Anda di halaman 1dari 26

PRFSFtTASl HATA KullAH PRFSFtTASl HATA KullAH

FARHASl vFTFRltFR FARHASl vFTFRltFR


0lFH 0lFH
FRFt6Kl FRFt6Kl H H.FARH, APT .FARH, APT
LARUTAN
(SOLUTION)
Larutan
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahana kimia terlarut, kecuali
dinyatakan lain sebagi pelarut digunakan air suling.
Larutan adalah campuran homogen yang dibuat dengan melarutkan satu
atau lebih bahan obat dalam bentuk padat, cair atau gas ke dalam air atau pelarut
lain yang sesuai. Bahan obat larut sempurna dalam bentuk molekul atau ion.
Ada beberapa produk farmasi yang secara kimia fisik masuk kategori Iarutan
daIam istiIah farmasi disebut dengan nama yang Iain misaInya :
Larutan obat-obatan dalam air yang mengandung gula disebut sirup. Sirup adalah
larutan 65% gula (suksrosa) dalam 100 ml larutan (air).
Larutan yang mengandung hidro alkohol yang diberi gula disebut eliksir
Larutan dari bahan-bahan aromatik (minyak atsiri) jika pelarutnya mengandung
alkohol disebut spirit jika pelarutnya air disebut air aromatik
Contoh lain : Tingtur, ekstrak encer dan injeksi
Larutan untuk pemberian oral biasanya mengandung zat untuk memperbaiki rasa dan
warna, kadang-kadang juga perlu ditambahkan zat stabilisator untuk menjaga
kestabilannya. Untuk obat-obat yang tidak stabil dalam bentuk larutan dibuat bentuk
bubuk kering yang sudah mengandung bahan berkhasiat dan bahan pembantu yang
lainnya. Dalam kemasannya disertakan juga pelarut yang cocok, dan akan dicampurkan
pada saat diberikan kepada pasien.
Keuntungan pemberian Iarutan oraI :
Setiap takaran yang diberikan kadarnya tepat karena larutan homogen sehingga setiap
takaran mengandung bahan berkhasiat yang sama.
Mudah diberikan dengan takaran yang ada di setiap rumah tangga. Misalnya : sendok
makan, sendok bubur dan sendok teh
Kerjanya cepat karena tidak memerlukan waktu untuk melarut
Bentuknya yang jernih lebih menarik, bisa ditambahkan corrigen coloris untuk
memperbaiki warna, odoris untuk memperbaiki bau dan saporis untuk memperbaiki rasanya.
Kerugian :
#asa pahit dan bau tak enak akan lebih terasa
Dalam bentuk larutan bahan obat relatif kurang stabil jika dibandingkan dengan bentuk
padatnya.
Air merupakan katalis yang baik untuk kebanyakan reaksi kimia sehingga akan
mempercepat kerusakan/ penguraian.
Karena bentuknya ynag menarik, sering tanpa senagaja terminum oleh anak-anak
6. Drops : untuk diteteskan
7. nhalation : untukdihisap/ dihirup
8. njection : untuk disuntikkan
9. Enema : untuk dimasukkan ke daam rektum
10. Douche : dimasukkan ke dalam rongga tubuh
Nama khusus obat berbentuk Iarutan sesuai dengan penggunaannya :
1. Collyrium : digunakan pada mata
2. Collutorium : cuci mulut
3. Collunarium : untuk hidung
4. gargle : obat kumur untuk mulut dan tenggorokan
5. Sprays : untuk disemprotkan
SUSPENSI (SUSPENSION)
Pengertian
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak
larut, terdispersi dalam cairan pembawa dengan bantuan zat pensuspensi (suspending agent). Zat yang
terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Jika dikocok perlahan endapan harus segera
terdispersi kembali
Suspensi kering adalah suspensi yang dibuat segar dengan mencampurkan bahan padat
dengan cairan pembawa sebelum digunakan.
Tujuan pembuatan suspensi :
Untuk zat yang tidak larut dalam air
Untuk menutupi rasa yang tidak enak
Untuk memperoleh sediaan cair yang lebih stabil
Untuk diberikan kepada pasien yang tudak dapat menelan tablet atau kapsul
Suspensi memiIiki keIamahan dan keungguIan:
Kelemahan suspensi:
biofarmasetik lebih lambat dibanding sirup/ solubilisasi/ eliksir karena butuh waktu untuk pelepasan zat
aktif dan pelarutannya.
Keunggulan suspensi:
Tidak pakai alkohol dibanding eliksir.
#elatif aman bila digunakan pada anak-anak, sehingga tidak mengganggu otak, karena alkohol dapat
menembus sawar otak
Aman dikonsumsi bagi muslim, karena tidak mengandung alkohol
PenggoIongan suspensi :
Suspensi oral
Supensi eksternal : - obat mata
- rektal
Suspensi injeksi : - intra muscular
Syarat suspensi :
Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Bila mengendap,
endapan harus segera terdispersi kembali segera setelah dikocok perlahan-lahan.
Tidak boleh terlalu kental, agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Untuk injeksi,
harus mudah disuntikkan dan tidak boleh menyumbat jarum suntik
- Untuk suspensi obat mata :
arus steril
Zat yang terdispersi harus sangat halus
Jika disimpan dalam wadah dosis ganda, harus mengandung bakterisida
- Untuk suspensi eksternaI :
Cukup encer agar dapat disebarkan dengan mudah di atas permukaan kulit yang
diobati, tapi tidak boleh terlalu mudah berceceran
Dapat mengering dengan cepat dan membentuk lapisan pelindung elastis yang tidak
mudah hilang
Dapat diterima dari segi warna dan baunya
- Pada etiket harus tertera "kocok dahuIu
- Disimpan di dalam wadah tertutup rapat di tempat yang sejuk.
ormuIa
#/ Zat aktif Tidak larut dalam air
Wetting agent Gliserin 2-4%, propilenglikol 2-3%, sorbitol 2-3%, tween
80 0,1-0,5%, span
Suspending agent Na CMC 0,5-1% (pseudo), veegum 0,5-1% (tikso)
Corrigens saporis Sirup simplex 10-20% (+sorbitol untuk cegah
kristalisasi pada tutup), Na sakarin (+NaCl untuk
memberi rasa manis yang enak)
Corrigens odoris Oleum citri/oleum menthae pipperitiae (+EtO)
Corrigens coloris FD & C Yellow no 6
Pengawet Na Benzoat 0,1-0,5%, Nipagin 0,1%
Aqua demineralisata
Contoh Resep
R/ SuIfadimidini 7,5
AcetosaIi 2,5
BeIIad.Extr 0,4
Sirp.SimpIeks
SoIut.Gummosis aa 50
S.4.d.d.c.p
R/ SuIfamerazini 12
PuIvis Gummos 2
OI.Citri gtts III
Sir.SimpI 20
Aquam ad 120 mI
S.b.d.d.cth
EMULSI (EMULSION)
Pengertian
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair
atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau
surfaktan yang cocok. Emulgator yang dipakai dapat berupa emulgator alam (gum, tragakan, gelatin),
sintetis (span, tween) atau semi sintetis (Na CMC). Penandaan harus tertera kocok dahulu.
Tipe emuIsi :
1. Emulsi minyak dalam air (M/A)
Fasa internal : minyak
Fasa eksternal : air
Biasanya air > 31 %, 45 %
Zat pengemulsi untuk emulsi M/A, biasanya larut dalam air
2. Emulsi air dalam minyak (A/M)
Fasa internal : air
Fasa eksternal : minyak
Biasanya air < 25%, 10%
Zat pengemulsi untuk emulsi A/M, biasanya larut dalam
minyak
Cara pembuatan emuIsi :
1. Minyak, umumnya 10%
2. Gom arab = x berat minyak (untuk oleum ricini : gom = 1/3 x)
3. Air = 11/2 x gom
4. Minyak + gom ---> gerus, homogen. Tambahkan air (11/2 x gom) sekaligus aduk searah
sampai terbentuk korpus emulsi.
5. Encerkan dengan sisa air
at tambahan
Untuk mencegah pertumbuhan bakteri tersebut perlu ditambahkan zat-zat pengawet seperti :
Nipagin, Nipasol, Asam benzoat, senyawa amonium kuartener, Alkohol.
Minyak-minyak mudah teroksidasi sehingga berbau tengik, penampilan dan rasanya berubah
sehingga perlu ditambahkan antioksidan, seperti : BA (Buthylated ydroxy Anisol), BT
(Buthylated ydroxy Tohren), Tokoferol, Vitamin C.
ormuIa
R/ Zat aktif (zat + minyak)
Emulgator GomArab, tween 80, span 80
Suspending agent Na CMC 0,5-1% (di+ bila dipakai tween/span
sebagai emulgator, tidak di+ bila dipakai gom
sebagai emulgator)
Corrigens saporis Sirup simplex 10-20% (+sorbitol untuk cegah
kristalisasi pada tutup), Na sakarin (+NaCl untuk memberi
rasa manis yang enak)
Corrigens odoris Oleum citri/oleum menthae pipperitiae (jangan
pakai EtO untuk melarutkannya! Bisa rusak
emulsinya.)
Corrigens coloris FD & C Yellow no
Pengawet Na Benzoat 0,1-0,5%, Nipagin 0,1%, nipasol 0,05%
(Nipacombin OTT dengan tween/span)
Anti oksidan Vit-C, vit-E
Aqua demineralisata
12 12
Perhitungan
Contoh:
R/ ParaIIin liq 40 (M/AHLB Butuh 12)
Emulgator (Tween 80 dan Span 80) 5 (2-10 terhadap sediaan atau
10-20 terhadap minyak)
Emulsi ad 100 Emulgator 5/100x100g
5g
Metode Aligasi
Span 80 (4,3) 3 3/10,7 x 5g a g
Tween 80 (15) 7,7 7,7/10,7 x 5g b g

10,7
R/ ParaIIin liq 30 (HLB 12) 30/33,5 x 12 10,8
Adeps lanae 2 (LB 10) 2/33,5 x 10 = 0,6
Stearil alkohol 1,5 + (LB 14) 1,5/33,5 x 14 = 0,6 +
33,5 12
Selanjutnya hitung jumlah Tween dan Span dengan menggunakan metode aligasi seperti
di atas, dengan terlebih dahulu menentukan berapa kadar emulgator yang dipakai (2-10% terhadap
sediaan atau 10-20% terhadap minyak/lemak, dalam hal ini ke-3 komponen lemak diatas, yaitu
paraffin liq, adeps lanae dan steril alkohol karena memiliki LB).
4nt4h Resep emulsi
R/ Camporae 2
Ol.Olivae 10
Sir.Simpl 30
P.G.A q.s
Aquadest 130
m.I.emuls
S.u.c
R/ Ol.Cacao 5
Camph 2
Sir.Simpl 15
Extr.Bellad 0,2
m.I.emuls
S.t.d.d.c
Penyelesaian :
P.G.A yang digunakan adalah 2 (sama berat
Camporae) 5(setengah berat Ol.Olivae)
7 g
Penyelesaian :
Ol.Cacao dilelehkan dan larutkan
camporae kedalamnya.
P.G.A yang digunakan adalah sama berat
Ol.Cacao dan Camporae. Selanjutnya dibuat
korpus emulsi dan seterusnya.
INFUSA
(INFUSUM)
nfus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari Simplisia nabati
dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit.
Pembuatan secara umum :
Campur 10% Simplisia dengan derajat kehalusan yang cocok dalam panci
infus dengan air secukupnya, panaskan di atas penangas air selama 15 menit, dihitung
sejak suhu 90oC sambil sekali-kali diaduk. Serkai panas-panas melalui kain flanel,
tambahkan air panas secukunya melalui ampas sehingga diperoleh volume infus yang
dikehendaki.
Pada pembuatan infus ada 6 faktor yang harus diperhatikan yaitu :
Jumlah simplisia (umumnya 10 %)
Penambahn air ekstra (umumnya 2x nya)
Derajat kehalusan
Cara pemanasan
Cara penyaringan
Perhitungan dosis pemakaian
Ad 1. Perbandingan jumIah SimpIisia
Jika tidak disebutkan apa-apa dan bukan bahan berkhasiat keras, infus dibuat
dengan menggunakan 10% simplisia
ahan-bahan berikut mempunyai jumlah yang khusus :
Digitalis folium : 0,5%
Chinae cortex : 6%
pecaccuanhae radix : 0,5%
Orthosiphonis folium : 0,5%
Secale cornutum : 3%
Senae folium : 4%
Dokter bisa menuliskan lain dari daftar di atas asalkan dosis maksimumnya tidak
dilewati, keculali Chinae cortex karena kelarutan maksimumnya hanya 6%.
Ad 2. Penambahan air ekstra.
Pada umumnya ditambahkan air ekstra sebanyak 2 x berat simplisia kecuali untuk
Carragen 15 x
Lini semen 4 x
Pulpa tamarindorum 1 x
Tilliae flos 4 x
Jadi secara umum untuk membuat infus 100 ml diperlukan air sebanyak 100 ml
+ 2x berat simplisia (10%) = 100 + 20 = 120 ml
Ad 3. Derajat kehaIusan
Ada daftarnya, mulai dengan mempergunakan biji utuh sampai serbuk yang halus
Ad 4.Cara pemanasan
Ada 2 cara yaitu :
Panci infus sejak semula dipanaskan di penangas air, kemudian dihitung 15
menit sejak
penangas air mendidih atau diukur mulai suhu pada panci infus mencapai 90oC.
Penangas air dididihkan, masukkan panci infus tunggu 10 menit, baru kemudian
dihitung
selama 15 menit
Ad 5. Cara penyaringan
1. nfus pada umumnya boleh disaring panas atau dingin, kecuali infus sennae dan infus
yang mengandung minyak atsiri harus disaring dingin. Pada infus sennae terdapat
sennae pikrin dan sennae pikrol yang larut dalam air panas tapi tidak larut dalam air
dingin, zat-zat tersebut dapat menyebabkan sakit perut.
2. Pada infus yang mengandung lendir tidak boleh dilakukan pemerasan, mis. nfus
sennae, carragen dan pulpa tamarindorum crudum.
3. Simplisia yang halus dan jumlahnya sedikit, saring dengan kapas seperti infus
Digitalis,Orthosipon dan pecac
Ad 6. HaI-haI yang harus diperhatikan :
1. Carragen dan zat-zat lain yang mengandung lendir tidak tersatukan dengan ; garam
kina, N4Cl, Papaverin Cl, Apomorfin dsb.
2. Chinae cortex harus diserkai panas agar kinotannatnya dapat ikut tertarik dan
ditambahkan Asam sitrat sebanyak 10% dari simplisia untuk memperbaiki kelarutan
3. Digitalis mengandung glikosida, tak tersatukan dengan zat samak, asam dan alkali.
4. Orthosipon mengandung tanin jadi tak tersatukan dengan alkaloida.
5. Pulpa tamarindorum mengandung asam, jadi tak tersatukan dengan Natrium karbonat
dan Natrium bikarbonat.
Contoh pembuatan infusa:
#/ nfusum Zingiberis rhizoma 100 ml
Zingiberis rhizoma = 10% x 100 g = 10 g
Air yang diperlukan = 100 + (2x10) = 120 ml
Panaskan selama 15 menit pada suhu 90oC, beberapa kali diaduk, lalu
saring panas-panas dengan akin flanel, peras. Tambahkan air panas pada ampasnya,
peras lagi sampai didapat air saringan sebanyak 100 ml.
PRFSFtTASl HATA KullAH PRFSFtTASl HATA KullAH
FARHASl vFTFRltFR FARHASl vFTFRltFR
0lFH 0lFH
FRFt6Kl S.FARH, APT FRFt6Kl S.FARH, APT
PRFSFtTASl HATA KullAH PRFSFtTASl HATA KullAH
FARHASl vFTFRltFR FARHASl vFTFRltFR
0lFH 0lFH
FRFt6Kl S.FARH, APT FRFt6Kl S.FARH, APT
PRFSFtTASl HATA KullAH PRFSFtTASl HATA KullAH
FARHASl vFTFRltFR FARHASl vFTFRltFR
0lFH 0lFH
FRFt6Kl S.FARH, APT FRFt6Kl S.FARH, APT
PRFSFtTASl HATA KullAH PRFSFtTASl HATA KullAH
FARHASl vFTFRltFR FARHASl vFTFRltFR
0lFH 0lFH
FRFt6Kl FRFt6Kl H H.FARH, APT .FARH, APT
SF0lAAt STFRll SF0lAAt STFRll
OBAT SUNTIK
(INJECTIONES
)
Obat Suntik
Obat suntik adalah sediaan berupa larutan, emulsi atau suspensi dalam air atau
pembawa lain yang cocok, steril dan digunakan secara parenteral, yaitu dengan cara
merobek lapisan kulit atau mukosa.
Keuntungan-keuntungan pemberian obat secara parenteraI :
Jika dokter menghendaki agar obat-obat tersebut segera bekerja, mis : injeksi adrenalin pada
anafilaksi schok.
Jika keadaan penderita tidak mampu/ sadar sehingga cara parenteral merupakan cara satu-satunya
cara pemberian obat, mis : selama operasi.
Dalam keadaan mendesak dimana pengobatan secara parenteral merupakan satu-satunya cara
untuk dapat segera menaikkan jumlah volume darah. Mis : pada operasi, kecelakaan, dengan
pemberian transfusi darah, plasma atau zat-zat lain yang diperlukan.
Obat-obat yang tidak bisa diberikan dengan cara biasa karena misalnya dirusak oleh getah lambung,
merangsang lambung atau tidak bisa diabsorpsi menurut cara-cara biasa. Contohnya injeksi insulin.
Jika dikehendaki obat-obat tersebut bekerja setempat, misalnya pemberian anestetika lokal atau
untuk maksud pengobatan secara lokal lainnya.
Pemberian obat secara parenteral ini dijamin sterilitas, kemurnian dan takaran yang tepat pada
penggunaannya. Obat-obat dalam bentuk parenteral juga dapat stabil dalam waktu yang cukup lama.
Jika dikehendaki obat-obat tersebut bekerja dalam waktu yang lama, obat dapat diberikan dalam
bentuk depo terapi. Misalnya penyuntikan obat dalam bentuk suspensi atau larutan dalam minyak
secara intramuskular.
Dengan pemberian obat seacara parenteral ini dapat diketahui kecepatan aksi fisiologis dari obat-
obatan dengan penyuntikan pada jaringan yang berbeda-beda.
Kerugian-kerugiannya :
Pada pemberian obat secara parenteral obat-obatnya segera bekerja hingga
jika ada kesalahan dalam pemberian obatnya, akan sukar untuk mencegah
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Bahaya yang ditimbulkan akan lebih
besar lagi pada pemberian secara intravena karena obat akan segera
mengikuti peredaran darah.
Pemberian obat secara parenteral ini sukar karena pengobatan hanya bisa
dilakukan oleh orang-orang tertentu seperti dokter, mantri atau perawat.
Pada saat disuntikkan sering terasa sakit.
Pada bekas tempat penyuntikan dapat terjadi infeksi, jika pada waktu
penyuntikan tidak dilakukan tindakan pencegahan.
Jika dalam sediaan itu terdapat pirogen, pada waktu penyuntikan sediaan
parenteral ini akan menyebabkan demam, mual, muntah, pusing.
Umumnya harga sediaan parenteral relatif lebih mahal jika dibandingkan
dengan harga obat yang lain.
Bentuk obat parenteraI berupa :
1. Larutan obat dalam aqua, minyak atau pelarut organik lain
Mis : - injeksi Vitamin C, pelarut aqua pro injeksi
- injeksi Camphor oil, pelarut olea neutralisata ad injectio
- injeksi Luminal, pelarut solutio petit (aqua + spiritus + gliserin) atau
propilena glikol dan aqua.
2. Suspensi obat padat dalam aqua atau minyak
Mis : - injeksi Penicillin oil, injeksi Bismuth oil, dalam minyak netral untuk
injeksi.
3. Kristal steril untuk dibuat larutan dengan penambahan pelarut steril, umumnya
aqua steril
Mis : - injeksi Dihydrostreptomycin sulfas
- injeksi Penicillin G-sodium.
4. Kristal steril untuk dibuat suspensi dengan zat cair yang steril, umumnya aqua
steril
Mis : - injeksi Procain penicillin G
Cairan infus intravena. Berupa larutan dalam volume besar untuk dosis tunggal infusi. Merupakan
sediaan untuk nutrisi dasar, seperti larutan Dekstrosa, untuk pengganti cairan badan seperti larutan
Natrium klorida dan untuk restorasi keseimbangan elektrolit seperti larutan #inger.
Cairan untuk diagnosa. Berupa larutan untuk uji coba fungsi organ.
Cara penyuntikan Iarutan parenteraI :
Injeksi intrakutan (intra dermaI), (i.c) :
Disuntikkan ke dalam kulit yang sebenarnya, biasanya volume yang disuntikkan hanya sedikit (0,1-
0,2 ml). Dipakai untuk tujuan diagnosa. Biasanya yang dipakai adalah ekstrak "allergenic.
Injeksi subkutan (hypodermik), (s.c) :
Disuntikkan ke dalam jaringan di bawaah kulit ke dalam "alveolar, obat diabsorpsi lambat. Kulit
mula-mula diusap dengan cairan desinfektan (alkohol 70%). Jumlah yang disuntikkan tidak lebih dari 1
ml.
Larutan sebaiknya harus isotonis dan pnya netral (p = 7), untuk mengurangi iritasi jaringan dan
mencegah terjadinya nekrosis (mengendurnya kulit).
Injeksi intramuskuIer (i.m) :
Disuntikkan masuk otot daging. njeksi berupa larutan, emulsi dan suspensi dapat diberikan
dengan cara ini, untuk memperoleh efek yang lama (prolonged action).
Karena aliran darah di otot cukup luas untuk membawa obat ke bagian yang dituju, maka faktor
pokok yang mempengaruhi absorpsi obat adalah pelepasan obat dan bentuk sediaannya. Ke dalam
otot dada dapat disuntikkan sampai 200 ml, ke dalam otot lain volume yang disuntikkan lebih kecil.
Injeksi intravena (i.v) :
Disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah. Larutan ini biasanya isotonis atau hipertonis.
Larutan yang hipertonis disuntikkan perlahan-lahan. Jika larurtan yang diberikan banyak maka proses
ini disebut infusi, larutan diusahakan supaya isotonis dan diberikan dengan kecepatan 50 tetes
permenit dan lebih baik pada suhu badan. Larutan injeksi untuk intra vena harus betul-betul jernih,
bebas dari partikel padat, karena dapat menyumbat kapiler dan dapat menyebabkan kematian. Jadi
injeksi bentuk suspensi tidak dapat diberikan secara intra vena termasuk juga makro-emulsi.
Pengunaan cara intra vena diperlukan jika dikehendaki efek sistemik yang cepat, karena injeksi ini
langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik melalui jalan vena perifer dan kadar obat dalam darah
segera tercapai pada waktu tabung injeksi kosong. Volume cairan yang besar mengandung elektrolit
dan subtansi nutrisi yang esensial hanya dapat diberikan melalui cara intravena (infus).
$,2-:3,3
IntratekaI (i.t) :
Disuntikkan ke dalam saluran sum-sum tulang belakang (antara 3-4 atau 5-6
lumbra vertebrata) yang ada cairan serebrospinal. Larutan harus isotonis sebab
sirkulasi cairan serebrospinal lambat. Larutan anestetika sum-sum tulang
belakang sering agak hipertonis. Larutan harus betul-betul steril, bersih dari
partikel padat sebab jaringan saraf di daerah ini sangat peka.
IntraperitoneaI (i.p) :
Disuntikkan langsung ke dalam rongga perut. Penyerapan cepat, bahaya infeksi
besar. Jarang dipakai pada manusia, sebaliknya banyak dilakukan pada hewan
PeriduraI (p.d), ekstraduraI, epiduraI :
Disuntikkan ke dalam ke dalam ruang epidural, terletak di atas durameter
lapisan penutup terluar dari otak dan sum-sum tulang belakang.
IntrasisternaI (i.s) :
Disuntikkan ke dalam sum-sum tulang belakang pada dasar otak.
IntrakardiaI (i.k.d) :
Disuntikkan langsung ke dalam jantung
Catatan : Cara i.s dan i.k.d hanya digunakan dalam keadaan khusus.
Syarat-syarat obat suntik :
arus steril. Suatu bahan disebut steril jika bebas sama sekali dari mikroorganisme hidup, baik yang
patogen maupun non patogen, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam bentuk spora.
Tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan
arus jernih
Tidak berwarna, kecuali jika memang obatnya berwarna, mis : Vitamin B12, Vitamin B-plex.
Sedapat mungkin isohidrids
sohidris artinya mempunyai p yang sama dengan p darah dan cairan tubuh lain yaitu p = 7,4.
Sedapat mungkin isotonis
sotonis artinya mempunyai tekanan osmose yang sama dengan darah atau cairan tubuh yang lain.
Bebas pirogen.
Pirogen adalah senyawa kompleks-polisakarida dimana mengandung radikal yang terdapat unsur
Nitrogen dan Fosfor. Selama radikal ini masih terikat akan menyebabkan demam.
Contoh Resep Obat Suntik
R/ Papaverin HCl 40 mg amp. No.II R/ Papaverin HCl 40 mg amp. No.II
S.i.m.v.m S.i.m.v.m
------------- -------------paraI dokter paraI dokter
R/ Papaverin HCl 40 amp.No.II R/ Papaverin HCl 40 amp.No.II
S.i.m.v.m S.i.m.v.m
--------------- ---------------paraI dokter paraI dokter
R/ Inj. Atropini SulIat 0.25 mg amp No.II R/ Inj. Atropini SulIat 0.25 mg amp No.II
S.Pro injeksi S.Pro injeksi
--------------- ---------------paraI dokter paraI dokter
R/ Inj. Atropini SulIat 0.5 mg amp No.II R/ Inj. Atropini SulIat 0.5 mg amp No.II
S.i.m.v.m S.i.m.v.m
--------------- ---------------paraI dokter paraI dokter
R/ Lidocain 2 amp NoII R/ Lidocain 2 amp NoII
S.Pro injeksi S.Pro injeksi
--------------- --------------- paraI dokter paraI dokter
R/ InIus Glucose 5 No.II R/ InIus Glucose 5 No.II
S.i.m.v.m S.i.m.v.m
------------ ------------ paraI dokter paraI dokter
R/ AminoIusin 1000 inj. 500 ml Ils. No. I R/ AminoIusin 1000 inj. 500 ml Ils. No. I
S.i.m.v.m S.i.m.v.m
------------ ------------ paraI dokter paraI dokter
R/ Amcillin inj. 1g vial No. II R/ Amcillin inj. 1g vial No. II
S. Pro injeksi S. Pro injeksi
---------------- ---------------- paraI dokter paraI dokter
CAIRAN INTRAVENA
(INUS INTRAVENA)
Infus Intravena
nfus intravena adalah larutan dalam jumlah besar (di atas 50 ml)
yang diberikan melalui intravena secara tetes demi tetes dengan bantuan
peralatan yang cocok.
Syarat infus i.v :
a. harus steril dan bebas pirogen
b. sebaiknya isotoni dan isohidri, tetapi larutan dengan p 4,0-7,5
masih bisa diterima.
Larutan yang termasuk kategori infus i.v :
1. larutan elektrolit
2. larutan karbohidrat
3. larutan plasma ekspander
4. emulsi lemak
Ad-1. Larutan eIektroIit.
Cairan fisiologis tubuh manusia terdiri dari :
a. Cairan intraseluler (di dalam sel) mengandung ion-ion-K, Mg, protein,
fosfat dan sulfat dan senyawa organik asam fosfat seperti ATP dan heksosa
mono fosfat.
b. Cairan ekstraseluler (di luar sel), sebagi bagian intravasal dalam sistim
peredaran darah dan mengandung ion natrium, klorida dan bikarbonat.
c. Cairan interstitial (diantara kapiler dan sel)
ungsi Iarutan eIektroIit :
Secara klinis digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan
jumlah normal elektrolit dalam darah.
Asidosis : kondisi plasma darah yang terlalu asam karena ion klorida yang
berlebih
AIkaIosis : kondisi plasma darah yang terlalu basa karena ion Na, K dan Ca yang
berlebih.
Contoh Iarutan eIektroIit :
1. Normal plasma : Na+, K+, Cl-, CO3-
2. 5 % Dekstrosa / Glukosa : Glukosa
3. #inger's solution : NaCl, KCl, dan CaCl2
4. Lactatted ringer's sol. : NaCl, KCl, CaCl2 dan Na-laktat
5. sotonic saline : NaCl 0,9 %
Ad-2 : Cairan karbohidrat
Diberikan untuk memenuhi kebutuhan kalori.
Mis : - Larutan glukosa/ dekstrosa : 5 %, 10 %, 20 % dan 40 %
- Larutan fruktosa
- Larutan sorbitol
- Larutan asam amino
- Larutan mannitol
Ad-3. PIasma ekspander
Cairan yang digunakan untuk menggantikan plasma darah yang hilang
akibat pendarahan, luka bakar dsb.
Mis : - Larutan gelatin
- Larutan dekstran
- Larutan alginon
- Larutan poli vinil pirolidon (PVP)
Ad-4. EmuIsi Iemak
Diberikan untuk memenuhi kebutuhan kalori. nfus emulsi lemak digunakan untuk
membantu fungsi lambung atau usus setelah operasi, pasien yang mengalami kekurangan gizi yang
parah, luka bakar dll.
mengandung molekul koloid
diperhatikan
Perbedaan injeksi dengan infus intravena :
Kriteria injeksi infus
1. Pemberian terapi melaui suntikan pengganti cairan plasma,
untuk tambahan kalori
2. Metode pemberian suntikan tetesan
3. Alat alat suntik peralatan infus
4. Volume pemberian lazim sekitar 10 ml bisa sampai beberapa liter
5. Lama pemberian lazim sekitar 1 menit bisa beberapa jam
6. Pembawa air, gliserin, propilena hanya air
glikol, minyak lemak, dll
7. sohidri jika memungkinkan diperlukan
baru dilakukan
8. sotoni jika memungkinkan mutlak perlu
baru dilakukan
9. Tekanan osmotik tidak penting penting untuk larutan yang
10. soioni tidak penting pada beberapa infus harus
11. Bebas pirogen hanya jika 1 x mutlak perlu
suntikan > 10 ml
12. Wadah ampul, vial botol infus
Terapi i.v diperIukan bagi pasien untuk :
1.Koreksi ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh.
Kebanyakan problem cairan dan elektrolit dapat dikoreksi dengan terapi
dalam permulaan 12-24 jam. Pada peristiwa kehilangan yang besar dari cairan
tubuh ---> defisit elektrolit misalnya : pada muntah-muntah, diare, kecelakaan
pendarahan, setelah operasi, juga pada peristiwa asidosis dan alkalosis.
Pada alkalosis : diberikan larutan N4Cl untuk mengasamkan.
Pada asidosis : diberikan larutan NaCO3 untuk membuat
alkalis.
2. Kebutuhan perawatan.
Pada saat pendarahan, luka bakar, kecelakaan, sehabis operasi, larutan infus yang
diberikan sebagai pengganti darah/ plasma darah yaitu larutan koloid plasma
ekspander, larutan dekstran, larutan alginon, larutan gelatin, larutan PVP.
3. Penambahan kalori yang ghilang.
Berupa larutan karbohidrat ----> makanan. Diberikan jika pemberian peroral tidak
memungkinkan., misal pada keadaan koma. Larutan dekstrosa/ glukosa, larutan
fruktosa, larutan asam amino (aminofusin), emulsi lemak, garam-garam protein
hidrolisat.
4. Untuk pengobatan.
Bagi pasien setelah mengalami operasi atau kecelakaan.
a) Jika obat harus diberikan dalam dosis besar
b) Bila obat harus diberikan terus menerus
c) Karena sesuatu hal/ sebab, tidak mungkin disuntikkan secara biasa.

Anda mungkin juga menyukai