Anda di halaman 1dari 7

BHAKTI DARMAWAN 240210090124 V.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Mikroorganisme tersebar luas di lingkungan, dan sebagai akibatnya produk pangan jarang sekali yang steril dan umumnya tercemar oleh berbagai jenis mikroorganisme. Bahan pangan dapat berperan sebagai agen penularan/pemindahan penyakit karena mikroorganisme yang bersifat pathogen ke manusia. Selain dapat menyebarkan penyakit, keberadaan mikroorganisme pada bahan pangan juga menentukan mutu mikrobiologis pada bahan pangan yang ditentukan dari jumlah dan jenis mikroorganisme. Mutu mikrobiologis ini akan menentukan ketahanan simpan dari produksi bahan pangan tersebut ditinjau dari kerusakan oleh mikroorganisme dan keamanan produk dari mikroorganisme yang umum terdapat dalam bahan pangan dan jumlah organisme yang spesifik yang berada dalam produk pangan (Buckle, 1985). Kontaminasi pada bahan pangan dapat terjadi pada saat pemanenan, penyimpanan (refrigerasi) atau juga adanya kontaminasi silang (Betty D. Sofiah, 2011). Oleh karena itu pada praktikum kali ini dilakukan pengujian jumlah kontaminan bahan baku. Bahan atau sampel yang digunakan adalah wortel, sawi, apel, kangkung, timun dan bayam. Masing-masing diberi perlakuan tidak dicuci dan dicuci. Berikut data hasil pengamatan pengujian jumlah kontaminan pada bahan baku. Kelompok (Sampel) 1 Wortel belum dicuci Jumlah Koloni 30 C TBUD
o

55oC 1 koloni besar penuh

2 Sawi hijau belum dicuci 3 Sawi hijau sudah dicuci

109 koloni TBUD

1 koloni 1 koloni besar penuh

TBUD

22 koloni

Wortel sudah dicuci 5 Apel belum dicuci

305 koloni

TBUD

6 Apel sudah dicuci

316 koloni, 4 kapang

150 koloni, 2 kapang

7 Kangkung belum dicuci

45 koloni

27 koloni

8 Kangkung sudah dicuci

92 koloni

21 koloni

9 Timun belum dicuci 10 Timun sudah dicuci 11 Bayam belum dicuci 12 Bayam sudah dicuci

TBUD 39 koloni 22 koloni besar 15 koloni

22 koloni 24 koloni 9 koloni 7 koloni

Berdasarkan data pengamatan diatas, rata-rata jumlah mikroorganisme pada sampel yang diinkubasi di suhu 300C tumbuh lebih banyak dibandingkan yang tumbuh pada suhu 550C. Kecuali pada apel yang tidak dicuci pada suhu 550C jumlahnya lebih banyak dibandingkan pada suhu 300C. Hal ini menandakan hanya sedikit mikroorganisme yang tumbuh pada suhu tinggi atau yang bersifat termofilik. Pada sampel sawi, apel dan kangkung yang diinkubasi pada suhu 300C, jumlah mikrrorganisme yang tumbuh setelah diberi perlakuan dicuci dengan air, jumlah mikroorganismenya lebih banyak dibandingkan yang tidak dicuci dengan

air. Hal ini disebabkan karena air yang digunakan tidak bersih,sehingga di dalam air tersebut juga terdapat mikroorganisme.

VI. KESIMPULAN Bahan pangan dapat berperan sebagai agen penularan/pemindahan penyakit karena mikroorganisme yang bersifat pathogen ke manusia.

Keberadaan mikroorganisme pada bahan pangan juga menentukan mutu mikrobiologis pada bahan pangan yang ditentukan dari jumlah dan jenis mikroorganisme.

Kontaminasi pada bahan pangan dapat terjadi pada saat pemanenan, penyimpanan (refrigerasi) atau juga adanya kontaminasi silang. Rata-rata jumlah mikroorganisme pada sampel yang diinkubasi di suhu 300C tumbuh lebih banyak dibandingkan yang tumbuh pada suhu 550C. Kecuali pada apel yang tidak dicuci pada suhu 550C jumlahnya lebih banyak dibandingkan pada suhu 300C.

DAFTAR PUSTAKA

Fardiaz, srikandi, DR., Ir. 1992. Mikrobiologi Pangan I. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sofiah, Betty D & Een Sukarminah. 2011. Sanitasi dan Keamanan Pangan. Jurusan Teknologi Industri Pangan FTIP UNPAD. Jatinangor. Buckle KA, Edward RA, Fleet GH, Wooton M. 1987. Ilmu Pangan. Purnomo H, Adiono, penerjemah. Jakarta: UI Press. Terjemahan dari : Food Science.

II. TUJUAN Menghitung jumlah bakteri proteolitik yang terdapat dalam bahan pangan.

III. ALAT DAN BAHAN A. ALAT

Pisau stainless steel, Beaker glass, Cawan petri, Inkubator

B. BAHAN Sayuran/buah-buahan (sawi, apel, timun, kangkung, wortel, dan bayam) Skim Milk Agar (SMA) NaCl Fisiologis

Anda mungkin juga menyukai