Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TIN1AUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Botani Tanaman Kembang Pukul Empat (Mirabilis jalapa Linn)
Tinjauan botani mengenai kembang pukul empat (Mirabilis falapa Linn) meliputi beberapa
aspek yaitu klasiIikasi tanaman, nama daerah, deskripsi tanaman, khasiat dan kegunaan, dan
kandungan kimia.

2.1.1 Klasifikasi
(2)

Divisi : Spermathophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Bangsa : Caryophyllales
Suku : Nyctaginaceae
Marga : Mirabilis
Jenis : Mirabilis falapa L

2.1.2 Nama Umum : Kembang Pukul Empat

2.1.3 Nama Daerah
(3)

Sumatra : Kembang pagi sore, bunga waktu kecil
Maluku : Kupa oras, cako raha
Sulawesi : Bunga-bunga paranggi, bunga-bunga parengki
Jawa : Kembang pukul empat (Jawa Tengah)
Bali : Kederat

2.1.4 Deskripsi
(3)

Semak, semusim, tegak, tinggi 50 cm - 80 cm, berasal dari Amerika Selatan, banyak ditanam
orang sebagai tanaman hias di pekarangan atau sebagai pembatas pagar rumah. Tumbuh di
dataran rendah yang cukup mendapat sinar matahari maupun di daerah perbukitan.
Termasuk suku kampah-kampahan, berbatang basah, daunnya berbentuk jantung, warna hijau
tua, panjang 5 cm - 8 cm, lebar 5 mm - 10 cm, pangkal daun membulat, ujung meruncing,
tepi daun rata, letak berhadapan, mempunyai tangkai daun yang panjangnya 6 mm - 6 cm.
Bunganya berbentuk terompet, dengan banyak macam warna, antara lain: merah, putih,
jingga, kuning, kombinasi/belang- belang. Mekar di waktu sore hari dan kuncup kembali
pada pagi hari menjelang Iajar.
Buahnya kecil, keras, permukaan berkerut, warna hitam, berbentuk telur, diameter 5mm,
bagian dalam putih dan lunak, dapat dibuat bedak. Kulit umbinya berwarna coklat kehitaman,
bentuk bulat memanjang, panjang 7 cm - 9 cm dengan diameter 2 cm - 5 cm, isi umbi
berwarna putih.

2.1.5 Khasiat dan Kegunaan
Daun Mirabilis falapa L. berkhasiat sebagai obat radang amandel (tonsillitis), inIeksi saluran
kencing, prostatitis, kencing manis (DM), kencing berlemak (chyluria), keputihan, erosi
mulut rahim (cervival erosion), radang sendi yang akut (acute arthritis). Akarnya untuk
mrngobati sembelit dan bengkak. Bijinya sebgai bahan kosmetik dan obat jerawat.
2.1.6 Kandungan Kimia
Akar mengandung betaxanthins. Buah mengandung zat tepung, lemak (4,3), zat asam
lemak (24,4), zat asam minyak (46,9).
(*)

Daun dan bunga Mirabilis jalapa mengandung alkaloid trigonela, saponin dan Ilavonoid,
disamping itu daunnya mengandung tanin dan bunganya mengandung poliIenol. Biji tanaman
tersebut mengandung Ilavonoid dan poliIenol.




2.2 etode Pemisahan
Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan atau
memurnikan suatu senyawa atau sekelompok senyawa yang mempunyai susunan kimia yang
berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala industri. Metode
pemisahan bertujuan untuk mendapatkan zat murni atau beberapa zat murni dari suatu
campuran, sering disebut sebagai pemurnian dan juga untuk mengetahui keberadaan suatu zat
dalam suatu sampel (analisis laboratorium).
(*)



*
Sumber :
http://parjupanggabean.blogspot.com/2011/02/dunia-herbal-khasiat-kembang-pukul.html
Accessed November 17,2011
*
Sumber :
www.kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliahweb/2008/DIDAH20RAHAYU20(0606371)/halaman10.html.
Accessed November 17, 2011
2.2.1 etode Ekstraksi
(5,6)

Ekstraksi merupakan metode penarikan atau pengambilan kandungan senyawa kimia
metabolit sekunder dari tumbuhan dan atau bagian tumbuhan dengan menggunakan pelarut-
pelarut yang sesuai. Prinsip ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar,
senyawa non polar dalam pelarut non polar, senyawa semi polar dalam pelarut semi polar.

Berdasarkan suhu, metode ekstraksi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
i) ara dingin
Ekstraksi dingin dilakukan untuk zat yang bersiIat termolabil, tetapi memerlukan
waktu yang lebih lama dibandingkan dengan metode ekstraksi panas.
a. aserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan
beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).

Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari,
cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktiI. Zat aktiI akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan zat aktiI di dalam dan di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak
keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara
larutan di luar dan di dalam sel.


b. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia
yang telah dibasahi. Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah
tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah
kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode
reIluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan
komponen secara eIisien.

ii) ara panas
a. #efluks
ReIluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatiI konstan dengan adanya
pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama
sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
b. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah
pelarut relatiI konstan dengan adanya pendingin balik.

.. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada temperatur yang
lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur
40-50
o
C.

d. Infus
InIus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air. Bejana inIus
tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98
o
C) selama 15-20
menit.

e. Dekok
Dekok adalah inIus pada waktu yang lebih lama ( 30 K ) dan temperatur sampai titik
didih air.

2.2.2 Ekstraksi air-.air (E)
Ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi dengan menggunakan dua pelarut yang saling tidak
tercampurkan. Keberhasilan pemisahan sangat tergantung pada perbedaan kelarutan senyawa
tersebut dalam kedua pelarut. Secara umum prinsip pemisahannya yaitu senyawa kurang larut
dalam pelarut yang satu dan sangat larut dalam pelarut yang lain. Air banyak dipakai dalam
ekstraksi cair-cair senyawa organik karena banyak senyawa organik bersiIat ion atau sangat
polar yang cukup larut dalam air. Pelarut lainnya adalah pelarut organik non polar yang tidak
bercampur dengan air. Dalam sistem eksresi ini akan dihasilkan dua Iasa yaitu Iasa air dan
Iasa organik.
(7)




2.3 Beberapa ikroba Penyebab Infeksi Pada Kulit
(5,6)


2.3.1 $9aphylococcus aureus
(10)

Taksonomi
Kerajaan : Bacteria
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Micrococcaceae
Marga : Staphylococcus
Jenis : Staphylococcus aureus

i) orfologi
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positiI, berbentuk bulat atau lonjong,
tidak bergerak, dan tidak berspora. Tersusun dalam kelompok seperti buah anggur.
BersiIat aerob dan tumbuh baik pada pembenihan sederhana pada temperatur
optimum 37
0
C pada pH 7,4. Pada pembenihan cair menyebabkan kekeruhan merata,
tidak berbentuk pigmen. Pada media agar, sesudah diinkubasi selama 24 jam
koloninya berpigmen kuning emas berukuran 2-4 mm (sebesar kepala jarum), bulat
cembung, licin, berkilat, keruh, tepinya rata dan mudah diemulsikan. Pembenihan
Mannitol Salt Agar (MSA) menunjukkan koloninya kecil dan berwarna kuning.
Staphylococcus aureus menyebabkan penyakit kulit yang disebut pioderm, yaitu
penyakit kulit yang akibat higienitas yang kurang memadai, menurunnya daya tahan
tubuh karena adanya penyakit lain
(5)
. (elczar M! And LCS Chan DasarDasar
M|krob|o|og| !llld 2 1er[emahan 8aLna Slrl PadloeLomo dkk ulress !akarLa 1986 932
937
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positiI yang berbentuk bola dengan
garis tengah sekitar 1 m dan tersusun dalam kelompok-kelompok tak beraturan. Pada
biakan cair tampak juga kokus tunggal, berpasangan, berbentuk tetrad, dan berbentuk
rantai. Koloni pada pembenihan padat berbentuk bundar, halus, menonjol, berkilau
dan berwarna abu-abu sampai kuning emas tua.

Staphylococcus aureus tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Mudah tumbuh
dalam pembenihan bakteri, baik dalam keadaan aerobik ataupun mikroaroIilik. Tetapi
tidak dapat tumbuh dalam media tanpa kandungan asam amino. Tumbuh paling cepat
pada suhu 37
o
C, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu 20-25
o
C. pH optium
7,0-7,5 dengan rentang interval 4,0-9,8.
(10)

ii) Patogenesis
Staphylococcus aureus merupakan Ilora normal manusia pada kulit dan selaput
mukosa. Bakteri ini menghasilkan 6 jenis enterotoksin yang dapat menyebabkan
inIeksi, seperti jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis, pneumonia, mastitis serta
intoksikasi yang ditandai dengan rasa mual, muntah dan diare hebat tanpa disertai
demam kadang-kadang terjadi penurunan tekanan darah, sedangkan kasus kematian
karena toksin ini jarang terjadi.
(15)


Kemampuan patogenik strain Staphylococcus aureus tertentu merupakan eIek
gabungan Iaktor-Iaktor ekstraseluler, toksin-toksin, serta siIat invasiI strain itu. Pada
satu akhir spektru penyakit adalah keracunan makanan, yang semata-mata akibat
termakannya enterotoksin yang sudah terbentuk. Sedangkan bentuk akhir lainnya
adalah bakteremia staIilokokus dan abses yang tersebar di semua organ. Peran serta
potensial berbagai zat ekstraseluler pada patogenis ternyata dari siIat keja masing-
masing Iaktor.
(10)


2.4 Pengujian Aktivitas Ekstrak
Parameter yang digunakan untuk mengukur daya hambat suatu zat terhadap pertumbuhan
suatu mikroorganisme tertentu adalah Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) atau Minimum
Inhibiting Concentration (MIC). Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) adalah konsentrasi
terkecil dari suatu obat atau suatu zat yang masih memberikan daya hambat terhadap
pertumbuhan mikroorganisme.
(16)

Metode pengujian aktivitas antimikroba yang dikenal secara umum untuk digunakan antara
lain :
i) etode Pengen.eran
(16,17)

Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. etode Pengen.eran Tabung
(16)

Metode ini sering digunakan untuk mengetahui dan menentukan nilai konsentrasi
terkecil dari suatu antimikroba. Metode ini akan dapat memberikan suatu gambaran
kemampuan zat antimikroba dalam menghambat mikroorganisme. Hasil yang
diperoleh dapat ditentukan secara kuantitatiI dengan konsentrasi terkecil dari suatu zat
uji yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau kapang.

Zat yang akan ditentukan daya antimikrobanya dicampurkan ke media agar dengan
menggunakan tabung yang steril, kemudian pada tabung tersebut ditambahkan 0,1 mL
suspensi mikroba, yang kemudian diinkubasikan selama 1824 jam pada suhu 37
o
C
untuk bakteri dan 72 jam untuk kapang dan khamir. Pembacaan hasil Konsentrasi
Hambat Minimum (KHM) ditandai dengan tidak timbulnya koloni mikroba pada
permukaan dari konsentrasi terkecil dari hasil pengenceran.

b. etode Pengen.eran Agar
(16)

Zat yang memiliki daya antimikroba disiapkan dalam berbagai konsentrasi, kemudian
masingmasing dicampurkan pada agar yang masih cair pada suhu 4550
o
C dalam
tabung reaksi. Pencampuran dilakukan dengan cara memutarkan tabung 2 3 kali
kemudian dituangkan dalam cawan petri steril dan kemudian dibiarkan memadat.
Mikroba uji kemudian ditanamkan dengan cara dioleskan diatas permukaan agar
secara merata pada tiap sisinya, pengolesan dilakukan dengan menggunakan jarum
ose. Prinsip dari pengenceran media adalah sama dengan pengenceran tabung untuk
uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan ditandai dengan tidak tumbuhnya
koloni bakteri pada permukaan agar dari konsentrasi tertentu dan hasil pengenceran.

ii) etode Difusi Agar
(17)

Prinsip metode ini adalah berdasarkan adanya diIusi bahan uji dari wadahnya menuju
media agar kemudian menghambat pertumbuhan bakteri uji yang ada. Wadah bahan uji
dapat berupa:
a. Silinder
Silinder gelas yang disterilkan diletakkan di atas media beku yang mengandung
suspensi mikroba, kemudian silinder tersebut diisi dengan zat yang diperiksa, lalu
diinkubasi pada suhu 35-37
o
C untuk bakteri selama 24 jam dan pada suhu 25-30
o
C
untuk kapang selama 72 jam. Diameter hambat yang terjadi kemudian diukur

b. Lubang sumuran
Media agar yang masih cair pada suhu 45 50
o
C dicampurkan dengan suspensi
mikroba pada cawan petri steril, kemudian dibiarkan memadat dan dibuat lubang-
lubang dengan menggunakan perIorator. Lubang tersebut diisi dengan zat yang akan
diuji daya anti mikrobanya dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Cawan diinkubasi
selama 18 24 jam pada suhu 37
o
C untuk bakteri, dan 72 jam pada suhu 25 30
o
C
untuk kapang dan khamir. Diameter hambat pertumbuhan mikroba yang terjadi
diukur.

.. akram Kertas
Pengujiannya menggunakan cakram kertas saring yang telah diserapkan zat anti
mikroba dengan konsentrasi tertentu. Cakram kertas tersebut diletakan pada
permukaan agar yang telah diinokulasi mikroba uji, lalu diinkubasikan pada suhu
37
o
C selama 18 24 jam. Diameter hambat yang terjadi kemudian diukur dengan
jangka sorong.

iii) etode Bioautografi
(18)
Metode bioautograIi merupakan metode sederhana yang digunakan untuk menunjukan
adanya aktivitas antibakteri atau antikapang. Metode ini menggabungkan penggunaan
teknik kromatograIi lapis tipis dengan respons dari mikroorganisme yang diuji berdasrkan
aktivitas biologi dari suatu analit yang dapat berupa antibakteri, anti kapang dan anti
protozoa. BioautograIi dapat digunakan untuk mencari antibakteri atau antikapang baru,
kontrol kualitas anti mikroba, dan mendeteksi golongan senyawa.

a. Bioautografi Kontak
BioautograIi kontak dilakukan dengan meletakkan lempeng kromatogram hasil elusi
senyawa yang akan diuji di atas media padat yang sudah diinokulasi dengan mikroba
uji. Adanya senyawa antimikroba ditandai dengan adanya daerah jernih yang tidak
ditumbuhi mikroba.

b. Bioautografi ar Overlay
Pada bioautograIi agar overlay, lempengan kromatogram dilapisi dengan agar yang
masih cair yang sudah diinokulasi dengan mikroba uji. Setelah agar mengeras,
lempeng kromatogram diinkubasi dan diwarnai dengan zat warna tetra:olium.
Penghambatan dapat dideteksi dengan terbentuknya pita.


.. Bioautografi Langsung
BioatograIi langsung dilakukan dengan mikroba uji dan diinkubasi. Zona hambat
yang terbentuk divisualisasikan dengan menyemprot lempeng kromatogram dengan
zat warna tetra:olium.

Candida albicans
Candida albicans merupakan ragi lonjong dan bersel tunas yang memanjang menyerupai hiIa.
Sitoplasmanya kaya akan vitamin B, pertumbuhannya bersiIat aerob. Suhu optimal 25
0

30
0
C, suhu maksimal 35
0
47
0
C dan hidup pada pH optimal 4,0 4,5. Candida albicans
menyebabkan kelainan biasanya pada daerah lipatan, misalnya dibawah payudara, ketiak,
lipatan paha serta sela jari kaki dan tangan. Kelainan pada pantat dan daerah urogenital bayi
disebut diaper rash. Kulit biasanya berwarna merah (eritem), agak basah dan pada bagian tepi
tampak vesikel dan sisik halus. Keluhan penderita biasanya gatal. Candida albicans juga
menyebabkan penyakit yang disebut kandidiasis yaitu kelainan pada kulit berdasarkan reaksi
alergi dan membentuk vesikel-vesikel yang bebas jamur, sedangkan candidanya terdapat di
bagian lain dari badan. Gejala pada umumnya pada telapak tangan, kaki dan jari yang terasa
gatal
(5,6)
. elczar M! And LCS Chan DasarDasar M|krob|o|og| !llld 2
Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo dkk., UI-Press, Jakarta, 1986, 952-957.

1. Jawetz, dkk, ikrobiologi Kedokteran, Edisi 20, Terjemahan, Edi Nugroho, EGC,
Jakarta, 1996, 627-628.

Anda mungkin juga menyukai