Anda di halaman 1dari 23

RESUME EKOLOGI LAUT TROPIS

April 14, 2010 by harispramana53 Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Selain itu, ekologi juga memiliki keterkaitan antara energy, materi dan informasi, energy yang berkaitan di sini adalah hukum termodinamika 1 dan 2. Di dalam ekologi kita mempelajari mengenai habitat, relung/niche, adaptasi, dan evolusi dari makhluk hidup. Dan semua itu merupakan satu kesatuan tak dapat di pisahkan. Niche atau nicia atau di Indonesia kita sebut relung memiliki arti tidak hanya tempat atau ruang yang di tinggali makhluk hidup tetapi sebuah profesi makhluk hidup atau organisme dalam habitatnya atau fungsi makhluk hidup atau peranannya dalam lingkungan hidupnya. Mempelajari tentang nicia atau niche atau relung dapat di gunakan sebagai landasan untuk memahami berfungsinya suatu komunitas dan ekosistem dalam habitat utama. Adaptasi merupakan penyesuaian diri dari suatu makhluk hidup terhadap lingkungannya yang berubah. Adaptasi di bedakan menjadi adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi, dan adaptasi kultural. dan yang tidak melakukan adapatasi di sebut maladaptasi. Karena dalam ekologi juga terkait dengan energy maka pasti di dalamnya terdapat siklus energy . siklus tersebut merupakan siklus biogeokimia. siklus biogeokimia adalah siklus unsure atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik kemudian kembali lagi ke abiotik, dan rantai makanan termasuk ke dalam siklus ini. dalam rantai makanan itu terjadi pertukaran energy atau transport energy. Beberapa cara bagaimana nutrient masuk ke dalam ekosistem : 1. Weathering 2. Atmospheric Input 3. Biological Nitrogen Fixation 4. Immigration Selain itu ekosistem juga dapat kehilangan nutrient , berikut ini adalah cara di mana ekosistem kehilanag nutrient : 1. Erosion 2. Leaching, intrusi 3. Gaseous Losses 4. Emigration and Harvesting Selain rantai makanan, Siklus Biogeokimia juga mencakup siklus Nitrogen, siklus Fosfor, siklus Karbon, dan juga siklus Oksigen. 1. Siklus nitrogen Nitrogen merupakan unsur senyawa kimia yang paling banyak terdapat di atmosfer.

Jumlahnya sekitar80%. Nitogen bebas di udara dapat bereaksi dengan hirogen atau oksigen dengan bantuan dari petir yang di sebut proses elektrisasi.

2.

Siklus Fosfor

Senyawa fosfor di alam terbagi dalam dua yaitu, senyawa fosfat organik (pada hewan dan tumbuhan) dan senyawa fosfat anorgani (pada air dan tanah). fosfat organik yang terdapat dalam hewan dan tumbuhan yang mati akan di uraikan oleh decomposer dan menjadi fosfat anorganik. Lalu fosfat yang terlarut di air tanah atau di air laut akan mengendap di di sedimen laut. Setelah itu fosfat yang dari batuan itu akan terkikis lalu akan terserap lagi oleh tumbuhan.

3. Siklus Karbon dan Oksigen Siklus ini merupakan siklus biogeokimia terbesar. Ada 3 hal yang terjadi pada karbon :1) Tinggal dalam tubuh, 2) Respirasi oleh hewan, 3)sampah/sisa. dan Karbon itu masuk ke dalam perairan melalui proses difusi.

Dari penjelasan di atas mengenai apa itu ekologi dan apa-apa saja komponen yang di pelajari dalam ekologi. kita dapat mempelajari lagi ilmu ekologi yang lebih khusus, yaitu ekologi laut tropis. Ekologi laut tropis adalah ilmu ekologi yang mempelajari interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya dimana lingkungan organismenya adalah laut tropis. Laut tropis itu sendiri adalah lautan yang mendapatkan penyinaran matahari secara terus-menerus sepanjang tahun dan seperti daerah tropis hanya memiliki dua musim ,yaitu musim kemarau dan musim hujan. dengan hanya memiliki dua musim maka menyebabkan produktivitas primer di laut tropis konstan sepanjang tahun. Dengan keadaan seperti itu maka kondisi hayati di laut tropis itu lebih beraneka ragam jika di bandingkan dengan kondisi hayati di daerah laut subtropik ataupun di daerah laut kutub. Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di daerah tropis. sehingga organisme laut yang terdapat di Indonesia itu sangat beragam antara lain : 1. 2. 3. 4. Terumbu karang (600 dari 800 spesies) Mangrove (40 spesies mangrove sejati dari 50 spesies) Lamun (12 spesies) Rumput Laut (56 spesies)

Ekosistem yang terdapat di daerah pesisir dan laut tropis itu sendiri antara lain adalah v Ekosistem mangrove Merupakan hutan yang pengaruhi oleh tumbuh pada tanah lumpur aluvial di daerah pantai maupun muara sungai yang di pasang surut air laut. hutan mangrove di Indonesia merupan hutan mangrove terbesar di Indonesia. Fungsi dari hutan mangrove itu sendiri antara lain sebagai peredam ombak, angin ataupun badai; melindungi dari abrasi; sebagi daerah mencari makan,pembiakkan, dan pembesaran; dll. Selain itu mangrove juga memiliki nilai ekonomi, sehingga banyak hutan mangrove yang di tebang secara illegal oleh orang untuk di jual. Sebenarnya mangrove memiliki fungsi lebih penting di bandingkan dengan kepentinag ekonomi. jika hutan mangrove tidak ada maka akan mengacaukan rantai makanan dan membuat kerusakan pada ekosistem. Karena ada bebrapa hewan yang hidupnya bergantung pada hutan mangrove. v Ekosistem Terumbu Karang

Ekosistem ini terdapat di dalam laut. terumbu karang sendiri merupakan hewan karang zooxanthellae yang bersimbiosis dengan karang yang terbentuk dari kalsium karbonat. Indonesia sendiri memiliki banyak spesies terumbu karang dan memliki ekosistem terumbu karang yang sangat luas. Tetapi, sangat di sayangkan dari semua ekosistem terumbu karang yang ada di Indonesia hanya sekitar 6,2% saja yang kondisinya masih baik. semua kerusakan terumbu karang itu di sebabkan karena ulah dari manusia itu sendiri. Seperti melakukan pengeboman ketika sedang melakukan penangkapan ikan. padahal terumbu karang itu memiliki fungsi yang sangat penting. Fungsi terumbu karang tersebut antara lain sebagai daerah mencari makan, berkembang biak, pembesaran dari ikan-ikan karang; sebagai pengendap kalsium dari sungai yang mengalir ke laut; sebagai penyerap karbon;dll. Beberapa cara untuk melestarikan lamun adalah dengan menghentikan penambangan lamun untuk di jadikan bahan bangunan dan mencegah kegiatanpengerukan yang dapt menyebabkan sedimentasi. v Ekosistem Lamun Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang hidupnya tertupi oleh air laut. padang lamun merupakan ekosistem yang memiliki produktivitas paling tinggi di bandingkan dengan ekosistem pesisir dan laut yang lain. Fungsi penting dari lamu itu sendiri adalah sebagai tempat berkembang biak, mencari makan dan pembesaran ikan, selain itu juag sebagai perendam arus. namun sekarang ini padang lamun mengalami banyak ancaman kerusakan yang berasal dari aktifitas manusia. seperti halnya pembuangan limbah ke daerah padang lamun oleh manusia. ada dua cara untuk penentuan status keadan padang lamun yaitu Metode Transek Garis atau Line Intercept Transect (LIT) dan Petak contoh (Transect plot). Daftar istilah yang terdapat dalam tulisan ini di muat di : http://jelajahlaut.wordpress.com/2010/04/14/daftar-istilah-tugas-ekolatrop/ Posted in Marine Ecology | Leave a Comment

TRANSPOR MATERI, ENERGI, DAN RANTAI MAKANAN PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI WILAYAH PESISIR KARANG BOLONG
April 1, 2010 by harispramana53 Oleh : Haris Pramana Pesisir menjadi wilayah yang sangat berarti bagi kehidupan manusia di bumi. Edgreen pada tahun 1993 memperkirakan bahwa sekitar 50-70% dari 5,3 milyar penduduk di bumi sekarang ini tinggal di kawasan pesisir (Kay R, 1999). Wilayah pesisir memiliki keunikan ekosistem. Wilayah ini sangat rentan terhadap perubahan, baik karena diakibatkan oleh aktifitas daerah hulu maupun karena aktifitas yang terjadi di wilayah pesisir itu sendiri. Permasalah wilayah pesisir yang dikemukakan oleh Rohmin Dahuri (2001) merupakan permasalah umum wilayah pesisir yang banyak dijumpai di Indonesia. Dikemukakan bahwa

permasalah wilayah pesisir meliputi : pencemaran, kerusakan habitat pantai, pemanfaatan sumberdaya yang berlebihan, abrasi pantai, konversi kawasan lindung dan bencana alam. Permasalah-permasalahn tersebut sebagian besar diakibatkan oleh aktifitas kegiatan manusia baik yang tinggal dalam kawasan maupun yang berada di luar kawasan. Salah satu ekosistem yang terkena dampak dari permasalahan tersebut adalah padang lamun. Padang lamun merupakan tumbuhan yang hidup terbenam di perairan dangkal yang agak berpasir. Secara ekologis padang lamun memiliki beberapa fungsi penting bagi daerah pesisir yaitu ; sumber utama produktivitas primer, sumber makanan penting bagi organisme, dengan sistem perakaran yang rapat menstabilkan dasar perairan yang lunak, tempat berlindung organisme, tempat pembesaran bagi beberapa spesies, sebagai peredam arus gelombang dan sebagai tudung pelindung panas matahari. Kehidupan padang lamun sangat dipengaruhi oleh kondisi kecerahan air laut, temperatur air laut, salinitas, substrat dan kecepatan arus. Padang lamun sering dijumpai berdampingan atau tumpang tindih dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang. Bahkan, terdapat interkoneksi antarketiganya. Berikut bagan yang menggambarkan interaksinya :

Keberadaan padang lamun di wilayah pantai selatan jawa khususnya di daerah Karang Bolong jumlahnya sedikit, selain karena permasalahan yang diungkapkan di atas tadi, hal ini juga dikarenakan kondisi tofografi pesisir selatan yang curam dan tidak selandai pesisir di pantai utara Jawa. Padang lamun dapat terdiri dari vegetasi lamun jenis tunggal ataupun jenis campuran. Padang lamun merupakan tempat berbagai jenis ikan berlindung, mencari makan, bertelur, dan membesarkan anaknya. Ikan baronang, misalnya, adalah salah satu jenis ikan yang hidup di padang lamun. Amat banyak jenis biota laut lainnya hidup berasosiasi dengan lamun, seperti teripang, bintang laut, bulu babi, kerang, udang, dan kepiting. Duyung (Dugong dugon) adalah mamalia laut yang hidupnya amat bergantung pada makanannya berupa lamun. Penyu hijau (Chelonia mydas) juga dikenal sebagai pemakan lamun yang penting. Karena itu, rusak atau hilangnya habitat padang lamun akan menimbulkan dampak lingkungan yang luas.

Dalam ekosistem lamun ,rantai makanan tersusun dari tingkat-tingkat trofik yang mencakup proses dan pengangkutan detritus organik dari ekosistem lamun ke konsumen yang agak rumit. Sumber bahan orfganik berasal dari produk lamun itu sendiri, di samping tambahan dari epifit dan alga makrobentos, fitoplankton dan tanaman darat. Zat organik di makan fauna melalui perumputan (grazing) atau pemanfaatan detritus. Gambar di bawan ini menunjukkan rantai makanan dan energy pada kosistem lamun.

Pada bagan di atas, sumber energy utama adalah cahaya matahari yang digunakan organism autotrop seperti lamun dan fitoplankton sebagai produsen untuk berfotosintesis. selanjutnya rantai makanan terbagi ke dalam dua, yaitu rantai makanan detritus dan rantai makanan merumput. Pada rantai makanan detritus, guguran daun adalah sumber nutrient yang diurai oleh bakteri (detrivor). yang kemudian detritus tersebut dimakan oleh cacing, kepiting dan meiofauna lainnya sebagai konsumen tingkat pertama. kemudian konsumen tingkat pertama ini dimakan oleh ikan sedang sebagai konsumen tingkat kedua, dan konsumen tingkat kedua dimakan oleh ikan besar sebagai konsumen tingkat ketiga dan oleh burung laut sebagai predator. kemudian konsumen tingkat tiga dimakan oleh ikan hiu sebagai predator yang menduduki tingkatan tropok paling tinggi. Ketika predator tersebut mati maka jasadnya diurai oleh bakteri sebagai detrivor yang menguraikan materi dari bangkai tersebut supaya dapat digunakan lagi oleh konsumen tingkat pertama.

Sedangkan pada rantai makanan merumput, sumber nutriennya secara langsung adalah tumbuhan lamun itu sendiri yang daunnya dimakan oleh konsumen tingkat pertama yaitu dugong, penyu, ikan beronang dan bulu babi. kemudian konsumen tingkat pertama ini dimakan oleh predator kecuali bulu babi, ia dimakan oleh ikan buntal sebagai konsumen kedua. Adapun guguran daun tidak seluruhnya menjadi detritus, tetapi ada juga yang menjadi bahan organic terlarut yang kemudian dimanfaatkan oleh fitoplankton. peran fitoplankton disini sebagai produsen. kemudian fitoplankton tersebut dimakan oleh zooplankton sebagai konsumen tingkat pertama yang selanjutnya dimakan oleh ikan anakan kecil sebagai konsumen kedua. ikan kecin ini akan kembali dimakan oleh ikan sedang dan pada akhirnya transport energy dan materi akan masuk ke dalam rantai makanan detritus. pasokan bahan organic tidak seluruhnya berasal dari dalam ekosistem tetapi ada juga yang dari luar ekosistem seperti dari ekosistem mangrove, terumbu karang, dan dari aliran sungai. Kerusakan pada tingkatan trofik ataupun produsen akan memutus rantai makanan dan menyebabkan keseimbangan terganggu dan pada akhirnya kerusakan tersebut diakibatkan oleh aktivitas manusia yang tidak bertanggungjawab terhadap lingkungan. Posted in Marine Ecology | Leave a Comment

Keterkaitan Beberapa Budidaya dan Perubahan Iklim


January 1, 2010 by harispramana53 1. PERUBAHAN IKLIM Pertama yang ingin di bahas oleh saya di sini adalah perubahan iklim. Apa itu perubahan iklim dan bagaimana perubahan iklim itu bisa terjadi. Perubahan iklim adalah suatu keadaan dimana iklim atau musim yang terjadi tidak sesuai lagi dengan waktunya. Seperti musim hujan yang terjadi lebih awal ataupun musim kering yang berkepanjangan. Sehingga mengakibatakan kerugian bagi kita. Dan apa yang menyebabkan perubahan iklim tersebut. Perubahan iklim sebenarnya terjadi karena perilaku manusia atau aktifitas yang di alkukan oleh manusia. Seperti pemakaian bahan bakar minyak, batubara, dan gas. Bahan bakar minyak, gas, dan batubara merupakan sumber utama emisi karbon dioksida ( CO2 ) dan gasgas rumah kaca lainnya. Selain bahan bakar minyak, batubara dan gas ternyata gas-gas rumah kaca tersebut juga dihasilkan dari aktifitas di sektor peternakan. Ternyata hewan-hewan ternak tesebut hampir menghasilkan setengah dari gas rumah kaca yang ada di atmosfer. Jadi lebih baik seharusnya kita mengganti bahan pangan yang berasal dari bahan hewani dengan bahan pangan alternatif seperti sayuran organik. (Robert Goodland dan Jeff Anhang). 2. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Budidaya Ikan Dengan adanya perubahan iklim ini sangat berpengaruh dalam budidaya ikan. Budidaya ikan sangat di pengaruhi oleh musi-musim tertentu. Sehingga jika musim-musim tersebut tidak terjadi pada waktunya, maka akan membuat budidaya ikan tersebut mengalami kerugian. Misalnya seorang pengusaha budidaya ikan mas yang seharusnya bisa panen ikan tepat pada waktunya tetapi harus mundur waktu panennya. Mundurnya waktu panen tersebut di karenakan oleh perubahan iklim. Pertama perubahaniklim mengubah siklus reproduksi ikan.

Dan suatu makhluk hidup itu perlu berjuta-juta tahun jika ingin beradaptasi dengan lingkungan barunya. Selain mengubah siklus reproduksi dari ikan , perubahan iklim juga membuat beberapa penyakit yang menyerang ikan berkembang pesat. Misalnya saja penyakit pest. Dan perubahan iklim juga membuat kualitas dari air yang di gunakan untuk budidaya menjadi jelek atau tidak bagus untuk digunakan dalam budidaya ikan. Kualitas air yang jelek tersebut jika dipaksakan untuk dipakai dalam budidaya malah akan menyebabkan kerugian yang lebih besar seperti kematian besar-besaran pada ikan yang sedang di budidaya. 3. Budidaya Terumbu Karang dan Pengaruhnya Terhadap Perubahan Iklim

Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Beberapa peranan dari terumbu akarang adalah sebagai berikut : a. Tempat bertelur, membsarkan, bahkan mencari makan beberapa jenis ikan. b. Sebagai tempat hidup beberapa jenis ikan. c. Sebagai benteng jika ada ombak besar atau pemecah ombak. d. Sebagai objek wisata karena keindahan dari terumbu karang tersebut. Budidaya terumbu karang sangat berperan cukup penting dalam perubahan iklim. Selain itu, budidaya terumbu karang juga dapat menghasilkan uang karena kita dapat menjual terumbu karang tersebut sebagai hiasan akuarium. Sedangkan hubungan budidaya terumbu karang dengan perubahan iklim adalah dalam hal penyerapan zat karbon oleh terumbu karang. Perubahan iklin itu terjadi karena gas karbon yang berlebih dan merusak lapisan ozon. Oleh karena itu, jika kita bisa membudidaya terumbu karang kita bisa mengurangi gas karbon yang merusak ozon tersebut. Tetapi kebanyakan orang malah merusak terumbu karang. Jadi dengan budidaya terumbu karang selain kita bisa mendapatkan uang kita juga membantu dalam mengatasi masalah p

JURNAL TERUMBU KARANG


Diposkan oleh Dorie de Titto , Kamis, 10 Desember 2009 at 08.56, in

2003 Wazir Mawardi Posted: 3 January 2003 Makalah Falsafah Sains (PPs 702)

Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor December 2002 Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab) Prof Dr Ir Zahrial Coto Dr Bambang Purwantara

EKOSISTEM TERUMBU KARANG PERANAN, KONDISI DAN KONSERVASINYA Oleh : WAZIR MAWARDI PS. TKL C.561020021 e-mail : zir_diver@yahoo.com Pendahuluan Terumbu karang merupakan ekosistem perairan dangkal yang banyak dijumpai di sepanjang garis patai daerah tropis. Keberadaannya dibatasi oleh parameter suhu, salinitas, intensitas cahaya matahari dan kecerahan suatu perairan. Kawasan terumbu karang Indonesia memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar dilihat dari produktifitas, eanekaragaman biota dan estetikanya. Sumberdaya ini dapat dimanfaatkan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat dengan tetap memperhatikan keberlanjutannya dan kelestariannya. Upaya pemanfaatan yang optimal perlu dilakukan agar dapat menunjang pembangunan secara berkelanjutan, dan menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan negara. Kondisi terumbu karang di Indonesia saat ini terancam rusak dan sebagian besar bahkan sudah rusak karena opersi penangkapan ikan yang tidak berwawasan lingkungan, pemanenan yang berlebihan, Limbah cair, sampah, pengendapan lumpur dari sungai, budidaya pertanian, pertambangan dan polusi industri, aktivitas tourism,konstruksi pantai dan pemanasan global. Dewasa ini dalam kegiatan yang disebut sebagai perbaikan ekosistem terumbu karang, banyak dilakukan dengan cara transplantasi terumbu karang dan pembuatan terumbu buatan (artificial reef) yang oleh masyarakat awam lebih dikenal sebagai rumpon. Tujuan Penulisan Tujuan tulisan ini adlah memberikan pengertian tentang arti penting terumbu karang dan cara konservasinya. PENGERTIAN Terumbu karang adalah endapan-endapan masif penting kalsium karbonat yang terutama dihasilkan oleh karang Scleractinia dengan sedikit tambahan alga berkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat (Nybakken,1992). Karang sclerectinia termasuk kedalam filum Cnidaria. Karang ini menerima sumber energi dan nutrien dengan cara menangkap larva planktonik dengan menggunakan tentakelnya atau dengan memanfaatkan simbion yang hidup di dalam jaringan tubuhnya yaitu zooxantelae. Lerman (1986) menyebutkan bahwa terumbu karang terdiri dari organisme yang hidup

pada batuan kapur yang dihasilkan oleh beberapa organisme anggota komunitas tersebut, hal ini dianggap sebagai suatu keunikan terumbu karang. Klasifikasi Karang keras merupakan istilah untuk kelompok karang yang memiliki kerangka luar (eksoskeleton). Karang keras erdasarkan skeleton (kerang kakarang) menurut Veron (1986) diklasifikasikan sebagai berikut: Filum: Cnidaria Kelas : Anthozoa Subkelas; Hexacorallia Ordo: Sclerectinia Coenothecalia Kelas : Hydrozoa Ordo ; Milleoporina Styllasterina Karang lunak atau Alcyonaria merupakan jenis coelenterata yang tidak kalah penting peranannya dalam pembentukan terumbu karang. Jika ditinjau dari jumlah jenis dan ukuran koloninya menempati urutan kedua setelah karang keras.

Biologi Karang Menurut Suharsono (1996) karang termasuk binatang yang mempunyai sengat atau lebih dikenal sebagai cnida (cnida=jelata) yang dapat menghasilkan kerangka kapur didalam jaringan tubuhnya. Karang hidup berkoloni atau sendiri, tetapi hampir semua karang hermatipik hidup berkoloni dengan berbagai individu hewan karang atau polyp (Nybakken, 1992) Terbentuknya terumbu karang merupakan proses yang lama dan kompleks. Proses diawali dengan terbentuknya endapan masif kalsium karbonat yang terutama dihasilkan oleh oleh hewan karang dari filum Cnidaria, kelas anthozoa, ordo Sclerectinia dengan sedikit tambahan alga berkapur dan organisme lain yang juga menghasilkan kalsium karbonat yang disebut terumbu (Nybakken, 1992). Binatang karang memperoleh nutrien utama dari alga yang bersimbiosis di dalamnya (endosimbiotic algae) yaitu algae dari genus Gymnodium yang dikenal dengan sebutan zooxanthellae. Algae ini hidup di dalam polip karang dan membutuhkan cahaya matahari untuk berfotosintesis.(Suharsono,1996). Zooxanthellae memegang peranan penting dalam menjaga dan mendaur ulang nutrien yang dihasilkan sebagai sisa metabolisme karang. Selama proses fotosintesis oleh zooxanthellae, karang hermatipik mensekresikan dan mendepositkan karang dua sampai tiga kali lebih cepat pada daerah terang dari pada daerah gelap (Veron,1986). Karang lunak dalam ekosistem terumbu karang menempai urutan kedua setelah karang keras. Peranannya selain sebagai salah satu hewan penyusun ekosistem terumbu karang, juga sebagai pemasok senyawa karbonat yang berguna bagi

pembentukan terumbu. (Konishi in Manuputty,1990). Tubuh Alcyonaria lunak, tetapi disokong oleh sejumlah besar duri-duri berukuran kecil, kokoh, dan tersusun sedemikian rupa hingga tubuh Alcyonaria lentur dan tidak mudah putus. Duri-duri ini mengandung kalsium karbonat dan disebut spikula. Sepintas hewan ini tampak seperti tumbuhan karena bentuk koloninya yang seperti pohon dan dan melekat pada substrat bercabang-cabang yang lunak. Karang lunak dapat melumpuhkan hewanhewan disekitarnya yang terutama karang keras dalam berkompetisi mempertahankan ruang lingkupnya.

Mekanisme mematikan dilakukan dengan cara mengeluarkan zat beracun yang terdiri dari senyawa terpen. Belakangan senyawa ini dapat digunakan dalam bidang farmasi sebagai antibiotik, anti jamur, dan senyawa anti tumor, sedang bagi karang lunak itu sendiri sebagi penangkal serangan predator, dan berperan dalam proses reproduksi (Coll dan Sammarco in Mannuputty,1986).

Reproduksi Karang Reproduksi hewan karang dapat terjadi secara seksual maupun non seksual Proses reproduksi seksual dimulai dengan pembentukan klon gamet sampai terbentuknya gamet masak, proses ini disebut sebagai gametogenesis. Gamet yang masak kemudian akan dilepaskan dalam bentuk planula. Planula yang telah lepas akan berenang bebas dalam perairan. Dan bila mendapati tempat yang cocok, ia akan menetap di dasar/substrat dan berkembang menjadi koloni baru. Karang dalam melakukan pembuahan ada yang diluar tubuh induknya (pembuahan eksternal) dan ada yang didalam tubuh induknya (pembuahan internal (Nybakken, 1992). Reproduksi Aseksual karang dilakukan dengan cara membentuk tunas. Tunas ini biasanya akan tumbuh di permukaan bagian bawah atau pada bagian pinggir koloni karang. Tunas baru akan tetap melekat hingga ukuran tertentu sampai dapat melepaskan diri dan menjadi individu baru. Pembentukan tunas ini dapat terjadi dapat dilakukan dengan cara pertunasan intretentakular, yaitu pembentukan individu baru dalam didalam individu lama, sedangkan pertunasan ekstrakurikuler merupakan pembentukan individu baru diluar individu lama (Suharsono, 1987) Reproduksi karang lunak dapat secara seksual maupun aseksual.Reproduksi seksual karang lunak dilakukan dengan cara kawin. Seabagian besar karang lunak bersifat dioceous diman kelamin jantan dan betina letaknya terpisah. Sel-sel kelamin berasal dari lapisan endodermis, terdapat dirongga gastrovaskulaer berupa gelembung-gelembung kecil bertangkai dan melekat pada septa. Alat kelamin terdapat pada septa sulkal yang berjumlah 6 buah, sedang dua septa lainnya steril. Telur yang telah matang melekat pada septa dan dilapisi gastrodermis yang tipis. Fertilisasi dapat terjadi secara internal ataupun eksternal. (Manuputty,1986) Reproduksi aseksual pada karang lunak dapat dilakukan dengan dengan membentuk tunas. Polip karang lunak berhubungan satu sama lainnya melalui saluran yang disebut jarring-jaring solenia yang terdapat dibagian basal tubuhnya. Polip baru muncul dalam jaringan solenia ini sebagi polip sekunder yang bentuk dan ukurannya berbeda dengan polip primer.

Fungsi Terumbu Karang Ekosistem terumbu karang mempunyai nilai penting bukan hanya dari sisi biologi, kimia dan fungsi fisik saja namun juga dari sisi sosial dan ekonomi. Fungsi biologis terumbu karang, adalah sebagai tempat bersarang, mencari makan, memijah dan tempat pembesaran bagi berbagai biota laut. Fungsi kimia terumbu adalah sebagai pendaur ulang unsur hara yang paling efektif dan efisien. Terumbu karang juga potensial sebagai sumber nutfah bahan obat-obatan Fungsi fisik terumbu adalah sebagai pelindung daerah pantai, utamanya dari proses abrasi akibat adanya hantaman gelombang.

Berdasarkan fungsi sosialnya terumbu merupakan sumber mata pencaharian bagi nelayan, dan juga memberikan kesenangan sebagai obyek ekotourism. Faktor-Faktor Pembatas Hidup Terumbu Karang. Pertumbuhan terumbu karang dibatasi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah suhu, salinitas, cahaya, arus dan substrat. Suhu Sacara geografis, suhu membatasi sebaran karang. Suhu optimum untuk terumbu adalah 250C - 300 C(Soekarno et al, 1983). Suhu mempengaruhi tingkah laku makan karang. Kebanyakan karang akan kehilangan kemampuan untuk menangkap makanan pada suhu diatas 33,5 0C dan dibawah 16 0C (Mayor, 1918 in Supriyono,2000) .Pengaruh suhu terhadap karang tidak saja yang ekstrim maksimum dan minimum saja, namun perubahan mendadak dari suhu alami sekitar 4 0C 6 0C dibawah atau diatas ambient dapat mengurangi pertumbuhan karang bahkan mematikannya. Salinitas Salinitas merupakan faktor pembatas kehidupan karang. Daya setiap jenis karang berbeda-beda tergantung pada kondisi laut setempat. Karang hermatipik adalah organisme laut sejati yang sangat sensitif terhadap perubahan salinitas yang jelas menyimpang terhadap salinitas air laut, yaitu 320/oo - 350/oo. Binatang karang hidup subur pada salinitas air laut 340/oo - 360/oo. Karang yang hidup dilaut dalam jarang atau hampir tidak pernah mengalami perubahan salinitas yang cukup besar sedang yang hidup ditempat-tempat dangkal sering kali dipengaruhi oleh oleh masukan air tawar dari pantai maupun hujan sehingga terjadi penurunan salinitas perairan. Cahaya Cahaya diperlukan oleh alga simbiotik zooxanthellae dalam proses fotosintesis guna memenuhi kebutuhan oksigen biota terumbu karang (Nybakken,1992). Tanpa cahaya yang cukup, laju foto sintesis akan berkurang dan kemampuan karang menghasilkan kalsium karbonat pembentuk terumbu akan berkurang pula. Kedalaman penetrasi cahaya matahari mempengaruhi pertumbuhan karang hermatipik, sehingga dapat mempengaruhi penyebarannya (Sukarno,1977 in jimmi, 1991). Jumlah spesies berkurang secara nyata pada kedalaman penetrasi cahaya sebesar 15-20% dari penetrasi cahaya permukaan yang secara cepat menurun mulai dari kedalaman 10 m. Stoddart in Endean, 1976 in Delia et al.,1991) Sedimentasi;. Pengaruh sedimentasi terhadap hewan karang dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Sedimen akan mematikanl angsung karang bila ukuran sedimen cukup besar atau banyak sehingga menutup polip karang. Pengaruh tidak langsung adalah menurunnya penetrasi cahaya matahri yang penting untuk proses fotosintesis zooxanthellae. Selain itu banyaknya energi yang dikeluarkan oleh binatang karang tersebut untuk menghalau sedimen mengakibatkan turunnya laju pertumbuhan karang. Arus dan Gelombang. Pertumbuhan karang didaerah berarus alebih baik bila dibandingkan dengan perairan yang tenang (Nontji, 1987). Umumnya terumbu karang lebih berkembang pada daerah yang bergelombang besar. Selain memberikan pasokan oksigen bagi karang, gelombang juga memberi plankton yang baru untuk koloni karang. Selain itu gelombang sangat membantu dalam menghalangi pengendapan pada koloni karang. Sebaliknya, gelombang yang sangat kuat, seperti halnya gelombang tsunami, dapat

menghancurkan karang secara fisik. Kerusakan Terumbu Karang. Menurut Dahuri et'al (1996) secara umum kerusakan terumbu karang dapat disebabkan oleh dua hal yaitu (1) aktifitas manusia, dan (2) Faktor Alami. 1). Kerusakan ekosistem terumbu karang yang diakibatkan aktifitas manusia adalah: Siltasi dan sedimentasi yang diakibatkan pengerukan, reklamasi, erosi dari sungai dan kegiatan pembangunan konstruksi. Penurunan kualitas air akibat perubahan salinitas dan suhu, pencemaran seperti tumpahan minyak, limbah industri dan limbah domestik. Pemasukan air tawar yang sangat besar sebagai akibat pemindahan aliran sungai, dan pembuangan limbah cair dan banjir. Penangkapan ikan yang bersifat merusak seperti penggunaan bahan peledak, racun dan alat tangkap yang non selektif seperti trawl dan muroami. Eksploitasi yang berlebihan terhadap suatu jenis karang yang digunakan untuk hiasan dan cindera mata, atau bahkan sebagai material bangunan.

Pengambilan karang yang khas untuk hiasan pada akuarium. Kerusakan karang akibat penurunan jangkar kapal wisata yang sembarangan atau terijak-injak oleh wisatawa yan berkunjung kedaerah terumbu karang, termasuk kegiatan selam yang tidak bertanggung jawab. 2). Kerusakan yang disebabkan oleh faktor alami misalnya adalah kenaikan suhu dan badai. Kenaikan suhu 4-6 0C karena pengaruh elnino pada tahun 1982-1983 disinyalir telah merusak terumbu karang dihabitatnya. Di Indonesia suhu air laut mencapai lebih dari 30 0C. Karang-karang dikepulauan seribu banyak yang mengalami bleaching dan diikuti kematiannya. Badai (storm dan hurricane) cukup berbahaya terhadap kehidupan terumbu karang. Badai ini dapat merusak dan memporakporandakan baik didaerah reef flat, reef edge maupun reef slope.. Selain kenaikan suhu dan badai predator karang juga dikenal sebagai perusak terumbu karang. Acanthaster planci merupakan predator karang yang terkenal sebagai perusak karang terutama di daerah Indo-Pasifik. Kondisi terumbu Karang Indonesia mengalami penurunan drastis hingga 90% dalam lima puluh tahun terakhir akibat penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. Menurut Dr Jan Henning Steffen, luas total terumbu karang Indonesia mencapai 85200 Km persegi, terluas ke dua di dunia setelah Great Barrier Reef. Kondisi terumbu karang Indonesia tercatat 40 persen diantaranya berada dalam kondisi rusak, rusak sedang 24 persen dan sangat baik hanya enam persen. (http://www.dkp.go.id/) Ia menambahkan, menurut data CITES, Indonesia merupakan eksportir karang hidup terbesar di dunia, tercatat 200 ribu buah selama tahun 1992 dan 800 ribu buah selama tahun 1999. Sumbangan produksi terumbu karang Indonesia di sektor perikanan tercatat 2,7 miliar dolar AS per tahun dan sektor pariwisata sebesar 600 juta dolar AS per tahun. Perbaikan Ekosistem Terumbu Buatan Mengantisifasi kerusakan karang yang sudah sedemikian serius tersebut banyak daya dan upaya yang telah dilakukan baik oleh lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Pembelajaran akan pentingnya kehidupan terumbu karang gencar dilakukan baik kepada masyarakat umum maupun kepada kalangan generasi muda dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Slogan cinta bahari, Cinta makan ikan, Selamatkan Terumbu Karang ramai dipromosikan bahkan sampai

tingkat nasional. Kelestarian Terumbu karang tidak hanya semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah atau masyarakat pesisir saja. Secara tidak langsung masyarakat yang tinggal di darat pedalaman sekalipun ikut bertanggung jawab apabila aktivitas mereka didaerah aliran hulu sungai mengakibatkan erosi tanah dan pencemaran lingkungan air sungai yang pada akhirnya bermuara dilaut dimana terdapat ekosistem terumbu karang. Air sungai yang tercemar ini dapat menyebabkan karang sakit, bahkan mati. Tindakan nyata untuk memperbaiki ekosistem terumbu karangpun marakdilaksanakan lembaga pemerintah, Swasta maupun Lembaga Swadaya Masyarakat. Kegiatan nyata yang cukup popular belakangan ini dilakukan adalah dalam bentuk pemasangan terumbu buatan (artificial reef) yang diprakarsai oleh Departemen Kelautan Perikanan. Terumbu buatan oleh masyarakat umum lebih dikenal sebagai rumpon. Selain itu teknik Fragmentasi atau Transplantasi pun sudah mulai diperkenalkan untuk memperbaiki ekosistem terumbu karang yang rusak. Terumbu Buatan (Artificial reef) Pengertianterumbu buatan adalah bentuk bangunan atau benda yang di turunkan kedasar perairan sehingga menyerupai atau berfungsi layaknya habitat ikan. Banyak bentuk konstruksi dan jenis material yang diaplikasikan pada terumbu buatan, dari balok kayu biasa, papan, besi concret semen, besi dan kapal, bus bekas dan bahkan ban bekas. Pada Gambar 1 ditampilkan dua contoh konstruksi terumbu buatan dari semen concret

Gambar 1. Bentuk terumbu buatan dari block semen; bentuk Turtle Block (atas) dan bentuk Kubus (bawah) Sejauh ini, bila dilihat lokasi dan kedalaman pemasangan terumbu buatan yang sering dilakukan adalah pada kedalaman lebih dari 20 m, maka sasaran sebenarnya lebih banyak ditujukan untuk menciptakan sarang ikan buatan (Artificial Habitat) yang target utamanya adalah mengundang lebih banyak ikan ke lokasi tersebut. Sementara sasaran lain pembuatan buatan sebagai sarana konservasi ekosistem terumbu yang telah rusak tidak tercapai, oleh karena Kedalaman pemasangan terumbu buatan yang terlalu dalam sehingga penetrasi cahaya sangat minim. Cahaya yang minim merupakan salah satu faktor pembatas utama bagi pertumbuhan hewan karang. Disamping itu fungsi terumbu buatan sebagai penahan gelombang juga tidak terjadi. Perencanaan, pembuatan, penentuan lokasi sampai dengan cara pemasangan terumbu buatan yang tidak dilakukan dengan baik akan sangat diragukan keberhasilannya dalam memperbaiki ekosistem setempat. Sejauh ini sedikit sekali pemasangan yang telah banyak dilakukan diketahui apakah telah mencapai sasaran yang diharapkan atau belum, karena kegiatan pemasangan terumbu buatan jarang diikuti kegiatan monitoring. Fragmentasi/Transplantasi Terumbu Karang. Fragmentasi/taransplantasi terumbu karang diharapkan akan menjadi solusi yang tepat dan cepat dalam mendukung keberhasilan program rehabilitasi ekosistem terumbu karang. Yang dimaksudkan dengan fragmentasi atau transplantasi adalah mengambil sebagian koloni karang dari koloni primer dan kemudian di letakkan di tempat tertentu. Penelitian tentang framentasi atau transplantasi karang dari berbagai jenis karang, sejatinya sudah banyak dilakukan. Misalnya, Bak dan Criens, pada 1981 melakukan penelitian terhadap tingkat keberhasilan hidup karang fragmentasi jenis Madracismirabllis dan jenis Acropora sp (Scleractinia) terhadap penyakit. Pada 1995, Clark dan Edward juga melakukan penelitian yang bertujuan merehabilitasi kerusakan karang di kepulauan Maldive. (http://www.dkp.go.id/).

Keberhasilan penerapan transplantasi terumbu buatan tentunya memerlukan pengetahuan dan kajian yang lebih baik, terutama bila kita telah ketahui bahwa cukup banyak faktor pembatas alami bagi pertumbuhan terumbu karang. Sehingga kita harus benar-benar mem perhatikan faktor-faktor dalam menetapkan dimana transplantasi ini akan dipasang. Selain itu harus diperhatikan juga konstruksi dan media transplantasi serta jenis karang yang akan ditransplantasikan. Gambar 2. Bentuk media dan fragment terumbu karang dalam keadaan terpasng dan siap dipasang diperairan Perencanaan perbaikan terumbu karang.

Perencanaan tentunya dimulai dari menentukan atau menetapkan kegunaan/tujuan dan siapa pengguna atau yang memanfaatkan terumbu buatan atau hasil translantasi terumbu tersebut. Keberadaan terumbu buatan dapat dijadikan sebagai objek wisata selam, tempat nelayan mencari ikan atau murni sebagai daerah konservasi saja. Setelah tahap penetapan tersebut diatas maka selanjutnya adalah mengidentifikasi lokasi yang memungkinkan untuk pemasangan terumbu buatan atau transplantasi dimaksud berdasarkan kegunaan karang buatan nantinya, terumbu buatan untuk wisata dan untuk daerah penagkapan ikan tentunya akan sangat berpengaruh dengan lokasi, kedalaman jarak dari pantai dan sebagainya. Lanjutan dari tahap tersebut diatas adalah ditentukan bentuk konstruksi dan material bent. Pada tahap ini tentunya dipertimbangkan material yang mudah didapat dan tentunya tahan lama, ukuran kapal yang dapat digunakan atau ada didaerah setempat untuk pemasangan terumbu dan lain sebagainya. Tahap berikutnya adalah menyebarkan (memasang) terumbu buatan sesuai dengan lokasi yang elah ditetapkan sebelumnya, Tentunya setelah kegiatan pemasangan terumbu buatan harus ada kegiatan monitoring. Kegiatan monitoring pasca pemasangan terumbu buatan adalah hal penting yang tidak seharusnya ditinggalkan atau dilupakan.. Tidak adanya monitoring menyebabkan masih miskinnya informasi sampai saat ini seperti misalnya; apakan pemasangan terumbu buatan sudah tepat guna atau belum?, Konstruksi mana selama ini yang paling baik dan berhasil? Apakah ada indikasi konstruksi terumbu tertentu akan enyebabkan ikan/biota yang berasosiasi berbeda pula? Apakah keberadaan terumbu buatan memberikan impak kepada masyarakat sekitar baik secara sosial maupun ekonominya? Metode monitoring dapat dilakukan langsung dengan metode visual sensus dengan penyelaman SCUBA. Selain itu juga dapat dilakukan wawancara dengan masyarakat setempat. Bila pada terumbu buatan dilihat biota apa saja yang bersimbiose pada habitat buatan tersebut yang mencakup jenis, jumlah dan ukuran. Pada transplantasi terumbu diutamakan pengamatan pada pertumbuhan panjang, perambatan pada substrat dan batang pengikat karang, dan pertambahan jumlah tunas. Selain itu, monitoring juga bertujuan untuk mengetahui bentuk percabangan yang lebih cepat pertumbuhan dan lokasi yang terbaik bagi pertumbuhan karang.

PENUTUP Ekosistem terumbu karang mempunyai nilai penting bukan hanya dari sisi biologi, kimia dan fungsi fisik saja namun juga dari sisi sosial dan ekonomi. Pertumbuhan terumbu karang dibatasi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah suhu, salinitas, cahaya, arus dan substrat. Menurut Dahuri et.al. (1996) secara umum kerusakan terumbu karang dapat disebabkan oleh dua hal yaitu (1) aktifitas manusia, dan (2) Faktor Alami. Upaya perbaikan ekosistem terumbu karng diantaranya telah dilakukan dengan pemasangan terumbu buatan (artificial reef) dan teknik Fragmentasi atau Transplantasi yang baru diperkenalkan.

Kegiatan pemasangan terumbu buatan jarang didahului dengan pengkajian dan perencanaan yang matang, terutama secara ekologis. Selain itu kegiatan ini jarang atau bahkan tidak diikuti kegiatan monitoring, sehingga informasi lanjutan dari aplikasi terumbu buatan maupun transplantasi masih sangat jarang sekali, begitu pula tentang tingkat keberhasilannya masih belum diketahui secara pasti. BAHAN BACAAN (http://www.dkp.go.id/) Dikunjungi 15 Desember 2002 Manuputty, a.e.n. 1986. Marine Biologiy, Environment, Diversity and Ecology. Benjamin/Cumings Publishing Co. Nybakken,J,W. 1992. Biologi Laut satu Pendekatan Ekologis. (Terjemahan. Alih bahasa oleh H.M Eidman). PT. Gramedia.Jakarta ) Soekarno, Aziz, Darsono, Moosa, Hutomo, Martosewojo dan Romimohtarto 1983. Terumbu karang di Indonesia: Sumberdaya, Permasalahan, dan Pengelolaannya. Proyek Studi Potensi Sumberdaya Alam Indonesia. Studi Potensi sumberdaya hayati Ikan. LON-LIPI. Jakrta Suharsono, 1987, Jenis-jenis karang yang umum dijumpai di Perairan Indonesia.LIPI. Jakarta Supriyono,2000. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Penerbit Djambatan. Jakarta. Nontji,A 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta

erubahan iklim.

Tugas Makalah Program Pascasarjana Sains Ilmu Lingkungan Universitas Djendral Soedirman 2010 KERUSAKAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DAN UPAYA MEMPERBAIKINYA Retno Prihantini P2PA100019 Bahaslah salah satu kerusakan dan upaya memperbaikinya pada ekosistem terpilih Aspek kerusakan yang harus dibahas adalah: Aliran energi

Siklus biogeokimia Komponen penyusun ekosistem Adaptasi spesies Aspek perbaikan yang harus dibahas adalah: Pendekatan ekosistem Teknologi yang digunakan

Pendahuluan Laut merupakan salah satu bagian utama dari komposisi permukaan bumi. Perbandingan daratan dan lautan adalah 30 % bagian dari permukaan bumi adalah daratan, dan 70 % sisanya adalah lautan. Presentase wilayah lautan yang besar ini akan lebih mudah diamati jika dibagi berdasarkan subsub bagian, dan prinsip ekologi yang berlangsung didalamnya. Nybaken (1992) membagi secara garis besar daerah perairan laut, menjadi 2 (dua) kawasan utama yaitu pelagik dan bentik. Zona pelagik adalah zona permukaan laut yang menerima cahaya matahari (fotik), sedangkan zona bentik adalah zona dasar laut yang kurang atau tidak sama sekali menerima cahaya matahari (afotik). Pada zona pelagik terdapat 3 jenis ekosistem utama, dan umum dijumpai, yaitu ekosistem terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove. Ketiga ekosistem ini memiliki produktivitas primer yang tinggi. Terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang memiliki produktivitas tertinggi di seluruh ekosistem alamiah yang terdapat di sekitarnya. Romimohtarto dan Juwana (1999) menyatakan bahwa produktivitas primer rata-rata terumbu karang adalah 20.000 Kcal/m2/tahun atau sekitar 10 g/m2/hari. Nybakken (1992) menyatakan terumbu memiliki kemampuan untuk menahan bahan organik dan menjalankan fungsinya seperti layaknya sebuah kolam yang akan menampung sesuatu segala dari luar. Bahan organik yang tertampung adalah indikator kesuburan ekosistem terumbu karang. Karena bahan organik tersebut akan didekomposisi oleh bakteri dan selanjutnya menjadi nutrien anorganik yang dapat dimanfaatkan oleh produser untuk kebutuhan fotosintesis. Nutrien tersebut berupa Karbon organik, Nitrogen, dan Posfat. Selanjutnya kesuburan ekosistem terumbu karang, menghadirkan keanekaragaman (biodiversity) organisme perairan di dalamnya. Dimana organisme-organisme perairan ini memiliki fungsi secara ekonomi dan ekologi. Secara ekonomi, Nontji (1993) menjelaskan bahwa organisme yang hidup di terumbu mempunyai nilai niaga seperti udang karang, rajungan, kerang lola dan berbagai jenis ikan karang, yang biasanya dimanfaatkan sebagai ikan hias. Pemanfaatan secara ekonomi semata-mata, akan menyebabkan degradasi lingkungan dan over eksploitasi dimana akan memberikan dampak negatif secara ekologi. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah kajian yang mendalam tentang materi unsur hara yang mempengaruhi biodiversity dan untuk mengetahui beberapa organisme perairan yang dalam siklus hidupnya berinteraksi dengan ekosistem karang, seperti pada jaring makanan. Siklus Materi a. Siklus Karbon Karbon adalah unsur utama yang dimanfaatkan oleh tumbuhan dan alga untuk berfotosintesis. Sumber karbon yang ada di perairan adalah berasal dari udara dan dari dalam perairan itu sendiri. Di atmosfer terdapat kandungan CO2 sebanyak 0.03%. Sumber CO2 di udara berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik, pembakaran batubara, dan asap pabrik. Karbondioksida di udara bertukar dengan di air jika terjadi persentuhan antara udara dan air seperti gelombang. Nybakken (1992) menyatakan dalam daur karbon, bentuk sistem asam karbonat adalah ion bikarbonat dan karbonat. Karbon diikat menjadi senyawa organik oleh tumbuh-tumbuhan, dipindahkan ke hewan melalui herbivora dan pemangsaan (predasi) dan dikembalikan ke cadangan melalui pernapasan dan kegiatan bakteri.

Gambar 1. Siklus Karbon di alam Karbondiokasida ini dimanfaatkan oleh Zooxanthella karang untuk berfotosintesis dan menghasilkan oksigen. Timotius (2003) menyatakan bahwa, hasil fotosintesis zooxanthella adalah berupa oksigen, yang akan dimanfaatkan karang untuk respirasi, dan ion karbonat yang lebih banyak, untuk kalsifikasi karang. b. Siklus Nitrogen Gas nitrogen banyak terdapat di atmosfer, yaitu 78 % dari udara. Sastrawijaya (2009) menyatakan bahwa masuk ke perairan dengan fiksasi (pengikatan) nitrogen melalui bakteri dan alga, dan halilintar. Ledakan petir yang melalui udara memberikan cukup energi untuk menyatukan nitrogen dan oksigen di udara membentuk nitrogen dioksida, NO2. bakteri dalam tanah yang dapat mengikat nitrogen secara langsung, yakniAzotobacter sp. yang bersifat aerob dan Clostridium sp. yang bersifat anaerob. Nostoc sp. dan Anabaena sp. (ganggang biru) juga mampu menambat nitrogen. Sekali nitrat diabsorpsi alga/ganggang, nitrogen akan terus disintesis menjadi protein nabati. Herbivora mengubah protein ini menjadi protein hewani. Tanaman dan hewan yang mati akan diuraikan proteinnya menjadi amoniak dan senyawa amonium. Amoniak dirubah oleh bakteri menjadi nitrit, bakteri lain melanjutkan ke nitrat. Ada juga bakteri dan jamur yang mengubah nitrit kembali ke nitrogen bebas. Karena merupakan nutrien, nitrat dapat mempercepat pertumbuhan plankton.

Gambar 2. Siklus Nitrogen di alam b. Siklus Posfor Dalam daur posfor, cadangan utama adalah dalam bentuk batuan posfat. Nybakken (1992) menyatakan bahwa posfor masuk ke perairan melalui erosi. Lalu ditambahkan oleh Sastrawijaya (2009) yang menyatakan daur posfor di perairan mirip dengan daur nitrogen. Dalam perairan, terdapat tiga bentuk posfor yaitu senyawa posfor anorganik seperti ortoposfat, senyawa organik dalam protoplasma dan sebagai senyawa organik terlarut yang terbentuk karena kotoran atau tubuh organisme yang mengurai. Air biasanya mengandung posfat anorganik terlarut. Fitoplankton dan tanaman lain akan mengabsorbsi fosfat ini dan membentuk senyawa adenosine trifosfat (ATP). Herbivora yang memakan tanaman itu akan memperoleh posfor itu. Jika tanaman dan hewan itu mati, maka bakteri pengurai mengembalikan posfor itu kedalam air sebagai zat organik terlarut. Demikian pula dengan kotoran sisa metabolisme hidup. Akhirnya bakteri menguraikan senyawa organik itu menjadi posfor daur kembali dapat berulang. Gambar 3. Siklus Posfor di perairan Jaring Makanan Terumbu Karang Secara garis besar tingkat trofik dalam jejaring makanan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok produsen yang bersifat autotrof karena dapat memanfaatkan energi matahari untuk mengubah bahan-bahan anorganik menjadi karbohidrat dan oksigen yang diperlukan seluruh makhluk hidup, dan kelompok konsumen yang tidak dapat mengasimilasi bahan makanan dan oksigen secara mandiri (heterotrof).

Gambar 4. Jaring makanan karang DAUR BIOGEOKIMIA Dalam daur biogeokimia, ion atau molekul dari nutrien dipindahkan dari lingkungan ke organisme, lalu kembali lagi ke lingkungan Tiga tipe daur biogeokimia : daur hidrologi, daur atmosfir, daur sedimen

DAUR KARBON Pergerakan karbon melalui ekosistem laut melaui 2 bagian yaitu ; Pergerakan karbon melalui ekosistem daratan terjadi ketika tanaman mengikat karbon dalam fotosistensis Karbon dikembalikan ke atmosfir dari darat terutama

melalui respirasi aerobik dan pembakaran

Di ekosistem laut, karbon terlarut Karbon terlarut menjadi cangkang dan tulang organisme laut dan menjadi bagian sedimen Pengangkatan tektonik membawa karbon ke permukaan

DAUR FOSFOR Adalah contoh daur sedimen Kerak bumi adalah gudang utama fosfor Dalam daurnya, fosfor bergerak dari darat ke sedimen di laut dan kembali lagi ke darat

DAUR HIDROLOGI 84 % penguapan terjadi di laut, dan 16 % di darat 77 % presipitasi terjadi di laut, dan 23 % di darat

Nybakken (1992) mengelompokkan produsen yang terdapat pada jaring makanan karang adalah alga koralin, alga hijau alga coklat dan zooxanthella. Dari gambar diatas dapat diamati bahwa produser dikonsumsi oleh sejumlah organisme avertebrata seperti bintang laut raksasa ( Acanthaster planci ) dan invertebrata seperti ikan kepe-kepe (Chaetodontidae). Terdapat juga organisme yang memakan alga yang banyak terdapat di ekosistem karang seperti ikan familiAca nthurida e. Tipe pemangsaan yang ada adalah 50-70 % karnivora. Goldman dan Talbot 1976 dalam Nybakken (1992) menyatakan bahwa banyak dari ikan karnivora di

ekosistem terumbu karang adalah opurtunistik. Mengambil apa saja yang berguna bagi mereka. Mereka juga memakan mangsa yang berbeda pada tingkatan yang berbeda dalam siklus kehidupan mereka. Daftar Acuan T Muh.Hasby Rasyad , 2009,Tugas Makalah Program Pascasarjana Ilmu PerikananUniversitas Hasanuddin: SIKLUS MATERI DAN JARING MAKANAN PADA EKOSISTEM TERUMBU KARANG . Anonim. 2006. Buku Panduan Pengenalan Terumbu Karang. COREMAP II/World Bank Anonim.2006. Modul Pengenalan Terhadap Ekosistem Teumbu Karang. COREMAP II/ Yayasan Lanra Link Nontji, A. (1993). Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. Nybaken, J.W. !992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Secara Ekologis.Gramedia. Jakarta Romimohtarto, K. Juwana, S. 1999. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. LIPI. Jakarta Sastrawijaya, T. 2009. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta. Timothius, S. 2003. Makalah Training Course : Karakteristik Terumbu Karang. Yayasan Terangi Siklus Materi dan Jaring Makanan Pada Ekosistem Terumbu Karang > Charge to your Mobile Phone Bill

Anda mungkin juga menyukai