Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Mata mempunyai pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita,
kelompak mata dengan bulu matanya, dan jaringan lemak retrobulbar selain
terdapatnya reIleks memejam atau mengedip, juga dengan telah dibuatnya macam-
macam alat untuk melindungi mata, tetapi mata masih sering mendapat trauma dari
dunia luar. Terlebih-lebih dengan bertambah banyaknya kawasan industri,
kecelakaan akibat pekerjaan bertambah pula, juga dengan bertambah ramainya lalu
lintas, kecelakaan di jalan raya bertambah pula, serta kecelakaan mata biasanya
terjadi akibat mainan, seperti penahan, ketepel, senapan angin, atau akibat
lemparan, juga tusukan dari gagang mainan. Trauma dapat mengakibatkan
kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraI mata dan rongga orbita. Kerusakan
mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga mengganggu
Iungsi penglihatan.
1,2

Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras atau benda
yang tidak keras, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras
(kencang) ataupun lambat. Yang akan terjadi bila mata terkena benturan benda
keras, yaitu:
1. Bila tidak terjadi robekan pada bagian-bagian mata maka :
a) Benda keras yang kecil dan lembut seperti mimis senapan mainan yang
tidak tajam itu membentur daerah mata dan bila mata dalam keadaan
terbuka akan mengenai kornea yang menimbulkan erosi (lecet sel epitel).
Pasien akan merasa kesakitan dan sangat pedih pada mata, penglihatan
menurun dan bila lecet lebih dalam maka dalam penyembuhannya akan
terjadi jaringan parut yang membekas keputihan di kornea, sehingga
penglihatan akan menurun karenanya.
b) lebih lanjut, benturan yang cukup kuat akan mengakibatkan pembuluh-
pembuluh darah dalam bola mata pecah dan timbul pendarahan dalam bilik

mata, yang biasa tampak dari luar disebut dengan hiIema. Akan terasa sakit
pada bola mata yang disertai penglihatan yang menurun. Perlu diketahui
pula bahwa hiIema bisa saja terjadi tidak seketika setelah benturan, tetapi
akan muncul pada hari-hari berikutnya sampai hari ke-3.
c) Pada keadaan lain bisa saja benda tersebut secara keras membentur sklera
dan meskipun hiIema tidak terjadi, bisa menyebabkan pendarahan pada
retina dengan segala akibatnya.
d) Penggumpalan pada perdarahan di bilik mata, bisa mengakibatkan hiIema
sekunder yang juga disertai rasa sakit pada bola mata dan bila tekanan bola
mata itu meninggi akan mengakibatkan rasa mual dan muntah-muntah.
e) akibat dari benturan-benturan keras tadi tidak berhenti disitu saja,. Bisa pula
terjadi pada bagian iris yang terlepas dari dasarnya dan bila iridodialisis ini
cukup besar akan dapat mengakibatkan pandangan monoklear (satu mata)
yang ganda. Sedangkan pada lensa, bisa terjadi katarak trauma.
I) Lensa bisa lepas dari ikatannya dan terjadi luksasi sebagian ataupun luksasi
penuh. Akibat lanjut dari benturan pada kornea adalah gangguan pada sudut
bilik mata yang lebih dalam, dan pada gilirannya nanti bila terjadi
pembentukan jaringan ikat bisa timbul peninggian tekanan bola mata yang
bersangkutan.
g) Bisa pula terjadi uveitis yang disertai dengan peninggian tekanan bola mata
yang memerlukan pengobatan yang serius.
h) Pada bagian belakang bola mata, gangguan yang bisa terjadi adalah edema
pada makula yang menyebabkan penglihatan menurun, robekan pada koroid
yang mengakibatkan gangguan atau penurunan penglihatan.

2. Bila terjadi robekan pada bagian-bagian mata, maka akibatnya akan lebih buruk
lagi, robekan bagian-bagian mata memerlukan tindakan koreksi bedah dengan
berbagai akibat sampingannya, mulai kornea di depan iris, lensa, badan kaca,
koroid, retina, sklera dan saraI optik.
3,4

3. Bila benda yang membentur bola mata berukuran besar (misalnya bola tenis),
maka struktur orbita ini terjadi di dasar rongga orbita bisa menimbulkan celah
dimana otot-otot mata terjepit sehingga gerakan bola mata terhambat dan pada
gilirannya pandangan menjadi ganda karena aksis penglihatan tidak sejajar lagi.
Selain itu juga tampak mata yang cekung seperti bodi mobil yang penyok.
3,4


HiIema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat suatu
trauma tembus maupun tumpul pada mata, akan tetapi dapat juga terjadi secara
spontan. Secara umum dianggap bahwa hiIema berasal dari pembuluh darah iris
dan badan siliar. Mungkin juga berasal dari pembuluh darah kornea atau limbus
dan badan siliar. Mungkin juga berasal dari pembuluh darah di kornea atau limbus
atau karena terbentuknya pembuluh darah baru pada bekas operasi atau pada
penyakit lain ( seperti rubeosis iridis). Pada pengamatan akan tampak darah dibalik
kornea dan menutupi gambaran iris. HiIema dapat disertai dengan atau tanpa
pendarahan pada konjunctiva. Pada sebagian besar pasien dilakukan pemeriksaan
mata lengkap untuk menyingkirkan adanya ruptur bola mata. Jika bagian posterior
bola mata tidak dapat dinilai karena adanya hiIema, maka sebaiknya dilakukan
pemeriksaan CT-Scan mata. Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat
untuk mencegah terjadinya penyulit yang akan mengakibatkan kebutaan.
3










BAB II
TIN1AUAN PUSTAKA

Definisi
HiIema merupakan suatu keadaan dimana di dalam bilik mata depan
ditemukan darah yang biasanya berasal dari pembuluh darah iris dan badan siliar
yang pecah, dapat terjadi akibat trauma tumpul, dapat juga pendarah ini terjadi
spontan. Darah dalam bilik mata depan ini dapat mengisi seluruh bilik mata depan
atau hanya mengisi bagian bawah bilik mata depan.
3








Gambar . Darah yang terkumpul di kamera okuli anterior
4

Epidemiologi
Angka kejadian dari hiIema traumatic diperkirakan 12 kejadian per 100.000
populasi, dengan pria terkena tiga sampai lima kali lebih sering daripada wanita.
Lebih dari 70 persen dari hiIema traumatic terdapat pada anak-anak dengan angka
kejadian tertinggi antara umur 10 sampai 20 tahun.
3,4

Anatomi dan Fisiologi
Lapisan vaskuler di dalam bola mata yang terdiri dari iris, badan silier dan
koroid. Perdarahan uvea dibedakan antara bagian anterior di perdarahi oleh dua
buah arteri siliaris posterior longus yang masuk menembus sklera di temporal nasal
dan dekat tempat masuk saraI optik dan tujuh buah arteri siliaris anterior, yang

terdapat pada dua setiap otot rectus lateralis. Arteri siliaris anterior dan posterior ini
bergabung menjadi stu membentuk sirkularis mayor pada badan siliar. Uvea
posterior mendapat pendarahan dari 15-20 buah arteri siliaris posterior brevis yang
menembus sklera di daerah sekitar tempat masuk saraI optik.
1

Bilik mata depan (kamera okuli anterior) berisi cairan mata dengan batas
depan bagian belakang kornea dan batas belakang iris dan lensa. Di bagian depan
periIer terdapat sudut bilik mata (dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal
iris) yang memegang peranan dalam mengeluarkan cairan mata. Cairan mata di
sudut bilik mata yang mengalir keluar melalui kanalis Schlemn menuju pembuluh
darah balik episklera.
5

Iris merupakan bagian dari uvea anterior dan melekat di bagian periIer
dengan bagian siliar. Stroma yang terletak di bagian depan tidak mempunyai tidak
mempunyai epitel sedangkan di bagian belakang terdapat epitel yang berpigmen
sehinga memberikan warna pada iris. Stroma iris banyak mengandung pembuluh
darah, yaitu arteri sirkular iridis minor dan mayor. Kedua pembuluh darah ini
dihubungkan oleh arteri radialis iris. Iris berisi dua kelompok serabut otot polos
dimana kelompok yang satu mengecilkan ukuran pupil. Sementara otot yang lain
melebarkan ukuran pupil.
5









Gambar . Anatomi mata
3

Badan siliar merupakan jaringan berbentuk segi tiga terletak melekat pada
sklera, dan berhubungan erat dengan uvea posterior di sebelah belakang iris.

Terdiri atas dua bagian : korona siliar (pars plikata), yaitu bagian anterior yang
berkerut-kerut 2 mm dan pars plana, yaitu bagian yang halus dan rata, 4 mm. Epitel
siliar terdiri atas 2 lapis, yaitu bagian luar yang berpigmen dan bagian dalam yang
tidak berpigmen. Kedua-duanya melanjutkan diri sebagai lapisan pigmen
permukaan posterior iris. Epitel pigmen merupakan lanjutan pigmen retina ke arah
depan.
5,6

Otot siliar terdiri atas bagian longitudinal dan bagian radial serta bagian
sirkular. Fungsinya: mengerutkan dan mengendorkan otot-otot zoular, sehingga
terjadi perubahan tegangan pada kapsul lensa yang memberikan berbagai Iokus,
baik terhadap objek dekat maupun objek yang terletak lebih jauh dalam lapangan
pandang.
5

Koroid adalah segmen posterior uvea, diantara retina dan sklera. Koroid
tersusun dari tiga lapisan pembuluh darah koroid: besar, sedang dan kecil. Semakin
dalam pembuluh terletak di dalam koroid, semakin lebar lumennya. Bagian dalam
pembuluh darah koroid dialirkan melalui empat vena vorteks, satu di masing-
masing kuadran posterior. Koroid melekat erat ke posterior ke tepi-tepi nervus
optikus. Ke anterior, koroid bersambung dengan badan siliar. Agregat pembuluh
darah koroid memperdarahi bagian luar retina yang mendasarinya.
4,5











Gambar Potongan sagital bola mata
4

Etiologi
5,6

HiIema dapat terjadi akibat :
- trauma tumpul ataupun trauma tembus
- pendarahan spontan
- paska pembedahan

5 Patofisiologi
Trauma merupakan penyebab paling sering hiIema. Oleh karena itu hiIema
sering ditemukan pada pasien berusia muda. Trauma tumpul pada kornea atau
limbus dapat menimbulkan tekanan yang sangat tinggi, dan dalam waktu yang
singkat di dalam bola mata terjadi penyebaran tekanan ke cairan badan kaca dan
jaringan sklera yang tidak elastis sehingga terjadi peregangan-perenganan dan
robekan pada kornea, sklera sudut iridokornea, badan siliar yang dapat
menimbulkan pendarahan. Pendarahan sekunder dapat terjadi oleh karena resorbsi
dari pembekuan darah terjadi cepat, sehingga pembuluh darah tidak mendapat
waktu yang cukup untuk meregenerasi kembali, dan menimbulkan perdarahan
lagi.
2,6









Gambar . Darah yang terkumpul di kamera okuli anterior
5

Pendarahan dapat terjadi segera setelah trauma yang disebut perdarahan
primer atau perdarahan terjadi 5-7 hari sesudah trauma yang disebut perdarahan
sekunder. HiIema sekunder biasanya terjadi akibat gangguan mekanisme

pembekuan atau penyembuhan luka sehingga mempunyai prognosis yang lebih


buruk. Perdarahan spontan dapat terjadi pada mata dengan rubeosis iridis, tumor
pada iris, retinoblastoma dan kelainan darah yang mungkin diakibatkan karena
terjadinya suatu kelemahan dinding-dinding pembuluh darah. Pada proses
penyembuhan, hiIema dikeluarkan dari bilik mata depan dalam bentuk sel darah
merah melalui sudut bilik mata depan atau kanal Sclemn dan permukaan depan iris.
Penyerapan melalui dataran depan iris dipercepat oleh enzim proteolitik yang dapat
berlebihan di dataran depan iris.
5,6









Gambar 5 (a) HiIema bilik mata depan, (b) HiIema pada 1/3 bilik mata depan
4

Sebagian darah dikeluarkan dalam bentuk hemosiderin. Bila terdapat
hemosiderin berlebihan di dalam bilik mata depan, dapat terjadi penimbunan
pigmen ini ke dalam lapis kornea. Penimbunan ini menimbulkan kekeruhan kornea
terutama di bagian sentral sehingga terjadi perubahan warna kornea menjadi coklat
yang disebut imbibisi kornea.
5,6

Sementara itu darah di dalam bilik mata depan tidak sepenuhnya berbahaya.
Namun, bila jumlahnya memadai maka ia dapat menghambat aliran humor aquos
ke dalam trabekula., sehingga dapat menimbulkan glaukoma sekunder.
2




5 Klasifikasi
KlasiIikasi dari hiIema diantaranya adalah:
O Edward Layden:
HiIema tingkat I: bila perdaraan 1/3 COA, hiIema tingkat II: bila perdar ahan
antara 1/3 H COA dan hiIema tingkat III: bila perdarahan ~ COA.
O #akusin membaginya menurut :
HiIema tingkat I apabila perdar ahan mengisi / bagian COA, hiIema tingkat II
apabila perdarahan mengisi bagian COA, hiIema tingkat III apabila perdarahan
mengisi / bagian COA dan hiIema tingkat IV apabila perdarahan mengisi penuh
COA.

Menurut Sheppard berdasarkan tampilan klinisnya:
Grade I: darah mengisi kurang dari sepertiga COA dengan prevalensi kejadiannya
sebanyak 58.
Grade II: darah mengisi sepertiga hingga setengah COA dengan prevalensi
kejadiannya sebanyak 20.
Grdae III : Darah mengisi lebih dari setengah dan hampir total COAdengan
prevalensi kejadiannya sebanyak 14.
Grade IV: Darah memenuhi seluruh COA dengan prevalensi kejadiannya sebanyak
8.




























Gambar 6 Derajat pada HiIema
5

Berdasarkan penyebabnya hiIema dibagi menjadi:
O HiIema traumatika adalah perdarahan pada COA yang disebabkan
pecahnya pembuluh darah iris dan badan silier akibat trauma pada segmen
anterior bola mata.
O HiIema akibat tindakan medis (misalnya kesalahan prosedur operasi mata).
O HiIema akibat inIlamasi yang parah pada iris dan badan silier, sehingga
pembuluh darah pecah.

O HiIema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah (contohnya juvenile
xanthogranuloma).
O HiIema akibat neoplasma (contohnya retinoblastoma).
4,5


Berdasarkan waktu terjadinya, hiIema dibagi atas:
O HiIema primer, timbul segera setelah trauma hingga hari ke2.
O HiIema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi trauma
6


6 Gejala Klinis
Biasanya pasien akan mengeluh sakit, disertai dengan epiIora dan
bleIorospasme. Penglihatan pasien akan sangat menurun. Bila pasien duduk hiIema
akan terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan hiIema dapat
memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan
iridodialisis.Tanda dan Gejala:
Mata merah
#asa sakit
Mual dan muntah karena kenaikan Tekanan Intra Okuler (TIO).
Penglihatan kabur
Penurunan visus
InIeksi konjunctiva
Pada anak-anak sering terjadi somnolen
7

Diagnosis
6,

Untuk mengetahui kelainan yang ditimbulkan perlu diadakan pemeriksaan
yang cermat, terdiri atas anamnesis dan pemeriksaan.

Anamnesis
Pada saat anamnesis kasus trauma mata ditanyakan waktu kejadian, proses
terjadi trauma dan benda akan yang mengenai mata tersebut. Bagaimana arah
datangnya benda yang mengenai mata itu, apakah dari depan, samping atas,

samping bawah atau dari arah lain dan bagaimana kecepatannya waktu mengenai
mata. Perlu ditanyakan pula berapa besar benda mengenai mata dan bahan tersebut,
apakah terbuat dari kayu, besi atau bahan lainnya. Jika kejadian kurang dari satu
jam maka perlu ditanyakan ketajaman penglihatan atau keluhan nyeri pada mata
karena berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler akibat pendarahan
sekunder. Apakah trauma tersebut disertai sengan keluarnya darah, dan apakah
sudah pernah mendapat pertolongan sebelumnya. Perlu juga ditanyakan riwayat
kesehatan mata sebelum terjadi trauma, apabila terjadi pengurangan penglihatan
ditanyakan apakah pengurangan penglihatan itu terjadi sebelum atau setelah
kecelakaan tersebut, ambliopia, penyakit kornea atau glaukoma, riwayat
pembekuan darah atau penggunaan antikoagulan sistemik seperti aspirin atau
warIarin.
7

Pemeriksaan mata
Pemeriksaan mata harus dilakukan secara lengkap. Semua hal yang
berhubungan dengan cedera bola mata disingkirkan. Dilakukan pemeriksaan
hiIema dan menilai perdarahan ulang. Bila ditemukan kasus hiIema, sebaiknya
dilakukan pemeriksaan secara teliti keadaan mata luar. Hal ini penting karena
mungkin saja pada riwayat trauma tumpul akan ditemukan kelainan berupa trauma
tembus, seperti:
- ekimosis
- laserasi kelopak mata
- proptosis
- enoItalmus
- Iraktur yang disertai gangguan pada gerakan mata
Kadang-kadang kita menemukan kalainan berupa deIek epitel, edema
kornea dan imbibisi kornea bila hiIema sudah terjadi lebih dari 5 hari. Ditemukan
darah di dalam bilik mata depan.

Menentukan derajat keparahan hiIema, antara lain:


Grade 1 : darah mengisi 1/3 bilik depan mata
Grade 2 : darah mengisi 1/3 bilik depan mata
Grade 3 : darah mengisi sampai hampir seluruh bilik depan mata
Grade 4 : bilik depan mata tampak bekuan darah yang berbentuk blackball atau 8-
ball hyphema
Saat melakukan pemeriksaan, hal terpenting adalah hati-hati dalam
memeriksa kornea karena akan meningkatkan resiko bloodstaining pada lapisan
endotel kornea. Keadaan iris dan lensa juga dicatat, kadang-kadang pada iris dapat
terlihat iridodialisis atau robekan iris. Akibat trauma yang merupakan penyebab
hiIema ini mungkin lensa tidak berada di tempatnya lagi atau telah terjadi dislokasi
lensa bahkan luksasi lensa.
7
Pada hiIema sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata untuk
mengetahui apakah sudah terjadi peningkatan tekanan bola mata. Penilaian Iundus
perlu dicoba tetapi biasanya dangat sulit sehingga perlu situnggu sampai hiIema
hilang. Pemeriksaan Iunduskopi diperlukan untuk mengetahui akibat trauma pada
segmen posterior bola mata. Kadang-kadang pemeriksaan ini tidak mungkin karena
terdapat darah pada media penglihatan. Pada Iunduskopi kadang-kadang terlihat
darah dalam badan kaca. Pemberian midriatika tidak dianjurkan kecuali bila untuk
mencari benda asing pada polus posterior.
8

Pemeriksaan Penunjang
- skrining sickle cell
- elektroIoresis : untuk menentukan apakah sickle cell trait atau sickle cell disease
- X ray
- USG
- CT-Scan orbita
9


Penatalaksanaan
,,5

Pada dasarnya penanganan hiIema ditujukan untuk :
- Menghentikan perdarahan atau mencegah perdarahan ulang
- Mengeluarkan darah dari bilik mata depan
- Mengendalikan tekanan bola mata
- Mencegah terjadinya imbibisi kornea
- Mengobati uveitis bila terjadi akibat hiIema ini
- Menemukan sedini mungkin penyulit yang mungkin terjadi.

Penanganan umum penderita hiIema traumatik antara lain, rawat rumah
sakit, tirah baring, billateral patching, dan sedasi. Penderita hiIema harus dirawat.
Dianjurkan untuk istirahat di tempat tidur dengan elevasi kepala 30-45 derajat agar
darah turun ke bagian bawah bilik mata dan membantu dalam menilai derajat
keparahan hiIema. Juga dapat mempercepat perbaikan ketajaman penglihatan,
mempermudah menilai bilik belakang mata, dan bilik depan mata lebih mudah
dibersihkan. Bila mungkin kedua mata ditutup untuk memberikan istirahat pada
mata.
Pada penderita yang gelisah dapat diberi sedatiI. Bila terdapat rasa sakit
diberi analgetik atau asetazolamid bila sakit pada kepala akibat tekanan bola mata
naik. Analgetik diberikan untuk mengatasi nyeri seperti asetaminoIen dengan atau
tanpa kodein, tergantung derajat nyeri. Obat-obat yang memberikan eIek anti
platelet dapat meningkatkan terjadinya pendarahan berulang sebaiknya tidak
digunakan. Obat-obat golongan NSAID yang bersiIat analgetik seperti asam
meIenamat atau naproksen bisa mengganggu eIek anti platelet.
Obat-obatan tropikal yang dianjurkan sangat bervariasi, diantaranya
siklopegik untuk iridosiklitis traumatik dan miotik untuk meningkatkan area
permukaan resorbsi iris. Kortikosteroid dan estrogen topikal juga dianjurkan.
Pemberian steroid topikal setelah hari ketiga dan keempat berguna untuk
mengurangi terjadinya iridosiklitis dan mencegah terjadinya sinekia. Pemberian

topikal atropine diindikasikan untuk penderita hiIema grade 3 agar blok pupil bisa
hilang.
Pemberian aminocaproic acid (ACA) sistemik dapat mencegah terjadinya
perdarahan berulang. AktiIitas anti Iibrinolitik ACA sistemik seperti ditunjukkan
pada bagian tubuh yang lain yaitu menurunkan terjadinya pendarahan sekunder.
Traneksamik acid juga memiliki eIek antiIibronolitik. Pada anak-anak dengan dosis
25 mg/kg/hari dapat menurunkan terjadinya perdarahan sekunder/ Steroid sistemik
seperti prednison juga dapat menurunkan terjadinya perdarahan sekunder. Steroid
sistemik seperti prednison juga dapat menurunkan terjadinya perdarahan sekunder.
Pada hiIema primer penderita dipulangkan dari perawatan bila sesudah 5-7 hari
pendarahan hilang atau dengan koagulum yang mengecil.
Tindakan pembedahan parasentese dilakukan bila terlihat tanda-tanda
imbibisi kornea, glaukoa, hiIema penuh dan berwarna hitam atau bila darah setelah
5 hari tidak memperlihatkan tanda-tanda berkurang.
Untuk mencegah atropi papil saraI optik dilakukan pembedahan bila:
- tekanan bola mata maksimal ~ 50 mmHg selama 5 hari
- tekanan bola mata maksimal ~ 35 mmHg selama 7 hari
Untuk mencegah imbibisi kornea dilakukan pembedahan bila:
- tekanan bola mata rata-rata ~ 25mmHg selama 6 hari
- bila terdapat tanda-tanda dini imbibisi kornea
Untuk mencegah sinekia posterior periIer dilakukan pembedahan bila:
- hiIema total bertahan selama 5 hari
- HiIema diIus bertahan selama 9 hari

Komplikasi

HiIema dapat menimbulkan beberapa penyulit seperti glaukoma, uveitis,
imbibisi kornea yang akhirnya akan mengakibatkan kemunduran tajam
penglihatan.


Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada kasus hiIema adalah


1. Imbibisi kornea
Darah yang terdapat pada hiIema dikeluarkan dari bilik mata depan dalam
bentuk sel darah merah melalui bilik mata (kanal schlem) dan permukaan depan
iris. Penyerapan melalui permukaan depan iris ini dipercepat dengan adanya
kegiatan enzim Iibrinolitik yang berlebihan didaerah ini. Sebagian hiIema
dikeluarkan dalam bentuk hemosiderin. Bila terdapat hemosiderin yang berlebihan
dalam bilik mata depan maka dapat terjadi penimbunan pigmen ini didalam
lapisan-lapisan kornea yang berwarna kecoklat-coklatan yang disebut imbibisi
kornea. Jika sudah terjadi seperti ini hanya dapat diperbaiki dengan keratoplasty.
2. Glaukoma
Glaukoma akut terjadi apabila jaringan trabekular tersumbat oleh Iibrin dan
sel atau apabila pembentukan bekuan darah menyebabkan penyumbatan pupil. Hal
ini terjadi akibat darah dalam bilik mata, karena unsur-unsur darah menutupi sudut
bilik mata trabekula, sehingga hal ini akan menyebabkan tekanan intraocular.
3. Uveitis
4. Kebutaan
Zat besi didalam mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila
didiamkan dapat menimbulkan Iitsis bulbi dan kebutaan.

Prognosis
,
Dikatakan bahwa prognosis hiIema bergantung pada jumlah darah di dalam
bilik mata depan. Bila darah sedikit di dalam bilik mata depan, maka darah ini akan
hilang dan jernih sempurna. Sedangkan bila darah lebih dari setengah tingginya
bilik mata depan, maka prognosa buruk yang akan disertai dengan beberapa
penyulit. HiIema yang penuh di dalam bilik mata depan akan memberikan
prognosis lebih buruk dibandingkan dengan hiIema sebagian. Pada hiIema akibat
trauma bila terjadi kemunduran tajam penglihatan dapat dipikirkan kemungkinan
adanya kerusakan langsung pada mata akibat trauma tersebut, seperti luksasi lensa,
ablasi retina dan odema makula. HiIema sekunder terjadi pada hari ke 5-7 sesudah

trauma biasanya lebih masiI dibanding dengan hiIema primer, dan dapat
memberikan rasa sakit sekali.
Dapat terjadi keadaan yang disebut sebagai hemoItalmitis atau peradangan
intraokular akibat adanya darah yang penuh di dalam bola mata. Dapat juga terjadi
siderosis akibat hemoglobin atau siderin tersebar dan diikat oleh jaringan mata.
Prognosis penglihatan pada penderita hiIema dipengaruhi oleh 3 Iaktor penting,
yaitu:
1. kerusakan struktur mata yang lain, seperti : ruptur koroid
2. perdarahan sekunder
3. komplikasi berupa glaukoma, corneal bloodstaining atau atropi optikus
Penanganan ditujukan untuk mencegah atau mengurangi terjadinya
komplikasi. Penanganan hiIema dikatakan berhasil bila adanya perbaikan tajam
penglihatan. Penderita hiIema yang sembuh dengan visus 20/40 atau lebih baik
tergantung dari derajat keparahan hiIema, yaitu:
o HiIema grade 1 : 80
o HiIema grade 2 : 60
o HiIema grade 3 dan 4 : 35











BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
HiIema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat suatu
trauma tembus maupun tumpul pada mata, akan tetapi dapat juga terjadi secara
spontan. Secara umum dianggap bahwa hiIema berasal dari pembuluh darah iris
dan badan siliar. Mungkin juga berasal dari pembuluh darah kornea atau limbus
dan badan siliar. Mungkin juga berasal dari pembuluh darah di kornea atau limbus
atau karena terbentuknya pembuluh darah baru pada bekas operasi atau pada
penyakit lain ( seperti rubeosis iridis). Pada pengamatan akan tampak darah dibalik
kornea dan menutupi gambaran iris. HiIema dapat disertai dengan atau tanpa
pendarahan pada konjunctiva. Pada sebagian besar pasien dilakukan pemeriksaan
mata lengkap untuk menyingkirkan adanya ruptur bola mata. Jika bagian posterior
bola mata tidak dapat dinilai karena adanya hiIema, maka sebaiknya dilakukan
pemeriksaan CT-Scan mata.
Biasanya pasien akan mengeluh sakit, disertai dengan epiIora dan
bleIorospasme. Penglihatan pasien akan sangat menurun. Bila pasien duduk hiIema
akan terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan hiIema dapat
memenuhi seluruh ruang bilik mata depan.
Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah
terjadinya penyulit yang akan mengakibatkan kebutaan.

Anda mungkin juga menyukai