Anda di halaman 1dari 10

MAkALAP

SlkCLCCl 8LLA!A8
uosen Ldwln llrman S
MAnlvLS1ASl 8LLA!A8
Cleh kelompok 1lWuA8l dan MAS?Puul
SemesLer v
lak/[ur 1arblyah/ Al
lnS1l1u1 ul8CSA1 lSLAMl?AP ALAMlLn 8LnuuAn
SuMLnL MAuu8A
20102011
BAB I
PENDAHULUAN
Dahulu kala manusia beranggapan bahwa apa yang terjadi pada alam selalu
dikait-kaitkan dengan perbuatan Tuhan. Gunung meletus dikaitkan dengan kemarahan
Tuhan, banjir bah dikatakan sebagai kemurkaan Tuhan, dan apa saja bencana alam
selalu Tuhan yang dituduh sebagai pelaku utama sementara dalam kitab suci umat
slam diajarkan teori sebab-akibat Jangan dikatakan mereka tidak tahu, karena
pengetahuan masa kini adalah buah karya mereka orang-orang terdahulu, kemajuan
teknologi pada era ini adalah pengembangan teori-teori yang mereka kemukakan dan
peradaban-peradaban yang mereka miliki. Thomas Alfa Edison, setelah seribu kali
gagal barulah ia berhasil menemukan bola pijar, kemudian berkembang dan terus
berkembang sampai sekarang sehingga kita kenal bohlamp, lampu suar, lampu lilin,
lampu hemat energi (energy saver). Dari pesawat baling-baling berkembang menjadi
pesawat tempur, dari mesin ketik berkembang menjadi sebuah komputer, dan
sebagainya.tulah yang kita sebut dengan sebuah manifestasi. Kenapa dunia barat
lebih maju (dalam satu sisi) daripada dunia slam ?. Salah satu jawaban sederhana
adalah karena mereka benar-benar menerapkan manifestasi belajar, tidak seperti dunia
kita (dunia slam). Tapi sebaliknya, dunia slam juga melakukan manifestasi belajar,
akan tetapi lebih dominan ke dunia akhlak yang matlamat akhirnya adalah ?? ??????
???? , maka ada keseimbangan dunia, dunia barat adalah dunia ini dan dunia slam
adalah dunia akherat.
Pembahasan manifestasi belajar berikut ini akan membuka cakrawala berpikir kita,
bagaimana semestinya kita bersikap terhadap anak atau anak didik, terhadap ilmu
pengetahuan, terhadap sosial, terhadap lingkungan, terhadap politik, terhadap
pemerintah, terhadap keluarga, dan terhadap apa saja yang kita hadapi. Jelasnya tidak
bisa tidak harus melalui sebuah proses belajar yang benar supaya manifestasi yang
diperoleh pun manifestasi yang benar.





BAB II
PEMBAHASAN
Manifestasi adaIah : 1. perwujudan sebagai suatu pernyataan perasaan atau
pendapat: Tindakannya itu sebagai suatu manifestasi kemarahan hatinya. 2.
Perwujudan atau bentuk dari sesuatu yang tidak kelihatan: Negara Kesatuan Republik
ndonesia merupakan manifestasi cita-cita bangsa. Akan tetapi manifestasi belajar
berarti sebuah pernyataan atau perwujudan yang diperoleh sebagai reaksi dari sebuah
proses belajar karena proses belajar (yang benar ataupun yang tidak benar) tetap akan
membuahkan sebuah hasil. Hasil inilah yang disebut sebagai manifestasi belajar. Lebih
lanjut perlu dibahas pengertian belajar menurut para ahli.
Berikut ini pendapat-pendapat para ahIi tentang pengertian beIajar:
a) Cronbach di dalam bukunya Educatinal Psychology (1954: 47) menyatakan bahwa:
learning is shown by a change in behaviour as aresult of experience. Jadi menurut
Cronbach belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam
mengalami itu si pelajar mempergunakan panca inderanya.
b) Harold Spears (1955: 94) menyatakan bahwa: learning is to observe, to read, to
imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.
c) McGeoh (dalam Skinner, 1958: 109) menyatakan bahwa: learning is a change in
performance as a result of practice.
d) Hilgard (1948: 4) menyatakan bahwa: learning is the process by which an actifity
originates or is changed through training procedures (whether in the laboratory or in the
natural environment) as distinguished from change by factors not attrivbutable to
learning.
e) Stern dalam bukunya Allgemenie Psychologie (1950: 313) menyatakan bahwa:
"Learn ist kenntniswerb durch wiedurholte Darbeitungen, yang dalam arti luarnya juga
meliputi der Ansugnung neur Fertigkeiten durch Wiederholung die Rede.
Disamping itu belajar menurut Rosleny Marliani, M.Si, dapat didefinisikan sebagai
perubahan yang relatif permanen pada prilaku yang terjadi akibat latihan; perubahan
prilaku yang terjadi karena maturasi (bukan latihan), atau pengondisian sementara
waktu organisme (seperti kelelahan atau akibat obat) tidak dimasukkan. Kasus-kasus
belajar dapat dibedakan kedalam empat jenis yaitu sebagai berikut:
Habituasi, proses belajar yang paling sederhana, dimaksudkan sebagai belajar
untuk mengabaikan stmulus yang menjadi familiar dan tidak memiliki konsekwensi
serius, misalnya belajar mengabaikan bunyi detik jam baru. Pengondisian klasik dan
pengendalian operan melibatkan pembentukan asosiasi. Artinya, belajar bahwa
peristiwa tertentu terjadi bersama-sama. Dalam pengondisian klasik, suatu organisme
belajar bahwa peristiwa terjadi setelah peristiwa lain, misalnya bayi melihat payudara
diikuti dengan rasa air susu. Pengondisian operan. Dalam pengondisian operan, suatu
organisme belajar bahwa suatu respon akan diikuti oleh urutan tertentu. Sebagai
contoh, anak kecil yang memikul saudaranya akan diikuti oleh larangan dari orang
tuanya. Belajar kompleks melibatkan sesuatu, selain pembentukan asosiasi. Contoh
menerapkan suatu strategi saat memecahkan masalah, mengonstruksi peta mental
lingkungan seseorang (Rita L. Atkinson, Richad, Edward, Daril, jilid , t.t., 420). Menurut
jang Permana Sidik, seorang siswa yang telah mengalami perbuatan belajar akan
ditandai dengan adanya perubahan pola-pola sambutan dan tingka laku individu.
Perubahan ini merupakan manifestasi perbuatan belajar, ini berarti bahwa seseorang
yang telah mengalami perubahan tingkah lakunya secara keseluruhan. Perubahan itu
meliputi beberapa hal, yaitu:
a. Kebiasaan
b. Keterampilan
c. Pengamatan
d. Berpikir asosiatif dan daya ingat
e. Berpikir rasional
f. Sikap
g. nhibisi
h. Apresiasi
i. Tingkah laku afektif
Rosleny Marliany berpendapat lain, menurut dia, perubahan adalah suatu
pengertian yang paling penting dari substansial belajar di mana perubahan-perubahan
itu diartikulasikan ke dalam kehidupan konkret manusia. Perubahan-perubahan yang
dimaksud ialah
a) Bodoh menjadi pintar
b) Merangkak menjadi berdiri
c) Berdiri menjadi berjalan
d) Berjalan menjadi berdiri
e) Hafal menjadi mengerti
f) Mengerti menjadi paham
g) Paham menjadi cerdas
h) Gagap menjadi trampil
i) Pasif menjadi aktif.
Akan tetapi, perubahan-perubahan tersebut di atas akan terealisasikan apabila proses
belajar sesuai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a) Proses pelatihan
b) Pemberian pengalaman baru
c) Pengolahan daya pikir
d) Perubahan tingkah laku
e) nteraksi dengan lingkungan baru
f) Aktifitas penalaran atau kognisi
g) Penerapan pengetahuan secara praktis
h) Perbaikan cara pandang
i) Perwujudan kecerdasan ke dalam bentuk pergaulan atau tingkah laku pribadi.
Pendapat yang dikemukakan jang Permana Sidik lebih spesifik untuk dibahas karena
lebih terarah dan berurutan. Maka pembahasan tentang manifestasi ini akan
mengemukakan pendapat-pendapat para ahli.
Kebiasaan
Kebiasaan adalah suatu cara bagi individu untuk bertindak. Kebiasaan terjadi secara
otomatis pada diri individu tanpa harus berfikir terlebih dahulu. Kebiasaan merupakan
suatu hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar. Artinya setiap individu yang telah
mengalami suatu proses belajar akan terlihat dalam kebiasaan sehari-harinya.
Misalnya seseorang yang belajar mengetik, proses selama belajar mengetik akan
membentuk suatu kebiasaan tersendiri dalam hal mengetik pada pribadi yang
melakukan pembelajaran itu. a akan mengetik dengan menggunakan sepuluh jari.
Mengetik dengan sepuluh jari merupakan suatu kebiasaan yang diperoleh setelah
proses belajar.
Kebiasaan diperoleh semenjak seseorang masih bayi. Untuk itu orang tua dan guru
bertugas untuk menanamkan kebiasaan yang baik pada anak dan anak didiknya.
Pepatah melayu mengatakan "ala bisa karena biasa, betapa penting pembiasaan
terhadap pribadi anak dan anak didik karena kebiasaan akan melahirkan kebisaan
(kemampuan).
Kalau anak diajarkan berdo'a dan dididik berdo'a setiap kali akan makan maka ia akan
terbiasa berdo'a sebelum makan tanpa disuruh atau diperingatkan. Sebagai pendidik
hanya perlu melakukan penambahan dan pengayaan do'a-do'a yang leinnya sehingga
The and of rich-nya adalah dia akan menjadi juru do'a yang handal bila mana dan di
mana pun dia berada. Dia akan terampil dalam berdo'a dan membaca do'a.
KeterampiIan
Berbeda dengan kebiasaan, keterampilan merupakan kegiatan-kegiatan yang bersifat
neuromuscular, artinya kegiatan yang dilakukan dengan kesadaran yang tinggi. Oleh
karena itu memerlukan kesadaran intelektual yang tinggi. Keterampilan sangat erat
kaitannya dengan kegiatan motorik. Karenanya sering disebut juga sebagai
keterampilan motoris atau sensory motor type of skill.
Kegiatan mengendarai mobil, melukis, dan menjahit merupakan contoh dari kegiatan ini
dan kesemuanya memerlukan koordinasi gerakan atau koordinasi sensoris motoris
yang tinggi. Ciri-ciri terampil tidaknya seseorang dalam melakukan sesuatu kegiatan
adalah:
a. Ketelitian, yang ditandai dengan jumlah kesalahan minimum
b. Koordinasi system respons yang harmonis
c. Kecepatan, yang ditandai dengan lamanya waktu yang diperlukan dalam
menyelesaikan suatu kegiatan dengan tingkat kesalahan minimum dengan kata lain
tidak asal-asalan. Sebagai contoh adalah seseorang yang memiliki keterampilan
bermain guitar. Kita dapat melihat ketelitian dan kepiawaiannya dalam memetik dawai-
dawai guitar dan memindahkan jemari tangannya dari satu kunci ke kunci yang lain
sebagai bentuk dari system koordinasi harmonis.
3 Pengamatan
Pengamatan adalah satu bentuk belajar yang dilakukan oleh manusia. Pengamatan
merupakan sebuah proses penangkapan dan penterjemahan pesan yang ada pada
stimuli melalui alat indra. Pengamatan adalah salah satu hal yang penting dalam proses
belajar karena pengamatan akan memunculkan definisi. Jika pengamatan yang
dilakukan salah maka definisi yang dimunculkan pun pasti salah.
Pengamatan dimulai dari proses diskriminasi dan generalisasi.
Diskriminasi adalah proses untuk membedakan sesuatu sedangkan generalisasi adalah
sebuah pengamatan dengan cara mencari persamaan dari benda-benda yang diamati.
Contoh diskriminasi adalah ketika seorang anak sedang melakukan pengamatan
terhadap suatu warna, ketika ia melihat warna merah maka ia akan membedakannya
dari warna yang lain. a akan memisahkan warna merah dari warna yang lain dan dari
proses diskriminasi itu ia akan mengambil kesimpulan dari pengamatan yang ia
lakukan. Akhirnya ia dapat menyimpulkan apa itu warna merah karena warna merah
ternyata tidak sama dengan warna hijau atau kuning.
Agar pengamatan berjalan dengan baik maka kita memerlukan alat dan media yang
benar dan sesuai sehingga menghasilkan penyimpulan yang tepat dari sebuah
pengamatan yang tepat juga. Hal ini akan melahirkan pola pikir assosiatif dan daya
ingat yang baik.
Berpikir asosiatif dan daya ingatan
Secara sederhana asosisatif dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan untuk
menghubungkan data-data yang telah diperoleh. Contoh dari kemampuan
mengasosiasi seperti menghubungkan antara 17 Agustus dan Hari Kemerdekaan R,
Bandung dan KAA, Hendri Dunant dan Palang Merah Dunia, atau Kremlin dan Rusia.
Proses asosiatif hanya akan terjadi apabila antara data yang dimiliki baik itu yang lama
maupun yang baru memiliki hubungan yang logis.
Menurut Sarlito W. Sarwono, berpikir asosiatif yaitu proses berpikir di mana
suatu ide merangsang timbulnya ide-ide lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir
asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya. Jadi ide-ide itu timbul atau
terasosiasi (terkaitkan) dengan ide sebelumnya secara spontan. Jenis berpikir ini
disebut juga jenis berpikir divergen (menyebar) atau kreatif, umumnya pada para
pencipta, penemu, penggagas dan sebagainya dalam bidang ilmu, seni, pemasaran,
dan sebagainya.
Jenis-jenis berpikir asosiatif adalah:
Asosiasdi Bebas: satu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, yaitu hal
apa saja tanpa ada batasnya. Misalnya, ide tentang makanan dapat merangsang
timbulnya beberapa ide, misalnya tentang restoran, dapur, nasi, anak yatim yang belum
sempat diberi makan, atau apa saja.
Asosiasi Terkontrol: Satu ide tertentu akan menimbulkan ide mengenai hal lain
dalam batas-batas tertentu. Misalnya, ide tentang "membeli mobil, akan merangsang
ide-ide lain, misalnya tentang harganya, pajaknya, pemeliharaannya, mereknya, atau
modelnya. Tetapi, tidak merangsang ide tentang hal-hal lain di luar itu, seperti peraturan
lalu lintas, polisi lalu lintas, mertua yang sering meminjam barang-barang piutang yang
belum ditagih, dan sebagainya.
Melamun: Mengkhayal bebas, sebebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal
yang tidak realistis. Misalnya, berkhayal jadi orang kaya, jadi Superman, atau jadi Putri
Salju. Anak kecil sering kali belum dapat membedakan antara khayalan dan realita
sehinggga kalau dia menceritakan, misalnya tentang sahabat yang ada dalam
khayalannya kepada ibunya, ibu-ibu yang tidak paham akan jiwa anak, sering kali
memarahi anaknya dan menganggapnya sebagai pembohong. Di sisi lain, banyak
temua-temuan penting dalam ilmu pengetahuan yang dimuali dari lamunan. Newton
misalnya, menemukan teori tentang daya tarik bumi setelah ia melamun tentang
mengapa buah apel bisa jatuh sehingga bisa menimpa kepalanya.
Mimpi: de-ide tentang berbagai hal yang timbul secara tidak disadari pada waktu
tidur. Mmimpi ini kadang-kadang terlupakan paada waktu bangun, tetapi kadang-
kadang masih dapat diingat. Mimpi bisa merupakan kilas balik peristitwa-peristiwa masa
lalu, namaun bisa juga berupa harapan-harapan yang tak terpenuhi, atau bahkan tak
bermakna sama sekali. Sigmun Freud, pakar psikoanalisis, menilai mimpi sangat
penting karena berisi dorongan-dorongan dari alam bawah sadar yang tidak
dimunculkan dalam kesadaran karena dilarang oleh "Super-ego. Freud suka menggali
isi mimpi pasien-pasiennya untuk dianalisis dengan menggunakan teknik "analisis
mimpi.
Berpikir Artistik: Merupakan proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan pikiran
sangat diperngaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan
keadaan sekita. Hal ini sering dilakukan oleh para seniman dalam mencipta karya-karya
seninya.
Berpikir asosiatif hanya mungkin terjadi apabila seseorang telah belajar tentang
data yang ia dapatkan, misalnya seseorang hanya akan mengasosiasikan 17 Agustus
dengan Hari Kemerdekaan R, Bandung dengan KAA, Hendri Dunant dengan Palang
Merah Dunia, atau Kremlin dengan Rusia. Selain itu kemampuan berfikir asosiatif juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya materi yang dipelajari, sifat dan bentuk
proses belajar, daya ingatan dan lain-lain.
Selanjutnya daya ingatan juga menjadi manifestasi dalam perbuatan belajar.
Daya ingatan menyimpan informasi dan data yang telah diperoleh selama proses
pembelajaran. Oleh karena itu seyogyanya setiap orang tua atau guru sebagai seorang
pendidik menyampaikan data yang akurat dan benar supaya si anak dapat
mengasosiasikan data dan mengingatnya sebagai sebuah memori yang pada gilirannya
akan diprint-out kembali.
Lebih lanjut Sarlito sarwono W menjelaskan bahwa dalam setiap proses belajar,
fungsi ingatan penting sekali. Mengingat adalah perbuatan menyimpan hal-hal yang
sudah pernah diketahui untuk dikeluarkan dan pada saat lain digunakan kembali.
Proses penyimpanan yang dilakaukan adalah upaya kita mengodekan, menuyimpan,
dan mengeuarkan kembali informasi (Feldman, 2003, 2008). Pemikiran lain yang
beraliran faali, menyatakan ingatan adalah simpanan pola dari sambungan-sambungan
antara neuron-neuron. Bisa dibayangkan bahwa dalam otak seorang dewasa normal
terdapat lima ratus trilyun hinga seribu trilyun sinaps (Foer, 2007).
Berfikir RasionaI
Berfikir rasional merupakan suatu poses berfikir dengan tingkat abstraksi yang tinggi.
Berfikir rasional sering dikaitkan dengan pertanyaan how dan why (bagaimana dan
mengapa). Dalam berfikir rasional seseorang dituntut untuk dapat melihat hubungan
sebab-akibat (teory kausal), menganalisa masalah, menarik generalisasi, menarik
hukum-hukum dan membuat ramalan (prediksi).
Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu:
Pembentukan pengertian; merupakan pengertian logis yang dibentuk melalui tiga
tingkat yaitu: (1) Menganalisa ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis. Objek tersebut
kita perhatikan unsusr-unsurnya satu demi satu. (2) Membanding-bandingkan ciri-ciri
tersebut untuk diketemukan ciri-ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana
yaang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada, mana yang hakiki dan mana yang
tidak hakiki. (3) Mengabstraksikan, yang menyisihkan, membuang, ciri-ciriny tidak
hakiki, menangkap ciri-ciri yang hakiki; misalnya manusia adalah makhluk yang berbudi.
Pembentukan pendapat, yaitu meletakkan hubungan antara dua buah pengertian
atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdeiri dari
pokok kalimat atau subjek dan sebutan atau prediket. Subjek adalah pengertian yang
diterangkan, sedangkan prediket adalah pengertian yang menerangkan; misalnya
rumah itu baru.
Pendapat ada tiga jenis; (1) Afirmatif; yaitu pendapat yang mengayakan, yang
secara tegas menyatakan keadaan sesuatu. (2) Negatif; yaitu pendapat yang
menidakkan, yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya sesuatu sifat pada
suatu hal. (3) Modalitas atau kebarangkalian; yaitu pendapat yang menerangkan
kebarangkalian, kemungkinan-kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal.
Penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan; adalah hasil perbuatan
akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada.
Ada tiga macam keputusan; (1) nduktif; yaitu keputusan yang diambil dari pendapat-
pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum. (2) Deduktif; yaitu keputusan yang
ditarik dari hal umum ke hal yang khusus. (3) Analogis; yaitu keputusan yang diperoleh
dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus
yang telah ada.
Oleh karena itu, berfikir rasional akan sangat berguna dalam memecahkan suatu
masalah (problem solving) karena berfikir rasional selalu mengedepankan objektifitas
dari pada subjektifitas. Sebab, subjektifitas selalu dipengaruhi oleh emosi dan ego yang
berdampak melihat sesuatu dari sudut pandang pribadi. Dalam berfikir rasional hal ini
harus dihindari supaya melahirkan suatu sikap objektif.
Sikap
Sikap yang dimaksud bukanlah sikap yang merupakan definisi dari ranah afektif. Sikap
yang dimaksud adalah sikap ketika siswa menghadapi objek, misalnya sikap ketika
siswa sedang menghadapi suatu masalah. Kegiatan belajar akan mempengaruhi sikap
seseorang dalam menghadapi suatu objek.
Seorang anak yang baru mengenal abjad disuguhkan kepadanya sebuah buku cerita
bergambar, ia lebih konsentrasi pada memahami gambar ketimbang membacanya
karena itulah sikap yang dapat ia lakukan. Berbeda dengan seorang anak yang sudah
mengenal tulis baca, ia lebih cendrung membaca tulisannya untuk memahami isi cerita.
Hal di atas berkaitan dengan pertumbuhan kognitif anak, Piaget membagi stadia kognitif
anak menjadi empat bagian, yaitu:
Stadia sensomotoris (0-2 tahun)
Stadia pra-operasional ((2-7 tahun)
Stadia konkret-operasional (7-11 tahun)
Stadia formal (11 tahun ke atas), pada usia ini seorang anak baru bisa berpikir dalam
bentuk abstrak dan hipotetis.
Sikap peserta didik tidak hanya ditentukan oleh proses belajar yang ia alami di sekolah
saja, tetapi peran aktif orang tua (terutama ibu) juga sangat dominan. Greenspan
menjelaskan bahwa setiap anak akan senantiasa membawa sifat-sifat yang diturunkan
dari orang tuanya melalui gen-gen pembawa sifat (kromoson) yang akan senantiasa
menjadi blue print pertumbuhan dan perkembangannya, namun juga bahwa tumbuh
kembang itu akan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungannya, yaitu pengasuhan dan
pendidikannya.
7 Inhibisi
nhibisi adalah membuang sikap yang tidak berguna ketika seseorang sedang
melakukan interaksi dengan lingkungannya, simpelnya adalah mengendalikan emosi
dari tindakan-tindakan yang idak perlu. Hal ini dilakukan agar seseorang melakukan
tindakan seefektif mungkin. Contohnya adalah ketika seseorang sedang belajar di
dalam kelas, ia bisa memilih mana yang harus dicatat dan mana yang tidak harus.
Sikap inhibisi mendorongnya untuk tidak menulis hal yang dianggap tidak perlu. nhibisi
akan membawa seseorang pada tindakan efektif dan efesien. Dalam proses belajar
berlangsung seorang pendidik hendaklah menanamkan inhibisi ini kepada anak
didiknya karena anak didik hari ini adalah generasi masa depan di mana ia yang
berperan aktif dalam menjalani kehidupan futuris.
Apresiasi
Apresiasi adalah suatu sikap menghargai terhadap sesuatu yang bernilai luhur seperti
nilai agama, tatakrama, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Apresiasi seseorang dapat
ditentukan dari proses belajar seseorang tersebut, misalnya seseorang yang belajar
maksimal untuk melukis akan mengapresiasi nilai suatu lukisan dengan sangat tinggi.
Apalagi kalau lukisan itu adalah sebuah mahakarya seorang maestro seperti Afandi,
atau lukisan itu adalah lukisan klasik yang mempunyai nilai historis dan legendaris.
Betapa kita lihat slam sangat mengapresiasikan "ahlul ilmi dengan kedudukan yang
hanya satu level di bawah kedudukan seorang Nabi; Ulama adalah pewaris para Nabi.
Menurut Nabi tinggi derajat ulama jika dibandingkan dengan ahli ibadah adalah:
Pertama, bagaikan utamanya Nabi dibanding dengan manusia lainnya.

Artinya: "Keutamaan ahli ilmi atas ahli ibadah itu seperti utamanya diriku dengan kalian
semua.
Kedua, bagaikan terangnya bulan purnama dibanding dengan cahaya bintang.


9 Tingkah Laku Afektif
Dalam Taksonomy Bloom ada tiga ranah dalam pendidikan yaitu ranah kognitif, ranah
psikomotorik, dan ranah afektif. Ranah afektif atau sikap akan dibentuk selalu oleh
proses pembelajaran. Bahkan jika ditela'ah ulang sesungguhnya tujuan pendidikan itu
sendiri adalah untuk mendewasakan seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa seorang harus benar-benar memperhatikan perubahan sikap anak didik.
Syamsul Nizar melihat akibat dari pendidikan yang dilaksanakan secara parsial di
ndonesia hanya mampu menciptakan output yang terpecah. Dia mengelompokkan tiga
kelompok besar prototipe output pendidikan parsial;
Pertama, memiliki kemampuan intelektual yang mampu menguasai teknologi
mutakhir, akan tetapi kurang mampu menghayati nilai-nilai luhur agama. Melahirkan
intelek yang haqsil olah keterampilannya kurang memperhatikan nilai-nilai moralitas,
bahkan terkesan untuk memperkaya pribadi atau golongan.
Kedua, memiliki kemampuan intelektual yang mampu menguasai dan
menghayati nilai-nilai luhur ajaran agama, akan tetapi tidak mampu menguasai
teknologi dan dinamika politik yang ada di dalamnya. Melahirkan "ulama yang menjadi
sasaran strategis bagi kepentingan politik untuk "menjustifikasi berbagai kebijakan
pemerintah.
Ketiga, memiliki kemampuan intelektual yang mampu menguasai ajaran agama,
akan tetapi tidak mampu menghayati nilai-nilai luhur sebagai substansi ajaran slam.
Melahirkan "ulama secara keilmuan, tetapi "menggadaikan agama dalam praktek
keseharian.

BAB III
PENUTUP
KesimpuIan
Ciri-ciri perubahan karena proses belajar menurut Syaiful Bahri Djamara (2002;
15) adalah sebagai berikut:
1. Perubahan yang terjadi secara sadar
2. Perubahan yang bersifat positif dan aktif
3. Perubahan yang abadi
4. Perubahan yang bertujuan dan terarah
5. Perubahan pada seluruh tingkah laku.

Saran
Perubahan-perubahan yang dikehendaki dalam belajar diupayakan melalui beberapa
pendekatan. Pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan keteladanan
2. Pendekatan nasihat
3. Pendekatan ganjaran
4. Pendekatan hukuman
5. Pendekatan cerita
6. Pendekatan tradisional
7. Pendekatan instruksional
8. Pendekatan historis
9. Pendekatan sosiologis
10. Pendekatan antropologis
11. Pendekatan cultural
12. Pendekatan plotitis
13. Pendekatan normative
14. Pendekatan fungsionalistik.
Keseluruhan pendekatan di atas tidak bisa lepas dari sebuah pendekatan yang akan
menuntun seseorang ke kutub positif realita kehidupan yaitu "pendekatan agama
karena keberhasilan sebelah pihak membuat seseorang berjalan timpang, ketidak
serasian tangga nada ilmu pengetahuan juga mengakibatkan seseorang menyanyi
dengan irama yang sumbang. Bak bahtera terombang-ambing di tengah samudra
diterpa badai dan gelombang.












DAFTAR KEPUSTAKAAN

Al-Hasyimi, As-Sayyid Ahmad, Mukhtarul Ahaaditsin Nabawiyah Wal Hikamil
Muhammadiyah, Semarang, Toha Putra, t.th
As-Sayyid Nada, Abdul Azizi bin Fathi, Ensiklopedi Adab slam Menurut al-Qur'an dan
as-Sunnah Jilid 2, Jakarta, Pustaka mam Asy-Syafi'i, 2007
Khaubawy, Utsman, Durratun Nashihin Fil Wa'zhi Wal rsyad, Semarang, Toha Putra,
t.th
Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan slam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah Sampai ndonesia, Jakarta Kencana, 2009
Maria van Tiel, Julia, Anakku Terlambat Bicara, Jakarta, Prenada, 2008
Marliany, Rosleny, Psikologi Umum, Bandung, Pustaka Setia, 2010
Sarwono, Sarlito W, Pengantar Psikologi Umum, Jakarta, Rajawali Pers, 2009
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Rajawali Pers, 2010
Suwendi, Konsep Kependidikan KH. M. Hasyim Asy'ari, Jakarta, LeKDiS, 2005

Anda mungkin juga menyukai