/Gangguan pada Gigi dan Mulut 1) 2) 3) 4) mulut 5) bengkak 6) 7) b) Glostitis, radang pada lidah Chilosis, bibir yang pecah-pecah Periodontal disease, gusi yang mudah berdarah dan Halitosis, bau napas tidak sedap yang disebabkan Ginggivitas, radang pada daerah gusi Karies, radang pada gigi Stomatitis, radang pada daerah mukosa atau rongga adanya kuman atau lainnya

Tindakan Perawatan Diri pada Gigi dan Mulut Merupakan tindakan pada pasien yang itdak mampu

Cara Perawatan Gigi dan Mulut mempertahankan kebersihan mulut dan gigi dengan membersihkan serta menyikat gigi dan mulut secara teratur. Tujuannya untuk mencegah infeksi pada mulut akibat kerusakan pada daerah gigi dan mulut, membantu menambah nafsu makan, serta menjaga kebersihan gigi dan mulut. Persiapan Alat dan Bahan 1) Handuk dan kain pengalas 2) Gelas kumur berisi a) b) c) Air masak/NaCl Obat kumur Boraks gliserin

3) Spatel lidah telah dibungkus dengan kain kasa


66

4) Kapas lidi 5) Bengkok 6) Kain kasa 7) Pinset atau arteri klem 8) Sikat gigi dan pasta gigi Prosedur Kerja 1) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan 2) Cuci tangan 3) Atur posisi pasien 4) Pasng handuk di bawah dagu dan pipi pasien 5) Ambil pinset dan bungkus dengan kain kasa yang berisi air dan NaCl 6) Anjurkan pasien untuk membuka. Lakukan mulut dengan sudip lidah bila pasien tidak sadar. 7) Lakukan pembersihan dimulai dari dinding rongga mulut, gusi, gigi, lidah, bibir. Bila sudah kootor, letakkan di bengkok 8) Lakukan hingga bersih. Setelah itu, oleskan boraks gliserin 9) Untuk perawatan gigi, lakukan penyikatan dengan geraan naik turun dan bilas. Lalu keringkan 10) Cuci tangan e. pada Alat Kelamin Perempuan a) Tindakan Perawatan Diri pada Alat Kelamin Vulva higiene merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu membersihan vulva sendiri. Tujuannya adalah mencegah terjadinya infeksi pada vulva dan menjaga kebersihan vulva. Persiapan Alat dan Bahan 1) Kapas sublimate atau desinfektan
67

Perawatan Diri

Cara Vulva Higiene

2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 1) 2) 3) 4) 5) 6)

Pinset Bengkok Pispot Tempat membersihkan (cebok) yang berisi

desinfektan Desinfektan sesuai dengan kebutuhan Pengalas Sarung tangan Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan Cuci tangan Atur posisi pasien dengan posisi dorsal recumbent Pasang pengalas dan pispot, kemudian letakkan Gunakan sarung tangan Lakukan tindakan perawatan kebersihan vulva

Prosedur Kerja dilakukan

dibawah glutea pasien

dengan tangan kiri membuka vulva memakai kapas sublimate dan tangan kanan menyiram vulva dengan larutan desinfektan 7) Kemudian ambil kapas sublimate dengan pinset, lalu bersihkan vulva dari atas kebawah. Kapas yang telah kotor dibuang ke bengkok. Hal ini dilakukan hingga bersih. 8) 9) 3. Setelah selesai, ambil pispot dan atur posisi pasien. Cuci tangan

Kebutuhan Kebersihan Lingkungan Pasien Pemenuhan kebutuhan kebersihan lingkungan pasien yang dimaksud disini adalah kebersihan pada tempat tidur. Melalui kebersihan tempat tidur, diharapakna pasien dapat tidur dengan nyaman tanpa gangguan selama tidur, sehingga dapat membantu proses pemnyembuhan. Pemenuhan ini melalui prosedur penyiapan tempat tidur tertutup maupun terbuka.
68

a) 1) 2) 3) 4) 5) 6) 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)
G.

Cara Menyiapkan Tempat Tidur Tempat tidur, kasur, bantal Seprai besar Seprai kecil Sarung bantal Perlak Selimut Cuci tangan Atur tempat tidur, kasur dan bantal Pasang seprai besar dengn garis tengah lipatannya tepat di Atur kedua sisi samping seprai atau tempat tidur dengan Pasang perlak di tengah tempat tidur Pasang seprei kecil di atas perlak Lipat selimut menjadi empat secara terbalik dan pasang Pasang sarung bantal Cuci tangan PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN MEKANIKA

Persiapan Alat dan Bahan

Prosedur Kerja

tengah kasur/tempat tidur sudut 90, lalu masukkan ke bawah kasur

bagian bawah. Masukkan ujung selimut ke bawah kasur

TUBUH, POSISI, AMBULASI, MOBILITAS Mekanika tubuh adalah usaha koordinasi dari musculoskeletal dan system saraf untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanina tubuh dan pengaturan posisi tersebut merupakan cara menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga terkoordinir, serta aman dalam menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama aktifitas. 1. Prinsip Mekanika Tubuh
69

Mekanik tubuh adalah usaha koordinasi diri muskoloskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia Gravitasi merupakan prinsip yang pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Keseimbangan adalah penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara mempertahankan posisi garis gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuhan. Berat dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat diperhatikan adalah berat atau bobot benda yang akan diangkat karena berat benda akan mempengaruhi mekanika tubuh. a. Pergerakan Dasar dalam Mekanika Tubuh Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktifitas manusia.
1)

G yang benar akan membantu mempertahankan

erakan (ambulating) Gerakan keseimbangan tubuh. Misal, orang yang berdiri akan lebih mudah stabil dibanding orang yang berjalan, karena pada posisi berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi yang satu ke sisi yang lain.
2)

enahan (Squatting) Dalam menahan sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan memudahkan gerakan yang akan dilakukan.
3)

enarik (Pulling) Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menarik benda, diantaranya ketinggian, letak benda, posisi kaki dan tubuh sewaktu menarik (seperti condong ke depan dari panggul), sodorkan telapak
70

tangan dan lengan atas dibawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan pergelangan kaki ditekuk dan lalu lakukan penarikan.
4)

engangkat (lifting ) Mengangkat merupakan pergerakan daya tarik. Gunakan otot-otot besar dari tumit, paha bagian atas dan kaki bagian bawah, perut dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang.
5)

emutar (pivoting) Memutar gerakan utuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada tulang belakang. b. Tubuh 1) tatus Kesehatan Perubahan 2) utrisi Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. status kesehatan dapat memengaruhi system N musculoskeletal dan system saraf berupa penurunan koordinasi. S Faktor Faktor yang Mempengaruhi Mekanika

3) mosi

Kondisi psikologis seseorang dapat memudahkan perubahan dalam perilaku yang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulasi yang baik
71

4) ituasi dan Kebiasaan

Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseorang misalnya sering mengangkat benda benda berat akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi. 5) aya Hidup Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan. 6) engetahuan Pengetahuan yang baik terhadap mekanika tubuh akan mendorong seseorang untuk mempergunakannya secara benar, sehingga akan mengurangi energy yang telah di keluarkan. c.
1)

Pengaturan Posisi P osisi fowler Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan . posisi mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien. 2) osisi Sim Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau miring obat per anus (supositoria).
3)

P ke kiri

dengan dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan P

osisi Trendelenburg Posisi pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
72

4)

osisi Dorsal Recumbent Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik/ direnggangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genitalia serta proses persalinan. 5) osisi Litotomi Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya keatas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan dan memasang alat kontrasepsi.
6)

osisi Genu Pectoral Pada posisi ini pasien ini menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid. 2. Ambulasi Dan Mobilitas Ambulasi Dini adalah latihan berjalan pertama yang dilakukan pada pasien setelah menjalani proses pembedahan/ operasi. Sebelum melakukan ambulasi dini, terlebih dulu lakukan dangling. Dangling adalah pasien duduk dengan kaki menjuntai di tepi tempat tidur. Ambulasi merupakan upaya seseorang untuk melakukan latihan jalan atau berpindah tempat. Mobilitas merupakan suatu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya. a. Dangling Dalam melakukan dangling, ada beberapa tahapan yang harus dilalui di antaranya:
73

Tahapan

1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
8)

Lakukan semua tindakan prosedur awal. Ingatlah untuk mencuci tangan, mengidentifikasi pasien Siapkan peralatan yang diperlukan seperti bantal dan Periksa denyut nadi pasien. Turunkan penghalang tempat tidur dan kunci tempat tidur Perlahan-lahan tinggikan kepala tempat tidur. Bantu pasien untuk memakai selimut atau mantel mandi. Letakkan satu tangan disekeliling bahu pasien dan tangan Dengan perlahan dan lembut putar pasien sampai

dan member privasi kepada pasien. selimut.

pada posisi yang terendah.

lainnya di bawah lutut pasien. 9) menghadap perawat, biarkan kaki pasien menggantung di tepi tempat tidur. 10) 11) Gulung bantal dan letakkan di belakang punggung pasien Setelah pasien memakai sandal, beri instruksi untuk untuk dijadikan penopang. menggoyangkan kaki. sebuah kursi bisa ditempatkan untuk menopang kaki pasien selama beberapa menit. 12) Mintalah pasien dangling selama waktu yang diperintahkan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan dangling adalah : saat pasien pusing atau pingsan, bantu pasien berbaring dan periksa tanda-tanda vital pasien. 13) 14) 15) Periksa kembali nadi pasien. Atur kembali bantal di kepala tempat tidur, lepas selimut Letakkan satu tangan disekeliling bahu pasien dan satu lagi

atau mantel mandi dan sandal pasien. di bawah lutut. Dengan lembut dan perlahan angkat kaki pasien ke atas tempat tidur.
74

16) 17) b. Ambulasi

Turunkan kepala tempat tidur, pasang penghalang tempat Setelah selesai, cuci tangan dan dokumentasikan waktu Tahapan Setelah melakukan proses dangling, bila pasien dalam keadaan

tidur dan periksa kembali nadi pasien. (durasi) dangling, nadi dan reaksi pasien.

baik-baik saja, lalu dilanjutkan dengan tahapan ambulasi dini, meliputi: 1)


2)

Pastikan tempat tidur dalam posisi terendah. Sediakan Setelah pasien melakukan dangling tanpa rasa sakit, bantu a) Jika nadi meningkat sampai lebih dari 10 poin, kembali ke tempat tidur. b) Jika pasien pusing atau pingsan, kembalilah ke tempat tidur. c) Minta pasien untuk menarik napas dalam dan melihat sekeliling ruangan. Kepala pasien tegak dan mata terbuka. d) Berbicara dan yakinkan pasien.

sebuah kursi untuk berjaga-jaga kalau pasien lelah. pasien untuk berdiri, periksa nadi pasien.

3)

Pindahkan lengan perawat ke belakang pinggang pasien

dan berbalik sehingga perawat menghadap ke arah yang sama dengan pasien. 4) Pasien berjalan perlahan dengan jarak yang pendek dan kembali ke sisi tempat tidur. Jika pasien tampak lelah dan akan pingsan atau terjadi perubahan besar pada nadi, biarkan pasien beristirahat. 5) Jika pasien pingsan saat pelaksanaan ambulasi dini : a) Dengan perlahan turunkan pasien ke lantai. b) Lindungi kepala pasien. c) Jangan mencoba menahan pasien berdiri.
75

d) Beri tanda untuk meminta bantuan. 6) c. Mobilitas 1) Mobilitas penuh Merupakan kemampuan seseorang untuk bergcrak secara penuh dan bebas sehingga dapat mcaakukan interaksi sosial dan menjalankan peran schari-hari. Mobilitas pc:nuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan scnsorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang. 2) Mobilitas sebagian Merupakan kemampuan sescorang untuk bergerak dengan batasan yang jclas, dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cfedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplcgi dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan scnsorik. Mobilitas sebagian ini dibagi mcnjadi dua jenis, yaitu: Mobilitas sebagian temporer merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang. Mobilitas sebagain permanen merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menctap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang revc;rsibel. Contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang, dan untuk kasus
76

Setelah selesai, cuci tangan dan dokumentasikan waktu Jenis

(durasi) ambulasi dini, nadi dan reaksi pasien.

poliomielitis terjadi karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik. d. Memengaruhi Mobilitas Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: 1) Gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan mobilitas seseorang, karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaaan sehari-hari. 2) Proses Penyakit/injuri. Proses penyakit dapat memengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat mcmengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh orang yang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan pcrgerakan dalam ekstremitas bagian bawah. 3) Kebudayaan. Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi oleh kebudayaan. Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering bc;rjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat, sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya tertentu dilarang untuk beraktivitas. 4) Tingkat Energi Seseorang. Energi adalah sumber melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup. 5) Usia dan Status Perkembangan. Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tiungkat usia yang berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia. e. Berhubungan dengan Ambulasi dan Mobilitas 1) Latihan Ambulasi
77

Faktor

yang

Tindakan yang

a) Duduk ditempat diatas tidur Cara: 1. bawah. 2. 3. Cara: 1. terkunci. 2. 3. 4. Berdirilah menghadap pasien dengan Fleksikan lutut dan pinggang anda. Anjurkan pasien untuk meletakkan ke dua kaki merenggang. Atur kursi roda dalam posisi Berdirilah di samping tempat tidur kemudian Bantu pasien untuk duduk dan beri penopang/bantal letakkan tangan pada bahu pasien. b) Turun dan berdiri Anjurkan pasien untuk melctakkan tangan di samping badannya, dengan telapak tangan menghadap ke

ke dua tangannya di bahu Anda dan letakkan kedua tangan Anda di samping kanan kiri pinggang pasien 5. 6. ke kursi 7. posisi secara nyaman c) Membantu berjalan Cara: 1. Anjurkan pasien untuk melctakkan tangan di samping badan atau memegang tclapak tangan anda. 2. Berdiri disamping pasien dan pegang telapak dan lengan tangan pada bahu pasien 3. Bantu pasien untuk jalan 2) Membantu Ambulasi dengan Memindahkan Pasien
78

Ketika pasien melangkah ke lantai Bantu berdiri tegak dan jalan sampai Bantu pasien duduk di kursi dan atur

tahan lutut anda pada lutut pasien

Merupakan

tindakan

keperawatan

dengan

cara

memindahkan pasien yang tidak dapat atau tidak boleh berjalan dari tempat tidur ke branchard. Cara: 1. Atur branchard dalam posisi terkunci. 2. Bantu pasien dengan 2-3 orang. 3. Berdiri menghadap pasien. 4. Silangkan tangan di depan dada. 5. Tekuk lutut Anda, kemudian masukkan tangan ke bawah tubuh pasien. 6. Orang pertama meletakkan tangan di bawah ieher/ bahu dan bawah pinggang, orang kedua meletakkan tangan di bawah pinggang dan panggul pasicn dan orang ketiga meletakkan tangan di bawah pinggul dan kaki. 7. Angkat bersama-sama dan pindahkan ke branchard. 8. Atur posisi pasien di brachard. 3) Istirahat Istirahat merupakan keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan emosional dan bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga berhenti sejenak kondisi yang tersebut membutuhkan ketenangan. Kata istirahat beristirahat menyegarkan diri atau diam setelah melakukan kerja keras atau suatu keadaan untuk melepaskan lelah bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala apa yang membosankan, menyulitkan bahkan menjengkelkan. Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yangmutlak harus dipenuhi oleh semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup,tubuh baru dapat berfungsi secara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap individu. Secara umum,istirahat berartisuatu keadaan tenang,relaks,tanpa
79

tekanan

emosional,dan

bebas

dari

perasaan

gelisah.

Jadi,beristirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali. Terkadang,berjalan-jalan di taman juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat. Karakterisik Istirahat Terdapat berbagai karakteristik. Narrow (1976) dikutip Perry dan Potter (1977) mengemukakan ada 6 karakteristik yang berhubungan dengan istirahat diantaranya: a) Merasa bahwa segala sesuau dapat diatasi b) Merasa diterima c) Mengetahui apa yang sedang terjadi d) Bebas dari gangguan ketidaknyamanan e) Mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan. f) Mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan Kebutuhan istirahat dapat dirasakan apabila semua karakteristik tersebut diatas dapat terpenuhi. 4) Tidur Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai (Guyton 1986), atau juga dapat dikaakan sebagai suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relative, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan akan tetapi lebih meruakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan cirri adanya aktifitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari luar. Tidur dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik yang minimal,tingkat kesadaran yang bervariasi,perubahan proses fsiologis tubuh,dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal. Hamper sepertiga dari waktu kita,kita gunakan untuk tidur. Hal
80

tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan stress dan kemampuan fisik dan setelah kecemasan,serta saat seharian dapat hendak beraktivitas,mengurangi meningkatkan

konsenterasi

melakukan aktivitas sehari-hari. Berdasarkan proses tidur terdapat dua jenis tidur yaitu : a) Tidur gelombang lambat (slow wave sleep)/NREM (non rapid eye movement)/tidur nyenyak. Ciri-ciri tidur nyenyak yaitu menyegarkan tanpa mimpi atau tidur dengan gelombang delta, keadaan istirahat penuh, tekanan darah menurun, pergerakkan bola mata melambat, mimpi berkurang serta metabolisme turun. Tahapan tidur jenis NREM: Tahap I Merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur, ciricirinya yaitu rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola mata bergerak, frekuensi nadi dan napas menurun, yang berlangsung selama 5 menit. Tahap II Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun, ciri-cirinya yaitu mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi napas menurun, temperatur tubuh menurun, metabolisme menurun, berlangsung selama 10-15 menit. Tahap III Ciri-ciri tahap ini yaitu denyut nadi dan frekuensi napas dan proses tubuh lainnya lambat. Tahap IV Merupakan tahap tidur dalam, ciri-cirinya yaitu kecepatan jantung dan napas turun, jarang bergerak dan sulit

81

dibangunkan, gerak bola mata cepat, skresi lambung dan tonus otot menurun. b) Tidur paradoks/tidur REM (rapid eye movement) Terjadi pada tidur malam selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi 80-100 menit. Ciri tidur REM yaitu : 1) Biasanya disertai dengan mimpi aktif 2) Lebih sulit dibangunkan 3) Tonus otot tertekan, menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis. 4) Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur 5) Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan tidak teratur, tekanan darah meningkat atau berfluktuasi, skresi gaster meningkat dan metabolisme meningkat. Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor .

1) Stres psikologi Seseorang 2) Nutrisi Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Sebaliknya kebutuhan nutrisi yang kurang akan menyebabkan sulit tidur. 3) Obat Obat golongan diuretik dapat mempengaruhi proses tidur (insomnia), antidepresan dapat menekan REM, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur. 4) Aktivitas yang memiliki masalah psikologis akan mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.

82

Aktivitas yang tinggi membutuhkan lebih banyak tidur untuk 5) Penyakit Seseorang yang sedang sakit dapat menjadikan orang itu kurang tidur atau bahkan tidak bisa tidur karena penyakitnya itu. 6) Lingkungan Lingkungan yang nyaman dan aman dapat mempercepat proses tidur tetapi jika keadaan lingkungan tidak nyaman dapat menghilangkan keinginan untuk tidur. 7) Motivasi Merupakan keinginan untuk tidur, jika ada keinginan untuk tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur. Fisiologis Tidur Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur yang melibatkan hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun. Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut sebagai irama sirkadian. Pusat kontrol irama sirkadian terletak pada bagian ventral anterior hypothalamus. Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia ventrikulo retikularis medulo oblogata yang disebut sebagai pusat tidur. Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral medulo oblogata disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state. Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
83

menjaga

keseimbangan

energi

yang

telah

dikeluarkan.

1) Tipe Rapid Eye Movement (REM) 2) Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM) Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16-20 jam/hari, anakanak 10-12 jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5 jam/hari pada orang dewasa. Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu: Tidur stadium Satu. Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur. Fase ini didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan bola mata kekanan dan kekiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah sekali dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombang campuran alfa, betha dan kadang gelombang theta dengan amplitudo yang rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan kompleks K Tidur stadium dua Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang, tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari gelombang theta simetris. Terlihat adanya gelombang sleep spindle, gelombang verteks dan komplek K Tidur stadium tiga Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat lebih banyak gelombang delta simetris antara 25%-50% serta tampak tidur gelombang dalam slee[ spindle. Tidur stadium empat Merupakan yang serta sukar dibangunkan. Gambaran EEG didominasi oleh gelombang delta sampai 50% tampak gelombang sleep spindle. Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada
84

waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih insten dan panjang saat menjelang pagi atau bangun. Pola tidur REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat rendah, apabila dibangunkan hampir semua organ akan dapat menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah dan pada laki-laki terjadi eraksi penis, tonus otot menunjukkan relaksasi yang dalam. Pola tidur REM berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti periode neonatal bahwa tidur REM mewakili 50% dari waktu total tidur. Periode neonatal ini pada EEG-nya masuk ke fase REM tanpa melalui stadium 1 sampai 4. Pada usia 4 bulan pola berubah sehingga persentasi total tidur REM berkurang sampai 40% hal ini sesuai dengan kematangan sel-sel otak, kemudian akan masuk keperiode awall tidur yang didahului oleh fase NREM kemudian fase REM pada dewasa muda dengan distribusi fase tidur sebagai berikut: a) NREM (75%) yaitu stadium 1: 5%; stadium 2 : 45%; stadium 3 : 12%; stadium 4 : 13% b) REM; 25 %. Fungsi Dan Tujuan Tidur Fungsi dan tujuan masih belum diketahui secara jelas. Meskipun demikian, tidur diduga bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan Gangguan / Masalah Kebutuhan Tidur a) Insomnia Merupakan suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan keadaan tidur yang hanya sebentar atau susah tidur. b) Hipersomnia Merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan. Pada umumnya lebih dari Sembilan jam pada malam hari, yang
85

disebabkan oleh kemungkinan adanya masalah psikologis, depresi, kecemasan, gangguan susunan saraf pusat, ginjal, hati dan gangguan metabolisme. c) Parasomnia Merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat menggangu pola tidur seperti somnambulisme (berjalan jalan dalam tidur) yang banyak terjadi pada anak anak yaitu pada tahap III dan IV dari tidur NREM. d) Enuresis Merupakan buang air kecil yang tidak sengaja pada waktu tidur atau istilah lain dikenal dengan nama mengompol e) Apnea Tidur dan Mendengkur Mendengkur pada umumnya tidak termasuk gangguan dalam tidur, tetapi mendengkur yang disertai dengan keadaan apnea dapat menjadi masalah . f) Narcolepsi Merupakan keadaan tidur yang tidak dapat dikendalikan, seperti saat seseorang tidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, atau tengan suatu pembicaraan. g) Mengigau Merupakan suatu gangguan tidur bila terjadi terlalu sering dan diluar kebiasaan. h) Gangguan Pola Tidur secara Umum Merupakan suatu keadaan ketika individu mengalami atau mempunyai risiko perubahan jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamam atau menggangu gaya hidup yang diinginkan (carpentio, LJ, 1995). H. PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL

DAN RASA NYAMAN (BEBAS NYERI)


86

Hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan pribadinya sesuai dengan keadilan, moralitas dan legalitas. Setiap manusia mempunyai hak asasi untuk berbuat, menyatakan pendapat, memberikan sesuatu kepada orang lain dan menrima sesuatu dari orang lain atau lembaga tertentu. Hak tersebut dapat dimiliki oleh setiap orang. Dalam menuntut suatu hak, tanggung jawab moral sangat diperlukan agar dapat terjalin suatu ikatan yangmerupakan kontrak sosial, baik tesurat maupun yang tersirat, sehingga segala sesuatunya dapat memberikan dampak positif. Hak-hak pasien dan perawat pada prinsipnya tidak terlepas pula dengan hak-hak manusia atau lebih dasar lagi hak asasi manusia. Hak asasi manusia tidak tanpa batas dan merupakan kewajiban setiap negara/pemerintah untuk menentukan batas-batas kemerdekaan yang dapat dilaksanakan dan dilindungi dengan mengutamakan kepentingan umum.

1. Hak Hak Pasien Hak pasien merupakan bagian dari hak manusia, mengingat hak merupakan tuntutan secara rasional dalam situasi tertentu. Setiap manusia mempuyai hak untuk dihargai sebagai manusia. Beberapa hak pasien dalam pelayanan kesehatan, adalah sebagai berikut : 1) Hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil, memadai dan berkhualitas 2) Hak untuk diberikan informasi 3) Hak untuk dilibatkan dalam pembuatan keputusan tentang pengobatan dan perawatan 4) Hak untuk diberikan informed consent 5) Hak untuk menolak suatu consent 6) Hak untuk mengetahui nama dan status tenaga kesehatan yang menolong 7) Hak untuk mempunyai pendapat
87

8) Hak untuk diperlakukan secara hormat 9) Hak untuk konfidentialitas termasuk privasi 10) Hak untuk memilih integritas tubuh 11) Hak untuk kompensasi terhadap cedera yang tidak legal 12) Hak untuk mempertahankan kemuliaan (dignitas). (Prihardjo, Robert 1995) a. Peranan hak-hak. 1) Hak dapat digunakan sebagai pengekspresian kekuasaan dalam konflik antara seseorang dengan kelompok Contoh : Seorang dokter mengatakan pada perawat bahwa ia mempunyai hak untuk menginstruksikan pengobatan yang ia inginkan untuk pasiennya. Disini terlihat bahwa dokter tersebut mengekspresikan kekuasaannnya untuk menginstruksikan pengobatan terhadap pasien, hal ini mmerupakan haknya selaku penanggung jawab medis. 2) Hak dapat digunakan untuk memberikan pembenaran pada suatu tindakan. Contoh : Seorang perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatannya mendapat kritikan karena terlalu lama menghabiskan waktunya bersama pasien. Perawat tersebut dapat mengatakan bahwa ia mempunyai hak untuk memberikan asuhan keperawatan yang terbaik untuk pasien sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Dalam hal ini, perawat tersebut mempunayi hak melakukan asuhan keperawatan sesuai denga kondisi dan kebutuhan pasien. 3) Hak dapat digunakan untuk menyelesaikan perselisihan. Seseorang seringkali dapat menyelesaikan suatu perselisihan dengan menuntut hak yang juga dapat diakui oleh orang lain. Contoh :

88

Seorang perawat menyarankan pada pasien agar tidak keluar ruangan selama dihospitalisasi. Pada situasi tersebut pasien marah karena tidak setuju dengan saran perawat dan pasien tersebut mengatakan pada perawat bahwa ia juga mempunyai hak untuk keluar dari ruanagan bilamana ia mau. Dalam hal ini, perawat dapat menerima tindakan pasien sepanjang tidak merugikan kesehatan pasien. Bila tidak tercapai kesepakatan karena membatasi pasien, berarti ia mengingkari kebebasan pasien. b. Jenis-Jenis Hak 1) Hak untuk memilih/kebebasan Yaitu hak orang-orang untuk hidup sesuai dengan pilihannya dalam batas-batas yang telah ditentukan. Contoh : Seorang perawat wanita yang bekerja dirumah sakit dapat mempergunakan seragam yang diiginkan (haknya) asalkan berwarna putih bersih dan sopan sesuai dengan batas-batas. Batasbatas ini merupakan kebijakan RS dan suatu norma yang ditetapkan perawat. 2) Hak kesejahteraan Yaitu hak-hak yang diberikan secara hukum untuk untuk hal-hal yang merupakan standar keselamatan spesifik dalam suatu bangunan atau wilayah tertentu. Contoh : Hak pasien untuk memperoleh asuhan keperawatan, hak penduduk memperoleh air bersih, dan lain-lain. 3) Hal legislatif Yaitu hak yang diterapkan oleh hukum berdasarkan konsep keadilan. Contoh : Seorang wanita mempunyai hak legal untuk tidak diperlakukan semena-mena oleh suaminya.
89

Bandman dan Bandman (1986) menyatakan bahwa hak legislatif mempunyai 4 peranan dimasyarakat yaitu membuat peraturan, mengubah peraturan, membatasi moral terhadap peraturan yang tidak adil, memberikan keputusan pengadilan atau menyelesaikan perselisihan. 5 syarat yang mempengaruhi penentuan hak-hak seseorang (Bandman and Bandman, 1985) a) Kebebasan untuk menggunakan hak yang dipilih oleh seseorang lain, orang yang bersangkutan tidak disalahkan atau dihukum karena menggunakan atau tidak menggunakan hak tersebut. Contoh : Pasien mempunyai hak untuk pengobatan yang ditetapkan oleh dokter, tapi dia mempunyai hak untuk menerima atau menolak pengobatan tersebut. b) Seseorang Contoh : Perawat mempunyai tugas untuk meyakinkan dan melindungi hak paisen untuk mendapatkan pengobatan. c) Hak harus sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan, yaitu persamaan, tidak memihak dan kejujuran. Contoh : Semua pasien mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan. d) Hak untuk dapat dilaksanakan. Contoh : Dibeberapa Rs, para penentu kebijakan mempunyai tugas untuk memastikan bahwa pemberian hak-hak asasi manusia dilaksanakan untuk semua pasien. mempunyai tugas untuk memberikan kemudahan bagi orang lain untuk menggunakan hak-haknya.

90

e) Apabila hak seseorang bersifat membahayakan, maka hak tersebut dapat dikesampingkan atau ditolak dan orang tersebut akan diberi kompensasi atau pengganti. Contoh : Apabila nama pasien tertunda dari jadwal pembedahan dengan tidak disengaja, pasien dikompensasikan untuk ditempatkan bagian tertas dari daftar pembedahan berikutnya (bila terjadi kekeliruan). Hak-hak pasien sekarang sudah sering dibicarakan, tumbuh dari mata rantai pasal 25 The United Nations Universal Declaration Of Human rights 1948; pasal 1 The United Nations International Convention Civil and Political Rights 1966 yaitu : 1) 2) Hak memperoleh pemeliharaan kesehatan (the right Hak menentukan nasib sendiri (the right to self Kemudian dari Deklarasi Hesinki, oleh The 18th World Medical Assembly, Finland 1964 muncul hak untuk memperoleh informasi (the right to informasi). Ada 4 hak dasar yang dikemukakan oleh John F. Kennedy (1962) yaitu : 1) 2) 3) 4) Hak mendapatkan perlindungan keamanan Hak mendapat informasi Hak memilih Hak mendengar to health care) determination)

2. Kebutuhan Rasa Nyaman (Bebas Nyeri) a. Pengertian Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri
91

berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya pada orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. b. Fisiologi Nyeri Munculnya nyeri sangay terkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada organ viresal, persendian, dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan. c. Klasifikasi Nyeri Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot. d. Stimulus Nyeri Seseorang dapat menoleransi, menahan nyeri (pain tolerance) atau dapat mengenali jumlah stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri (pain threshold). Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri, diantaranya : 1) 2) 3) 4) 5) I. 1. Trauma pada jaringan tubuh Gangguan pada jaringan tubuh Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri Iskemia pada jaringan Spasme otot INTAKE DAN OUTPUT Intake Cairan Selama aktivitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-kira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.
92

Tabel 2.1 kebutuhan intake cairan berdasarkan umur dan berat badan No 1 2 3 4 5 6 7 Umur 3 hari 1 tahun 2 tahun 6 tahun 10 tahun 14 tahun 18 tahun BB (Kg) 3 9,5 11,8 20 28,7 45 54 Kebutuhan Cairan 250-300 1150-1300 1350-1500 1800-2000 2000-2500 2200-2700 2200-2700

Pengaturan utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di otak sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh gastrointestinal. 2. Output Cairan a. Urine Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekskresi melalui traktus urinarius merupakan proses output cairantubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh. b. IWL (Insesible Water Loss) IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit. Melalui kulit dengan mekanisme diffusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan
93

Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :

tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 ml per hari, tetapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat. c. Keringat Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit. d. Feses Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml per hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon). Hal hal yang perlu di perhatikan: Rata-rata cairan per hari 1. 2. 3. 1) 2) Air minum : 1500-2500 ml Air dari makanan :750 ml Air dari hasil oksidasi atau metabolisme :200 ml Urin : 1400 -1500 ml Iwl a) b) 3) 4. Iwl 5. 6. 7.
3.

Rata- rata haluaran cairan per hari

Paru : 350 -400 ml Kulit : 350 400 ml

Keringat : 100 ml Feses : 100 -200 ml dewasa : 15 cc/kg BB/hari anak : (30-usia{tahun}cc/kgBB/hari jika ada kena

Mengukur Intake Dan Output a. Definisi

94

Merupakan suatu tindakan mengukur jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh (intake) dan mengukur jumlah cairan yang keluar dari tubuh (out put). b. Tujuan a) b) a) Menentukan status keseimbangan cairan tubuh klien Menentukan tingkat dehidrasi klien Menentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh

c. Prosedur klien, terdiri dari air minum, air dalam makanan, air hasil oksidasi (metabolisme), cairan intra vena. b) Menentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien, terdiri dari urine, keringat, feses, muntah, insensible water loss (IWL). c) d)
4.

Menentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan Mendokumentasikan

rumus : INTAKE OUTPUT

Perhitungan Intake & Output

Total TBW = 60% / BB (45%-75% / BB) Cairan Tubuh dibagi : 1. Cairan Intraselular = 2/3 TBW (40%) 2. Cairan Ekstraseluler = a) b) c) Cairan Intravasculer (plasma) = 5 % Cairan Interstitial = 15 % Cairan Transceluler = 1-3 %

Perbandingan CIS dengan CES 1. Dewasa = 2:1 2. Anak-Anak = 3:2 3. Bayi = 1:1 Jumlah Cairan Tubuh : 1. Dewasa = 45%-75% / BB
95

Pria = 60 % Wanita = 55 % 2. Anak & Bayi = 75 % Konsentrasi cairan elektrolit dihitung dengan Rumus : M.Eq/L = Mg % x 10 x 1

96

Anda mungkin juga menyukai