Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PERJALANAN DINAS Kepada Yth Tembusan Dari Perihal Tanggal Tujuan Penyelidikan atau investigasi kasus gizi

buruk di Provinsi NTB bertujuan untuk konfirmasi kasus dan megetahui faktor risiko terjadinya gizi buruk. Investigasi kasus gizi buruk dilaksanakan pada tanggal 26 -28 Mei 2005 di Kota Mataram. Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Tengah. Proses Penyelidikan kasus gizi buruk dilaksanakan dalam bentuk : 1. Diskusi dengan Pejabat Kadinkes Propinsi dan Kadinkes Kabupaten/Kota untuk memperoleh gambaran gizi buruk tingkat Propinsi serta Kabupaten/ Kota. 2. Diskusi dengan Wakil Bupati Kabupaten Lombok Tengah dan Camat serta Kepala Desa Kunjungan kepada keluarga kasus dan Rumah Sakit Umum Mataram 4. Observasi pada masyarakat di sekitar kasus yang dikunjungi. Hasil Konfirmasi kasus A. Jumlah kasus 1. Berdasarkan laporan kasus gizi buruk dari Kabupaten/Kota periode Januari sampai 28 Mei 2005 terdapat 359 kasus gizi buruk dengan rincian; Kota Mataram 23 orang, Kab. Lombok Barat 133 orang, Kab. Lombok Tengah 25 orang, dan Lombok Timur 178 orang, dan 8 orang diantaranya meninggal dunia. 2. Berdasarlan laporan Rumah Sakit Umum Mataram, jumlah kasus yang dirawat sejak Januari sampai Mei 2005 sebanyak 51 orang dengan rincian sebagai berikut : Kota Mataram sebanyak 22 kasus, Kabupaten Lombok Barat sebanyak 26 kasus, Kabupaten Lombok Timur sebanyak 1 kasus, dan Kabupaten Lombok Tengah sebanyak 2 kasus. 3. Jumlah kasus yang dirawat di RSU Mataram per bulan sejak Januari sampai Mei 2005 yaitu : 18 orang pada bulan Januari, : Direktur Gizi Masyarakat Kasubdin Kewaspadaan Gizi Kasubdit Gizi Makro Kasubdit Gizi Klinis 1. Rita Kemalawati, MCN 2. Ir. Mursalim Bantuan Tehnis Investigasi KLB Gizi di Provinsi NTB 26-28 Mei 2005

: : : :

3.

Februari 4 orang, Maret 9 orang, April 10 orang dan pada bulan Mei sebanyak 10 orang. B. Distribusi kasus 1. Kota Mataram Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten dari bulan Januari sampai tanggal 28 Mei 2005, terdapat 23 kasus gizi buruk (22 kasus diantaranya dirawat di RSU Mataram) dengan rincian per puskesmas seperti pada tabel 1. Tabel 1. Rekapituasi kasus gizi buruk Kota Mataram Periode Januari-Mei 2005 No Wilayah Puskesmas Jumlah Keterangan . 1 Ampenan 5 2. Karang Pule 4 1 orang meninggal 3. Mataram 2 4. Pagesangan 6 1 orang meninggal 5. Cakra 4 6. Kr. Taliwang 1 7. Cermen 1 Sebagian besar kasus yang dirawat di RSU Mataram berasal dari rujukan puskesmas, kasus gizi buruk yang dirawat umumnya disertai dengan gejala klinis; Marasmus, kwashiorkor, Gastro Enteritis, Pneumonia berat, Malaria, Meningitis, dll. 2. Kabupaten Lombok Barat Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan, jumlah kasus gizi buruk sejak Januari sampai 28 Mei 2005 sebanyak 133 orang, 14 orang diantaranya dengan gejala klinis Marasmus, Kwashiorkor dan Marasmus-Kwasiorkor. Sebanyak 26 orang dirawat di RSU sejak Januari - Mei 2005 dengan rincian dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Jumlah kasus yang dirawat di RSU Mataram No. 1. 2. 3. 4. 5. menurut puskesmas Wilayah Puskesmas Jumlah Keterangan kasus Puskesmas GN.Sari 2 1 orang meninggal Puskesmas Lembar 1 Meninggal Puskesmas Lingsar 5 1 orang meninggal Sekotong 4 Gerung 1

6. 7. 8. 9. 10. 11.

Kuripan Tanjung Narmada Parampuan Meninting Kayangan Total

1 1 7 1 2 1 26

Meninggal dirumah 2 orang meninggal

3. Lombok Timur Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan sejak Januari 28 Mei 2005 terdapat 178 kasus gizi buruk disertai gejala klinis (Marasmus/ Kwashiorkor/Marasmus-Kwasiorkor) dan 1 orang dirawat di RSU Mataram. 4. Lombok Tengah Laporan Dinas Kesehatan sejak Januari 26 Mei 2005 terdapat 9 kasus gizi buruk, 3 orang kasus gizi buruk diantaranya disertai gejala klinis (Marasmus/Kwashiorkor/Marasmus-Kwasiorkor), 1 orang sempat dirawat di RSU Praya dan 2 orang sempat dirawat di RSU Mataram. Dari 2 orang yang dirawat di RS mataram, 1 orang meninggal dunia, terlihat pada tabel 3. Tabel 3. Rekapituasi kasus gizi buruk Kabupaten Lombok Tengah Periode Januari-Mei 2005 No Wilayah Puskesmas . 1 Puyung 2. Mangkung 3. Penujak 4. Bonjeruk 5. Pringgarata Jumlah 2 2 2 1 2 Keterangan

1 org meninggal

Laporan Dinas Kesehatan sejak Januari 28 Mei 2005 jumlah kasus gizi buruk sebanyak 25 orang. C. Gambaran kasus dan kondisi masyarakat disekitar tempat tinggal kasus. Investigasi kasus dilakukan pada 3 wilayah yaitu; Kota Mataram, Kab. Lombok Barat, dan Kab. Lombok Tengah. Jumlah kasus yang dikunjungi sebanyak 1 orang, berasal dari : 1. Kota Mataram 1 kasus (Kelurahan Karang Puleh)

2.

Kabupaten Lombok Barat 2 kasus (Kelurahan Linsar dan Batu Kumbung) 3. Kabupaten Lombok Tengah 2 kasus (Desa Pemepek dan Bagu)

Berdasarkan hasil audit kasus gizi buruk pada 3 kabupaten yang dilakukan oleh puskesmas dan hasil investigasi kasus yang dilakukan pada 5 kasus gizi buruk diperoleh gambaran sebagai berikut Usia kasus , Dari 5 kasus, 4 orang berusia antara 10 bulan - 2 tahun, dan 1 orang berusia 3 tahun 4 kasus dari keluarga miskin (buruh harian, tukang ojek, dan TKI), dan 1 kasus dari keluarga mampu. Keadaan sanitasi lingkungan tempat tinggal kasus kurang mendukung, rumah tempat tinggal kasus sempit, gelap, tidak memenuhi syarat kesehatan. Satu kasus gizi buruk berasal dari keluarga mampu sempat dberobat ke dokter spesialis dan sempat dirawat di RSU karena ada komplikasi (pneumonia berat), namun akhirnya meninggal dunia. Tingkat pendidikan ibu rendah, dan rata-rata menikah pada usia 12-15 tahun, hal ini mempengaruhi pengetahuan tentang cara merawat anak dengan baik. 2 kasus tidak memberikan ASI eksklusif (telah memberi makanan lain ketika anak berusia 2 bulan). Kualitas pengasuhan anak masih kurang, hal ini terlihat dari ibu yang enggan membawa anak ke posyandu, ibu menganggap anak kurus dan malas makan bukan merupakan masalah kesehatan, praktek pemberian makanan lebih dini selain ASI, kurang memperhatikan kebersihan/higiene anak, dll. 3 dari 5 kasus gizi buruk jarang ke posyandu bahkan 1 kasus tidak pernah ke posyandu karena merasa malu mempunyai anak sangat kurus. Ketika hamil jarang mendapat ANC dan pada umumnya tidak mendapat imunisasi lengkap. Menurut informasi Wakil Bupati Kabupaten Lombok Barat, banyak anak balita yang tinggal didekat pantai dengan perut buncit (diduga menderita kecacingan), karena sanitasi dan kebersihan perorangan yang kurang.

Cakupan Posyandu rendah, baik di tingkat puskesmas maupun pada 3 desa tempat tinggal kasus. Pada 3 bulan terakhir terjadi penurunan N/D di 3 Posyandu di Kelurahan Karang Puleh (Kota Mataram), Kelurahan Linsar dan Batu Kumbung (Kab. Lombok Barat). Diduga keadaan kesehatan di 3 desa ini menurun. Sebagai contoh di Kelurahan Karang Puleh, Kota Mataram (lokasi kasus gizi buruk meninggal), selama 3 bulan terakhir terjadi peningkatan jumlah balita yang berat badannya tidak naik/tetap (T) atau penurunan N/D, terlihat pada tabel 4 dan tabel 5.

Tabel 4. Cakupan Posyandu Kelurahan Karang Puleh, Puskesmas Karang Puleh, Kota Mataram Bulan Januari Februari Maret April D/S (%) 55.8 65.6 64.7 65 N/D (%) 52.7 49.9 45.5 41.8

Tabel 5. Cakupan Posyandu Kelurahan Linsar, Kecamatan Linsar, Kabupaten Lombok Barat Bulan Januari Februari Maret April D/S (%) 67.9 69.3 73.0 N/D (%) 72.7 63.1 61.1 -

Di kelurahan Linsar sejak Januari sampai Maret, terdapat 9 anak yang mempunyai berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut (3 T), dan pada periode yang sama terdapat 28 anak BGM (tidak jelas apakah semuanya BGM baru atau BGM baru dan lama). di Kelurahan Batu Kumbung pada periode Januari- Maret terdapat 11 anak dengan berat badan turun pada 3 kali penimbangan berturut- turut dan anak BGM sebanyak 13 orang. Berdasarkan kondisi tersebut diatas diperkirakan masih ada anak balita lain yang berisiko untuk menderita gizi buruk, karena masih ada sekitar 30-50 % anak balita yang tidak terpantau pertumbuhannya.

Dari pengamatan yang dilakukan terlihat sistem kewaspadaan dini pada level puskesmas kebawah terlihat belum berjalan baik. Pada umumnya belum dilakukan kajian terhadap data pemantauan pertumbuhan yang ada dan data lainnya yang ada di puskesmas (penyakit, keluarga miskin, dll). Data yang tersedia sebetulnya dapat digunakan sebagai peringatan dini adanya ancaman gizi buruk (berat badan turun, BGM, adanya kasus diare) sehingga langkah antisipatif dapat dilakukan dengan melibatkan masyarakat dan sektor terkait. Laporan dari Dinas Kesehatan yang dikirim setiap bulan ke Tim Pangan dan Gizi /Pokja SKPG belum digunakan sebagai bahan untuk tindakan pencegahan dan penanggulangan gizi buruk yang dilaporkan selama ini.

D.

Upaya yang sudah dilakukan Tingkat Propinsi Dibawah koordinasi Gubernur melakukan rapat teknis dengan seluruh sektor terkait membahas strategi penanggulangan gizi buruk dalam waktu dekat. Membuat surat edaran kepada seluruh Bupati/Walikota untuk mengambil langkah-langkah yang berkaitan dengan penanggulangan gizi buruk (investigasi kasus, surveilans ketat dengan operasi timbang, merencanakan kegiatan pencegahan dan melaporkan kejadian dan perkembangan kasus serta melakukan koordinasi lintas sektor/program terkait dalam penangulangan kasus gizi buruk). Melakukan konfirmasi kasus kepada Dinas kesehatan kabupaten dan Rumah Sakit Umum Mataram. Mengadakan pertemuan dengan seluruh kepala seksi gizi dan surveilans dari seluruh Kabupaten/Kota Tingkat Kabupaten Melakukan rapat koordinasi dengan lintas sektor tingkat Kabupaten/Kota di bawah koordinasi Bupati/Walikota membahas masalah gizi buruk (Lombok Barat dan Kota Mataram). Surat Kepala Dinas Kesehatan kepada seluruh puskesmas se-Lombok Barat untuk meningkatkan penjaringan kasus gizi buruk dan melakukan SKD. Surat Bupati kepada seluruh camat/puskesmas melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan gizi buruk. Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah melakukan investigasi langsung kepada kasus gizi buruk

dengan tanda-tanda klinis (marasmus, kwasiorkor, dan marasmus-kwasiorkor). E. Tindakan yang akan dilakukan kedepan Meningkatkan dan memaksimalkan fungsi posyandu sebagai tempat pemantauan pertumbuhan balita dan tempat penjaringan kasus gizi buruk secara dini melalui instansi terkait, tokoh masyarakat dan tokoh agama. Dalam rangka mengatasi akar masalah terjadinya gizi buruk masing sektor terkait merencanakan kegiatan pembinaan dan pencegahan gizi buruk sesuai dengan bidang tugas masing-masing. F. Saran untuk tindak lanjut Melasanakan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) gizi buruk melalui pengkajian data pemantauan pertumbuhan balita di posyandu dan data lainnya yang tersedia terutama di level kecamatan kebawah, dan menggunakan informasi SKD sebagai tindakan kesiapsiagaan mengantisipasi ancaman gizi buruk. Melakukan surveilans di daerah terjadinya kasus secara intensif (operasi timbang/pekan penimbangan) untuk mencari kasus baru dan menjaring balita yang terancam gizi buruk dan tidak pernah terakses pelayanan kesehatan, dan melakukan surveilans ketat. Puskesmas diharapkan melakukan follow-up seluruh kasus gizi buruk yang telah kembali kerumah dan masih dalam fase rehabilitasi dengan memberikan bantuan makanan khusus (misalnya modisko), konseling gizi dan memantau perkembangan kasus. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dibantu oleh Dinas Kesehatan Propinsi memberikan bantuan teknis untuk melakukan penyelidikan/ investigasi gizi buruk khususnya kepada daerah lainnya yang dilaporkan ada kasus gizi buruk . Menyampaikan informasi SKD kepada Tim Pangan dan Gizi/Dewan Ketahanan Pangan, dan menggunakan informasi SKD serta penyelidikan gizi buruk untuk bahan rekomendasi dan pengamblilan tindakan dari sektor terkait. Meningkatkan kualitas pemantauan pertumbuhan dan konseling gizi melalui revitalisasi posyandu. Jakarta, 30 Mei 2005 Pelapor : 1.Rita kemalawati, MCN

2.Ir. Mursalim

Anda mungkin juga menyukai