Anda di halaman 1dari 3

Bioremediation

Setiap tahun kebutuhan minyak bumi terus mengalami peningkatan seiring dengan tingginya
kebutuhan energi sebagai akibat kemajuan teknologi dan kebutuhan hidup manusia,
sehingga potensi pencemaran oleh minyak bumi juga meningkat. Tumpahan minyak dan
kebocoran pipa dalam jumlah tertentu dengan luas dan kondisi tertentu, apabila
tidak dikendalikan atau ditanggulangi dengan cepat dan tepat dapat mengakibatkan
terjadinya suatu malapetaka 'pencemaran lingkungan oleh minyak yaitu kualitas
lingkungan tersebut turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan menjadi kurang atau
tidak dapat berIungsi sesuai dengan peruntukannya.
Tanah yang terkontaminasi minyak tersebut dapat merusak lingkungan serta
menurunkan estetika. Lebih dari itu tanah yang terkontaminasi limbah minyak dikategorikan
sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) sesuai dengan Kep. MenLH 128 Tahun
2003. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan dan pengolahan terhadap tanah yang
terkontaminasi minyak. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran dan penyerapan
minyak kedalam tanah.
Untuk menangani tanah yang terkontaminasi oleh minyak tersebut, PT. WATUKALI
CAPITA CIPTAMA memiliki strain bakteri ini dikembangkan dari bakteri pendegradasi
hidrokarbon di tanah dan strain bakteri ini telah dikembangkan dan mampu mendegradasi
hidrokarbon di air laut. Berdasarkan strain bakteri yang di miliki, untuk menangani lahan
baik di darat maupun di laut yang terkontaminasi, kami menawarkan sebuah proses
pengolahan lahan yang tercemar tersebut dengan ' Teknologi Bioremediasi '.
Teknologi Bioremediasi
Upaya pengolahan limbah B3 baik di darat (tanah dan air tanah) ataupun di laut telah banyak
dilakukan dengan menggunakan tehnik ataupun metoda konvensional dalam mengatasi
pencemaran seperti dengan cara membakar (incinerasi), menimbun (landIill), menginjeksikan
kembali sludge keIormas minyak (slurry Iracture injection) dan memadatkan limbah
(solidiIication). Teknologi-teknologi ini dianggap tidak eIektiI dari segi biaya (cost eIIective
technology), waktu (time consuming) dan juga keamanan (risk). Bioremediasi dideIinisikan
sebagai proses penguraian limbah organik/anorganik polutan secara biologi dalam kondisi
terkendali dengan tujuan mengontrol, mereduksi atau bahkan mereduksi bahan pencemar dari
lingkungan. Kelebihan teknologi ini ditinjau dari aspek komersil adalah relatiI lebih ramah
lingkungan, biaya penanganan yang relatiI lebih murah dan bersiIat Ileksibel. Teknik
pengolahan limbah jenis B3 dengan bioremediasi umumnya menggunakan mikroorganisme
(khamir, Iungi, dan bakteri) sebagai agen bioremediator. Pendekatan umum yang dilakukan
untuk meningkatkan kecepatan biotransIormasi ataupun biodegradasi adalah dengan cara:
O Seeding, atau mengoptimalkan populasi dan aktivitas mikroba indigenous
(bioremediasi instrinsik) dan/atau penambahan mikroorganisme exogenous
(bioaugmentasi) dan
O eeding, atau dengan memodiIikasi lingkungan dengan penambahan nutrisi
(biostimulasi) dan aerasi (bioventing). Penanganan bioremediasi dapat dilakukan
secara in situ ataupun ex situ, Iaktor-Iaktor penting untuk menjamin kondisi
mikroorganisma dapat tumbuh dan berkembangbiak adalah ketersediaan oksigen,
kandungan nutrisi, pH dan kelembaban. Kelebihan spesiIik dari senyawa hidrokarbon
dibanding bahan pencemar lain (ex. Logam berat) adalah penggunaannya sebagai
sumber karbon sebagai pembentuk biomassa dan sumber energi untuk melangsungkan
metabolisme oleh mikroorganisma. Nitrogen dan Phosphore adalah nutrisi utama bagi
organisme dan didalam air laut kedua unsure ini adalah Iaktor pembatas pertumbuhan
mikroorganisma.
Land Bioremediation

5roses bioremediasi
8 Photos

Penanggulangan Tum5ahan Minyak di Laut
Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya:
1. In-situ burning,
2. Penyisihan secara mekanis,
3. Bioremediasi,
4. Penggunaan sorbent
5. Penggunaan bahan kimia dispersan.
Setiap teknik ini memiliki laju penyisihan minyak berbeda dan hanya eIektiI pada kondisi
tertentu.
n-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan air sehingga mampu mengatasi
kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut, penyimpanan dan pewadahan minyak
serta air laut yang terasosiasi, yang dijumpai dalam teknik penyisihan secara Iisik. Cara ini
membutuhkan ketersediaan booms (pembatas untuk mencegah penyebaran minyak) atau
barrier yang tahan api.
Cara kedua yaitu 5enyisihan minyak secara mekanis melalui dua tahap yaitu melokalisir
tumpahan dengan menggunakan -4428 dan melakukan pemindahan minyak ke dalam wadah
dengan menggunakan peralatan mekanis yang disebut 82207
Cara ketiga adalah bioremediasi yaitu mempercepat proses yang terjadi secara alami,
misalkan dengan menambahkan nutrien, sehingga terjadi konversi sejumlah komponen
menjadi produk yang kurang berbahaya seperti CO2 , air dan biomass.
Cara keem5at dengan menggunakan sorbent yang bisa menyisihkan minyak melalui
mekanisme adsorpsi (penempelan minyak pada permukaan sorbent) dan absorpsi
(penyerapan minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berIungsi mengubah Iasa minyak dari
cair menjadi padat sehingga mudah dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus memiliki
karakteristik hidroIobik, oleoIobik dan mudah disebarkan di permukaan minyak, diambil
kembali dan digunakan ulang
Cara kelima dengan menggunakan dis5ersan kimiawi yaitu dengan memecah lapisan
minyak menjadi tetesan kecil (droplet) sehingga mengurangi kemungkinan terperangkapnya
hewan ke dalam tumpahan. Dispersan kimiawi adalah bahan kimia dengan zat aktiI yang
disebut surIaktan (berasal dari kata : surIactants surIace-active agents atau zat aktiI
permukaan).
Oil Sipil Remediation

Bio Oil
5 Photos

Peluang kedepan adalah pengembangan green business yang berbasis pada teknologi
bioremediasi dengan system one top solution (close system) dan dengan pendekatan
multiproses remediation technologies, artinya pemulihan (remediasi) kondisi lingkungan
yang terdegradasi dapat diteruskan sampai kepada kondisi lingkungan seperti kondisi awal
sebelum kontaminasi ataupun pencemaran terjadi. Usaha mencapai total grenning program
ini dapat dilanjutkan dengan rehabilitasi lahan dengan melakukan kegiatan phytoremediasi
dan penghijauan (vegetation establishement) untuk lebih eIektiI dalam mereduksi,
mengkonrol atau bahkan mengeliminasi B3 hasil bioremediasi kepada tingkatan yang sangat
aman lagi buat lingkungan. Dengan keseluruhan rangkaian proses dari mulai limbah
dikeluarkan, bioremediasi, phytoremediasi dan pembentukan vegetasi adalah greening
program yang merupakan bentuk pengelolaan limbah B3 secara terpadu (integrated waste
management). Biasanya greening program juga merupakan salah satu bentuk aktiIitas
community development dari perusahaan-perusahan. Untuk wilayah pesisir dan pantai
greening program dapat berupa penanaman kembali bibit mangrove dan vegetasi pantai lain
ataupun program lain seperti artiIicial reeI, Iish shelter ataupun reeI transplantation.

Anda mungkin juga menyukai