Anda di halaman 1dari 18

BIOTEKNOLOGI LINGKUNGAN

~BIOREMIDIASI DAN BAHAN RAMAH LINGKUNGAN



A. Latar Belakang
Di era globalisasi, kebutuhan manusia semakin meningkat. Meningkatnya
kebutuhan itu haruslah diikuti dengan peningkatan alat pemenuhan kebutuhan.
Kebutuhan manusia yang beraneka ragam mulai dari kebutuhan dalam bidang
makanan, sandang, papan, pertanian, peternakan, hingga kesehatan dan pengobatan,
menuntut adanya alat pemenuhan kebutuhan yang memadai.
Dengan kata lain, kebutuhan manusia yang semakin kompleks tersebut menuntut
sumber daya alam yang memadai, misalnya hutan, bahan bakar, dan potensi laut. Jika
hal itu tidak dipenuhi akan mengakibatkan ketidakseimbangan kehidupan manusia
karena adanya kesenjangan antara kebutuhan dengan ketersediaan alat pemenuhannya.
Hal ini berarti pemanIaatannya harus dilakukan dengan bijaksana dengan
memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Agar
lingkungan kita dapat bermanIaat secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang
diinginkan, maka kegiatan pengendalian dan/atau perusakan lingkungan menjadi
sangat penting. Pengendalian pencemaran dan/atau perusakan ini merupakan salah satu
bagian dari kegiatan pengelolaan lingkungan hidup.
Akhir-akhir ini pencemaran lingkungan telah menjadi suatu masalah yang perlu
ditangani secara sungguh-sungguh. Hal ini berkaitan dengan semakin meningkatnya
kegiatan manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Di samping
menghasilkan produk-produk yang diperlukan bagi kehidupannya, kegiatan manusia
menghasilkan pula produk sisa (limbah) yang dapat menjadi bahan pencemar (polutan).
Cepat atau lambat polutan itu akan merusak ekosistem dan keseimbangan alam. Hal ini
perlu dicegah atau setidak-tidaknya dibatasi hingga sekecil mungkin.
Manusia dengan otaknya dituntut untuk memikirkan berbagai alternatiI yang harus
ditempuh untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karenanya, diperlukan suatu
teknologi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut.
Dalam hal ini, terlihat bahwa bioteknologi yang produknya mencakup berbagai
aspek kebutuhan manusia yang cocok dan sangat relevan untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, mempelajari dan memahami apa itu
bioteknologi merupakan suatu keharusan yang tidak dapat ditunda.
Bioteknologi merupakan pemanIaatan berbagai prinsip ilmiah dan rekayasa
terhadap organisme, sistem, atau proses biologis untuk menghasilkan atau
meningkatkan potensi organisme maupun menghasilkan produk dan jasa bagi
kepentingan hidup manusia. Dengan demikian, bioteknologi memberikan manIaat
yang begitu besar bagi kehidupan manusia.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah yang perlu dikaji,
yaitu:
1. Bagaimana perkembangan bioteknologi di bidang ekologi atau lingkungan?
2. Apa produk yang dihasilkan bioteknologi di bidang lingkungan?
3. Bagaimana pemanIaatan produk yang dihasilkan tersebut?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini untuk memberikan inIormasi dan menambah
pengetahuan mahasiswa terhadap:
1. Perkembangan bioteknologi di bidang ekologi atau lingkungan.
2. Macam produk yang dihasilkan bioteknologi di bidang lingkungan
3. PemanIaatan produk yang dihasilkan bioteknologi di bidang lingkungan



2.1 Perkembangan Bioteknologi
Perkembangan bioteknologi secara drastis terjadi sejak ditemukannya struktur
helik ganda DNA dan teknologi DNA rekombinan di awal tahun 1950-an. Ilmu
pengetahuan telah sampai pada suatu titik yang memungkinkan orang untuk
memanipulasi suatu organisme di taraI seluler dan molekuler. Bioteknologi mampu
melakukan perbaikan galur dengan cepat dan dapat diprediksi, juga dapat merancang
galur dengan bahan genetika tambahan yang tidak pernah ada pada galur asalnya.
Memanipulasi organisme hidup untuk kepentingan manusia bukan merupakan hal
yang baru. Bioteknologi molekuler menawarkan cara baru untuk memanipulasi
organisme hidup.
Potensi risiko bioteknologi terhadap pertanian dan lingkungan walaupun masih
dalam perdebatan antara lain eIek balik terhadap organisme non-target, pembentukan
hama resisten, dan transIer gen yang tidak diinginkan yang meliputi transIer gen ke
tanaman liar sejenis, transIer gen penyandi untuk produksi gen toksik, dan transIer
gen resisten antibiotik melalui gen penanda ( marker ) antibiotik. Beberapa kritikan
menyebutkan bahwa modiIikasi DNA rekombinan menyebabkan pangan tidak aman
untuk dimakan. Kelompok pecinta lingkungan mengkritik bahwa organisme trasgenik
menyebabkan kerusakan keanekaragaman hayati, karena membunuh organisme liar
yang berguna, atau membuat organisme invasiI yang dapat merusak lingkungan
(Conko, 2003). Terlepas dari perdebatan keuntungan dan kerugian di atas, prinsip
kehatihatian harus dikedepankan dalam aplikasi bioteknologi untuk agribisnis,
khususnya rekayasa genetika. Pelajaran yang baik dapat kita peroleh dari pengalaman
Revolusi Hijau yang semula dianggap aman, namun intensiIikasi penggunaan pupuk
dan pestisida terbukti berakibat buruk terhadap lingkungan dan baru diketahui setelah
beberapa puluh tahun kemudian.
Bioteknologi modern lahir pada tahun 1970-an dengan munculnya teknologi
DNA rekombinan. Istilah DNA rekombinan mungkin sudah pernah didengar tapi
samar-samar maknanya. Ilmuwan dari Universitas KaliIornia di San Fransisco
(UCSF) bernama Herbert Boyer berhasil mengembangkan teknologi canggih untuk
dapat memotong rantai DNA lalu menyambungnya lagi. Tetapi karena materi DNA
berukuran sangat kecil, hal ini tidak dapat dibuktikan dengan melihat langsung karena
jumlahnya juga sangat sedikit. Masih dari daerah yang sama yaitu propinsi
CaliIornia-AS, seorang ilmuwan lain dari Universitas StanIord bernama Stanley
Cohen menemukan cara bagaimana memasukkan materi DNA berbentuk lingkaran
atau plasmid ke dalam sel. Pada tahun 1972, keduanya bertemu di sebuah pertemuan
ilmiah di Hawaii. DNA yang sudah disambung lagi dengan teknologi Boyer dapat
diperbanyak dengan memasukkan ke dalam sel bakteri dengan teknologi Cohen.
Karena bakteri berkembang biak sangat cepat, DNA yang telah dimasukkan pun jadi
banyak dalam waktu singkat, sehingga dapat dicek keberadaannya dengan mudah.
Inilah inti dari teknologi DNA rekombinan. Teknologi DNA rekombinan bukanlah
satu-satunya tetapi memang adalah tonggak utama dari lahirnya bioteknologi modern.
Bioteknologi pun berkembang pesat sampai penemuan teknologi penggandaan DNA,
PCR oleh Karry Mullis (1983). Semua ini biasanya tercakup dalam kuliah biologi
molekuler yang memang menjadi Iondasi dari bioteknologi modern.
Pada tahun 1984 perkembangan bioteknologi merambah di bidang lingkungan
yang ditandai dengan lahirnya Environmental InIormation System (ENVIS) sebagai
puast inIormasi bioteknologi lingkungan. ENVIS diprakarsai oleh the Ministry of
Environment and Forest. EMCB-ENVIS Centre Iokus dalam mempelajari
Bioteknologi Lingkungan untuk mengatasi polusi seperti Bio-engineering, Bio-
degradation, Bio-remediation, Bio-transformation dan sebagainya.

2.2 PemanIaatan dan Produk Bioteknologi Lingkungan
2.2.1 Bioremediasi
Bioremediasi merupakan proses perbaikan lingkungan yang tercemar atau
Pendekatan-pendekatan yang dilakukan untuk menghilangkan pencemar dari
lingkungan menggunakan organisme (bakteri, Iungi, tanaman atau enzimnya)
untuk memperbaiki atau mengembalikan keadaan lingkungan yang tercemar.
Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme
memodiIikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan
tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransIormasi.
Pada banyak kasus, biotransIormasi berujung pada biodegradasi, dimana
polutan beracun terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya
menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun.
Campur tangan manusia melalui bioteknologi berupaya untuk mempercepat
degradasi senyawa pencemar yang berbahaya agar konsentrasinya turun atau
menjadi senyawa lain yang lebih tidak berbahaya melalui rekayasa proses alami
atau proses mikrobiologis dalam tanah, air dan udara seperti bioremediasi yang
dikembangkan hingga skala mikroskopis.
Bioremediasi senyawa organik pada skala mikroskopis merupakan aplikasi
pendegradasian bahan berbahaya secara biologis menjadi senyawa lain seperti
CO2, metana, air & senyawa semula tersebut.

Untuk mendapatkan organisme khusus yang berpotensi besar dalam
bioremediasi maka dilakukan rekayasa genetik pada organisme tertentu seperti
einococcus radiodurans (organisme yg paling radioresistant) yang
dimodiIikasi untuk dapat mengkonsumsi & mencerna toluene & ionic mercury
dari limbah dg kandungan radioactive nuclear yg tinggi.



Teknik dasar dalam bioremediasi biasanya dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan
penambahan nutrien, pengaturan kondisi redoks, optimasi pH, populasi
(biostimulasi)
2. Inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu
mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransIormasi khusus
(bioaugmentasi)
3. Penerapan immobilized enzymes
4. Penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghilangkan atau
mengubah pencemar. Fitoremediasi dapat dibagi menjadi Iitoekstraksi,
rizoIiltrasi, Iitodegradasi, Iitostabilisasi, Iitovolatilisasi.
Fitoekstraksi mencakup penyerapan kontaminan oleh akar tumbuhan
dan translokasi atau akumulasi senyawa itu ke bagian tumbuhan seperti
akar, daun atau batang.
RizoIiltrasi adalah pemanIaatan kemampuan akar tumbuhan untuk
menyerap, mengendapkan, dan mengakumulasi logam dari aliran
limbah.
Fitodegradasi adalah metabolisme kontaminan di dalam jaringan
tumbuhan, misalnya oleh enzim dehalogenase dan oksigenase.
Fitostabilisasi adalah suatu Ienomena diproduksinya senyawa kimia
tertentu untuk mengimobilisasi kontaminan di daerah rizosIer.
Fitovolatilisasi terjadi ketika tumbuhan menyerap kontaminan dan
melepasnya ke udara lewat daun; dapat pula senyawa kontaminan
mengalami degradasi sebelum dilepas lewat daun.
Penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tumbuhan dapat dibagi menjadi
tiga proses yang berkesinambung, yaitu penyerapan logam oleh akar,
translokasi logam dari akar ke bagian tumbuhan lain, dan lokalisasi logam
pada bagian sel tertentu untuk menjaga agar tidak menghambat
metabolisme tumbuhan tersebut.



Dari hasil penelitian, spesies-spesies bakteri dari genus geobacter
mempunyai peran yang sangat besar di dalam Ienomena geologis ini, terutama
di dalam transIormasi bumi yang modern seperti sekarang ini, seperti akumulasi
besi dalam pembentukan magnetit. Spesies ini juga berperan dalam restorasi
lingkungan, misalnya dalam merombak kontaminan minyak bumi yang
mencemari air tanah dengan komponen-komponen yang berbahaya. Kemudian
juga mendegradasi air yang tercemar logam berat ataupun radioaktiI yang
sangat toksik dan berbahaya menjadi air bersih.
Untuk melakukan proses seperti di atas, bakteri ini haruslah mempunyai
kemampuan untuk memindahkan elektron yang berada di luar sel ke permukaan
logam berat atau permukaan elektroda. Sebab, bakteri ini hanya hidup di
lingkungan tanpa oksigen, dan tidak mempunyai protein c-cytochrome yang
biasanya ada di sel bakteri aerob yang dapat mereduksi logam dengan bantuan
keberadaan oksigen.
Dari hasil pembacaan genom bakteri ini, diketahui bakteri ini mempunyai
gen yang menyebabkannya dapat mendeteksi keberadaan logam-logam di
sekitarnya. Gen ini menyandikan antena atau cambuk (pili) yang dapat
digerakkan untuk berenang. Cambuk ini akan mengendus keberadaan logam
berat sehingga mikroba ini akan bergerak menuju logam tersebut dan
mereduksinya sehingga menjadi tak berbahaya.
G. Metallireducens menggunakan Fe (III) oksida sebagai akseptor electron.
Selain itu, bakteri ini juga menggunakan logam seperti Uranium dan Plutonium
untuk memproduksi makanan. Ketika G. metalireducens mencerna uranium, dia
mengubah logam ini dari bentuk terlarut menjadi endapan di tanah (tak larut)
uraninite, sehingga dapat dipisahkan dari perairan dengan mudah. Karena
kemampuannya tersebut, bakteri ini dimanIaatkan oleh para ilmuwan untuk
memulihkan lingkungan (bioremediasi) di daerah sekitar Tambang RiIle Mill,
Colorado, Amerika Serikat.
Selain berasal dari pertambangan (Macaskie, 1991 dalam Lovely, 1995),
Uranium berasal dari pengairan (BradIord et al, 1990 dalam Lovely, 1995),
dan Ienomena alami (Steinberg & Oremland, 1990 dalam Lovely, 1995)
sehingga konsentrasinya dalam badan air sangat tinggi. Uranium terlarut ini
biasanya dalam bentuk kompleks U(VI) karbonat (Lovley & Phillip, 1992
dalam Lovely, 1995).
Dari hasil penelitian, (Gorby & Lovley, 1992; Lovley & Phillip, 1992
dalam Lovley, 1995) G. metallireducens dapat mengkonversi U(VI) menjadi
U(IV) secara cepat pada konsentrasi rendah (1M) dan mempresipitasikan
seluruh uranium dari larutan dalam beberapa jam. Oleh mikroorganisme
tersebut presipitat U(IV) terjadi secara ekstraseluler dan dalam bentuk mineral
uraninit (UO
2
). Kemampuan reduksi ini dapat dihambat oleh ion tembaga
pada konsentrasi lebih dari 20 M.
Teknik bioremidiasi uranium ini dilakukan dengan cara penambahan
larutan asam asetat encer pada daerah yang tercemar uranium. Hal ini
bertujuan untuk mempertahankan konsentrasi uranium yang pada umumnya
sebesar 10M menjadi kurang dari 1M selama 15 hari sehingga proses
bioremidiasi dapat belangsung dalam jangka waktu yang cukup lama. Proses
bioremidiasi ini diperlihatkan pada ilustrasi di bawah ini.







Reaksi kimia dalam proses bioremidiasi Uranium dengan akseptor elekton
Fe(III) yang terjadi dengan bantuan bakteri Geobacter Metallireducens yaitu:
E
3

-
+ E
+
+ 8(E)
3
E
3
+ 8
2+
+ 8E
2

E
3

-
+E
2
+
2
(
3
)
2
2-
E
3
-
+
2
+ E
+

Proses reduksi yang dilakukan oleh Geobacter Metallireducens dapat
diilustrasikan oleh gambar di bawah ini.

Kompleks Uranium karbonat dimakan oleh bakteri dan bereaksi dengan
ion asetat yang juga ikut masuk ke dalam tubuh bakteri. Dari reaksi redoks yang
terjadi, electron yang dihasilkan diterima oleh ion Fe(III) yang menempel pada
tubuh bakteri sehingga terjadi proses reduksi menjadi Fe(II). Selain itu, Uranium
yang telah direduksi dikeluarkan dari tubuh bakteri dalam bentuk endapan
uranitit.
Dari reaksi dan gambar di atas, dapat diketahui bahwa selain mereduksi
Fe(III) menjadi Fe(II) dan U(VI) menjadi U(IV), Geobacter Metallireducens
juga menghasilkan E
2
dan ion bikarbonat. Ion bikarbonat ini akan bereaksi
dengan H

membentuk senyawa asam karbonat yang tidak stabil dan selanjutnya


akan terurai menjadi CO
2
dan H
2
O.

2.2.2 Biodegradasi
Biodegradasi merupakan proses pengomposan (composting) . Tidak
semua bahan di alam ini dapat terurai menjadi komponen kecil penyusunnya.
Segala bahan yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen penyusunnya
disebut bahan biodegradable. Pengurai atau pendegradasi umumnya adalah
bakteri dan jamur. Bahan biodegradable umumnya memiliki jenis ikatan asetal,
amida, atau ester, dan memiliki berat molekul, kristalinitas rendah serta
hidroIilitas tinggi.
Dalam jangka waktu sekitar 5 tahun mendatang, penelitian pada topik ini
diIokuskan pada produksi biopolimer yaitu menghasilkan plastik biodegradabel
(biodegradable plastics) melalui proses biosintesis. Penelitian mencakup
produksi biopolimer menggunakan mikroba dan tanaman. Tipe bioplastik
terbuat dari bahan dasar yang meliputi pati (starch), PLA dan PHB.
Penelitian dasar menggunakan mikroba dan tanaman bertujuan utama
untuk meningkatkan produktivitas dan perolehan (yield) dalam sel/tanaman
dengan atau tanpa memanIaatkan rekayasa genetika. Pertimbangan lain yang
dapat menjadi pilihan bagi penelitian menggunakan mikroba adalah
memanIaatkan substrat yang bernilai rendah (low cost substrate). Penelitian
lanjutan yang berupa rekayasa bioproses - seperti perancangan bioreaktor,
teknologi pemisahan biopolimer dari cairan kaldu (broth Iermentation) atau
tanaman - dan rekayasa polimer untuk meningkatkan kinerja dari polimer
merupakan bidang yang mendapatkan perhatian penting dalam topik penelitian
ini.
a. !astik Biodegradabe
Saat ini ahli biologi di University College Dublin di Irlandia telah
menemukan bahwa keturunan !seudomonas putida dapat diperoleh dalam
minyak styrene murni (minyak bekas StyroIoam yang dipanaskan). Kevin
O`Connor dan kolega Eropanya mengubah polystyrene menjadi minyak melalui
pirolisis (sebuah proses yang memanaskan plastik berbasis petroleum ke 520
o
C
tanpa adanya oksigen). Hasilnya dari proses pemanasan ini mengandung lebih
dari 80 persen minyak styrene. Para peneliti kemudian menggunakan cairan ini
sebagai sumber makanan untuk pertumbuhan !seudomonas putida CA-3.
!seudomonas putida memilki kemampuan untuk memproduksi Poly-3-
hydroxyalkanoates (PHA) dari hidrokarbon aromatic seperti stirena. Stirena
merupakan polutan beracun yang dihasilkan sebanyak ribuan kilogram setiap
tahunnya dan polimer dari senyawa ini digunakan sebgai bahan baku pembuatan
plastik.

PHA merupakan senyawa yang ramah lingkungan, tahan minyak dan
lemak, serta memiliki daya tahan yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai
bahan baku pembuatan peralatan plastic. Berbeda dengan Stirena, PHA dapat
didegradasi di dalam tanah atau air sehingga senyawa ini digunakan sebagai
bahan pembuatan plastik biodegradable dan dapat menggantikan peranan plastic
polistirena dan styroIoam. Plastik berbahan dasar PHA ini dapat bertahan pada
suhu tinggi tetapi dapat rusak secara lebih alami dalam lingkungan dibandingkan
dengan produk-produk berbasis petroleum lainnya.
Selain !seudomonas putida terdapat beberapa bakteri lain yang juga
berperan dalam pembentukan plastic biodegradable berbahan dasar PHA.
Bakteri bakteri dan jenis plastic yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar
berikut:


b. Biosurfaktan
BiosurIaktan merupakan surIaktan yang disintesis oleh mikroorganisme,
terutama jika mereka ditumbuhkan pada substrat yang tidak larut dalam air.
Tidak seperti surIaktan berbahan dasar minyak yang diklasiIikasikan
berdasarkan grup polar natural-nya, biosurIaktan dikategorikan berdasarkan
struktur kimia dan bakteri penghasilnya. Pada umumnya, struktur kimiawi
biosurIaktan terdiri atas gugus hidroIilik yang mengandung asam amino atau
anion dan kation peptida, mono-, di-, atau polisakarida; dan gugus hidroIobik
yang mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh.
Berdasarkan ukuran molekularnya, biosurIaktan dapat dibagi menjadi
biosurIaktan dengan berat molekul rendah dan berat molekul tinggi. Glikolipid
seperti rhamnosa dan sophorolipid, dan lipopeptida seperti surIactin dan
polymyxin merupakan biosurIaktan dengan berat molekul rendah, yang
berIungsi menurunkan tegangan permukaan dan tegangan antar permukaan.
Sedangkan biosurIaktan dengan berat molekul tinggi seperti lipoprotein,
lipopolisakarida, dan amphipatik polisakarida sangat eIektiI untuk menstabilkan
emulsi minyak dalam air.
Berdasarkan struktur kimianya, biosurIaktan diklasiIikasikan sebagai
glikolipid; lipopeptida atau lipoprotein; asam lemak, IosIolipid, biosurIaktan
polimerik; dan biosurIaktan partikulat.
BiosurIaktan memiliki aplikasi yang menarik karena siIat-siIat
Iungsionalnya yang luas termasuk di dalamnya kemampuan dalam pembersihan,
pembasahan, pembuihan, emulsiIikasi, reduksi viskositas, pemisahan dan
pelarutan. Kemampuan tersebut banyak dimanIaatkan dalam industri pembersih,
pertanian, konstruksi, pangan, kertas, industri logam, tekstil, kosmetik, Iarmasi
dan industri petrokimia termasuk dalam aplikasi di lingkungan untuk
bioremediasi. BiosurIaktan memiliki kelebihan karena mudah didegradasi,
toksisitasnya rendah, dan dapat dihasilkan dari substrat yang bernilai ekonomi
rendah ataupun limbah.
PemanIaatan biosurIaktan dalam lingkungan meliputi:
Membantu proses penemuan minyak
Membantu proses degradasi senyawa hidrokaron
Membantu proses penanggulangan limbah pestisida
Membantu proses penanggulangan limbah logam berat
Jenis-jenis biosurIaktan, organism yang menghasilkan, dan aplikasinya
dapat dilihat pada gambar:



KESIMPULAN

Perkembangan bioteknologi di bidang ekologi atau lingkungan dalam upaya
penyelamatan lingkungan hidup dan ekosistem dikembangkan dalam hal
penaggulangan limbah melalui proses bioremidiasi dan pembuatan produk yang
ramah lingkungan.
Produk yang dihasilkan bioteknologi di bidang lingkungan berupa pengembangan
material untuk mengatasi polusi seperti rekayasa genetik pada organisme tertentu
yang dimodiIikasi untuk dapat mengkonsumsi & mencerna limbah, plastic
biodegradable, dan biosurIaktan.

DAFTAR !USTAKA

Aguss. 2008. 'Geobacter` Mikroba !enghasil Listrik. ( http.//id.wordpress.com) (diakses
pada 22 Oktober 2009)
Anonim. 1997. Geobacter Metallireducens GS15 (online),(http.//genome.fgi-psf.org)
(diakses pada 22 Oktober 2009)
Anonim. 2002. Geobacter metallireducens (strain GS-15 / ATCC 53774 / SM 7210)
http.//www.uniprot.org) (diakses pada 22 Oktober 2009)
Anonim. 2006. Geobacter metallireducens GS-15 Genome !age (http.//www.cmr.fvci.org)
(diakses pada 22 Oktober 2009)
Anonim. 2006. Geobacter. http.//www.microbewiki.kenyon.edu) (diakses pada 22 Oktober
2009)
Anonim. 2007. Bakteri Agen Bioremidiasi.(http.//www.pikiran-rakyat.com (diakses pada
22 Oktober 2009)
Anonim. 2009. About Geobacter. (http.//www.geobacter.org) (diakses pada 29 Oktober
2009)
Anonim. 2009. Geobacter (online), (http.//en.wikipedia.org/wiki/Geobacter) (diakses pada
22 Oktober 2009)
Anonim. 2009. Geobacter, Bakteri Super !emakan Uranium dengan Antena Nano.
(http.//www.kamusilmiah.com) (diakses pada 29 Oktober 2009)
Anonim. 2009. Micorbial biodegradation. (http.//en.wikipedia.org) (diakses pada 29
Oktober 2009)
Childers, Susan. E, Stacy CiuIo, dan Derek R. Lovley. 2002. Geobacter metallireducens
accesses insoluble Fe(III) oxide by chemotaxis. 416: 767-769.
Dalke, Kate. 2002. Metal-eating microbe Geobacter metallireducens swims.
(http.//www.genomnewsnetwork.org) (diakses pada 22 Okrober 2009)
Finneran, Kevin.T, dkk. 2002. !otential for Bioremediation of Uranium Contaminated
Aquifers with Microbial U(JI) Reduction. 11. 339-357.

Lovley. Derek.R. 2002. issimilatory Metal Reduction. from Early Life to
Bioremediation. 5: 231-237

Lovley. Derek.R. 2003. Cleaning Up with Genomics.Applying Molecular Biology to
Bioremediation. 1: 35-44.
Redha. 2009. !eranan Mikroba alam Bidang Lingkungan. (http.//black-
karma.blogspot.com) (diakses pada 29 Oktober 2009)
Shelobolina, Evgenya. K ,dkk. 2008. Geobacter uraniireducens sp. nov., isolated from
subsurface sediment undergoing uranium bioremediation. 58. 1075-1078.
Widyati, Enny. 2004. Tinfauan Tentang !eranan Mikroba Tanah alam Remediasi
Lahan Terdegradasi (A Review on The Role of Soil Microbes on Remediation of
egraded Land). IPB

Anda mungkin juga menyukai