Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

EsoIagitis korosiI adalah peradangan di esoIagus yang disebabkan oleh luka bakar
karena zat kimia yang bersiIat korosiI misalnya asam kuat, basa kuat dan zat organik. Zat
kimia yang tertelan dapat bersiIat toksik atau korosiI. Zat kimia yang bersiIat korosiI akan
menimbulkan kerusakan pada saluran yang dilaluinya, sedangkan zat kimia yang bersiIat
toksik hanya menimbulkan gejala keracunan bila telah diserap oleh darah.
(1)

Kerusakan yang dialami bisa merupakan luka bakar derajat ringan atau nyeri
tenggorokan hingga bisa mengakibatkan komplikasi yang mengancam nyawa. Penurunan
morbiditas untuk kasus-kasus yang mengalami cedera yang serius tergantung pada diagnose
awal yang tepat, pengobatan yang agresiI terhadap komplikasi yang mengancam nyawa dan
Iollow-up jangka masa panjang yang teliti.
(2)

ANATOMI
EsoIagus adalah tuba muskularis (panjangnya kira-kira 25 cm) dengan rata-rata
diameternya berukuran 2 cm yang menghubungkan Iaring dan lambung. Seperti yang dilihat
dari pemeriksaan Iloroskopi yang dilakukan selepas barium swallow, esoIagus mempunyai
empat penyempitan, yaitu:
(3)
O Di awalnya, kurang lebih 15 cm dari gigi insisivus dan disebabkan oleh muskulus
cricopharyngeus, yang sering disebut sebagai upper esophageal sphincter.
O Tempat di mana lewatnya arkus aorta kurang lebih 22,5 cm dari gigi insisivus.
O Tempat di mana lewatnya bronkus sinistra, 27,5 cm dari gigi insisivus.
O Tempat di mana esoIagus melewati diaIragma, kurang lebih 40 cm dari gigi insisivus
yang biasa disebut sebagai lower esophageal sphincter.
Data ini penting secara klinis terutama sewaktu memasukkan instrumens melewati esoIagus
ke dalam lambung. Fungsi esoIagus adalah untuk menyalurkan makanan dari Iaring ke
lambung.
(3)

EsoIagus mempunyai lapisan muskulus sirkular internal dan lapisan muskulus
longitudinal eksterna. Pada seperitga superior, lapisan eksternanya terdiri dari otot skelet,
sepertiga inIerior terdiri dari otot polos dan pada sepertiga tengah terdiri dari kedua jenis
otot.
(3)

Makanan melewati esoIagus dengan cepat karena adanya tindakan peristaltik dari
otot-ototnya. EsoIagus melengket pada margin hiatus esoIagus di dalam diaIragma dengan
bantuan ligamentum phrenicoesoIageal yang merupakan ekstensi dari Iascia diaIragmatik
inIerior. Ligament ini memudahkan pergerakan mandiri diaIragma dan esoIagus sewaktu
respirasi dan menelan.
(3)

sophagogastric function terletak di sebelah kiri dari veterbra T11 di atas garis
horizontal yang memotong ujung prosesus xiphoideus. Ahli bedah dan ahli endoskopi
mencipta garis-Z yaitu garis dimana terjadinya perubahan drastik dari mukosa esoIagus ke
mukosa lambung sebagai esophagogastric function. Pada function ini, otot diaIragma yang
membentuk hiatus esoIageal berIungsi sebagai sIingter esoIageal Iisiologis yang akan
berkontraksi dan relaksasi. Pemeriksaan radiologis menunjukkan bahwa makanan yang
ditelan berhenti untuk seketika di function ini dan mekanisme sIingter ini sangat eIisien
dalam menghindari reIluks isi lambung ke dalam esoIagus. Apabila seseorang itu tidak
makan, lumen tersebut akan kolaps di atas aras ini supaya makanan atau asam lambung tidak
terigurgitasi ke dalam esoIagus.
(3)

Suplai darah untuk esoIagus yang terletak di dalam kavum abdominal berasal dari
arteri gastric sinistra yang merupakan cabang dari trunkus celiac dan dari arteri phrenicus
inIerior sinistra. Aliran vena adalah menuju ke sistem vena porta melalui vena gastric sinistra
dan ke sistem vena sistemik melalui vena esoIagus dan masuk ke dalam vena azygos.
(3)

Aliran limIatik esoIagus yang terletak di dalam kavum abdominal mengalir ke nodus
limIatik gastric sinistra, pembuluh limIatik eIeren nodus ini mengalir terutama ke nodus
limIatik celiac. Innervasi esoIagus datang dari trunkus vagus (yang bercabang menjadi nervus
gastric anterior dan posterior), trunkus simpatetik thoracic, nervus splanchinic besar dan kecil
dan pleksus nervus esophageal yang terletak di arteri gastric sinistra dan arteri phrenikus
inIerior.
(3)

INSIDENS
EsoIagus korosiI akibat tertelan zat kimia biasanya berlaku pada anak-anak terutama
yang berusia kurang dari 3 tahun. Dianggarkan bahwa terdapat lebih dari 5.000 kasus per
tahun terjadi di Amerika. Di Denmark, kasus pediatrik yang tertelan zat kimia dicatatkan
sebanyak 34,6/100.000, dan 15,8/100.000 mengalami luka bakar pada esoIagus. Anak-anak
merupakan mangsa yang tidak bersalah yang sering menguji coba bahan-bahan yang mereka
temukan di rumah. Detergen, sabun pembersih gigi palsu dan beterai kecil merupakan bahan-
bahan yang biasa ditelan oleh anak-anak kecil. Dalam sesetengah kasus, tertelannya zat
toksik ini dapat merupakan akibat dari tindakan penganiayaan ibu bapa terhadap anak
mereka.
(2)

Kejadian tertelan zat korosiI pada orang dewasa sangat jarang terjadi dan biasanya
disebabkan oleh cobaan membunuh diri. Dalam satu penelitian, 92 dari 484 kasus tertelan
zat korosiI yang diobati di Perancis merupakan akibat dari cobaan membunuh diri. Di
Denmark, insiden tertelan zat korosiI pada orang dewasa dicatatkan sebanyak 1/100.000
dengan 61 daripadanya adalah disebabkan oleh cobaan membunuh diri.
(2)

PATOLOGI
a. Basa
Mekanisme luka bakar pada esoIagus akibat dari basa kuat pertama kali dibahas oleh
Bosher et al.: kongestiI dan edema pada submukosa, inIlammasi pada submukosa dengan
thrombosis pada pembuluh darahnya, luruhnya lapisan superIicial, nekrosis pada otot dengan
derajat yang berbeda, Iibrosis pada lapisan dalam dan reepitelisasi yang terlambat. Luka
bakar pada lapisan superIicial biasanya sembuh tanpa komplikasi. Luka bakar pada lapisan
yang lebih dalam sehingga ke otot dapat menyebabkan lambat sembuh dengan Iibrosis.
Hanya luka bakar yang di sekeliling diameter esoIagus yang akan menyebabkan striktur.
Selama 2 minggu, inIlamasi akan persis, tisu yang nekrosis akan luruh, tisu granulasi akan
terbentuk dan kolagen baru akan terbentuk. Di antara 3 dan 4 minggu setelah trauma terjadi,
kolagen mulai akan kontraksi dan bermula proses sikatrik. Apabila liquefaction necrosis
terjadi pada transmural, perIorasi esophagus akan menyebabkan tingkat morbiditas dan
mortalitas yang tinggi.
Basa kuat menyebabkan terjadinya nekrosis mencair (liquifactum necrosis). Secara
histologik dinding esoIagus sampai lapisan otot seolah-olah mencair. Asam kuat yang tertelan
akan menyebakan nekrosis menggumpal (coagulation necrosis). Secara histologik dinding
esoIagus sampai lapisan otot seolah-olah menggumpal.(1)
2. Asam
Trauma pada esophagus berpunca dari asam dilaporkan kurang berbanding trauma
akibat produk basa. Koagulasi nekrosis dan pembentukan lapisan pelindung eschar terjadi
dengan cepat apabila esophagus terpapar dengan asam. Ini memperlambatkan progresi
nekrosis pada tisu yang lebih dalam. Tambahan pula, kebanyakkan produk asam mempunyai
masa transit yang lebih cepat di esoIagus sekaligus mengurangkan risiko kecederaan.
Zat organik misalnya lisol dan karbol biasanya tidak menyebabkan kelainan yang
hebat, hanya terjadi edema di mukosa atau submukosa. Asam kuat yang menyebabkan
kerusakan pada lambung lebih berat dibandingkan dengan kerusakan di esoIagus, sedangkan
basa kuat menimbulkan kerusakan di esoIagus lebih berat dar pada lambung. (1)
GAMBARAN KLINIK
Keluhan dan gejala yang timbul akibat tertelan zat korosiI tergantung pada jenis zat
korosiI, konsentrasi zat korosiI, jumlah zat korosiI, lamanya kontak dengan dinding esoIagus,
sengaja diminum atau tidak dan dimuntahkan atau tidak. EsoIagitis korosiI dibagi dalam lima
bentuk klinis berdasarkan beratnya luka bakar yang ditemukan yaitu:
1. EsoIagitis korosiI tanpa ulserasi
Pasien mengalami gangguan menelan yang ringan. Pada esoIagoskopi tampak mukosa
hiperemis tanpa disertai ulserasi.

2. EsoIagitis korosiI dengan ulserasi ringan
Pasien mengeluh disIagia tingan. Pada esoIagoskopi tampak ulkus yang tidak dalam
yang mengenai ulkus mukosa esoIagus saja.

3. EsoIagitis korosiI ulseratiI sedang
Ulkus sudah mengenai lapisan otot. Biasanya ditemukan satu ulkus atau lebih
(multiple).

4. EsoIagitis korosiI ulseratiI berat tanpa komplikasi
Terdapat pengelupasan mukosa serta nekrosis yang letaknya dalam, dan telah
mengenai seluruh lapisan esoIagus. Keadaan ini jika dibiarkan akan menimbulkan
striktur esoIagus.

5. EsoIagitis korosiI ulseratiI berat dengan komplikasi
Terdapat perIorasi esoIagus yang dapat menimbulkan mediastinitis dan peritonitis.
Kadang-ladang ditemukan tanda-tanda obstruksi jalan napas atas dan gangguan
keseimbangan asam dan basa.
Berdasarkan gejala klinis dan perjalanan penyakitnya esoIagitis korosiI dibagi dalam tiga Iase
yaitu Iase akut, Iase laten (intermediate) dan Iase kronik (obstruktiI).
FASE AKUT
Keadaan ini berlangsung 1-3 hari. Pada pemeriksaan Iisik ditemukan luka bakar di
daerah mulut, bibir, Iaring dan kadang-kadang disertai pendarahan. Gejala yang ditemukan
pada pasien ialah disIagia yang hebat, odinoIagia, serta suhu badan yang meningkat. Gejala
klinis akibat tertelan zat organic dapat berupa perasaan terbakar di saluran cerna bagian atas,
mual, muntah, erosi pada mukosa, kejang otot, sirkulasi dan pernapasan.
FASE LATEN
Berlangsung selama 2-6 minggu. Pada Iase ini keluhan pasien berkurang, suhu badan
menurun. Pasien merasa ia telah sembuh, sudah dapat menelan dengan baik akan tetapi
prosesnya sebetulnya masih berjalan terus dengan membentuk jaringan parut (sikatriks).
FASE KRONIS
Setelah 1-3 tahun akan terjadi disIagia lagi oleh karena telah terbentuk jaringan parut,
sehingga terjadi striktur esoIagus.
DIAGNOSIS
Diagnose ditegakkan dari adanya riwayattertelan zat korosiI atau zat organic, gejala klinis,
pemeriksaan Iisik, pemeriksaan radiologic, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
esoIagoskopi.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Peranan pemeriksaan laboratorium sangat sedikit, kecuali bila terdapat tanda-tanda gangguan
elektrolit, diperlukan pemeriksaan elektrolit darah.
PEMERIKSAAN RADIOLOGIK
Foto Rontgen toraks postero-anterior dan lateral perlu dilakukan untuk mendeteksi adanya
mediastinitis atau aspirasi pneumonia. Pemeriksaan rontgen esoIagus dengan kontras barium
(esoIagogram) tidak banyak menunjukkan kelainan pada stadium akut. EsoIagus mungkin
terlihat normal. Jika ada kecurigaan akan adanya perIorasi akut esoIagus atau lambung serta
esoIagus akibat trauma tindakan, esoIagogram perlu dibuat. EsoIagogram perlu dibuat setelah
minggu kedua untuk melihat ada tidaknya striktur esoIagus dan dapt diulang setelah 2 bulan
untuk evaluasi.
PEMERIKSAAN ESOFAGOSKOPI
EsoIagoskopi diperlukan untuk melihat adanya luka bakar di esoIagus. Pada esoIagoskopi
akan tampak mukosa yang hiperemis, edema dan kadang-kadang ditemukan ulkus.
PENATALAKSANAAN
Tujuan pemberian terapi pada esoIagitis korosiI adalah untuk mencegah pembentukan
striktur. Terapi esoIagitis korosiI dibedakan antara tertelan zat korosiI dan zat organik. Terapi
esoIagitis korosiI akibat tertelan zat korosiI dibagi dalam Iase akut dan Iase kronis. Pada Iase
akut, dilakukan perawatan umum dan terapi khusus berupa terapi medic dan esoIagoskopi.
PERAWATAN UMUM
Perawatan umum dilakukan dengan cara memperbaiki keadaan umum pasien, menjaga
keseimbangan elektrolit serta menjaga jalan napas. Jika terdapat gangguan keseimbangan
elektrolit diberikan inIuse amniIusin 600 2 botol, glukosa 10 2 botol, Nacl 0,9 KCl 5
Meq/liter 1 botol.
Untuk melindungi selaput lendir esoIagus bila muntah dapat diberikan susu atau putih
telur. Jika zat korosiI yang tertelan diketahui jenisnya dan terjadi sebelum 6 jam, dapat
dilakukan netralisasi (bila zat korosiI basa kuat diberi susu atau air, dan bila asam kuat diberi
antasida).
TERAPI MEDIK
Antibiotika diberikan selama 2-3 minggu atau 5 hari bebas demam. Biasanya diberikan
Penisilin dosis tinggi 1 juta 1,2 juta unit/hari. Kortikosteroid diberikan untuk mencegah
terjadinya pembentukan Iibrosis yang berlebihan. Kortikosteroid harus diberikan sejak hari
pertama dengan dosis 200-300 mg sampai hari ketiga. Setelah itu dosis diturunkan perlahan-
lahan tiap 2 hari (tapering oII). Dosis yang dipertahankan (maintainance dose) ialah 2 x 50
mg per hari. Analgesic diberikan untuk mengurangi rasa nyeri. MorIin dapat diberikan, jika
pasien sangat kesakitan.
ESOFAGOSKOPI
Biasanya dilakukan esoIagoskopi pada hari ke tiga setelah kejadian atau bila luka bakar di
bibir, mulut dan Iaring sudah tenang. Jika pada waktu melakukan esoIagoskopi ditemukan
ulkus, esoIagoskop tidak boleh dipaksa melalui ulkus tersebut karena ditakutkan terjadi
perIorasi. Pada keadaan demikian sebaiknya dipasang pipa hidung lambung (pipa nasogaster)
dengan hati-hati dan terus menerus (dauer) selama 6 minggu. Selama 6 minggu esoIagoskopi
diulang kembali.
Pada Iase kronikbiasanya sudah terdapat striktur esoIagus. Untuk ini dilakukan
dilatasi dengan bantuan esoIagoskop. Dilatasi dilakukan sekali seminggu, bila keadaan pasien
lebih baik dilakukan sekali 2 minggu, setelah sebulan, sekali 3 bulan dan demikian seterusnya
sampai pasien dapat menelan makanan biasa. Jika selama 3 kali dilatasi hasilnya kurang
memuaskan sebaiknya dilakukan reseksi esoIagus dan dibuat anastomosis ujung ke ujung
(end to end).
KOMPLIKASI
Komplikasi esoIagitis korosiI dapat berupa syok, koma, edema laring, pneumonia aspirasi,
perIorasi esoIagus, mediastinitis dan kematian.

















DaItar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.

Anda mungkin juga menyukai