Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

MODUL ORGAN MENTAL EMOSIONAL


~Seorang Siswi SMA yang Mengalami Gangguan Tidur dan Kebingungan
KELOMPOK 5
030.2007.097 Genni Putrianti
030.2008.274 Izzul Akmal Bin Kadarusma
030.2009.001 Adam Bachtiar
030.2009.002 Ageng Budiananti
030.2009.003 Agita Maryalda
030.2009.004 Agung Alit D K
030.2009.063 Derin Anugrah Pratama
030.2009.064 Desilasary
030.2009.065 Deslia Cherani
030.2009.066 Devita Friska Santy
030.2009.068 Dhika Claresta
030.2009.117 Ibrahim Achmad
030.2009.118 Ida Udiah
030.2009.119 Indah Realita
030.2009.121 Indrastiti Pramitasari




Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
1akarta, 2011

A I
PENDAHULUAN



























A II
LAPORAN KASUS

A. INFORMASI LENGKAP PASIEN
IDENTITAS PASIEN:
ama : n. Conny
Umur : 17 tahun
Alamat : Jl. Swadaya 5 no. 19
Pendidikan : siswi kelas 2 SMU swasta
ANAMNESIS
Riwayat Psikiatri
O Keluhan utama :
Pasien melakukan percobaan bunuh diri dengan berusaha memotong urat nadi
ditangannya.
O Keluhan tambahan :
Riwayat gangguan sekarang
f Pasien tidak lagi memperhatikan perawatan dirinya. Bahkan sering marah-marah tanpa
alasan yang jelas. Menurutnya, ia mendengar orang-orang menyindir dirinya,mengomentari
dirinya.
Riwayat gangguan dahulu:
Pasien sering tidak tidur, cenderung menarik diri, dan sering bergumam seperti orang
keheranan. Sering terlihat berdiam diri dan kerap kali bertanya tentang hal-hal yang tidak
masuk akal. Menganggap semua orang berubah.

Gejala yang terdapat pada pasien ini:
Depresi SkizoIrenia gg. auditorik
Susah tidur
aIsu makan
Minat terhadap
kesenangan
Menyesali diri
Putus asa
Delusi
Halusinasi
Bicara tidak terorganisir
Suara halusinasi yang
berkomentar terhadap
perilaku pasien

Riwayat Kehidupan Pribadi
Pasien dilahirkan cukup bulan dan tidak ada masalah dengan kelahirannya.
Perkembangan psikomotor tidak ada kelainan
Anak yang rajin dan sangat memperhatikan perawatan dirinya.
Senang bergaul dan memiliki banyak teman.
Hobi membaca buku novel, mengarang cerita dan jalan-jalan ke Mal.
Kehidupan beragama cukup baik dan belum punya pacar.

Riwayat Keluarga
Bibi pasien pernah mengalami stress berat hingga mau bunuh diri dan sempat dirawat di
Rumah Sakit Jiwa.
Paman pasien pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa karena marah-marah tanpa alasan dan
mempunyai pikiran yang aneh-aneh.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Penampilan O Pasien tampak sesuai dengan usianya
O Rambut tidak tersisir rapi
O Cara berpakaian terlihat seadanya
O ajah tidak dirias
O Memakai sepatu
Kesadaran biologis Kesadaran biologis tidak terganggu, walaupun pasien
terlihat seperti orang mengantuk
Keadaan sosial Pasien senang bergaul dan memiliki banyak teman.
Berarti pasien tidak memiliki permasalahan dengan
lingkungan sosialnya, sehingga kami dapat
menyimpulkan bahwa penyakit yg diderita pasien
bukan dicetuskan dari Iaktor lingkungan sosialnya.
Perilaku & Aktivitas psikomotor O %erlihat seperti orang kebingungan
O Pasien tampak tidak tenang
O %idak dapat duduk lama

Pembicaraan O Bicara agak kacau dan sering tidak menyambung
O Pasien kadang-kadang terlihat seperti bicara sendiri,
tersenyum sendiri
Sikap terhadap pemeriksa Sikap yang di perlihatkan yaitu pasien ini kurang
kooperatiI terhadap pemeriksa
AIek tidak sesuai O AIek terbatas, cenderung tumpul
AIek terbatas : penurunan intensitas irama perasaan
yang kurang parah daripada aIek yang tumpul tetapi
jelas menurun.
AIek tumpul : penurunan berat pada intensitas irama
perasaan yang diungkapkan ke luar.
Pasien hanya menunjukkan sedikit ekspresi. Dan
ekspresi yang ditunjukkan tidak berubah (yang itu-itu
saja).

O kspresi aIektiI agak labil
Perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba-tiba.
Pasien cenderung mudah dirangsang.
Pada kasus, pasien menjadi sering marah-marah
tanpa alasan yang jelas

O Pengendalian kurang
O cht
AIek yang dicetuskan secara wajar oleh pasien. %idak
dibuat-buat atau di dramatisasi

O Intensitas : dangkal
O mpati : tidak dapat dirabarasakan
O Skala diIIerensiasi sempit
O AIek tidak serasi
%idak serasi antara perasaan, pikiran, dan perilaku

O Batas ego : tidak intak
Persepsi O Derealisasi
Melihat orang orang dan lingkungan sekitarnya
berubah, tetapi pasien tidak tahu perubahannya.
Pada kasus, pasien merasa ibu, teman, dan
lingkungannya berubah. Bahkan dia merasa dunia
seperti mau kiamat.

O Depersonalisasi
Pasien merasa dirinya berubah, tetapi dia tidak tahu
perubahannya
Pada kasus, pasien bertanya-tanya apakah dirinya akan
gila.

O Halusinasi auditorik third order
Pasien merasa orang orang membicarakan dirinya
(pasien sebagai orang ke-3 dengan kata ganti
orang'dia)
Pada kasus pasien sering mendengar orang-orang
menyindir dan mengomentari dirinya. Selain itu pasien
juga merasa semua orang mengetahui tentang rahasia
dirinya.
Proses pikir O Produktivitas kurang
Banyak sedikitnya pembicaraan yang diungkapkan oleh
pasien kurang produktiI, biasanya terjadi pada pasien
skizoIrenia

O Miskin pikir
Pikiran yang memberikan sedikit inIormasi karena
tidak ada pengertian, pengulangan kosong, atau Irasa
yang tidak jelas.

O Pengendoran asosiasi
Pada pasien skizoIrenia. Gangguan asosiasi yang
didapat pada pasien ini adalah inkoherensi

O Inkoherensi
Pikiran dan kata-kata berjalan bersamaan dengan
hubungan yang tidak logis atau tanpa tata bahasa, yang
menyebabkan disorganisasi.
Biasanya terjadi pada pasien skizoIrenia. Pasien
berbicara satu topik, tetapi saat topik tersebut belum
selesai dibicarakan, pembicaraan sudah melantur.
Isi pikir O aham dunia kiamat
Pasien merasa dunia seperti akan kiamat.
aham ini termasuk dalam aham Bizzar yang berarti
: keyakinan palsu yang aneh, mustahil, dan sama sekali
tidak masuk akal.

O Siar pikir
aham bahwa pikiran pasien dapat didengar oleh
orang lain, seperti pikiran mereka sedang disiarkan ke
udara.
Fungsi intelektual O Daya konsentrasi terganggu
O Perhatian terganggu
O rientasi baik
rientasi terhadap orang, waktu, dan tempat masih
baik. Pasin masih mengenali ibunya meskipun dia
beranggapan bahwa ibunya berubah seperti bukan
ibunya yang dulu.
O Daya ingat baik

O Intelegensi di atas rata-rata
Intelegensi : kemampuan untuk mengerti, mengingat,
menggerakkan, dan menyatukan secara konstruktiI
pelajaran sebelumnya dalam menghadapi situasi yang
baru.
Pada pasien di atas rata-rata berarti tidak terdapat
retardasi mental

O Daya nilai sosial dan uji daya nilai sosial baik
%ilikan
(kemampuan pasien untuk mengerti
penyebab sebenarnya dan arti dari
suatu situasi pasien menyadari atau
tidak dirinya mengalai gangguan
kejiwaan)
Derajat satu :
Pasien menolak dirinya mengalami gangguan jiwa.
%ilikan derajat satu merupakan yang paling buruk


PEMERIKSAAN TAMAHAN
%idak ada karakteristik khusus yang ditemukan pada skizoIrenia. amun
pemeriksaan dibawah ini dapat dilakukan bila perlu dengan indikasi.
- pemeriksaan total blood count
- Brain imaging dapat pula dilakukan untuk menyingkirkan diagnosa banding seperti
hematoma, vasculitis, cerebral abscesses dan tumor
- Pemeriksaan neuropsikologis, pada pasien skizoIrenia biasanya nilainya rendah, dalam artian
pasien mengalami kesulitan dalam memproseskan inIormasi, memori yang rusak, dan saat
berbucara pasien akan mudah terdistraksi atau tidak Iokus.
- Jika ada indikasi electroencephalogram juga dapat dilakukan
- Dextrametasone suppression test dan adrenocorticotropic hormone stimulating test dapat digunakan
untuk memeriksa apakah pasein memiliki hiperkortisolisme atau hipokortisolisme


. PENGKA1IAN TIAP-TIAP MASALAH DAN MEKANISMENYA







C. PATOGENESIS






D. DIAGNOSIS

Diagnosis Multiaksial:
1. Aksis I : SkizoIrenia HebeIrenik
Biasanya terjadi pada usia muda 15-25 tahun, pasien berusia 17 tahun.
Gambaran aIek pasien dangkal, senyum sendiri (self-absorbed smiling )
Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta inkoheren.
2. Aksis II : tidak ada ciri kepribadian tertentu
3. Aksis III : tidak ada kondisi medis umum
Pada pemeriksaan Iisik, neurologi, dan laboratorium tidak ditemukan kelainan
4. Aksis IV : tidak ada stressor psikososial
5. Aksis V : penilaian Iungsi secara global baik
rientasi baik
Daya ingat baik
Intelegensi diatas rata-rata
Daya nilai social dan uji daya nilai sosial baik

E. RENCANA PENATALAKSANAAN
Perawatan di Rumah Sakit
Indikasi utama untuk perawatan di rumah sakit adalah untuk menstabilkan tujuan
diagnostic, menstabilkan medikasi, keamanan pasien, dan perilaku yang sangat kacau dan
tidak sesuai. %ujuan utama yang harus ditegakkan adalah ikatan eIektiI antara pasien dan
system pendukung masyarakat. Lamanya perawatan di ruma sakit tergantung pada keparahan
penyakit dan tersedianya Iasilitas rawat jalan. Penelitian perawatan singkat di rumah sakit 4-6
minggu. Perawatan di rumah sakit dapat menurunkan stress dan menyusun aktivitas harian
mereka. Kunjungan ke rumah dapat membantu. Dalam kasus ini, Conny tidak dapat merawat
dirinya sendiri, putus asa, bahkan pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan berusaha
memotong urat nadi di tangannya.

Terapi Somatik
bat antipsikotik atipikal. Risperidone (Dexa Medica) sediaan tablet 1-2-3 mg,
dengan dosis anjuran 2-6 mg/hari.
Risperidone menjadi obat lini pertama dalam pengobatan skizoIrenia karena lebih eIektiI dan
lebih aman daripada obat antagonis reseptor dopaminergik yang tipikal. bat antipsikotik
atipikal dapat mengurangi gejala positiI dan gejala negative yang dialami pasien, yang diduga
kemungkinan skizoIrenia. Mekanisme kerjanya dengan mem-blokade dopamine (dopamine
D2 receptor antagonists) dan terhadap serotonin 5 H%2 receptors pada reseptor pasca
sinaptik neuron di otak khususnya di system limbic dan ekstrapiramidal sehingga disebut juga
serotonin-dopamine antagonists.
Pengatuan dosis diperlukan sehingga tidak begitu mengganggu kualitas hidup pasien. Mulai
dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran, dinaikkan setiap 2-3 hari sampai
mencapai dosis efektif (mulai timbul peredaran Sindrom Psikosis) dievaluasi setiap 2
minggu dan bila perlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12 minggu
(stabilisasi) diturunkan setiap 2 minggu dosis maintenance dipertahankan 6 bulan
sampai 2 tahun (diselingi 'drug holiday 1-2 hari/minggu) tapering oII (dosis diturunkan
tiap 2-4 minggu) stop.

Terapi Psikososial
O Terapi perilaku
Latihan keterampilan perilaku melibatkan penggunaan kaset video orang lain dan
pasien, permainan simulasi (role playing) dalam terapi, dan pekerjaan rumah tentang
keterampilan yang telah dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi Irekuensi
maladaptive pasien dan persepsi yang tidak akurat. Dalam kasus ini, pada Conny terjadi
penarikan diri, terlihat bicara sendiri, derealisasi dan depersonalisasi.

O Terapi berorientasi-keluarga
Dari sejumlah penelitian terapi keluarga adalah eIektiI untuk menurunkan relaps.
%erapi keluarga dapat diarahkan untuk menurunkan stress dan mengatasi masalah dan
pelibatan kembali pasien ke dalam aktivitas. Dalam kasus ini, sebaiknya Conny dibawa
pulang ke rumah atau didekatkan ke keluarganya, tidak dibawa ke luar kota. Karena setelah
dibawa ke luar kota, keadaan Conny semakin memburuk.

O Terapi kelompok
%erapi kelompok eIektiI dalam menurunkan isolasi social, meningkatkan rasa
persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien. Karena terapi ini memusatkan pada
rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Dalam kasus ini, Conny ada
hendaya berat dalam menilai realita sehingga terapi ini dibutuhkan.

O Psikoterapi individual
Psikoterapi suportiI dan psikoterapi berorientasi-tilikan membantu terapi
Iarmakologis. %erapi ini membutuhkan ahli terapi. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi
bagi seorang skizoIrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapeutik yang dialami
pasien sebagai aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi,
jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang
diinterpretasikan oleh pasien.

F. PROGNOSIS

O Ad Vitam, : Ad bonam
karena belum ada gangguan organik.
O Ad Sanationam: : Ad malam,
karena pasien-pasien skizoIrenia tidak akan sembuh sempurna dan akan diderita seumur
hidup.
O Ad Functionam: : Dubia ad bonam,
karena sudah terjadi gangguan kejiwaan namun belum terjadi gangguan Iungsi otak.

Prognosis pada pasien skizoIrenia pada umumnya dinilai cukup baik jika onset lebih
cepat, pemicu atau stressor yang menyebabkan gangguan kejiwaan pada pasien diketahui,
sejarah premorbid yang baik, dan ada dukungan dari keluarga.

























A III
PEMAHASAN



INFORMASI YANG KURANG


SKIZOFRENIA
Definisi
SkizoIrenia berasal dari bahasa Yunani, 'schizeinyang berarti 'terpisahatau 'pecah, dan
'phren yang artinya 'jiwa. Pada skizoIrenia terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara
aIeksi, kognitiI dan perilaku. Secara umum, simptom skizoIrenia dapat dibagi menjadi tiga
golongan: yaitu simptom positiI, simptom negative, dan gangguan dalam hubungan
interpersonal.
SkizoIrenia merupakan suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui)
dan perjalanan penyakit (tak selalu bersiIat kronis atau 'deteriorating) yang luas, serta
sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, Iisik, dan sosial
budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang Iundamental dan karakteristik dari
pikiran dan persepsi , serta oleh aIek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted).
Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap
terpelihara, walaupun kemunduran kognitiI tertentu dapat berkembang kemudian.
Menurut ugen Bleuler, skizoIrenia menandakan adanya perpecahan (schism) antara pikiran,
emosi, dan perilaku pada pasien yangterkena. Untuk lebih menjelaskan teorinya tentang
perpecahan mental internal pada pasien yang terkena, Bleuler menggambarkan gejala
Iundamental/ primer spesiIik untuk skioIrenia, termasuk suatu gangguan pikiran yang
ditandai dengan gangguan Asosiasi (menurut Bleuler, 'asosiasi menjadi diskontinyu),
khususnya kelonggaran asosiasi; gangguan AIektiI (menurut Bleuler 'perubahan/ perbedaan
pada semua hal), Autisme (terputus dari kenyataan), dan Ambivalensi (dari aIek dan
keinginan) (mpat A)
1
. Bleuler juga menggambarkan gejala pelengkap (sekunder), yang
termasuk halusinasi dan waham.
Perbandingan dengan kasus : Pada pasien bernama Conny, ditemukan baik gejala
Iundamental, yang dapat dilihat dari ketidakserasian antara pikiran, perilaku, dan perasaan,
seperti kurang merawat diri, menarik diri dari lingkungan sosial, sulit tidur, dan merasa
semuanya berubah dan juga gejala sekunder berupa halusinasi auditorik (mendengar orang
membicarakan dirinya) dan waham bizar (karena ia menanyakan apakah dunia akan
kiamat?`)

Epidemiologi
Sekitar satu persen penduduk dunia akan mengidap skizoIrenia pada suatu waktu dalam
hidupnya. Di Indonesia diperkirakan satu sampai dua persen penduduk atau sekitar dua
sampai empat juta jiwa akan terkena penyakit ini. Bahkan sekitar sepertiga dari sekitar satu
sampai dua juta yang terjangkit penyakit skizoIrenia ini atau sekitar 700 ribu hingga 1,4 juta
jiwa kini sedang mengidap skizoIrenia. Perkiraan angka ini disampaikan Dr LS Chandra,
SpKJ dari Sanatorium Dharmawangsa Jakarta Selatan. Berikut merupakan epidemiologi
Iaktor-Iaktor yang berhubungan dengan kejadian skizoIrenia:

- Usia dan Jenis Kelamin
%iga per empat dari jumlah pasien skizoIrenia umumnya dimulai pada usia 16 sampai 25
tahun pada laki-laki. Pada kaum perempuan, skizoIrenia biasanya mulai diidap pada usia 25
hingga 30 tahun. Penyakit yang satu ini cenderung menyebar di antara anggota keluarga
sedarah. 90 persen pasien yang menjalani pengobatan skizoIrenia adalan antara umur 15-55
tahun.
Perbandingan dengan kasus : Pada kasus ini, Conny berumur 17 tahun, dimana umurnya
berada pada kisaran umur pasien yang mengalami skizoIrenia.
- Musim Kelahiran
Di belahan bumi utara, orang skizoIrenik lebih sering dilahirkan dari bulan Januari sampai
April, sedangkan di belahan bumi selatan, orang skizoIrenik lebih sering dilahirkan pada
bulan Juli-September. Hipotesis yang didapatkan dilihat dari musim kelahiran pasien
skizoIrenik ini adalah bahwa suatu Iaktor risiko spesiIik musim adalah bekerja, sepeti virus
atau perubahan musiman dalam makanan. Hipotesis lain adalah orang yang memiliki
predisposisi genetik untuk skizoIrenia mempunyai suatu keuntungan biologis yang lebih
tinggi untuk bertahan hidup terhadap bahaya yang spesiIik musim.
- Distribusi GeograIis
Beberapa daerah geograIis di dunia mempunyai prevalensi skizoIrenia yang tinggi secra tidak
biasanya. Beberapa ahli telah menginterpretasikan kantung geograIis untuk skizoIrenia
tersebut sebagai dukungan untuk penyebab inIektiI (misalnya virus) dari skizoIrenia.
- Penyakit Medis
rang skizoIrenik mempunyai angka mortalitas dari kecelakaan dan penyebab alami lebih
tinggi daripada populasi umum. Hingga 80 persen dari semua pasien skizoIrenik mempunyai
penyakit medis yang signiIikan yang terjadi bersama-sama dan sampai 50 persen keadaan
tersebut mungkin tidak terdiagnosis.
- Bunuh Diri
Bunuh diri adalah penyebab umum kematian di antara pasien skizoIrenik, sebagian karena
klinisi masih cenderung menghubungkan bunuh diri dengan gangguan mood daripada
gangguan psikotik. Faktor risiko utama untuk bunuh diri adalahgejala depresiI, usia yang
muda, dan tingkat Iungsi premorbid yang tinggi (khususnya pendidikan perguruan tinggi).
Kelompok tersebut menyadari bahwa kehancuran yang cukup berarti dari penyakitnya lebih
daripada kelompok skizoIrenik lainnya dan mungkin melihat bunuh diri sebagai alternatiI
beralasan.
Perbandingan dengan kasus : Pada pasien dalam kasus ini, ia pernah melakukan percobaan
bunuh diri dengan memotong urat nadi di tangannya, hal ini mungkin dapat disebabkan oleh
3 Iaktor risiko yang telah disebutkan diatas.


- Hubungan dengan Penyalahgunaan Zat
Lebih dari / pasien skizoIreni mengisap rokok dibandingkan dengan kurang dari pasien
psikiatrik keseluruhan. Beberapa penelitian melaporkan bahwa mengisap rokok adalah
berhubungan dengan penggunaan obat antipsikotik dosis tinggi, mengisap rokok
mempercepat kecepatan metabolisme obat-obat tersebut.
- Iek Populasi
Iek kepadatan populasi adalah konsisten dengan pengamatan bahwa insidensi skizoIrenia
pada anak-anak dari salah satu atau kedua orangtua skizoIrenik adalah dua kali lebih tinggi di
kota-kota daripada pedesaan. Pengamatan tersebut menyatakan bahwa stressor sosial di
lingkungan perkotaan mungkin mempengaruhi perkembangan skizoIrenia pada orang yang
berada dalam risiko.
- Pertimbangan Kultural dan Sosioekonomi
Di negara industri sejumlah yang tidak seimbang pasien sizoIrenik berada dalam kelompok
sosioekonomi rendag. Pengamatan tersebut telah dijelaskan oleh hipotesis pergeseran bawah
(downward driIt hypothesis), yang menyatakan bahwa orang yang terkena bergeser ke
kelompok sosioekonomi yang lebih rendah atau gagal keluar dari kelompok sosioekonomi
rendah karena penyakitnya. Beberapa penelitian melaporkan prevalensi skizoIrenia yang
tinggi diantara imigran baru, dan temuan tersebut telah melibatkan perubahan kultural yang
mendadak sebagai suatu stresor yang terlibat dalam penyebab skizoIrenia.
Perbandingan dengan kasus : Pada pasien bernama Conny, mungkin pernyataan
orangtuanya yang pernah mengajak Conny berlibur di tempat baru juga dapat memperburuk
keadaan Conny karena ia harus menyesuaikan diri dengan budaya baru di tempat baru
tersebut, dan hal itu mungkin merupakan salah satu stressor.




Etiologi
SkizoIrenia kemungkinan merupakan suatu kelompok gangguan dengan penyebab yang
berbeda dan secara pasti memasukkan pasien yang gambaran klinisnya, respons
pengobatannya, dan perjalanan penyakitnya adalah bervariasi.
- Model Diatesis-Stres
Integrasi Iaktor biologis dan Iaktor psikososial dan lingkungan. Model ini mendalilkan bahwa
seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesiIik yang jika dikenai suatu pengaruh
lingkungan menimbulkan stres.
- Faktor Biologis
O Prinsip riset umum: rancangan dasar dalam riset biologis pada skizoIrenia adalah untuk
mengukur beberapa variabel biologis dalam suatu kelompok pasien skizoIrenik dan dalam
kelompok orang sakit bukan psikiatrik dan pasien psikiatrik nonskizoIrenik.
O Integrasi teori biologis: daerah otak utama yang terlibat dalam skizoIrenia adalah struktur
limbik, lobus Irontalis, dan ganglia basalis. %alamus dan batang otak juga terlibat karena
peranan talamus sebagai oengintegrasi dan kenyataan bahwa batang otak dan otak tengah
adalah lokasi utama bagi neuron aminergik asenden.
O Hipotesis dopamin: menyatakan bahwa skizoIrenia disebabkan dari terlalu banyaknya
aktivitas dopaminergik. %eori dasar tidak memperinci apakah hiperaktivitas dopaminergik
adalah karena terlalu banyaknya pelepasan dopamin, reseptor dopamin, atau kombinasi
keduanya. %eori dasar juga tidak menyebutkan apakah jalur dopamin di otak mungkin
terlibat, walaupun jalur mesokortikal dan mesolimbik sering terlibat. euron dopaminergik di
dalam jalur tersebut berjalan dari badan selnya di otak tengah ke neuron dopaminoseptiI di
sistem limbik dan korteks serebral. Reseptor dopamin tipe I (D1) yang berhubungan dengan
reseptor D5 mungkin terlibat dalam gejala negatiI. Dalam cara yang sama, reseptor dopamin
tipe 3 dan 4 (D3 dan D4) berhubungan dengan reseptor D2 dan akan merupakan sasaran
penelitian karena agonis dan antagonis spesiIik adalah dikembangkan untuk reseptor tersebut.
O eurotransmiter lainnya:
Serotonin: aktivitas serotonin berperan dalam perilaku bunuh diri dan impulsiI yang juga
dapat ditemukan pada pasien skizoIrenik. Selain itu antagonis reseptor serotonin tipe 2 (5-
H%2) disadari penting untuk menurunkan gejala psikotik dan gangguan pergerakan
berhubungan dengan antagonisme D2.
orepineIrin: beberapa data menyatakan bahwa sistem noradrenergik memodulasi sistem
dopaminergik dalam cara tertentu sehungga kelainan sistem noradrenergik
mempredisposisikan pasien untuk sering relaps.
Asam amino: neurotransmitter asam amino inhibitor GABA juga terlibat dalam patoIisiologi
skizoIrenia. Data yang tersedia juga konsisten dengan hipotesis bahwa beberapa pasien
dengan skizoIrenia mengalami kehilangan neuron GABA-ergik didalam hipokampus.
Hilangnya neuron inhibitor GABA-ergik secara teoritis dapat menyebabkan hiperaktivitas
neuron dopaminergik dan noradrenergik.
O europatologi
Sistem limbik: karena peranannya dalam mengendalikan emosi, telah dihipotesiskan terlibat
dalam dasar patoIisiologis untuk skizoIrenia. Pada penelitian sampel otak skizoIrenik
postmortem ditemukan suatu penurunan ukuran daerah termasuk amigdala, hipokampus dan
girus parahipokampus.
Ganglia basalis: banyak pasien memiliki pergerakkan aneh tanpad adanya gangguan
pergerakkan akibat medikasi, karena ganglia basalis terlibat dalam pergerakan, dengan
demikian patologi pada ganglia basalis dilibatkan dalam patoIisiologi skizoIrenia. Ganglia
basalis juga terlibat dalam kelainan psikosis pada pasien. Selain itu, kerusakkan pada ganglia
basalis mempengearuhi lobus Irontalis sehingga menimbulkan kelainan pada lobus Irontalis
pada pemeriksaan pencitraan otak.
O lektroIisiologi
Penelitian elektroenseIalogragi (G) pada pasien skizoIrenia menunjukkan bahwa sejumlah
besar pasien mempunyai rekaman yang abnormal, peningkatan kepekaan terhadap prosedur
aktivasi, penurunan aktivitas alIa, peningkatan aktivitas teta dan delta, kemungkinan aktivitas
epileptiIormis yang lebih dari biasanya, dan kemungkinan kelainan sisi kiri yang lebih
banyak dari biasanya.
- Genetik
%elah banyak penelitian yang memastikan bahwa pengarus genetik sanat besar pada pasien
skizoIrenia. Kemabr monozigot memiliki angka kesesuaian yang tertinggi. Penelitian yang
mutakhir telah menemukan bahwa pertanda kromosom yang berhubungan dengan skizoIrenia
adalah kromosom 5,11 dan 18 pada bagian lengan panjang dan kromosom 19 pada bagian
lengan pendek, dan yang paling sering dilaporkan adalah terjadi pada kromosom X. Pada
skizoIrenia kromososm-kromosom ini mengalami kelainan yaitu saat mengkode dapat terjadi
kekacauan seprti translokasi.

- Faktor Psikososial

O %eori Psikoanalitik

%eori psikoanalitik mengemukakan bahwa gejala skizoIrenia mempunyai arti simbolik bagi
pasien individual. Misalnya, Iantasi tentang dunia akan berakhir mungkin menyatakan suatu
perasaan bahwa dunia internal seseorang telah mengalami kerusakan. Perasaan kebesaran
dapat mencerminkan narsisme yang direaktivasi dimana orang percaya bahwa mereka adalah
maha kuasa.

O %eori Psikodinamik

Dasar dari teori dinamia adalah untuk mengerti dinamika pasien dan untuk mengerti makna
simbolik dari gejala. %eori ini menganggap bahwa hipersensitivitas terhadap stimuli persepsi
yang didasarkansecara kontitusional sebagai suatu deIisit. Pendekatan psikodinamika
berdasar bahwa gejala psikotik punya arti pada skizoIrenia.


Diagnosis
Dalam PPDGJ III skizoIrenia terbagi menjadi :
a. SkizoIrenia Paranoid
b. SkizoIrenia HebeIrenik
c. SkizoIrenia Katatonik
d. SkizoIrenia tak terinci
e. Depresi pasca skizoIrenia
I. SkizoIrenia Residual
g. SkizoIrenia Simplek
h. SkizoIrenia lainnya
i. SkizoIrenia tak tergolongkan
2


Dari sekian banyak tipe skizoIrenia, menurut hasil diskusi mengenai kasus ini, kemungkinan
tipe skizoIrenia pada Conny adalah skizoIrenia HebreIenik, maka pada studi kasus ini akan
dibahas lebih lanjut mengenai SkizoIrenia HebeIrenik.
- Pengertian
SkizoIrenia HebeIrenik adalah permulaannya perlahan-lahan atau subakut, sering timbul pada
masa remaja (antara usia 15-25 tahun), gejala yang dominan adalah ganguan proses pikir,
gangguan kemauan, adanya deIersonalisasi, gangguan psikomotor, neologisme, atau perilaku
kekanak-kanakan, waham dan halusinasi.
- %anda dan Gejala
O Reaksi sikap dan tingkah laku yang tidak logis, suka tertawa-tawa, kemudian menangis,
sangat irritable atau muah tersinggung sering disertai sendirian dan penuh kemarahan.
O %erjadi kemunduran psikis, kekanak-kanakan, perasaan tumpul dan tidak logis.
O Pikiran melantur, muka (grimasem) tanpa aa stimulus, halusinasi.
O Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya, hal ini
dapat dilihat dari kata-kata yang diucapkan tidak ada hubungannya satu dengan yang lain.
O Alam perasaaan (mood aIIect) yang datar tanpa ekspresi serta yang menunjukan rasa puas
diri, atau senyum yang hanya dihayati sendiri.
O aham tidak jelas dan tidak sistematis (terpecah-pecah) tidak terorganisir sebagai suatu
kekuatan.
- Pedoman Diagnostik SkizoIrenia HebeIrenik (PPDGJ III, Kode F 20.1)
O Memenuhi kriteria umum diagnosa skizoIrenia
O Ditegakan pada usia remaja atau dewasa muda (15-25 tahun)
O Kepribadian premorbid menunjukan ciri-ciri khas pemalu dan senang menyendiri.
O Untuk meyakinkan diperlukan pengamatan selama 2-3 bulan untuk memastikan gambaran
lihat yang bertahan, antara lain perilaku yang tidak bertanggungjawab dan tidak dapat di
ramalkan, kecenderungan untuk selalu menyendiri, dan perilaku tanpa tujuan dan perasaan :
AIek dangkal dan tidak wajar.
Proses pikir mengalami disorganisasi dan topik pembicaraan tidak menentu (inkoheren).
Gangguan aIektiI dan dorongan kehendak serta gangguan proses pikir umumnya menonjol.
Halusinasi dan waham biasanya ada tetapi tidak menonjol.

A IV
DAFTAR PUSTAKA

Maslim R. Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik. 3
rd
Ed. 1akarta : FK
Unika Atma 1aya. 2007. p. 14-19

Kaplan H, Sadock , Grebb 1. $inopsis psikiatri ilmu pengetahuan perilaku psikiatri
klinis. Tangerang : inarupa Aksara Publisher. 2010. p. 737-43




















A V

KESIMPULAN
SkizoIrenia adalah diagnosis psikiatri yang menggambarkan gangguan mental yang
ditandai oleh kelainan dalam persepsi atau ungkapan realitas. Distorsi persepsi dapat
mempengaruhi semua lima indera, termasuk penglihatan, pendengaran, rasa, bau dan
sentuhan, tapi paling sering bermaniIestasi sebagai halusinasi pendengaran, delusi paranoid
atau aneh, atau pidato teratur dan berpikir dengan disIungsi sosial atau pekerjaan yang
signiIikan. Pada kasus wanita muda yang datang dengan keluhan sulit tidur dan merasa
bingung ini, berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan status mental, kemungkinan
mengalami SkizoIrenia. Prognosis pada pasien ini : vitamnya baik, kekambuhan buruk, dan
Iungsionamnya ragu mengarah ke baik

PENUTUP
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada %uhan Yang Maha sa atas rahmat dan anugerah-
ya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah
hasil diskusi kami ini dengan judul 'Seorang Siswi SMA yang Mengalami Gangguan %idur
dan Kebingungan
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih atas dukungan,
penunjuk, saran, pendapat, bimbingan dan kesempatan yang diberikan selama penulisan
makalah ini. Ucapan terimakasih tersebut penulis tujukkan kepada:
1. ProI. DR. Julius . Surjawidjaja, Sp.MK, selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas
%risakti
2. ??????selaku koordinator dan penanggung jawab modul organ M
3. ????? selaku sekretaris modul organ M
4. ???? selaku tutor kami
5. Seluruh dosen yang telah memberi bimbingan dan pengarahan dalam penulisan makalah ini.
. %eman teman yang telah banyak membantu dan memberi masukan serta pendapatnya serta
semua pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah mendukung
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan makalah ini. leh karena
itu penulis sangat menghargai dan berterimakasih untuk saran dan kritik yang bersiIat
membangun dan mendorong ke arah pengembangan penulisan makalah ini lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai