HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Mikroorganisme tersebar luas di lingkungan, dan sebagai akibatnya produk pangan jarang sekali yang steril dan umumnya tercemar oleh berbagai jenis mikroorganisme. Bahan pangan dapat berperan sebagai agen penularan/pemindahan penyakit karena mikroorganisme yang bersifat pathogen ke manusia. Selain dapat menyebarkan penyakit, keberadaan mikroorganisme pada bahan pangan juga menentukan mutu mikrobiologis pada bahan pangan yang ditentukan dari jumlah dan jenis mikroorganisme. Mutu mikrobiologis ini akan menentukan ketahanan simpan dari produksi bahan pangan tersebut ditinjau dari kerusakan oleh mikroorganisme dan keamanan produk dari mikroorganisme yang umum terdapat dalam bahan pangan dan jumlah organisme yang spesifik yang berada dalam produk pangan (Buckle, 1985). Kontaminasi pada bahan pangan dapat terjadi pada saat pemanenan, penyimpanan (refrigerasi) atau juga adanya kontaminasi silang (Betty D. Sofiah, 2011). Oleh karena itu pada praktikum kali ini dilakukan pengujian jumlah kontaminan bahan baku. Bahan atau sampel yang digunakan adalah wortel, sawi, apel, kangkung, timun dan bayam. Masing-masing diberi perlakuan tidak dicuci dan dicuci. Berikut data hasil pengamatan pengujian jumlah kontaminan pada bahan baku. Kelompok (Sampel) 1 Wortel belum dicuci Jumlah Koloni 30 C TBUD
o
TBUD
22 koloni
305 koloni
TBUD
45 koloni
27 koloni
92 koloni
21 koloni
9 Timun belum dicuci 10 Timun sudah dicuci 11 Bayam belum dicuci 12 Bayam sudah dicuci
Berdasarkan data pengamatan diatas, rata-rata jumlah mikroorganisme pada sampel yang diinkubasi di suhu 300C tumbuh lebih banyak dibandingkan yang tumbuh pada suhu 550C. Kecuali pada apel yang tidak dicuci pada suhu 550C jumlahnya lebih banyak dibandingkan pada suhu 300C. Hal ini menandakan hanya sedikit mikroorganisme yang tumbuh pada suhu tinggi atau yang bersifat termofilik. Pada sampel sawi, apel dan kangkung yang diinkubasi pada suhu 300C, jumlah mikrrorganisme yang tumbuh setelah diberi perlakuan dicuci dengan air, jumlah mikroorganismenya lebih banyak dibandingkan yang tidak dicuci dengan
air. Hal ini disebabkan karena air yang digunakan tidak bersih,sehingga di dalam air tersebut juga terdapat mikroorganisme.
VI. KESIMPULAN Bahan pangan dapat berperan sebagai agen penularan/pemindahan penyakit karena mikroorganisme yang bersifat pathogen ke manusia.
Keberadaan mikroorganisme pada bahan pangan juga menentukan mutu mikrobiologis pada bahan pangan yang ditentukan dari jumlah dan jenis mikroorganisme.
Kontaminasi pada bahan pangan dapat terjadi pada saat pemanenan, penyimpanan (refrigerasi) atau juga adanya kontaminasi silang. Rata-rata jumlah mikroorganisme pada sampel yang diinkubasi di suhu 300C tumbuh lebih banyak dibandingkan yang tumbuh pada suhu 550C. Kecuali pada apel yang tidak dicuci pada suhu 550C jumlahnya lebih banyak dibandingkan pada suhu 300C.
DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, srikandi, DR., Ir. 1992. Mikrobiologi Pangan I. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sofiah, Betty D & Een Sukarminah. 2011. Sanitasi dan Keamanan Pangan. Jurusan Teknologi Industri Pangan FTIP UNPAD. Jatinangor. Buckle KA, Edward RA, Fleet GH, Wooton M. 1987. Ilmu Pangan. Purnomo H, Adiono, penerjemah. Jakarta: UI Press. Terjemahan dari : Food Science.
II. TUJUAN Menghitung jumlah bakteri proteolitik yang terdapat dalam bahan pangan.
B. BAHAN Sayuran/buah-buahan (sawi, apel, timun, kangkung, wortel, dan bayam) Skim Milk Agar (SMA) NaCl Fisiologis