Anda di halaman 1dari 22

Mencuri Sholat dan Rizki Suatu ketika Nabi Musa AS berjalan kaki melewati sebuah perkampungan, ia merasa heran

karena kampung tersebut sangat sepi. Rupanya para penduduk kampung berkumpul di suatu tanah lapang. Di depan mereka ada seorang laki-laki yang diikat di sebatang pohon. Waktu ditanya oleh Nabi Musa, Kenapa dia diikat? Mereka menjawab, ''Ya Musa! Inilah laki-laki yang mencuri barang-barang kami. Saat ini kami akan menghukum dia. Karena engkau singgah di sini, maka kami serahkan masalah ini kepadamu supaya engkau bertindak sebagai hakim!'' Nabi Musa menerima tugas tersebut dan berkata ''Baiklah! Bila saya diangkat menjadi hakim, maka ada beberapa hal yang harus kalian lakukan. Yaitu, pertama, silakan semua orang mencari senjata untuk menyakiti pencuri ini.'' Setelah semuanya mendapatkan senjata, Nabi Musa memberi tugas yang kedua, ''Siapkan senjatamu, angkat ke atas dan lemparkan ke tubuh laki-laki itu. Syaratnya yang berhak melemparkan senjatanya adalah mereka yang belum pernah menjadi maling.'' Apa yang terjadi? Setelah ditunggu sampai setengah jam tidak ada satu pun yang bergerak, dan melemparkan senjatanya. Tak lama kemudian majulah seorang kakek sambil berkata, ''Ya Musa! Walaupun kau tunggu sampai satu hari pun, tidak akan ada satu orang pun dari kami yang bereaksi, karena kami semua pernah jadi maling.'' Cerita maling, sekarang ini jarang kita temui seperti cerita maling jaman dulu. Dulu ada yang disebut maling budiman, maling yang megambil harta orang kaya untuk dibagikan kepada orang miskin atau yang tidak punya. Dia sendiri tidak memerlukannya, cukup sekedarnya. Makanya jarwo dhosoke maling itu jupuk amale wong sing ora eling (mengambil barang orang yang lupa diri selalu numpuk numpuk harta). Kalau sekarang kagak ada cerita maling budiman. Semua maling itu jelek. Bahkan saking jeleknya, kalau ketangkap sudah pasti dihajar, digebukin dan kalau perlu dibakar hidup hidup. Ngeri. Sebab maling sekarang bukan lagi sebentuk perlawanan terhadap ketimpangan, tetapi lebih sebagai perilaku dan penyakit sosial masyarakat. Kita banyak menengarai maling, baik yang kelas kakap maupun kelas teri. Bahkan para perompak itu lebih borju hidupnya dan disegani di sekitarnya. Aneh. Tetapi itulah realitanya. Oleh karena itu, jangan sampai kita ini menjadi maling. Tapi sadarkah kita bahwa sebenarnya potensi menjadi maling ada pada diri kita semua? Mana, kok bisa? Inilah faktanya. Pertama, maling sholat. Rasululloh SAW bersabda; Seburuk-buruk pencuri adalah orang yang mencuri shalatnya. Mendengar perkataan ini, para sahabat bertanya: Ya Rasulullah, bagaimana orang mencuri shalatnya itu? Berkata Rasulullah SAW: Yaitu tidak ia sempurnakan ruku'nya dan sujudnya." (HR Ahmad dan Tirmidzi dari Abu Qatadah). Kenapa dikatakan paling jelek? Ini yang jarang kita temukan jawabannya. Karena yang

kita curi adalah hak kita sendiri, tabungan kita sendiri. Umumnya mencuri atau maling itu ya punya orang lain. Tapi dalam sholat justru yang dicuri itu adalah kewajibannya sendiri. Bakal miliknya sendiri nanti di alam sana. Tapi begitu tega justru malah dikemplang sendiri. Kalau banyak cukong yang kalap dengan pencurian kayu, itu biasa. Karena yang diambil adalah bakal milik anak cucunya nanti. Banyak taipan ngemplang BLBI karena dia tahu itu adalah punya negara. Kalau tidak dia yang ambil mungkin orang lain yang dapat. Tapi kalau milik sendiri, tapi dicuri sendiri, sungguhlah keterlaluan namanya. Jadi seolah-olah tidak tahu cara mencuri sampai-sampai punya sendiri dicuri. Kedua, maling rejeki. Bahwa sebagian dari rejeki yang diberikan Allah itu ada infaknya. Dan sebahagian dari apa-apa yang memberi rezki kami, mereka mau menginfakkan. (Q.S Al-Baqoroh : 2). Di ayat lain malahan Allah mengingatkan bahwa pada harta kita ada bagian untuk orang yang meminta-minta, bagian orang-orang fakir dan juga orang miskin. Jadi, ada haknya di harta kita yang harus kita keluarkan. Setiap bulan ramadhan kita diwajibkan mengeluarkan zakat, adalah sebagai bagian dari membersihkan harta. Karena ada hak orang lain didalam rejeki pemberian Allah itu. Jadi kalau kita tidak mengeluarkan, berarti kita telah menahan dan jika benar-benar kita tidak mengeluarkannya dan justru memakainya berarti kita telah mengambil hak orang lain. Dan pengambilan hak orang lain, tak lain adalah maling bukan? Selain itu ada perintah shodaqoh, mengajak makan orang miskin adalah bentuk-bentuk lain agar kita tidak terpolusi dengan virus maling ini. Bahkan, Allah malah mengeluarkan bebungah berupa ganti yang berlimpah jika kita tidak jadi pencuri. Mau infaq, mau zakat dan mau shodaqoh. Hebring kan? Memang kita hidup di jaman yang sulit. Kata orang negeri kita penuh kecurangan dan kekurangan. Banyak maling dan brandal. Janganlah kita terpengaruh untuk menjadi maling secara profesional, rame-rame. Cukuplah kita menjaga agar tidak menjadi sejelek-jeleknya maling, yaitu merampok diri sendiri. Kalau boleh berandai, kita hidup di dalam cerita di atas, apakah kita termasuk orang yang melempar senjata atau diam saja? Mari berhitung kembali dengan harta dan diri kita Assalammualaikum Wr.Wb. Menarik untuk disimak Semoga bermanfaat bagi yg membacanya 20 Rahasia Syaitan (Dialog Iblis vs Rasulullah SAW) Allah SWT telah memerintahkan seorang Malaikat menemui Iblis supay dia menghadap Rasulullah SAW untuk memberitahu segala rahasianya, baik yang disukai maupun yang dibencinya. Hikmatnya ialah untuk meninggikan derajat Nabi Muhammad SAW dan juga sebagai peringatan dan perisai kepada umat manusia.

Maka Malaikat itu pun berjumpa Iblis dan berkata, "Hai Iblis! Bahwa Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar memberi perintah untuk menghadap Rasullullah SAW. Hendaklah engkau buka segala rahasiamu dan apapun yang ditanya Rasulullah hendaklah engkau jawab dengan sebenar-benarnya. Jikalau engkau berdusta walau satu perkataan pun, niscaya akan terputus semua anggota badanmu, uratmu, serta disiksa dengan azab yang amat keras." Mendengar ucapan Malaikat yang dahsyat itu, Iblis sangat ketakutan. Maka segeralah dia menghadap Rasulullah SAW dengan menyamar sebagai orang tua yang buta sebelah matanya dan berjanggut putih 10 helai, panjangnya seperti ekor lembu. Iblis pun memberi salam, sehingga 3 kali tidak juga dijawab oleh Rasulullah SAW. Maka sambut Iblis (alaihi laknat), "Ya Rasulullah! Mengapa engkau tidak mejawab salamku? Bukankah salam itu sangat mulia di sisi Allah?" Maka jawab Nabi dengan marah, "Hai Aduwullah seteru Allah! Kepadaku engkau menunjukkan kebaikanmu? Janganlah mencoba menipuku sebagaimana kau tipu Nabi Adam a.s sehingga keluar dari syurga, Habil mati teraniaya dibunuh Qabil dengan sebab hasutanmu, Nabi Ayub engkau tiup dengan asap beracun ketika dia sedang sujud sembahyang hingga dia sengsara beberapa lama, kisah Nabi Daud dengan perempuan Urya, Nabi Sulaiman meninggalkan kerajaannya karena engkau menyamar sebagai isterinya dan begitu juga beberapa Anbiya dan pendeta yang telah menanggung sengsara akibat hasutanmu. Hai Iblis! Sebenarnya salam itu sangat mulia di sisi Allah azza wajalla, cuma salammu saja aku tidak hendak menjawabnya karena diharamkan Allah. Maka aku kenal baik-baik engkaulah Iblis, raja segala iblis, syaitan dan jin yang menyamar diri. Apa kehendakmu datang menemuiku?" Taklimat Iblis, "Ya Nabi Allah! Janganlah engkau marah. Karena engkau adalah Khatamul Anbiya maka dapat mengenaliku. Kedatanganku adalah diperintah Allah untuk memberitahu segala tipu dayaku terhadap umatmu dari zaman Nabi Adam hingga akhir zaman. Ya Nabi Allah! Setiap apa yang engkau tanya, aku bersedia menerangkan satu persatu dengan sebenarnya, tiadalah aku berani menyembunyikannya." Maka Iblis pun bersumpah menyebut nama Allah dan berkata, "Ya Rasulullah! Sekiranya aku berdusta barang sepatah pun niscaya hancur leburlah badanku menjadi abu." Apabila mendengar sumpah Iblis itu, Nabi pun tersenyum dan berkata dalam hatinya, inilah satu peluangku untuk menyiasati segala perbuatannya agar didengar oleh sekalian sahabat yang ada di majlis ini dan menjadi perisai

kepada seluruh umatku. Pertanyaan Nabi (1): "Hai Iblis! Siapakah sebesar-besar musuhmu dan bagaimana aku terhadapmu?" Jawab Iblis: "Ya Nabi Allah! Engkaulah musuhku yang paling besar di antara segala musuhku di muka bumi ini." Maka Nabi pun memandang muka Iblis, dan Iblis pun menggeletar karena ketakutan. Sambung Iblis, "Ya Khatamul Anbiya! Ada pun aku dapat merubah diriku seperti sekalian manusia, binatang dan lain-lain hingga rupa dan suara pun tidak berbeda, kecuali dirimu saja yang tidak dapat aku tiru karena dicegah oleh Allah. Kiranya aku menyerupai dirimu, maka terbakarlah diriku menjadi abu. Aku cabut iktikad / niat anak Adam supaya menjadi kafir karena engkau berusaha memberi nasihat dan pengajaran supaya mereka kuat untuk memeluk agama Islam, begitu jugalah aku berusaha menarik mereka kepada kafir, murtad atau munafik. Aku akan menarik seluruh umat Islam dari jalan benar menuju jalan yang sesat supaya masuk ke dalam neraka dan kekal di dalamnya bersamaku." Pertanyaan Nabi (2): "Hai Iblis! Bagaimana perbuatanmu kepada makhluk Allah?" Jawab Iblis: "Adalah satu kemajuan bagi perempuan yang merenggangkan kedua pahanya kepada lelaki yang bukan suaminya, setengahnya hingga mengeluarkan benih yang salah sifatnya. Aku goda semua manusia supaya meninggalkan sholat, terbuai dengan makan minum, berbuat durhaka, aku lalaikan dengan harta benda daripada emas, perak dan permata, rumahnya, tanahnya, ladangnya supaya hasilnya dibelanjakan ke jalan haram. Demikian juga ketika pesta yang bercampur antara lelaki dan perempuan. Disana aku lepaskan sebesar-besar godaan supaya hilang peraturan dan minum arak. Apabila terminum arak itu maka hilanglah akal, fikiran dan malunya. Lalu aku ulurkan tali cinta dan terbukalah beberapa pintu maksiat yang besar, datang perasaan hasad dengki hingga kepada pekerjaan zina. Apabila terjadi kasih antara mereka, terpaksalah mereka mencari uang hingga menjadi penipu, peminjam dan pencuri. Apabila mereka teringat akan salah mereka lalu hendak bertaubat atau berbuat amal ibadat, aku akan rayu mereka supaya mereka menangguhkannya. Bertambah keras aku goda supaya menambahkan maksiat dan mengambil isteri orang. Bila kena goda hatinya, datanglah rasa ria, takabur, megah, sombong

dan melengahkan amalnya. Bila pada lidahnya, mereka akan gemar berdusta, mencela dan mengumpat. Demikianlah aku goda mereka setiap saat." Pertanyaan Nabi (3): "Hai Iblis! Mengapa engkau bersusah payah melakukan pekerjaan yang tidak mendatangkan faedah bahkan menambahkan laknat yang besar serta siksa yang besar di neraka yang paling bawah? Hai yang dikutuk Allah! Siapa yang menjadikanmu? Siapa yang melanjutkan usiamu? Siapa yang menerangkan matamu? Siapa yang memberi pendengaranmu? Siapa yang memberi kekuatan anggota badanmu?" Jawab Iblis: "Semuanya itu adalah anugerah daripada Allah Yang Maha Besar juga. Tetapi hawa nafsu dan takabur membuatku menjadi jahat sebesar-besarnya. Engkau lebih tahu bahwa Diriku telah beribu-ribu tahun menjadi ketua seluruh Malaikat dan pangkatku telah dinaikkan dari satu langit ke satu langit yang tinggi. Kemudian Aku tinggal di dunia ini beribadat bersama sekalian Malaikat beberapa waktu lamanya. Tiba-tiba datang firman Allah SWT hendak menjadikan seorang Khalifah di dunia ini, maka akupun membantah. Lalu Allah menciptakan lelaki (Nabi Adam) lalu dititahkan seluruh Malaikat memberi hormat kepada lelaki itu, kecuali aku yang ingkar. Oleh karena itu Allah murka kepadaku dan wajahku yang tampan rupawan dan bercahaya itu bertukar menjadi keji dan kelam. Aku merasa sakit hati. Kemudian Allah menjadikan Adam raja di syurga dan dikurniakan seorang permaisuri (Siti Hawa) yang memerintah seluruh bidadari. Aku bertambah dengki dan dendam kepada mereka. Akhirnya aku berhasil menipu mereka melalui Siti Hawa yang menyuruh Adam memakan buah Khuldi, lalu keduanya diusir dari syurga ke dunia. Keduanya berpisah beberapa tahun dan kemudian dipertemukan Allah (di Padang Arafah), hingga mereka mendapat beberapa orang anak. Kemudian kami hasut anak lelakinya Qabil supaya membunuh saudaranya Habil. Itu pun aku masih tidak puas hati dan berbagai tipu daya aku lakukan hingga Hari Kiamat. Sebelum Engkau lahir ke dunia, aku beserta bala tentaraku dengan mudah dapat naik ke langit untuk mencuri segala rahasia serta tulisan yang menyuruh manusia berbuat ibadat serta balasan pahala dan syurga mereka. Kemudian aku turun ke dunia, dan memberitahu manusia yang lain daripada apa yang sebenarnya aku dapatkan, dengan berbagai tipu daya hingga tersesat dengan berbagai kitab bid'ah dan carut-marut. Tetapi ketika engkau lahir ke dunia ini, maka aku tidak dibenarkan oleh Allah untuk naik ke langit serta mencuri rahasia, kerana banyak Malaikat yang menjaga di setiap lapisan pintu langit. Jika aku berkeras juga hendak

naik, maka Malaikat akan melontarkan anak panah dari api yang menyala. Sudah banyak bala tenteraku yang terkena lontaran Malaikat itu dan semuanya terbakar menjadi abu. Maka besarlah kesusahanku dan bala tentaraku untuk menjalankan tugas menghasut." Pertanyaan Nabi (4): "Hai Iblis! Apakah yang pertama engkau tipu dari manusia?" Jawab Iblis: "Pertama sekali aku palingkan iktikad / niatnya, imannya kepada kafir juga ada dari segi perbuatan, perkataan, kelakuan atau hatinya. Jika tidak berhasil juga, aku akan tarik dengan cara mengurangi pahala. Lama-kelamaan mereka akan terjerumus mengikut kemauan jalanku" Pertanyaan Nabi (5): "Hai Iblis! Jika umatku sholat karena Allah, bagaimana keadaanmu?" Jawab Iblis: "Sebesar-besarnya kesusahanku. Gementarlah badanku dan lemah tulang sendiku. Maka aku kerahkan berpuluh-puluh iblis datang menggoda seorang manusia, pada setiap anggota badannya. Setengah-setengahnya datang pada setiap anggota badannya supaya malas sholat, was-was, terlupa bilangan rakaatnya, bimbang pada pekerjaan dunia yang ditinggalkannya, sentiasa hendak cepat habis sholatnya, hilang khusyuknya - matanya sentiasa menjeling ke kiri kanan, telinganya senantiasa mendengar orang bercakap serta bunyi-bunyi yang lain. Setengah Iblis duduk di belakang badan orang yang sembahyang itu supaya dia tidak kuasa sujud berlama-lama, penat atau duduk tahiyat dan dalam hatinya senantiasa hendak cepat habis sholatnya, itu semua membawa kepada kurangnya pahala. Jika para Iblis itu tidak dapat menggoda manusia itu, maka aku sendiri akan menghukum mereka dengan seberat-berat hukuman." Pertanyaan Nabi (6): "Jika umatku membaca Al-Quran karena Allah, bagaimana perasaanmu?" Jawab Iblis: "Jika mereka membaca Al-Quran karena Allah, maka rasa terbakarlah tubuhku, putus-putus segala uratku lalu aku lari daripadanya." Pertanyaan Nabi (7): "Jika umatku mengerjakan haji karena Allah, bagaimana perasaanmu?" Jawab Iblis: "Binasalah diriku, gugurlah daging dan tulangku karena mereka telah mencukupkan rukun Islamnya."

Pertanyaan Nabi (8): "Jika umatku berpuasa karena Allah, bagaimana keadaanmu?" Jawab Iblis: "Ya Rasulullah! Inilah bencana yang paling besar bahayanya kepadaku. Apabila masuk awal bulan Ramadhan, maka memancarlah cahaya Arasy dan Kursi, bahkan seluruh Malaikat menyambut dengan suka cita. Bagi orang yang berpuasa, Allah akan mengampunkan segala dosa yang lalu dan digantikan dengan pahala yang amat besar serta tidak dicatatkan dosanya selama dia berpuasa. Yang menghancurkan hatiku ialah segala isi langit dan bumi, yakni Malaikat, bulan, bintang, burung dan ikan-ikan semuanya siang malam mendoakan ampunan bagi orang yang berpuasa. Satu lagi kemuliaan orang berpuasa ialah dimerdekakan pada setiap masa dari azab neraka. Bahkan semua pintu neraka ditutup manakala semua pintu syurga dibuka seluas-luasnya, serta dihembuskan angin dari bawah Arasy yang bernama Angin Syirah yang amat lembut ke dalam syurga. Pada hari umatmu mulai berpuasa, dengan perintah Allah datanglah sekalian Malaikat dengan garangnya menangkapku dan tentaraku, jin, syaitan dan ifrit lalu dipasung kaki dan tangan dengan besi panas dan dirantai serta dimasukkan ke bawah bumi yang amat dalam. Di sana pula beberapa azab yang lain telah menunggu kami. Setelah habis umatmu berpuasa barulah aku dilepaskan dengan perintah agar tidak mengganggu umatmu. Umatmu sendiri telah merasa ketenangan berpuasa sebagaimana mereka bekerja dan bersahur seorang diri di tengah malam tanpa rasa takut dibandingkan bulan biasa." Pertanyaan Nabi (9): "Hai Iblis! Bagaimana seluruh sahabatku menurutmu?" Jawab Iblis: "Seluruh sahabatmu juga adalah sebesar - besar seteruku. Tiada upayaku melawannya dan tiada satu tipu daya yang dapat masuk kepada mereka. Karena engkau sendiri telah berkata: "Seluruh sahabatku adalah seperti bintang di langit, jika kamu mengikuti mereka, maka kamu akan mendapat petunjuk." Saidina Abu Bakar al-Siddiq sebelum bersamamu, aku tidak dapat mendekatinya, apalagi setelah berdampingan denganmu. Dia begitu percaya atas kebenaranmu hingga dia menjadi wazirul a'zam. Bahkan engkau sendiri telah mengatakan jika ditimbang seluruh isi dunia ini dengan amal kebajikan Abu Bakar, maka akan lebih berat amal kebajikan Abu Bakar. Tambahan pula dia telah menjadi mertuamu karena engkau menikah dengan anaknya, Saiyidatina Aisyah yang juga banyak menghafadz Hadits-haditsmu. Saidina Umar Al-Khattab pula tidaklah berani aku pandang wajahnya karena dia sangat keras menjalankan hukum syariat Islam dengan seksama. Jika aku

pandang wajahnya, maka gemetarlah segala tulang sendiku karena sangat takut. Hal ini karena imannya sangat kuat apalagi engkau telah mengatakan, "Jikalau adanya Nabi sesudah aku maka Umar boleh menggantikan aku", karena dia adalah orang harapanmu serta pandai membedakan antara kafir dan Islam hingga digelar 'Al-Faruq'. Saidina Usman Al-Affan lagi, aku tidak bisa bertemu, karena lidahnya senantiasa bergerak membaca Al-Quran. Dia penghulu orang sabar, penghulu orang mati syahid dan menjadi menantumu sebanyak dua kali. Karena taatnya, banyak Malaikat datang melawat dan memberi hormat kepadanya karena Malaikat itu sangat malu kepadanya hingga engkau mengatakan, "Barang siapa menulis Bismillahir rahmanir rahim pada kitab atau kertas-kertas dengan dakwat merah, nescaya mendapat pahala seperti pahala Usman mati syahid." Saidina Ali Abi Talib pun itu aku sangat takut karena hebatnya dan gagahnya dia di medan perang, tetapi sangat sopan santun, alim orangnya. Jika iblis, syaitan dan jin memandang beliau, maka terbakarlah kedua mata mereka karena dia sangat kuat beribadat serta beliau adalah golongan orang pertama memeluk agama Islam dan tidak pernah menundukkan kepalanya kepada sembarang berhala. Bergelar 'Ali Karamullahu Wajhahu' - dimuliakan Allah akan wajahnya dan juga 'Harimau Allah' dan engkau sendiri berkata, "Akulah negeri segala ilmu dan Ali itu pintunya." Tambahan pula dia menjadi menantumu, semakin aku ngeri kepadanya." Pertanyaan Nabi (10): "Bagaimana tipu daya engkau kepada umatku?" Jawab Iblis: "Umatmu itu ada tiga macam. Yang pertama seperti hujan dari langit yang menghidupkan segala tumbuhan yaitu ulama yang memberi nasihat kepada manusia supaya mengerjakan perintah Allah serta meninggalkan laranganNya seperti kata Jibril a.s, "Ulama itu adalah pelita dunia dan pelita akhirat." Yang kedua umat tuan seperti tanah yaitu orang yang sabar, syukur dan ridha dengan karunia Allah. Berbuat amal soleh, tawakal dan kebajikan. Yang ketiga umatmu seperti Firaun; terlampau tamak dengan harta dunia serta dihilangkan amal akhirat. Maka akupun bersukacita lalu masuk ke dalam badannya, aku putarkan hatinya ke lautan durhaka dan aku hela ke mana saja mengikuti kehendakku. Jadi dia senantiasa bimbang kepada dunia dan tidak hendak menuntut ilmu, tiada masa beramal ibadat, tidak hendak mengeluarkan zakat, miskin hendak beribadat. Lalu aku goda agar minta kaya dulu, dan apabila diizinkan Allah dia menjadi kaya, maka dilupakan beramal, tidak berzakat seperti Qarun yang tenggelam dengan istana mahligainya. Bila umatmu terkena penyakit tidak sabar dan tamak, dia senantiasa bimbang akan hartanya dan setengahnya asyik hendak merebut dunia harta, bercakap besar sesama Islam, benci dan

menghina kepada yang miskin, membelanjakan hartanya untuk jalan maksiat, tempat judi dan perempuan lacur." Pertanyaan Nabi (11): "Siapa yang serupa dengan engkau?" Jawab Iblis: "Orang yang meringankan syariatmu dan membenci orang belajar agama Islam." Pertanyaan Nabi (12): "Siapa yang mencahayakan muka engkau?" Jawab Iblis: "Orang yang berdosa, bersumpah bohong, saksi palsu, pemungkir janji." Pertanyaan Nabi (13): "Apakah rahasia engkau kepada umatku?" Jawab Iblis: "Jika seorang Islam pergi buang air besar serta tidak membaca doa pelindung syaitan, maka aku gosok-gosokkan najisnya sendiri ke badannya tanpa dia sadari." Pertanyaan Nabi (14): "Jika umatku bersatu dengan isterinya, bagaimana hal engkau?" Jawab Iblis: "Jika umatmu hendak bersetubuh dengan isterinya serta membaca doa pelindung syaitan, maka larilah aku dari mereka. Jika tidak, aku akan bersetubuh dahulu dengan isterinya, dan bercampurlah benihku dengan benih isterinya. Jika menjadi anak maka anak itu akan gemar kepada pekerjaan maksiat, malas pada kebaikan, durhaka. Ini semua karena kealpaan ibu bapaknya sendiri. Begitu juga jika mereka makan tanpa membaca Bismillah, aku yang dahulu makan daripadanya. Walaupun mereka makan, tiadalah merasa kenyang." Pertanyaan Nabi (15): "Dengan jalan apa dapat menolak tipu daya engkau?" Jawab Iblis: "Jika dia berbuat dosa, maka dia kembali bertaubat kepada Allah, menangis menyesal akan perbuatannya. Apabila marah segeralah mengambil air wudhu', maka padamlah marahnya." Pertanyaan Nabi (16): "Siapakah orang yang paling engkau lebih sukai?"

Jawab Iblis: Lelaki dan perempuan yang tidak mencukur atau mencabut bulu ketiak atau bulu ari-ari (bulu kemaluan) selama 40 hari. Di situlah aku mengecilkan diri, bersarang, bergantung, berbuai seperti pijat pada bulu itu." Pertanyaan Nabi (17): "Hai Iblis! Siapakah saudara engkau?" Jawab Iblis: "Orang yang tidur meniarap / telungkup, orang yang matanya terbuka (mendusin) di waktu subuh tetapi menyambung tidur lagi. Lalu aku lenakan dia hingga terbit fajar. Demikian jua pada waktu zuhur, asar, maghrib dan isya', aku beratkan hatinya untuk sholat." Pertanyaan Nabi (18): "Apakah jalan yang membinasakan diri engkau?" Jawab Iblis: "Orang yang banyak menyebut nama Allah, bersedekah dengan tidak diketahui orang, banyak bertaubat, banyak tadarus Al-Quran dan sholat tengah malam." Pertanyaan Nabi (19): "Hai Iblis! Apakah yang memecahkan mata engkau?" Jawab Iblis: "Orang yang duduk di dalam masjid serta beriktikaf di dalamnya" Pertanyaan Nabi (20): "Apa lagi yang memecahkan mata engkau?" Jawab Iblis: "Orang yang taat kepada kedua ibu bapanya, mendengar kata mereka, membantu makan pakaian mereka selama mereka hidup, karena engkau telah bersabda, 'Syurga itu di bawah tapak kaki ibu'"

BERHARAP RIZKI DI SEPENGGALAN PAGI Dalam surah Adh-Dhuha WADH-DHUHAA; demi waktu matahari sepenggalahan naik, Allah SWT secara kaffa memperingatkan kita untuk memperhatikan waktu ini (dhuha) dan betapa pentingnya faedah didalamnya. KEUTAMAAN WAKTU FAJAR Sesungguhnya sesuatu yang teramat besar manfaatnya bagi mereka yang mau menggambil hikmah disaat fajar tiba. Begitu banyak karomah dan barookah yang Allah SWT sebarkan diwaktu-waktu itu. Sebaliknya sangatlah rugi bagi yang tiada mendapatkannya. Pendapat ini diamini oleh para sallafushalih. Mereka amatlah membenci tidur diwaktu-waktu tersebut. Dari Ibnul Qayyim Al Jauziyah dalam Madarijus Salikin dikatakan, Diantara tidur yang tidak disukai menurut mereka ialah tidur antara shalat subuh dan terbit matahari, karena ia merupakan waktu untuk memperoleh hasil. Banyak hal yang bisa kita isi diantara waktu subuh dan terbit matahari. Mereka yang bekerja mencari nafkah bolehlah bergegas pergi. Mereka yang suka berkumpul dimajelis talim atau majelis ilmu lebih utama pahalanya dan akan banyak ilmu didapatinya. Demikian mereka yang terbiasa akan kebersihan selain sehat juga memupuk iman. Dan masih banyak lagi amalan baik berfaedah atau setidaknya duduk bertafakur dalam dzikir mengagungkan asma Allah dan memuji kebesaranNya. KELEBIHAN SHOLAT DHUHA 1. Melancarkan Rizki Allah SWT berfirman : Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada waktu permulaan siang (shalat dhuha) niscaya pasti Aku akan cukupkan kebutuhanmu pada akhir harinya (HR. Hakim dan Thabrani). Inilah shalat sunnah yang sangat dianjurkan untuk terus menerus diamalkan karena terkandung banyak faedahnya. Didalamnya terdapat doa-doa yang jika di munajatkan dengan cara yang benar dan khusyu serta tawadhu Insya Allah tiada Allah SWT akan mengabulkannya. Kekuatan doa-nya bisa menjadi sangat dasyat tiada banding bahkan sanggup menggoyang simpul-simpul arshy, menurunkan barokah dari langit, mengeluarkannya dari bumi, mengangkatnya dari laut, memudahkannya dari musabab sulitnya diraih, menghalalkannya dari sesuatu yang tidak membawa berkah, dan mendekatkannya dari yang terasa jauh. Di zaman Rasulullah SAW sebuah doa diwaktu dhuha yang dipanjatkan bahkan mampu mengangkat dan membalikan suatu negeri miskin yang manusianya tiada daya upaya untuk mengubahnya karena ladang tak mampu ditanam dari masa kering yang berkepanjangan menjadi negeri yang makmur dan tercukupi. Pada hakekatnya musabab terkabulnya doa bukan karena siapa yang berdoa. Tetapi lebih pada keikhlasan dan kesungguhan niat dari orang yang mengucapkannya. Tiada memandang sedikit ataupun banyaknya amalan-amalan yang diperbuat. Memang pada hakekatnya doa yang makbul itu akan terjadi manakala orang yang bermunajad tergolong tabiin atau ahli ibadah. Tetapi itu pun semata-mata keridhlo-an Allah SWT dan Dia yang Maha mengetahui dari apa-apa yang kamu tidak mengetahuinya. 2. Dibuka Pintu Surga Barang siapa sholat Dhuha 12 rakaat, Allah akan membuatkan untuknya istana disurga (H.R Tarmiji dan Abu Majah).

3. Dibuka Pintu Taubat Siapapun yang melaksanakan sholat dhuha dengan langgeng akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak busa di lautan. (H.R Tirmudzi). Di beberapa risalah tentang sholat dhuha disebutkan, adalah sholatnya orang-orang awwabin, yakni orang-orang yang kembali kepada Allah swt. Awwabin sendiri berasal dari bahasa arab yang berarti (orang yang sering bertaubat). Hadist lain menerangkan bahwa tidak ada yang menjaga shalat dhuha kecuali orang awwab (sering bertaubat). Rasulullah bersabda: itu adalah solatnya orang-orang yang sering bertaubat (HR Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya:1224, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 1/1313 Ath Thabarani dalam Al-Ausath: 4322. dishahihkan Al-Hakim dan disepakati Adz-Dzahabi. Dan dihasankan Al-Albani dalam silsilah Ash-Shahihah no 707). Selanjutnya yang berkenaan dengan perkara ini dari Zaid bin Arqam ra. berkata: Nabi Muhammad SAW keluar ke penduduk Quba dan mereka sedang sholat dhuha. Beliau bersabda,Sholat awwabin (duha) berakhir hingga panas menyengat (tengah hari) . (HR Ahmad Muslim dan Tirmizy) 4. Dihitung Sedekah Adapun hikmah yang diperoleh yakni, dari Abu Dzar r.a, dia berkata, Rasulullah SAW., bersabda, Setiap tulang dan persendian badan dari kamu ada sedekahnya; setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap amar maruf adalah sedekah dan setiap nahi munkar adalah sedekah. Maka, yang dapat mencukupi hal itu hanyalah dua rakaat yang dilakukannya dari solat dua. (sholat dhuha) (HR .Ahmad, Muslim dan Abu Daud). Sholat Dhuha dilakukan pada waktu ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya hingga waktu dzuhur yaitu pagi hari antara pukul 07.00 hingga jam 10.00 waktu setempat. Surat yang dianjurkan dibaca diantaranya al-waqiah, adh-dhuha, al-quraisy, asy-syamsi, al-kafirun dan al-ikhlas. Jumlah rakaat sholat dhuha minimal 2 rakaat dan maksimal 12 rakaat dengan satu salam setiap dua rakaat. Dari Ummu Hani bahwa Rasulullah SAW sholat dhuha 8 rakaat dan bersalam tiap dua rakaat. (HR Abu Daud) Sumber hikmah yang tak habis2nya sehingga kita tidak malu untuk belajar darinya, selamat menikmati BELAJAR TASAWUF KEPADA ANAK KECIL Hidup memang penuh misteri! Demikian kata-kata yang sering kita dengar dari para ulama. Ada orang yang bekerja keras `setengah mati', padahal tidak malas, rezeki yang didapatnya kadang-kadang tidak mencukupi. Sebagian orang lagi, ada yang kerjanya begitu 'mudah', tetapi rezeki yang diperolehnya sangat melimpah. Dan ada sebagian orang lagi, yang dalam mencari uang begitu 'brutal'nya sehingga semua aturan-aturan dilanggarnya, tetapi dia tampak 'bahagia-bahagia' saja. Tapi sebaliknya, ada orang yang mencari uang dengan sangat hati-hati. Ia ingin bersih. Namun begitu banyaknya ia mendapat persoalan dan cobaan dalam hidup ini.

Hidup memang penuh misteri. Maka, perlu bagi kita sebagai manusia untuk mencoba menguak tabir itu. Untuk itu, yang paling tajam adalah mata hati, bukan mata jasmani! Dalam wilayah inilah, para guru kita mengajari untuk melihat hal itu semua. Mulai umur berapa kira-kira, setiap orang bisa dan mampu mempelajari nilai-nilai kehidupan? Siapa guru kita? Dimana guru itu berada? Rupanya, selain guru yang berada di sekitar kita, guru yang paling tahu tentang keberadaan kita adalah diri kita sendiri. Karenanya, mari kita mencoba berguru pada diri sendiri. Pada Minggu pagi yang cerah, saya melakukan olah raga, jalan pagi. Saya bertemu dengan seorang pembantu rumah tangga yang sedang mengasuh anak majikannya. Usia anak itu sekitar satu tahun. Begitu lucunya, begitu menggemaskan. Apalagi kalau sedang belajar berjalan. Sempoyongan sana sini, mau jatuh tidak jadi, terduduk, terjatuh, bahkan sempat juga sampai terjungkal. Anehnya, tidak sekalipun ia menangis, atau kapok! Setiap kali terjatuh, ia bangkit kembali. Berjalan lagi, terjatuh lagi. Dan seterusnya ia selalu bangkit, untuk mencoba berjalan lagi.... Melihat peristiwa ini, saya menjadi teringat masa kecil saya, dan juga masa kecil setiap orang yang kini sudah beranjak dewasa. Saat ini, ketika kita sudah dewasa, yang nota bene kita sudah lebih pintar dari anak balita, justru kita perlu belajar banyak dari mereka. Lebih tepatnya, kita perlu belajar kepada diri sendiri. Sambil mengenang ketika umur kita masih sekitar satu tahun. Kenapa manusia dewasa perlu belajar pada anak balita? Sebab manusia dewasa, sering dihinggapi rasa khawatiir yang berlebihan, gampang putus asa, jarang yang berani mengambil keputusan, merasa minder, malas, merasa gagal dan tidak mau mencoba lagi sering frustasi akan kegagalannya pesimistik... bahkan kadang-kadang buruk sangka terhadap Penciptanya. mungkin masih banyak lagi Mari kita lihat diri kita sendiri, yaitu sekian tahun yang lalu ketika kita sedang belajar berjalan untuk meraih sukses dalam cita-cita, bisa berjalan. Begitu hebat dan luar biasanya Allah Swt, memberi dan mengajarkan ilmuNya kepada diri kita waktu itu. 'allamal insaana maa lam ya'lam. (Tuhanlah) yang mengajarkan pada manusia, apa-apa yang belum pernah diketahuinya. ( Al-Alaq : 5 ) Seorang anak kecil yang tidak tahu apa-apa, yang belum sekolah, bahkan

berbicarapun belum ajarkan kepadanya, dewasa.

bisa, ternyata dengan 'ilmu'nya yang telah dia sudah bisa berfikir cerdas melampaui

Allah orang

Anak kecil itu, diri kita itu, telah memberi contoh yang sangat banyak kepada manusia dewasa lainnya. Apa saja yang diajarkan 'anak kecil' itu kepada kita semua ? 1. Bahwa sebagai manusia, kita harus belajar terus sepanjang hidup, tak ada kata berhenti untuk belajar. Tak kenal susah, tak kenal lelah 2. Apabila suatu saat kita jatuh, dan pasti pernah jatuh, maka janganlah pernah putus asa, bangkitlah. Dan coba lagi. Jika kembali jatuh, bangkitlah lagi. Dan coba lagi... 3. Tidak ada kata gagal dalam konsep hidupnya, sebab yang disebut gagal adalah apabila seseorang tidak mau mencoba lagi. 4. Memiliki rasa optimis yang tinggi untuk mencapai cita-citanya. 5. Apabila sudah yakin benar, tidak perlu merasa takut, sebab Allah Swt sebagai Dzat Yang Maha Pemberi Pertolongan, akan selalu melindungi hambaNYa yang berbuat benar. 6. Rajin belajar, tidak mengenal konsep malas. 7. Tidak pernah minder dalam kehidupan, sebab semua orang di hadapan Allah adalah sama. 8. Selalu berbaik sangka dalam hidupnya. Dia 'tidak takut' jatuh, tidak takut terlanggar sepeda atau kendaran lainnya, bahkan tidak takut ia dibawa orang yang tak dikenalnya. Mungkin masih banyak lagi ilmu yang perlu kita gali dari diri anak kecil itu. Selain dengan hal-hal diatas: terus belajar, tidak pernah putus asa, tidak pernah merasa gagal, selalu optimis, yakin akan datangnya pertolongan Allah, rajin belajar, tidak minder, selalu berbaik sangka..., ada satu lagi yang perlu kita ambil dan kita pelajari dari diri anak kecil itu. Ialah tentang kejujuran. Dalam diri anak kecil, kita akan melihat sebuah perilaku yang begitu jujurnya. 1. Ketika menangis, memang seharusnya ia menangis. Tidak dibuat-buat. 2. Ketika tertawa, memang seharusnya ia tertawa, senang dan gembira. Tidak pernah ia merekayasanya. 3. Ketika terjatuh, ia mengakui bahwa memang ia belum bisa. 4. Ketika lapar, memang betul-betul perutnya belum terisi. 5. Ketika haus, memang saat itu tenggorokannya lagi kering... dlsb Dengan memperhatikan anak balita yang sedang belajar berjalan, kita seperti masuk dalam sebuah kursus pelatihan tasawuf. Begitu banyak yang bisa kita serap ilmunya. Dan, guru kita itu bukan orang lain. Dia adalah diri kita sendiri. Dengan belajar kepada diri sendiri, sama halnya dengan kita mendekatkan diri pada Ilahi. Karena Allah Swt sebagai Tuhannya manusia, tidak pernah

jauh dari hambaNya. QS. Qaaf : 16 Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya Dengan melihat dan memperhatikan diri sendiri, kembali kita bertemu dengan Allah Swt. Al Baqarah : 115 Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.

BERTEMU Kalau Kalau kita, Tetapi tentang

PENGEMIS

ANEH

ada seorang pengemis minta uang, itu adalah biasa. ada seorang peminta-minta, la mengharapkan makanan dari itupun biasa... kalau ada seorang pengemis, la bertanya kepada kita jam..?

Suatu saat, saya pergi jalan-jalan ke pusat pertokoan untuk sekedar lihat-lihat keramaian. Tidak terasa hari sudah mulai petang. Dan terdengarlah adzan maghrib dari masjid Agung yang tidak jauh dari tempat saya berada. Seperti orang-orang lain yang berada di pertokoan itu, saya langsung bergegas menuju masjid yang jaraknya memang tidak terlalu jauh. Saya langsung menuju ke tempat wudlu untuk bersuci, di tengah keramaian orang-orang yang juga berwudlu. Karena masjid itu berada di pusat keramaian kota, maka tak ayal lagi yang melakukan shalat maghrib setiap harinya sangatlah banyak. Termasuk hari itu. Selain jamaah tetap dari masjid Agung, jamaah yang shalat maghrib juga berasal dari pengunjung pertokoan / masyarakat umum. Apalagi, hari itu adalah hari Sabtu alias malam minggu. Jama'ah shalat pun lebih banyak dibanding hari lainnya. Setelah berwudlu, saya bergegas menuju shaf mengikuti jama'ah shalat maghrib. Shalat yang masih kosong, untuk berjamaah sudah dimulai.

Saya berdzikir secukupnya. Dan kemudian melakukan shalat sunah. Saya pun bergegas keluar dari masjid kembali ke tempat pertokoan untuk belanja

atau sekedar dibeli.

melihat-lihat

barang.

Siapa

tahu

ada

yang

cocok

untuk

Pada saat saya berjalan menuju ke kompleks pertokoan itu, dimana jarak tempat saya berada kurang lebih sekitar lima puluh meter dari pintu masjid, tiba-tiba saya di kejutkan oleh seorang peminta-minta. Ia laki-laki yang sudah tua, menengadahkan tangan kanannya untuk minta uang. Dengan perasaan biasa tanpa berfikir apa-apa, saya ambilkan uang dari saku baju. Ketika saya hendak berlalu untuk meneruskan perjalanan ke kompleks pertokoan, tiba-tiba orang tua itu menanyakan sesuatu yang menurut pendengaran Saya sangat aneh! Katanya: "...jam pinten toh, sak meniko...? (pukul berapakah sekarang ?) Betapa anehnya, seorang peminta-minta bertanya tentang jam. Tanpa ambil peduli dengan keanehan tersebut, saya menyingsingkan lengan baju panjang saya, untuk melihat jam. Ah, betapa terkejutnya saya. Ternyata jam yang saya kenakan di tangan kiri sudah tidak ada lagi. Sampai saya singsingkan lengan baju saya pada batas siku saya, aduh,.. jam tangan saya telah hilang!! " Dimana... ? kemana... ? diambil siapa... ? kapan hilangnya... ? Serentetan pertanyaan pada diri sendiri membuat hati saya bertambah bingung, mau menangis rasanya. Jam yang barusan saya. Tiba-tiba saya seperti diingatkan sesuatu. Mungkinkah ketinggalan di masjid? Tapi dimana? Oooh, iya, saya ingat! Tadi ketika saya mengambil air wudlu, jam tangan saya, saya letakkan di atas kran pancuran air wudlu. Dan lupa tidak memakainya kembali. Maka dengan tergopoh-gopoh, berjalan dengan setengah berlari saya menuju ketempat kamar mandi masjid, tempat dimana saya tadi melakukan wudhu'. Setelah sampai di tempat tersebut, saya menjadi tercengang sendiri. MasyaAllah,...jam tangan saya, ternyata masih berada di tempatnya, tidak berubah sedikitpun. Saya menjadi termangu.... Betapa lamanya saya tinggalkan jam tersebut. Sejak melakukan wudlu, kemudian shalat berjama'ah, melakukan dzikir, shalat sunah, dan keluar dari masjid mencari alas kaki yang memakan waktu cukup lama karena begitu banyaknya jama'ah yang sedang shalat, lantas berjalan ke arah pertokoan yang akhirnya bertemu dengan bapak tua peminta-minta yang bertanya tentang waktu kepada saya...(subhaanallah...) Mata saya berkaca-kaca, dan tanpa saya kehendaki, saya menitikkan air mata. Betapa anehnya kejadian ini. Saya langsung menuju ke tempat orang

tua tadi, untuk mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepadanya. Ternyata, dia sudah tidak ada lagi di tempatnya. Mungkinkah ia sudah pergi...? Masya Allaah..., saya tidak jadi kehilangan jam kesayangan saya..!? Apakah ini hanya berkat uang seratus rupiah yang saya berikan kepada pak tua peminta-peminta? Ah, sungguh, saya tidak berani menyimpulkannya! Saya pun bergegas pulang. Dan masih tak habis pikir dengan kejadian itu. Kini, setelah saya tulis ulang kejadian sekian tahun yang lalu itu, saya menjadi teringat akan sabda rasulullah saw, bahwa memberi sadaqah itu bisa menolak bala, dan akan mendatangkan kekayaan hati..

SHALAT

DHUHA

MENDATANGKAN

REZEKI

Ketika mobil sudah lolos dari kemacetan, kami kembali bisa menikmati perjalanan santai keliling kota. Sambil menikmati suasana santai di dalam mobil, seorang famili yang bernama 'MF' bercerita tentang pengalamannya yang cukup unik. Katanya, sebuah pengalaman yang sangat istimewa telah ia dapatkan ketika melakukan shalat dhuha. Dari berbagai sumber, keterangan dan penjelasan yang ia dapatkan, baik ketika mendengarkan ceramah-ceramah, atau dari membaca diskusi-diskusi literatur. Ia mengambil sebuah kesimpulan, bahwa shalat dhuha itu dipakai untuk mencari rezeki. Begitulah kesimpulan yang ia dapatkan. Kata MF, pagi itu ia benar-benar bisa tenggelam dalam kekhusyukan. Sebab, sebelumnya ia mempunyai permasalahan ekonomi yang cukup serius. Maka dengan melakukan shalat dhuha, ia berharap akan mendapat rezeki kontan dari Allah Swt, sehingga bisa menyelesaikan permasalahannya dengan cepat. Saat itu, do'a yang dipanjatkan sangat panjang. Sujud yang dilakukan begitu khusyuk. Harapannya hanya satu. Ia ingin mendapat rezeki secepatnya untuk segera menutupi hutang-hutangnya yang katanya sudah sangat menumpuk. Beberapa hari ia lakukan shalat dhuha tersebut dengan penuh khusyu' dan tawadhu'. Setiap selesai shalat dhuha ia selalu berharap-harap cemas untuk mendapatkan rezeki dari Allah Swt. Pada pagi yang cerah, ketika waktu dhuha sudah masuk, seperti biasanya ia mengambil air wudhu', lalu ia menggelar sajadahnya. Hari itu benar-benar ia bisa melakukan shalat lebih khusyu' dari waktu-waktu sebelumnya. Do'a pun dipanjangkan lebih dari hari-hari sebelumnya. Ia

betul-betul

merasa

puas

dengan

shalat

dhuhanya

Ketika menutup do'a khusyu'nya, sebelum melipat sajadahnya, tiba-tiba pintu rumahnya diketuk perlahan. Dan terdengar suara ucap salam dari seorang tamu yang berada di luar. Kontan MF bangkit dari tempat shalatnya, dan ia menjawab salam dengan penuh gembira. "...wa 'alaikum salaam warahmatullaahi wabarakaatuh..." Begitu fasihnya MF menjawab salam tersebut. Dengan penuh gembira dipersilahkannya tamu itu masuk kedalam rumahnya. Dalam hatinya MF berkata, Wah, inilah rezeki yang ia harapkan itu. Ia berfikir begitu kontannya Allah kalau memberi rezeki. Belum satu menit do'a panjang itu ia tutup, belum selesai ia melipat sajadahnya, tiba-tiba didepan pintu sudah menunggu rezeki itu... " Silakan masuk pak,. ." kata MF. " Oh, iya terima kasih..." sahut tamunya. Bapak siapa ya, koq saya agak lupa..." kata MF. Ini pak..., saya memang belum pernah ketemu bapak. Saya adalah utusan dari majikan saya bapak HR. Saya kesini disuruh menagih hutang kepada bapak yang memang belum terbayar sejak lima bulan yang lalu. Mohon maaf kalau saya mengganggu..." Ah, betapa pucat muka MF mendengar hal ini. Ternyata yang datang bukan rezeki yang diharapkan, tetapi justru orang sedang menagih hutang! Ingin rasanya ia menangis waktu itu. Betapa saat itu ia tidak punya uang sama sekali, Shalat dhuha sudah ia lakukan dengan penuh khusyuk ternyata yang datang bukan seperti harapannya. Sambil menutup ceritanya, MF mengatakan pada saya :''..ternyata shalat dhuha tidak bisa dipakai untuk mencari rezeki ya..." Saya hanya tersenyum, menyaksikan MF mengambil kesimpulan sendiri dari ceritanya itu. Rupanya ada sesuatu yang salah dalam pemahaman shalat dhuha. Allah Swt, sebagai Tuhannya Alam Semesta, Dzat Yang Maha Agung, oleh MF dimintai uang untuk membayarkan hutangnya. Kira-kira saja, para malaikat menjadi 'tersinggung' mendengar perilaku MF ini. Betapa Sang Pencipta Jagad Raya, yang memiliki Arasy yang tinggi, yang mengatur jalannya bintang-bintang raksasa, di seluruh galaksi, yang mengatur hidup dan mati seluruh ciptaanNya, disuruh membayarkan hutangnya...? MF memang belum mengerti, ia tidak menyadari akan kesalahannya. Maka Allah Swt memberinya pelajaran praktis pada pagi itu. Yang datang bukanlah rezeki, tetapi sebaliknya yang datang adalah orang yang menagih hutang.

Sejak memulai shalat, yang di bayangkannya oleh MF adalah rezeki melimpah. Bukan mengagungkan Allah. Rupanya MF telah melakukan kesalahan dalam mengartikan substansinya shalat dhuha. Bahwa dengan shalat dhuha seseorang akan mendapatkan rezeki yang barokah, insyaAllah adalah benar. Tetapi yang menjadi masalahnya, shalat bukanlah untuk mencari rezeki. Shalat adalah sebuah pengabdian yang sangat indah dari seorang hamba kepada Tuhannya. Mengabdi bukanlah minta rezeki. Mengabdi adalah mendekatkan diri pada Ilahi. Mengabdi adalah mensyukuri nikmat diri yang tiada terhitung lagi saking banyaknya yang telah diterima bleh manusia. Allah melalui rasulNya, menyuruh kepada kita semua, agar di waktu dhuha kita menyembahNya. Kita MengagungkanNya. Apabila pada saat semua orang sibuk mencari rezeki dan sibuk mengurusi duniawi, pada saat itu ada seorang hamba yang menyempatkan diri untuk mengagung-kanNya, dengan melakukan shalat dhuha, maka dia itulah orang yang sangat istimewa. Sungguh Allah sangatlah mencintainya. Sebab ketika semua orang memanfaatkan `waktu efektif' untuk bekerja, 'waktu efektif' untuk berusaha, ternyata pada saat itu ada orang yang mau dan rela mengorbankan waktunya demi mencari ridha Allah. Mohon ampun atas segala kekhilafannya. Mengagungkan Dzat Yang Maha Perkasa. Bukan sekedar untuk minta rezeki. Sungguh orang itu berhak mendapatkan rezeki yang barokah dari Allah Swt... Barang siapa dosa-dosanya, (HR. yang rajin menjaga shalat dhuha, maka walaupun sebanyak buih Ahmad, akan di diampunkan lautan. Attirmidzi)

Barang siapa yang disibukkan oleh dzikirnya untuk mengingatKu, sampai ia lupa memohon kepadaKu, maka Aku memberinya sebelum ia memohon kepadaKu. (Hadits Qudsi, Abu Nu'aim, Dailami)

TERNYATA

TIDAK

ADA

WANITA

CANTIK

Ketika saya mengurus SINK kendaraan yang sedang habis waktu, saya memarkir kendaraan di depan kantor samsat. Kebetulan waktu itu sedang ramai sekali. Sehingga kendaraan yang parkir pun berjubel sampai keluar batas areal parkir. Ketika sudah selesai mengurus administrasi, kami menuju kendaraan yang kami parkir. Sambil menunggu membayar parkir, saya memperhatikan sebuah

dialog pendek barusan

antara

tukang parkir mengambil

dengan

seorang sepeda

wanita

muda yang motornya.

Rupaya sedang terjadi kesalahfahaman tentang besarnya uang parkir. Saya lihat wanita muda itu cemberut sambil membayar ke tukang parkir. Sementara si tukang parkir yang masih muda, mukanya bersungut-sungut sambil ngedumel tiada habisnya. Setelah wanita muda itu pergi, si tukang parkir melampiaskan rasa kecewanya sambil berteriak cukup keras. "...wah, wah, wah,.. sekarang ini tidak ada lagi wanita cantik, semua cemberut, semua makan hati,yaakh, maklumlah baru satu hari harga BBM naik..." Saya baru teringat, memang kejadian itu adalah satu hari setelah diumumkannya kenaikkan harga BBM. Begitu mendengar ungkapan dengan nada kesal dari tukang parkir tersebut, saya secara bersamaan tersenyum geli. Dan tukang parkir pun spontan tersenyum juga sambil berkata "... wah, ternyata masih ada wanita yang cantik, meskipun harga BBM naik" Senyum memang kunci dari ekspresi seseorang. Senyum adalah `wakil' suasana hati seseorang. Apalagi kalau senyum itu wajar, tidak dibuat-buat. Sungguh akan mencerminkan kebahagiaan hati. Allah dalam `merencanakan' sebuah ekspresi senyuman, sungguh luar biasa. Senyuman seseorang dapat membias ke seluruh wajah. Sehingga jika seseorang sedang tersenyum, maka semua anggota wajahnya ikut senyum dan ikut gembira. Sebaliknya mulut yang cemberut juga akan membias ke seluruh raut wajah seseorang. Jika seseorang sedang cemberut, maka seluruh bagian wajahnya juga ikut cemberut. Mengapa bisa demikian? Karena sumber perubahan wajah seseorang adalah hati. Begitu hatinya senang, bibir tersenyum. Coba perhatikan. Semua wajah menjadi ikut tersenyum, riang dan gembira. Orang yang melihatpun ikut jadi senang dan gembira. Demikian pula sebaliknya, jika hati cemberut, merasa tidak senang, maka akan mempengaruhi bentuk bibir. Jika bibir sudah menunjukkan ekspresi tidak bagus, maka seluruh anggauta wajahpun ikut cemberut. Ah, luar biasa memang. Jaringan otot yang dibentangkan oleh Allah Swt di seluruh wajah seseorang begitu halus, dan begitu pekanya. Kalau pembaca ingin membuktikan betapa sebuah senyuman bisa mempengaruhi seluruh wajah, dan bisa mempengaruhi siapa saja yang melihatnya, buatlah sebuah percobaan sederhana sbb:

Gambarlah sebuah bulatan, sebagai perumpaan muka seseorang. Buatlah dua mata, hidung, dan dua telinga pada `muka` tersebut. Pertama, buatlah sebuah garis mendatar, sebagai wakil dari mulut. Maka kesan yang akan kita tangkap dari wajah tersebut adalah sebuah wajah yang serius. Mata, hidung, dahi, pipi, bahkan telinganya, seolah-olah juga ikut serius. Kedua, hapuslah mulut tersebut, buatlah sebuah garis melengkung ke bawah di bekas mulut tadi, sebagai wakil dari mulut yang sedang senyum. Maka kesan yang akan kita tangkap dari wajah tersebut adalah sebuah wajah yang riang dan gembira. Mata, hidung, dahi, pipi, bahkan telinga dari wajah tersebut, seolah-olah juga ikut riang gembira. Aneh bukan? Padahal matanya tetap, tidak diganti, hidung juga tetap, telinga juga tetap. Ketiga, hapuslah kembali mulut tadi, buatlah sebagai penggantinya sebuah garis melengkung ke atas sebagai wakil dari mulut yang sedang cemberut. Maka kesan yang akan kita tangkap dari wajah tersebut adalah sebuah wajah yang cemberut, sedih, dan putus asa. Anehnya mata, hidung, dahi, pipi, maupun telinga dari wajah tersebut juga seolah-olah ikut cemberut, dan sedih... Manakah, yang harus kita pilih? Sama-sama menggerakkan bibir, kearah mana sudut bibir kita harus kita gerakkan? Ke bawah, yang akan menyebabkan semua orang menjadi senang, ataukah ke atas yang akan membuat semua yang melihatnya ikut menjadi susah. Jika anda seorang wanita, kata tukang parkir tadi anda akan menjadi semakin cantik jika anda tersenyum. Sebaliknya, tentu saja akan menjadi jelek, kalau kita terus saja cemberut. Seperti wanita di tempat parkir yang cemberut, sehingga tukang parkirpun kesal dibuatnya. Aisyah ra, pernah bercerita. Aku lama sekali tidak rasulullah saw tertawa terbahak-bahak sampai terlihat Jika beliau tertawa, hanyalah senyum (HR. Bukhari) pernah melihat urat lehernya.

ciri ciri Allah akan melimpahkan rizki tinggal kita balik saja beberapa pernyataan allah atau firman allah dalam al quran , misal orang yang bersedekah akan dilipatgandakan rejekinya, nah berarti jika hati kita diringankan oleh allah untuk bersedekah berarti allah sebentar lagi akan memberikan rejeki kepada kita, lagi. silaturahmi itu memudahkan rejeki nah jika kita senang bersilaturahmi maka allah akan memudahka rejeki kita. jadi sebelum allah memberikan rejeki maka allah akan menggerakkan hati kita untuk bersedekah, bersilaturahmi, dan lain sebagainya. karena tidak janji allah adalah psti ditepati sehingga tinggal kita balik saja.

fenomena menarik yang terjadi di masyarakat adalah mereka yang punya tanggungan banyak entah karyawan, entah anak, entah apapun dan orang yang punya tanggungan tersebut bersungguh sungguh untuk dapat memenuhinya maka kalau kita lihat rejekinya akan selalu ada, dan kadang tidak disangka sangka. salah satu contoh disekitar tempat saya ada majlis dzikir kalimatusadiah majlis ini memelihara beberapa santri yang digratiskan kalau pun mbayar, pernah saya dengar perhari dikenakan 2500 rupiah itu plus makan dan tempat tinggal. karena kebetulan pak kyainya adalah teman main ketika SMP jadi saya bertanya banyak tentang bagaimana bisa mencukupi seluruh santri. dan luar biasa dengan santri yang jumlah nya banyak ada saja rejeki itu dantangnya bahkan ada yang dikuliahkan dan dan ada yang disekolahkan. dan masih banyak lagi contoh contoh serupa yang kesimpulannya semakin banyak tanggungan oranglain, maka allah pun melimpahkan rejeki. jadi intiya senanglah ketika allah menjadikan kita sebagai kran atau pintu mengalirnya air, karena pasti allah akan melimpahkan airnya untuk kita.

Anda mungkin juga menyukai