Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 14, No.

2, Juli 2010

PERILAKU DINAMIS STRUKTUR BETON BERTULANG DARI GEDUNG BERATURAN DENGAN DAKTILITAS (Nilai R) SUBSISTEM STRUKTUR YANG BERBEDA
I K. Sudarsana1), D.P.G Sugupta1), I G.N.K. Udara2)
1)

Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Denpasar 2) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar Email : civil2001ca@yahoo.com

Abstrak : Dalam SNI 0317262002 Pasal 4.3.5 dinyatakan bahwa Apabila dalam arah pembebanan gempa akibat pengaruh Gempa Rencana sistem struktur terdiri dari beberapa jenis subsistem struktur gedung yang berbeda, faktor reduksi gempa representatif dari struktur gedung itu untuk arah pembebanan gempa tersebut, dapat dihitung sebagai nilai rata-rata berbobot dengan gaya geser dasar yang dipikul oleh masing-masing jenis subsistem sebagai besaran pembobotnya. Dengan faktor reduksi gempa representatif (Rr) ini, gaya geser dasar yang diterima oleh struktur tidak memperhitungkan subsistem yang terlemah yang mencapai leleh terlebih dahulu, padahal sesuai dengan konsep kekakuan, setiap subsistem struktur dengan daktilitas yang berbeda yang dinyatakan dengan faktor reduksi gempa (R), gaya geser dasar yang diterima juga berbeda. Untuk mengetahui perilaku dinamis struktur akibat dari kedua kondisi pembebanan gempa tersebut, dilakukan analisis terhadap sebuah struktur beton bertulang dari gedung beraturan dengan subsistem struktur dinding geser dan rangka beton bertulang yang memiliki daktilitas berbeda. Kedua kondisi pembebanan tersebut adalah beban gempa yang direduksi dengan Rr dan direduksi dengan Rs. Perilaku dinamis struktur diperoleh dari hasil pemodelan dan analisis menggunakan software berbasis elemen hingga (SAP 2000). Perhitungan dilaksanakan dalam dua tahap dimana pada tahap awal struktur di desain terhadap beban-beban yang bekerja baik beban gravitasi maupun beban gempa. Dalam proses desain beban gempa diperhitungkan sebagai beban gempa statik ekuivalen dengan faktor reduksinya diambil sesuai dengan ketentuan pada SNI 03-17262002. Pada tahap kedua, struktur dari hasil desain tahap pertama dievaluasi dengan analisis static pushover untuk mengetahui perilaku dinamisnya yang meliputi waktu getar, gaya geser dasar, simpangan antar tingkat, kekakuan, redaman dan properties dinamik lainnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa perilaku dinamis struktur yang dibebani dengan beban gempa direduksi dengan Rr tidak sama dengan perilaku dinamis struktur bila dibebani dengan beban gempa dengan Rs. Bila beban gempa direduksi dengan faktor Rs, struktur memiliki faktor daktilitas aktual, faktor reduksi gempa aktual, dan periode efektif yang lebih besar dibandingkan dengan bila beban gempa direduksi dengan faktor Rr. Namun, gaya geser dasar yang mampu dipikul lebih kecil, jumlah sendi plastis yang terjadi lebih sedikit, serta redaman efektif yang dimiliki struktur lebih kecil dibandingkan dengan saat beban gempa direduksi oleh faktor reduksi gempa representatif. Kata Kunci: Perilaku dinamis, analisis pushover, daktilitas, struktur beton bertulang

171

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 14, No. 2, Juli 2010

DYNAMIC BEHAVIOR OF REINFORCED CONCRETE STRUCTURE OF A REGULAR BUILDING WITH SUB-SYSTEMS HAVING DIFFERENT STRUCTURAL DUCTILITIES (R-factor)
Abstract: In the SNI 03-1726-2002 Standard Clause 4.3.5 it is stated that When a structural system parallel to the direction of nominal earthquake load, consists of some sub-structural systems, the representative reduction factor (Rr) of the earthquake load for this structure in the direction of the earthquake load can be calculated as an average of weighting values with each sub-structural system base shear as its weighting factors. With the representative reduction factor (Rr), the base shear acting on the structure does not consider the weakest sub-system which reaches its yielding capacity first, whereas base on stiffness concept, sub-system with a different ductility will resist a different base shear. In order to investigate dynamic behavior of a structure due to this both earthquake loading condition, analysis was done on a reinforced concrete structure of a regular building consisted of structural sub-systems of shear walls and frames which have each different ductility. This both loading conditions are the earthquake with reduction factor of Rr and Rs. Dynamic behavior of the structure is obtained from the results of modeling and analysis of the structure using finite element software (SAP 2000). The calculation was done in two stages in which the first stage, the structure was designed to resist both gravity load and earthquake load. In the design process, earthquake load was treated as static equivalent earthquake load with a reduction factor calculated according to SNI 03-1726-2002 requirements. The second stage, the structure that has been designed, its dynamic behavior was evaluated using nonlinear static pushover analysis including period, base shear, horizontal drift, stiffness, damping and other dynamic properties of the structures. The results of analysis show that dynamic behaviors of the structure subjected to earthquake load with representative reduction factor (Rr) differ from those of the earthquake load with reduction factor each sub-system (Rs). For earthquake load with reduction factor Rs, the actual ductility factor, actual earthquake reduction factor, effective period of the structure are bigger than those of the structure with reduction factor Rr. However, it has smaller base shear, less number of plastic hinges and smaller effective damping. Keywords: Dynamic behavior, pushover analysis, ductility, reinforced concrete structure

PENDAHULUAN Latar Belakang Kemampuan struktur dalam memikul beban gempa sangat tergantung dari daktilitas struktur tersebut. Daktilitas suatu struktur merupakan kontribusi dari daktilitas elemen-elemen atau sub-sistem struktur tersebut. Sebuah struktur gedung tersusun dari beberapa subsistem struktur yang bekerja bersama-sama untuk memikul beban, baik beban gravitasi maupun beban lateral. Sebuah sistem struktur sering menggunakan lebih dari satu jenis subsis172

tem struktur seperti dinding struktur (DS) dan rangka pemikul momen (RPM). Kedua jenis subsistem struktur gedung ini memiliki nilai faktor daktilitas yang berbeda yang juga dapat dinyatakan dalam faktor reduksi beban gempa (R). Dalam SNI 0317262002 pasal 4.3.5 disebutkan apabila dalam arah pembebanan gempa akibat pengaruh Gempa Rencana sistem struktur terdiri dari beberapa jenis subsistem struktur gedung yang berbeda, faktor reduksi gempa representatif dari struktur gedung itu untuk arah pembebanan gempa tersebut, dapat dihitung

Perilaku Dinamis Struktur Beton Bertulang ............................... Sudarsana, Sugupta, dan Udara

sebagai nilai rata-rata berbobot dengan gaya geser dasar yang dipikul oleh masingmasing jenis subsistem sebagai besaran pembobotnya. Metode ini hanya boleh dipakai apabila rasio antara nilai-nilai faktor reduksi gempa dari jenis-jenis subsistem struktur gedung yang ada tidak lebih dari 1,5. Hal ini merepresentasikan bahwa faktor reduksi gempa yang berbeda dari beberapa jenis subsistem struktur pada sebuah sistem struktur, perhitungan beban gempa yang bekerja pada struktur menggunakan faktor reduksi gempa representatif dimana gaya geser dasar yang diterima oleh semua subsistem struktur akibat beban gempa dianggap sama. Namun sesuai dengan konsep kekakuan, setiap subsistem struktur dengan faktor reduksi gempa yang berbeda, gaya geser akibat beban gempa yang diterima juga berbeda. Pertanyaan yang perlu ditinjau adalah bagaimana perbandingan perilaku dinamis sebuah sistem struktur, saat menerima beban gempa yang direduksi oleh faktor reduksi gempa dari masing-masing subsistem struktur dengan beban gempa yang direduksi dengan faktor reduksi gempa representatif. Untuk menjawab pertanyaan itu diperlukan penelitian lebih mendalam. Perilaku yang ditinjau adalah mekanisme sendi plastis, gaya geser dasar, deformasi lateral, kekakuan struktur, faktor daktilitas dan faktor reduksi gempa aktual struktur, waktu getar efektif, serta redaman efektif struktur. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan perilaku dinamis antara struktur yang menerima beban gempa dengan faktor reduksi gempa representatif, dengan yang menerima beban gempa dengan faktor reduksi gempa masing-masing subsistem struktur. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan kontribusi positif bagi perencana dalam memperhitungkan besarnya beban

gempa yang perlu diperhitungkan dalam mendesain struktur. Data Struktur Gedung dianggap terletak di wilayah gempa 5 (menurut SNI 03-1726-2002). Jenis tanah pada lokasi bangunan tergolong tanah keras. Gedung ini termasuk dalam kategori gedung umum/perkantoran (I=1). Struktur gedung didesain sebagai gedung beraturan lima lantai dengan jarak antar lantai 4 meter sehingga tinggi total struktur adalah 20 meter. Masing-masing lantai memiliki denah struktur yang sama dengan bentang 4 meter. Struktur ini menggunakan bahan beton bertulang dengan kekuatan bahan sesuai dengan persyaratan untuk struktur tahan gempa yaitu kuat tekan beton (fc) = 25 MPa dan kuat leleh baja tulangan (fy) = 400 MPa. Struktur terdiri dari dua jenis subsistem struktur yaitu Subsistem Struktur Dinding Geser/struktur (DS) dan Subsistem Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Dinding Geser yang digunakan berupa Dinding Geser Kantilever Daktail Penuh dengan ketebalan 200 mm. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) terdiri balok dimensi 30/45 kolom dimensi 50/50. Dimensi dari balok dan kolom memenuhi persyaratan geometri untuk SRPMK dalam SNI 03-2847-2002. Struktur dianggap terjepit penuh pada lantai dasar dan tangga dianggap terpisah dari struktur utama sehingga tidak mempengaruhi kekakuan struktur secara keseluruhan. Adapun denah dan portal dari struktur yang ditinjau dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2. Analisis dilakukan dengan menggunakan program Finite Elemen SAP2000, dimana balok dan kolom dimodelkan sebagai elemen garis sedangkan pelat lantai dan dinding geser dimodelkan sebagai elemen shell. MATERI DAN METODE Pemodelan struktur gedung beton bertulang dilakukan dengan menggunakan pro173

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 14, No. 2, Juli 2010

gram SAP 2000 v10. Denah struktur gedung ini ditampilkan dalam Gambar 1.a dan model tiga dimensinya dapat dilihat pada Gambar 1.b. Struktur ini memiliki dua jenis subsistem struktur dengan R yang berbeda, yaitu rangka pemikul momen dan dinding geser. Masing-masing sub-sistem struktur ditampilkan dalam Gambar 1.b. Elemen struktur balok dan kolom dimodelkan sebagai elemen garis dan dinding geser dimodelkan sebagai elemen shell. Adapun beban yang dikerjakan adalah beban gravitasi yang merupakan kombinasi beban mati dan beban hidup serta beban gempa. Untuk atap, beban mati (D) = 309 kg/m2 dan beban hidup (L) = 100 kg/m2, sedangkan pada Lantai 1 sampai dengan Lantai 4, beban mati (D) sebesar 333 kg/m2 dan beban hidup sebesar 250 kg/m2. Beban gempa yang bekerja pada struktur ditinjau terhadap sumbu X positip saja mengingat struktur adalah simetris dan beraturan. Pada Tabel 1 terlihat besarnya beban gempa yang bekerja pada masing-masing tingkat dengan menggunakan reduksi faktor gempa (R) representatif sesuai dengan SNI-03-1726-2002 Tabel 1a. Distribusi gaya geser tiap tingkat (untuk R representatif = 6,972)
A' 4 B'

Tingkat 5 ( Atap ) 4 3 2 1 Jumlah

zi (m) 20 16 12 8 4

Wi (ton) 150.1 235.39 235.39 235.39 307.15 1,163.42

Wi x zi ( tm) 3,001.92 3,766.27 2,824.70 1,883.14 1,228.61 12,704.64

Fi (kN) 238.66 299.42 224.57 149.71 97.67 1,010.03

Tabel 1b. Distribusi gaya geser tiap tingkat (untuk Rs)


2xPortal-DS Portal 2-2 Portal 3-3 (kN) (kN) (kN) 5 ( Atap ) 117.84 54.79 57.73 4 153.72 66.17 70.93 3 115.28 49.63 53.2 2 76.86 33.08 35.47 1 52.04 21.27 22.34 Jumlah 515.74 224.94 239.67 Tingkat Fi (kN) 230.36 290.82 218.11 145.41 95.65 980.35

Sebelum dilakukan analisis static pushover, semua elemen struktur didesain menurut peraturan yang berlaku sehingga dimensi-dimensi yang dipergunakan dalam hal ini telah mampu memikul beban-beban yang bekerja. Sub-sistem rangka didesain sebagai Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) sedangan dinding geser didesain sebagai dinding struktur daktail. Elemen struktur tangga tidak diperhitungkan dalam memberikan kekakuan struktur secara keseluruhan.

C'

D' 4'

3'

2'

1 A B C D

1'

Gambar 1a. Denah Struktur Gedung


174

Perilaku Dinamis Struktur Beton Bertulang ............................... Sudarsana, Sugupta, dan Udara

4000

4000

4000 + 20.00

4000

4000

4000

+ 16.00

+ 12.00

+ 8.00

+ 4.00

0.00

Gambar 1b. Pemodelan Struktur pada SAP 2000 faktor reduksi gempa masing-masing subsistem struktur. Pembahasan dilakukan dengan memKedua metode ini akan sering disebutbandingkan perilaku dinamis struktur kan dalam pembahasan selanjutnya agar yang menerima beban gempa dengan dua mempermudah penyebutan, beban gempa metode pereduksian beban gempa. Meto- yang direduksi oleh faktor reduksi gempa de pertama adalah beban gempa yang be- representatif selanjutnya disebut dengan kerja pada struktur direduksi oleh faktor beban gempa Rr. Beban gempa yang direreduksi gempa representatif. Metode ke- duksi oleh faktor reduksi gempa masingdua adalah beban gempa direduksi oleh masing subsistem struktur disebut dengan beban gempa Rs. Tabel 2. Tabel kurva pushover (kasus beban gempa Rr ) HSIL DAN PEMBAHASAN
Step 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Displacement mm -0.018063 1.581937 3.181937 4.781937 6.381937 7.981937 9.581937 11.181937 11.647257 13.305403 BaseForce N 0 205714.32 411246.42 616593.99 821757.03 1026735.52 1231529.44 1436138.76 1495964.85 1680863.88 AtoB BtoIO IOtoLS LStoCP CPtoC CtoD DtoE >E Total 480 480 480 480 480 480 480 480 478 459 0 0 0 0 0 0 0 0 2 21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 480 480 480 480 480 480 480 480 480 480

Sebagian sengaja dihapus


40 41 42 76.234996 78.915094 79.981937 7178383.52 343 7395419.54 342 7479406.29 342 13 14 14 25 23 20 25 27 30 74 73 73 0 1 1 0 0 0 0 0 0 480 480 480

Kurva Pushover Kurva pushover menggambarkan hubungan antara deformasi lateral dengan gaya geser dasar. Besarnya deformasi late-

ral (displacement), gaya geser dasar (base force), dan kondisi sendi plastis untuk setiap langkah pembebanan pushover ditampilkan dalam Tabel 2 dan Tabel 3. Kurva
175

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 14, No. 2, Juli 2010

pushover ditunjukkan pada Gambar 2 dan

Gambar 3.

Tabel 3. Tabel kurva pushover ( kasus beban gempa Rs)


Step 0 1 2 3 4 5 6 7 43 44 45 46 47 Displacement BaseForce BtoI IOto LSto CPto AtoB CtoD DtoE >E Total O LS CP C mm N -0.018063 0 480 0 0 0 0 0 0 0 480 1.581937 221582.92 480 0 0 0 0 0 0 0 480 3.181937 442875.96 480 0 0 0 0 0 0 0 480 4.781937 663876.54 480 0 0 0 0 0 0 0 480 6.381937 884584.64 480 0 0 0 0 0 0 0 480 7.981937 1105000.17 480 0 0 0 0 0 0 0 480 8.826377 1221944.59 478 2 0 0 0 0 0 0 480 10.492069 1436634.85 464 16 0 0 0 0 0 0 480 Sebagian sengaja dihapus 70.63548 6643125.98 346 11 15 16 92 0 0 0 480 72.766009 6807596.34 345 11 12 19 92 1 0 0 480 74.366009 6937162.78 345 11 12 16 95 1 0 0 480 77.365821 7177541.77 343 13 12 11 99 2 0 0 480 79.918892 7376771.27 342 14 9 14 99 2 0 0 480

Gambar 2. Kurva pushover untuk kasus beban gempa Rr

Gambar 3. Kurva pushover untuk kasus beban gempa Rs

176

Perilaku Dinamis Struktur Beton Bertulang ............................... Sudarsana, Sugupta, dan Udara

Pada Gambar 2 dan Gambar 3 dapat dilihat titik-titik kinerja dari struktur mulai dari kondisi leleh, Immediate occupancy (IO), Life safty (LS) dan Collapse Prevention (CP). Sepintas kedua kurva terlihat sama, namun posisi dari setiap titik dalam kurva tersebut tidak berimpit. Besarnya deformasi lateral dan gaya geser dasar saat kondisi leleh pertama dan kondisi beban ultimit direkap dalam Tabel 4. Tabel 4 . Nilai deformasi lateral saat kondisi leleh pertama dan ultimit
Kasus beban Kondisi pushover Beban gempa Leleh Step Step-8 Deformasi (mm) 11,65 78,92 8,83 72,77 Gaya geser dasar (N) 1.495.964,85 7.395.419,54 1.221.944,59 6.807.596,34

yang disyaratkan pada SNI 03-1976-2002, tidak memperhitungkan hal ini. Faktor Daktilitas Aktual () Dari nilai deformasi pada Tabel 4 dapat dihitung nilai faktor daktilitas aktual dari kedua kasus beban pushover, yaitu sebagai berikut: Kasus beban gempa dengan :
Rr

78,92 = 6,78 11,65 72,77 = 8,24 8,83

Kasus beban gempa dengan:


Rs

Rr Rs

Ultimit Step-41 Step-6

Beban gempa Leleh

Ultimit Step-44

Leleh pertama pada kasus beban gempa Rr terjadi pada langkah ke-8 saat struktur berdeformasi sebesar 11,65 mm dengan gaya geser dasar 1.495,96 kN. Kondisi ultimit struktur tercapai pada saat struktur mengalami deformasi sebesar 78,92 mm dan gaya geser dasar yang terjadi 7.395,42 kN. Pada kasus beban gempa Rs, struktur mengalami leleh pertama pada saat struktur berdeformasi sebesar 8,83 mm ( setara dengan 75,8% dari kasus beban gempa Rr) dan gaya geser yang dipikul 1.221,94 kN (81,7% dari kasus beban gempa Rr), sedangkan kondisi ultimit terjadi saat struktur berdeformasi sebesar 72,77 mm (92,2% dari kasus beban gempa Rr) dengan gaya geser dasar 6.807,60 kN, atau setara dengan 92,1% dari kasus beban gempa Rr. Hasil analisis menunjukkan bahwa struktur dengan faktor reduksi gempa Rs lebih dulu mengalami leleh. Kondisi ultimit juga lebih cepat terjadi dibandingkan dengan struktur dengan faktor reduksi gempa Rr. Hal ini menunjukan bahwa pelelehan akan terjadi pada elemen struktur yang paling lemah sehingga perhitungan faktor reduksi dengan pembobotan seperti

Faktor daktilitas aktual struktur untuk kasus beban gempa Rr adalah sebesar 6,78, sedangkan untuk kasus beban gempa Rs adalah 8,24. Faktor daktilitas aktual struktur pada kasus beban gempa Rs lebih besar 20% dari kasus beban gempa Rr. Faktor Reduksi Gempa Aktual (R) Faktor reduksi gempa aktual (R) didapat dari hasil kali antara faktor daktilitas dengan nilai faktor kuat lebih beban dan bahan (R = f1), dimana f1 adalah faktor kuat lebih beban dan bahan yang terkandung di dalam struktur gedung yang merupakan rasio antara beban gempa saat leleh pertama (Vy) dengan beban gempa rencana (Vn). Nilai dari semua variabel ini ditampilkan dalam Tabel 5. Beban gempa rencana statik ekivalen (Vn) untuk kedua kasus beban pushover diperoleh dari perhitungan pada Tabel 1a dan 1b. Beban gempa saat leleh pertama diperoleh melalui analisis nonlinear statik pushover. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5 didapat nilai faktor kuat lebih beban dan bahan (f1) untuk kedua kasus beban pushover adalah lebih besar dari satu. Nilai f1 untuk kasus beban gempa Rs lebih kecil dibandingkan dengan kasus beban gempa Rr. Dengan nilai itu dapat diketahui bahwa struktur lebih lemah saat dibebani dengan beban gempa Rs.

177

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 14, No. 2, Juli 2010

Tabel 5. Nilai daktilitas aktual () dan faktor reduksi gempa aktual (R)
Kasus beban pushover Beban gempa rencana statik ekivalen (Vn), kN 1,010.03 980,15 Beban gempa saat leleh pertama hasil analisa Pushover (Vy),kN 1,495.96 1,221.94 Faktor kuat lebih beban dan bahan (f1=Vy/Vn) 1,48 1,25 Faktor daktilitas aktual () 6,78 8,24 8,892 11,647 Faktor reduksi gempa aktual (R=f1.) 10,04 10,28 2,919 2,756

Beban gempa Rr Beban gempa Rs

Faktor reduksi gempa aktual struktur untuk kasus beban gempa Rr lebih kecil dibandingkan dengan kasus beban gempa Rs. Untuk kasus beban gempa Rr nilai faktor reduksi gempa aktual struktur adaah 10,04, sedangkan untuk kasus beban gempa Rs nilai faktor reduksi gempa aktual struktur adalah 10,28. Faktor reduksi gempa aktual struktur saat menerima beban gempa Rs adalah 2,4% lebih besar daripada saat menerima beban gempa Rr. Kedua nilai faktor reduksi ini lebih besar daripada faktor reduksi yang ditentukan dalam SNI 03-1726-2002 yaitu R = 8,5. Namun, berdasarkan perhitungan pada Tabel 5, nilai f1 yang diperoleh lebih kecil dari 1, yang merupakan asumsi yang diberikan pada SNI 03-1726-2002. Perpindahan Antar Lantai Nilai masing-masing deformasi lantai dan perpindahan antar lantai pada saat leleh pertama(s) dan kondisi ultimit (m) untuk masing-masing kasus beban pushover ditampilkan dalam Tabel 6-9. Dari nilai perpindahan dalam Tabel 69 diperoleh kurva hubungan antara drift dengan nomor lantai seperti yang terlihat pada Gambar 4. Tabel 6. Nilai s untuk kasus beban gempa Rr
Lantai 0 (dasar) 1 2 3 Deformasi Lantai (mm) 0,000 1,084 3,250 5,972 Drift 0,000 1,084 2,166 2,722

4 5 (Atap)

Tabel 7. Nilai s untuk kasus beban gempa Rs


Lantai 0 (dasar) 1 2 3 4 5 (Atap) Deformasi Lantai (mm) 0 0,8106 2,452 4,513 6,726 8,826 Drift 0,000 0,811 1,641 2,061 2,214 2,100

Tabel 8. Nilai m untuk kasus beban gempa Rr


Lantai 0 (dasar) 1 2 3 4 5 (Atap) Deformasi Lantai (mm) 0,000 6,667 20,562 38,758 58,838 78,915 Drift 0,000 6,667 13,895 18,196 20,080 20,077

Tabel 9. Nilai m untuk kasus beban gempa Rs


Lantai 0 (dasar) 1 2 3 4 5 (Atap) Deformasi Lantai (mm) 0,000 6,107 18,926 35,700 54,193 72,766 Drift 0,000 6,107 12,820 16,774 18,493 18,573

178

Perilaku Dinamis Struktur Beton Bertulang ............................... Sudarsana, Sugupta, dan Udara

Gambar 4. Perpindahan antar lantai (drift) untuk kedua kasus beban gempa Dari hasil analisis didapat besarnya deformasi maksimum antar lantai arah x saat kondisi leleh pertama untuk kasus beban gempa Rr terjadi pada lantai 4 yaitu sebesar 2,919 mm. Untuk kasus beban gempa Rs, deformasi maksimum juga terjadi pada lantai 4, namun dengan nilai yang lebih kecil yaitu sebesar 2,214 mm atau setara dengan 75,8% dari kasus beban gempa Rr. Besarnya deformasi lateral yang terjadi secara bertahap terus meningkat seiring dengan peningkatan beban lateral yang diberikan secara monotonik. Deformasi maksimum antar lantai saat kondisi leleh pertama untuk kasus beban gempa Rr terjadi pada lantai 4 yaitu sebesar 20,080 mm. Deformasi maksimum untuk kasus beban gempa Rs juga terjadi pada lantai 4, namun dengan nilai yang lebih kecil yaitu sebesar 18,493 mm atau setara dengan 92,1% dari kasus beban gempa Rr. Kekakuan Struktur (Stiffness) Kekakuan struktur gedung adalah besarnya gaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu satuan perpindahan. Pada analisis nonlinear statik pushover didapat besaran-besaran perpindahan pada kondisi tertentu dari gaya geser dasar yang bekerja pada struktur sehingga kekakuan struktur dapat dihitung. Pada kasus beban gempa dengan faktor reduksi Rr, kekakuan struktur pada kondisi leleh pertama dan ultimit masing-masing sebesar 125.216,78 N/mm dan 93.713,74 N/mm, sedangkan pada kasus beban gempa dengan faktor reduksi Rs, kekakuan struktur pada kondisi leleh pertama 138.448,29 N/mm dan pada kondisi ultimit sebesar 93.554,63 N/mm. Saat kondisi leleh pertama, nilai kekakuan struktur untuk kasus beban gempa dengan Rr adalah lebih kecil 9,6% dibandingkan dengan kasus beban gempa dengan Rs. Kondisi sebaliknya terjadi pada kondisi ultimit dimana kekakuan struktur untuk kasus beban gempa dengan Rr lebih besar 0,17% dibandingkan dengan kasus beban gempa dengan Rs. Kondisi Sendi Plastis Pada Setiap Peningkatan Beban Dalam pembahasan ini ditampilkan gambar kurva kriteria keruntuhan dari analisis nonlinear statik pushover untuk mempermudah pemahaman pembaca. Kurva ini dapat dilihat pada Gambar 5. Jumlah dan kondisi sendi plastis untuk setiap langkah pembebanan dari kasus beban pushover dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
179

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 14, No. 2, Juli 2010

Sedangkan jumlah sendi plastis untuk kondisi saat leleh pertama dan saat kondisi ultimit akibat kedua ka-sus beban gempa dirangkum dalam Tabel 10. Gambar 5.Kurva kriteria keruntuhan pada Analisis Nonlinear Static Pushover . Tabel 10. Jumlah dan kondisi sendi plastis pada saat leleh pertama dan ultimit
Kasus beban pushover Beban gempa Rr Kondisi Leleh (step-8) Ultimit (step-41) Leleh (step-6) Ultimit (step-44) A-B B-IO 478 342 478 345 2 14 2 11 Jumlah sendi plastis untuk setiap kondisi IO-LS LS-CP CP-C C-D D-E 0 23 0 12 0 27 0 19 0 73 0 92 0 1 0 1 0 0 0 0 >E Total 0 0 0 0 480 480 480 480

Beban gempa Rs

Leleh pertama akibat kasus beban gempa Rr terjadi pada step ke-8 dengan jumlah penampang yang mengalami leleh (B-IO) adalah sebanyak 2 buah. Kondisi ultimit terjadi pada step ke-41 yang ditandai dengan munculnya sendi plastis C-D pada suatu penampang. Jumlah total sendi plastis yang terjadi sampai struktur mencapai kondisi ultimit adalah sebanyak 138 buah. Leleh pertama pada kasus beban gempa Rs terjadi pada step ke-6 dengan jumlah penampang yang mengalami leleh (B-IO) adalah sebanyak 2 buah. Beban maksimum terjadi pada step ke-44 dengan jumlah total sendi plastis yang terjadi sampai struktur mencapai kondisi ultimit adalah sebanyak 135 buah.

Jumlah sendi plastis yang terjadi sebelum struktur mencapai kondisi ultimit pada kasus beban gempa Rr adalah lebih banyak dibandingkan dengan kasus beban gempa Rs. Semakin banyak sendi plastis yang terjadi berarti kinerja struktur semakin bagus. Karena semakin banyak terjadi pemencaran energi melalui terbentuknya sendi plastis sebelum kapasitas struktur terlampaui. Posisi dan kondisi masing-masing sendi plastis pada saat terjadi leleh pertama. Disaat kondisi ultimit akibat beban gempa dengan Rr dan akibat beban gempa dengan Rs ditampilkan pada Gambar 6 sampai Gambar 9.

Gambar 6. Kondisi leleh pertama akibat beban gempa Rr


180

Perilaku Dinamis Struktur Beton Bertulang ............................... Sudarsana, Sugupta, dan Udara

Gambar 7. Kondisi leleh pertama akibat beban gempa Rs Sendi plastis muncul pertama kali (leleh pertama) pada penampang balok. Kondisi ini terjadi pada langkah ke-8 untuk kasus beban gempa Rr dan pada langkah ke-6 untuk kasus beban gempa Rs. Posisi terbentuknya sendi plastis serta kondisi masing-masing sendi plastis yang muncul pertama kali (leleh pertama) dapat dilihat pada Gambar 6. Pada kondisi leleh pertama ini tidak terbentuk sendi plastis pada komponen kolom. Hal ini sesuai dengan konsep desain kapasitas yaitu balok lemah kolom kuat. Leleh pertama diharapkan terjadi pada ujung-ujung balok terlebih dahulu sebelum terjadi pada ujung-ujung kolom dan kaki dinding geser.

Gambar 8. Kondisi ultimit akibat beban gempa Rr

Gambar 9. Kondisi ultimit akibat beban gempa Rs Kondisi setiap sendi plastis terus berubah mit pada salah satu komponen struktur. sampai pada akhirnya terjadi kondisi ulti- Pada kondisi ini sudah banyak terbentuk
181

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 14, No. 2, Juli 2010

sendi plastis pada komponen balok. Kondisi ultimit ditandai dengan munculnya sendi plastis berwarna kuning. Kondisi ini terjadi pada langkah ke-41 untuk kasus beban gempa Rr dan langkah ke-44 untuk kasus beban gempa Rs. Kondisi ultimit untuk kedua kasus pushover ini terjadi pada penampang balok yang sama yaitu pada balok atap (nomor balok: 105). Posisi terbentuknya sendi plastis ultimit tidak terjadi pada balok yang mengalami leleh pertama. Hal ini terjadi karena penampang balok yang mengalami leleh pertama mampu melakukan perputaran sudut yang besar, sehingga kondisi ultimit lebih dulu tercapai pada balok lain yang memiliki kemampuan berputar sudut lebih kecil daripada balok yang mengalami leleh pertama. Sampai pada kondisi diambang keruntuhan ini, belum tampak tanda-tanda ter-

bentuknya sendi plastis pada penampang kolom. Semua kolom masih dalam kondisi utuh dan belum terjadi leleh. Ini menandakan kolom-kolom dari struktur ini terlalu kuat. Kondisi ini juga didukung oleh adanya dinding geser yang menyebabkan beban lateral yang diterima struktur sebagian besar dipikul oleh dinding geser. Gaya-Gaya Dalam pada Daerah Kritis Struktur Daerah kritis yang dimaksud disini adalah daerah yang pertama kali mencapai kondisi ultimit. Komponen struktur yang pertama kali mencapai kondisi ultimit untuk kedua kasus pushover adalah balok atap pada Portal 2 (nomor balok 105), ditandai dengan munculnya sendi plastis berwarna kuning pada ujung balok. Berikut ditampilkan kembali gambar elemen struktur yang runtuh pertama kali.

Gambar 10. Komponen struktur yang mengalami kegagalan pertama kali Perubahan gaya dalam (momen dan gaya lintang) pada penampang balok tersebut untuk kasus beban gempa representatif ditampilkan dalam Tabel 11.

Tabel 11. Momen dan Gaya Geser pada penampang balok 105 untuk setiap langkah pembebanan dari kedua kasus beban pushover.
Step 0 1 2 3 40
182

Momen (Nmm) Gaya Geser (N) Representatif Masing-masing Representatif Masing-masing -2,154,097.48 -2,154,097.48 -13,905.56 -13,905.56 -524,440.84 -46,278.56 -12,929.63 -12,634.47 1,103,979.08 2,057,449.26 -11,954.53 -11,365.95 2,731,144.42 4,157,060.79 -10,980.26 -10,100.03 Sebagian sengaja dihapus 12,704,733.57 12,404,030.98 1,951.08 1,747.01

Perilaku Dinamis Struktur Beton Bertulang ............................... Sudarsana, Sugupta, dan Udara

41 42 43 44 45 46 47

12,677,913.29 12,631,673.84 -

12,474,083.07 12,543,966.41 12,656,931.69 12,742,843.02 12,670,521.22 12,536,510.79 12,426,117.05

1,997.08 2,004.74 -

1,801.72 1,856.30 1,944.48 2,011.47 2,024.55 2,048.77 2,068.67

Dari tabel tersebut dapat ditarik suatu grafik hubungan antara langkah pembebanan dengan momen yang terjadi

dari kedua kasus beban pushover seperti yang ditampilkan dalam Gambar 11 dan 12 masing untuk momen dan gaya geser.

Gambar 11. Momen pada penampang balok 105 untuk setiap langkah peningkatan beban Pada langkah ke-0 kasus beban gempa tur, sampai pada saat tertentu momen poRr terjadi momen negatif sebesar: sitif ini melampaui momen negatif akibat 2.154.097,48 Nmm. Nilai ini sama dengan beban gravitasi sehingga momen akumumomen pada kasus beban gempa Rs dan lasi yang terjadi adalah momen positif. merupakan hasil dari analisis gravitasi, Sampai akhirnya momen yang terjadi pamengingat kedua kasus analisis nonlinear da elemen tersebut mencapai kapasitas statik pushover merupakan kelanjutan dari maksimum pada langkah ke-41 untuk kaanalisis beban gravitasi. sus beban gempa Rr:12.677.913,29 Nmm, Momen yang terjadi pada penampang ba- dan pada langkah ke-44 untuk kasus belok 105 mengalami perubahan seiring de- ban gempa Rs: 12.742.843,02 Nmm. Dari Tabel 11 juga dapat ditarik suatu ngan peningkatan beban lateral yang diberikan kepada struktur. Beban gempa me- grafik hubungan antara langkah pembebanyebabkan timbulnya momen positif pada nan dengan gaya geser yang terjadi dari elemen tersebut. Momen positif ini terus kedua kasus beban pushover seperti yang bertambah seiring dengan bertambahnya ditampilkan dalam Gambar 12. gaya dorong yang dikerjakan pada struk-

183

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 14, No. 2, Juli 2010

Gambar 12. Gaya geser pada penampang balok 105 untuk setiap langkah pembebanan kedua kasus pushover Pada langkah ke-0 kasus beban gempa Rr terjadi gaya geser negatif sebesar 13.905,56 N. Nilai ini sama dengan gaya geser pada kasus beban gempa Rs dan merupakan hasil dari analisis gravitasi, mengingat kedua kasus analisis nonlinear statik pushover merupakan kelanjutan dari analisis beban gravitasi. Sama seperti momen, gaya geser yang terjadi pada penampang balok 105 juga mengalami perubahan seiring dengan peningkatan beban lateral yang diberikan kepada struktur. Sampai akhirnya gaya geser yang terjadi pada elemen tersebut mencapai kapasitas maksimum pada langkah ke-41 untuk kasus beban gempa Rr yaitu sebesar 1.997,08 N, dan pada langkah ke44 untuk kasus beban gempa Rs dengan nilai sebesar 2.011,47 N. Kurva Spektrum Kapasitas Selain kurva hubungan antara deformasi lateral dengan gaya geser dasar (Resultant Base Shear vs Monitored Displacement), program SAP 2000 juga mampu menampilkan Kurva Spektrum Kapasitas (Capacity Spectrum). Berikut ditampilkan kurva spektrum kapasitas untuk kedua kasus beban pushover. Pada Gambar 13 dan Gambar 14 terdapat empat buah jenis kurva yaitu Kurva Spektrum Kapasitas, Kurva Family of Demand Spectra untuk masing-masing redaman, Kurva Single Demand Spectrum dan Kurva Periode Konstan.

Gambar 13. Kurva spektrum kapasitas (kasus beban gempa Rr )

Gambar 14. Kurva spektrum kapasitas (kasus beban gempa Rs ) Dari kurva spektrum kapasitas didapat nilai Performance Point. Performance point ini adalah titik perpotongan antara kurva capacity spectrum dengan demand spectrum. Dari performance point ini bisa diketahui nilai gaya geser dasar (V), deformasi (D), spectrum percepatan (Sa), spectrum perpindahan (Sd), Periode efektif (Teff) dan redaman efektif (B-eff) . Nilai-nilai ini ditampilkan dalam Tabel 12.

184

Perilaku Dinamis Struktur Beton Bertulang ............................... Sudarsana, Sugupta, dan Udara

Tabel 12. Performance Point Kasus Beban Pushover Gempa Rr Gempa Rs Performance Point V D Sa Sd T-eff -eff (N) (mm) (g) (mm) (dt) 2.238.388,90 18,653 0,696 11,624 0,259 0,069 1.799.856,40 13,741 0,576 13,693 0,312 0,069 menjadi spektrum percepatan (ALPHA) dan nilai konversi dari perpindahan menjadi spektrum perpindahan (PFPhi) untuk setiap langkah pembebanan akibat kasus beban gempa Rr dapat dilihat pada Tabel 13, sedangkan untuk kasus beban gempa Rs ditampilkan pada Tabel 14.
Sd(D) mm Sa(D) 0,7823 0,7823 0,7815 0,7807 0,7800 Alpha 1,0000 0,6925 0,6926 0,6927 0,6927 PFPhi 1,0000 1,6098 1,6096 1,6093 1,6090 1,5065 1,5042

Nilai dari variabel-variabel yang terdapat pada kurva Spektrum Kapasitas, diantaranya nilai T-eff, B-eff, nilai spektrum deformasi kapasitas dan spektrum percepatan kapasitas (Sd (C) dan Sa (C)), nilai dari single demand spectrum (Sd (D) dan Sa (D)), nilai konversi dari gaya geser dasar
Step 0 1 2 3 4 40 41 T-eff 0,2505 0,2505 0,2506 0,2507 0,2508 B-eff 0,0500 0,0500 0,0502 0,0503 0,0504 Sd(C) mm Sa(C)

Tabel 13. Tabel kurva spektrum kapasitas untuk kasus beban gempa Rr

0,0000 0,0000 12,1980 0,9940 0,0637 12,1980 1,9880 0,1274 12,1930 2,9830 0,1910 12,1910 3,9780 0,2546 12,1890 Sebagian sengaja dihapus 0,2966 0,0872 50,6150 2,3162 12,4480 0,2974 0,0871 52,4740 2,3878 12,4860

0,5696 0,6651 0,5682 0,6646

Tabel 14. Tabel kurva spektrum kapasitas untuk kasus beban gempa Rs
Step 0 1 2 3 4 41 42 43 44 T-eff 0,3026 0,3026 0,3027 0,3028 0,3030 0,3561 0,3566 0,3575 0,3584 B-eff 0,0500 0,0500 0,0502 0,0503 0,0504 0,0818 0,0815 0,0814 0,0818 Sd(C) mm Sa(C) Sd(D) mm Sa(D) 0,6478 0,6478 0,6470 0,6463 0,6456 0,4831 0,4830 0,4819 0,4802 Alpha 1,0000 0,6727 0,6728 0,6728 0,6728 0,6514 0,6512 0,6509 0,6506 PFPhi 1,0000 0,9955 0,9953 0,9952 0,9950 1,0158 1,0160 1,0162 1,0163

0,0000 0,0000 14,7310 1,6070 0,0707 14,7310 3,2150 0,1413 14,7250 4,8230 0,2117 14,7220 6,4320 0,2821 14,7190 Sebagian sengaja dihapus 65,3590 2,0747 15,2200 66,9200 2,1187 15,2550 69,5260 2,1902 15,2980 71,6190 2,2452 15,3170

Waktu Getar Efektif (T-eff) Waktu getar efektif diperoleh dari hasil analisis nonlinear statik pushover yang ditampilkan dalam tabel kurva spektrum kapasitas. Dari Tabel 13 dapat dilihat besarnya periode efektif saat

struktur mencapai kondisi ultimit akibat beban gempa Rr yaitu pada saat langkah ke-41 adalah sebesar 0,2974 detik. Sedangkan periode efektif saat struktur mengalami beban maksimum akibat beban gempa Rs yaitu pada langkah ke-44 dapat
185

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 14, No. 2, Juli 2010

dilihat pada Tabel 14 dimana periode efektifnya adalah sebesar 0,3584 detik. Nilai tersebut menunjukkan bahwa struktur dibebani beban gempa dengan Rr bergetar lebih lambat daripada struktur akibat beban gempa dengan Rs. Redaman Struktur Efektif (B-eff) Redaman yang digunakan dalam perencanaan awal struktur ini adalah sebesar 0,05 (5%). Besarnya redaman efektif (Beff) untuk setiap langkah pembebanan dari kedua kasus beban gempa bisa diketahui dari tabel kurva spektrum kapasitas. Tabel 13 memperlihatkan nilai redaman efektif struktur saat mencapai kondisi ultimit pada kasus beban gempa dengan Rr yaitu sebesar 0,0871 (8,71%) yaitu pada langkah ke 41, nilai redaman ini setara dengan 1,74 kali nilai redaman rencana. Nilai redaman efektif (B-eff) untuk setiap langkah pembebanan dari kasus beban gempa Rs diperlihatkan dalam Tabel 14. Besarnya redaman efektif struktur saat mencapai kondisi ultimit adalah sebesar 0,0818 (8,18%) yaitu pada langkah ke-44. Nilai ini setara dengan 1,64 kali nilai redaman rencana. Hasil analisis menunjukkan bahwa struktur dengan pembebanan beban gempa Rr memiliki redaman lebih besar dibandingkan struktur dengan pembebanan beban gempa Rs. SIMPULAN DAN SARAN Struktur beton bertulang dengan subsistem struktur memiliki faktor reduksi gempa berbeda telah dianalisis dengan analisis nonlinear statik pushover untuk mengetahui responnya terhadap gaya horizontal. Dari kasus struktur yang dianalisis menunjukkan perilaku dinamis struktur ketika menerima beban gempa dengan faktor reduksi gempa representatif tidak sama dengan perilaku dinamis struktur saat menerima beban gempa dengan faktor reduksi gempa masing-masing subsistem struktur.

Ketika beban gempa direduksi oleh faktor reduksi gempa masing-masing subsistem, hasil analisis menunjukkan struktur memiliki faktor daktilitas aktual faktor reduksi gempa aktual, dan periode efektif yang lebih besar dibandingkan dengan saat direduksi oleh faktor reduksi gempa representatif. Namun gaya geser dasar ultimitnya lebih kecil, redaman efektif yang dimiliki struktur lebih kecil, serta jumlah sendi plastis yang terjadi lebih sedikit. Semakin besar periode efektif struktur maka struktur tersebut akan semakin fleksibel. Semakin banyak terjadi sendi plastis maka gaya geser dasar yang mampu dipikul akan semakin besar. Semakin besar nilai redaman struktur maka gaya yang mampu dipikul oleh struktur akan semakin besar. SARAN Dalam penelitian ini struktur dimodel sebagai portal ruang tanpa memodel elemen pelat. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menyertakan pelat dalam pemodelan struktur. Selain itu variasi denah dan jumlah tingkat juga perlu dilakukan agar diperoleh hasil yang lebih umum, tidak hanya terbatas pada model struktur yang digunakan dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Anonimus. 1983. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung. Badan Standarisasi Nasional. 2002. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung SNI 03 1726 2002. Badan Standarisasi Nasional. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03 2847 2002. Budiono, B. 2008. Performance Based Design. HAKI. Jakarta. Pramono, H., dkk. 2007. 12 Tutorial & Latihan Desain Konstruksi dengan

186

Perilaku Dinamis Struktur Beton Bertulang ............................... Sudarsana, Sugupta, dan Udara

SAP 2000 Versi 9. Penerbit Andi. Yogyakarta. Sadiasmini, Luh Putu Eka. 2005. Analisis Nonlinear Statik Pushover Struktur Gedung 3-D dengan dan tanpa Pelat, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Denpasar.

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Denpasar.

Untari, A. A. Mas 2005. Pemodelan Dinding Geser Sebagai Shell Element, Rangka Batang dan Portal Ekivalen pada Struktur Rangka-Dinding Geser.
187

Anda mungkin juga menyukai