Anda di halaman 1dari 16

LP DHF (demam berdarah anak)

BAB II
TIN1AUAN TEORI

1. Pengertian
Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue dan ditularkan oleh nyamuk aedes aegipty (Depkes. RI : 2005).

Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk aedes aegipty (Aziz. A.
Hidayat. 2008).

2. Etiologi
Dengue Hemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh virus dengue (arbovirus). (AriI dan Weni.
(AriI dan Weni. 2009 : hal. 102)

Penyebab penyakit ini adalah Virus dengue yang termasuk kelompok B Arthopoda Borne
Jirus (Arbovirus) yang mempunyai 4 jenis serotip yaitu ; DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-
4. InIeksi salah satu serotip akan menimbulkan antibodi terhadap serotip yang bersangkutan ,
sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotip lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotip lain tersebut. Seseorang yang
tinggal didaerah endemis dengue dapat terinIeksi oleh 3 atau 4 serotip selama hidupnya.
Keempat serotip dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Serotip DEN-3
merupakan serotip yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan maniIestasi
klinik yang berat. (Depkes. RI : 2005).
3. Patofisologi
1. Proses perjalanan penyakit
V
5
irus Dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegipty yang menimbulkan
gejala demam, trombosit menurun, mual, muntah, anoreksia, malaise, lemah, sakit kepala,
perdarahan ( kulit, guzi, hidung,
melena). Virus beraksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibody, kemudian
mengaktivasi sistem komplemen C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang
akan melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai Iaktor meningatnya
permeabilitas dinding kapiler dan melepaskan plasma melalui endotel dinding kapiler.
Menurunnya Iungsi trombosit ( trombositopenia ) dan menurunnya Iaktor penyebab
terjadinya perdarahan, terutama perdarahan saluran gastroentestinal. Beratnya penyakit akibat
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler, menurunnya volume plasma, terjadi hipotensi
trombositopenia dan diatesis hemoragic, renjatan akut. Nilai hematokrit meningkat
bersamaan dengan hilangnya plasma pasien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi
dapat terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian (Suriadi, dkk 2006 : hal.57).

2. ManiIestasi Klinik
1. Demam mendadak selama 2-7 hari
2. Terjadi perdarahan ( kulit, gusi, hidung, melena )
3. Trombositopeni 100.000/ul
4. Pembesaran hati
5. Mual, muntah, anoreksia, nyeri ulu hati, abdomen
6. Lemah, malaise, sakit kepala
7. Nyeri pada tulang, otot dan sendi
8. Bila terjadi shock : nadi cepat / lambat dan lemah / sampai tidak teraba kulit teraba
dingin dan lembab pada ekstermitas, sianosis, capillary reIill _ 2 detik.
( AriI dan Weni, 2009 : hal.102 )
3. Komplikasi
1. Asites
2. Dehidrasi
3. EIusi pleura
4. Dengue shock syndrom
5. Kematian
(Rampengan.2007)
4. KlasiIikasi Dengue Hemoragic Fever (DHF)
Menurut WHO, KlasiIikasi DHF dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Derajat I
Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala lain, uji torniquet positiI, trombositopeni dan
hemokonsentrasi
2. Derajat II
Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan dikulit dan atau perdarahan lain.
3. Derajat III
Derajat II, kegagalan sirkulasi ringan, nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit teraba dingin,
lembab, gelisah
4. Derajat IV
Derajat III disertai renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur
( Rampengan .2007 )

4. Penatalaksanaan
1. Non Farmakologi
1. Tirah baring
2. Diit makan lunak
3. Minum sebanyak 1,5 liter
4. Mengukur TTV tiap 4 jam
2. Famakologi
1. Antipiretik jika terdapat demam
2. Antikonvulsan jika terdapat kejang
3. Pemberian cairan melalui inIus dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum
3. Tindakan medis yang bertujuan untuk pengobatan tidak ada

5. onsep Tumbuh embang Anak Usia 10 Tahun
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran Iisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam arti
sebagian dan seluruhnya karena bertambah besarnya sel (Nursalam, 2005 : hal.32).
perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur atau Iungsi yang telah
kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari
proses diIerensiasi sel, jaringan, tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi.
(Nursalam, 2005 : hal.33).
Adapun pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia 10 tahun adalah sebagai berikut :
1. Pertumbuhan dan perkembangan Iisik
Pertambahan berat badan pada anak usia 10 tahun adalah 2-3 kg setiap tahun, berat badan
rata-rata usia 10 tahun adalah 28 kg, tinggi badan rata-rata anak usia 10 tahun 132,5cm.
2. Perkembangan motorik ( Muscari, 2005)
1. Motorik kasar
1. Bersepeda
2. Sepatu roda, papan seluncur
3. Kemampuan berlari dan melompat meningkat secara progresiI
4. Berenang
2. Motorik Halus
1. Menulis dengan merangkai kata
2. Menguasai keterampilan lebih besar
3. Kemampuan bermain komputer ( keterampilan manual )
3. Perkembangan Psikososial menurut Erikson
1. Erikson menyatakan krisis psikososial yang dihadapi anak pada usia 10 tahun disebut
'InisiatiI versus rasa bersalah
Hubungan dengan orang terdekat anak meluas hingga mencakup teman sekolah dan guru.
Anak mengembangkan perasaan bersalah ketika orang tua membuat anak merasa bahwa
imajinasi dan aktivitasnya tidak dapat diterima. Ansietas dan ketakutan terjadi ketika
pemikiran dan aktivitas anak tidak sesuai dengan harapan orang tua.
2. Anak usia sekolah terikat dengan tugas dan aktivitas yang dapat ia selesaikan
3. Anak usia sekolah mempelajari peraturan, kompetensi dan kerjasama untuk mencapai
tujuan
4. Hubungan sosial menjadi sumber pendukung yang penting yang semakin meningkat


4. Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmun Freud
1. Masa pra remaja dimulai pada akhir usia sekolah. Perbedaan pertumbuhan dan
kematangan diantara kedua gender semakin nyata pada masa ini.
2. Pada tahap awal usia sekolah, anak memperoleh lebih banyak pengetahuan dan sikap
mengenai seks. Selama masa usia sekolah, anak menyaring pengetahuan dan sikap
tersebut.
3. Pertanyaan mengenai seks memerlukan jawaban jujur yang berdasarkan tingkat
pemahaman anak.

6. onsep Hospitalisasi Anak Usia Sekolah (10 Tahun)
Hospitalisasi adalah merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau
darurat, mengharuskan anak sampai tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan perawatan
sampai pemulangannya kembali kerumah. (Yupi Supartini, 2004 : hal.188)

Mekanisme pertahanan utama anak usia sekolah adalah reaksi Iormasi, suatu mekanisme
pertahanan yang tidak disadari, anak menganggap suatu tindakan adalah berlawanan dengan
dorongan hati yang mereka sembunyikan. Biasanya akan menyatakan mereka berani saat
anak merasa sangat ketakutan, anak usia sekolah dapat bereaksi terhadap perpisahan dengan
menunjukkan kesendirian, kebosanan, isolasi dan depresi. Mereka mungkin juga
memperhatikan agres iritabilitas, dan ketidakmampuan dalam berhubungan dengan saudara
kandung dan teman sebaya. Perasaan hilang kendali dikaitkan dengan bergantung kepada
orang lain dan gangguan peran dalam keluarga. Takut cedera dan nyeri tubuh merupakan
akibat dari rasa takut terhadap penyakit, kecacatan, dan kematian. (Muscari, 2005 : hal.83)
7. Pengkajian eperawatan
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan
data-data yang akurat dari pasien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada.
Pengkajian tersebut memiliki 3 (tiga) tahap yaitu :
1. Pengumpulan data sebagai upaya untuk mendapatkan data yang dapat di gunakan
sebagai inIormasi tentang pasien
2. Validasi data sebagai upaya untuk memberikan justiIikasi pada data yang telah
dikumpulkan dengan melakukan perbandingan data subjektiI dan objektiI yang
didapatkan dari berbagai sumber
3. IdentiIikasi masalah kegiatan terakhir tahap pengkajian setelah dilakukan validasi
data dengan mengidentiIikasi pola atau masalah yang mengalami gangguan yang ada
(Aziz, Alimul. H. 2007 : hal.98)

Pengkajian yang ditemukan pada pasien DHF antara lain :
Data subjektif adalah keluhan utama anak panas tinggi, lemah, batuk pilek, demam diserta
menggigil, mual, muntah, anoreksia, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, diare atau
konstipasi, nyeri ulu hati.
Data objektif adalah menurunnya BB, bibir kering, adanya muntah, turgor kulit tidak elastis,
capillary reIill( _ 3 detik ), adanya perdarahan ( kulit, hidung, gusi, melena). Pembesaran hati,
trombositopenia (100.000/ul), bila terjadi shock nadi cepat / lambat kecil dan atau tidak
teraba, sianosis, kulit teraba lembab dan dingin pada ekstermitas, suhu ~ 38
0
. (ArieI, dkk.
2009, Suriadi dkk. 2006 : hal.59)

Pemeriksaan penunjang( Suriadi, dkk. 2006 : hal. 58, Nurrsalam, 2005 : hal.165 )
1. Darah lengkap hemokonsentrasi (hemotokrit meningkat 20 atau lebih)
trombositopenia (100.000/m
3
atau kurang)
2. Uji serologi : Uji HI ( hemoaglutination inhibition test)
3. Rontgen thoraks : eIIusi pleura

8. Diagnosa eperawatan
Merupakan tahap kedua dalam memperoleh proses keperawatan yaitu merupakan keputusan
klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan
atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. Meliputi kumpulan pernyataan uraian dari
hasil wawancara, pengalaman langsung dan pengukuran dengan menunjukkan status
kesehatan mulai dari resiko sampai dengan masalah yang aktual (Hidayat, A. Aziz, 2007 :
hal.104)

Diagnosa keperawatan yang terdapat pada pasien dengue hemoragic Iever adalah sebagai
berikut :
1. Kurang volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
2. Hipertermi berhubungan dengan adanya proses inIeksi
3. Perubahan nutrisi kurang dari tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
4. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
5. Kecemasan pada orangtua dan anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi
6. Kurang pengetahuan pada orang tua tentang penyakit anaknya berhubungan dengan
kurangnya inIormasi tentang DHF
( Nursalam, 2005 : hal.165, Suriadi, 2001 : hal.60 )
9. Perencanaan eperawatan
Merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan yaitu merupakan sautu proses penyusunan
berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan, atau
mengurangi masalah-masalah pasien. (Hidayat, A. Aziz. 2007 : hal.117)
Perencana keperawatan yang terdapat pada pasien DHF antara lain :
1. Kurang volume cairan berhubunga dengan peningkatan permeabilitas dinding kapiler
yang ditandai dengan :
Data SubjektiI : Muntah, demam
ta ObjektiI : BB menuru, membran mukosa kering, turgor kulit tidak elastis, ubun-ubun cekung pada bayi,
mata cekung, capillary reIill _ 3 detik, suhu 38
0
C, muntah-muntah, dan badan lemah.
Tujuan : Kurang volume cairan dapat teratasi
teria hasil : Turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, BB menurun, lembab capillary reIill _ 2 detik,
tidak muntah, suhu 36
0
C-37
0
C, nilai HT dan trombosit normal.
ncana tindakan :
1. Ukur tanda-tanda vital tiap 6 jam
Rasional : sebagai acuan untuk mengetahui data dasar dan keadaan umum pasien.
2. Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi (mukosa, turgor kulit, mata, ubun-ubun cekung)
Rasional : untuk mengkaji status dehidrasi
3. Ukur intake dan output
Rasional : mengetahui jumlah intake dan output, menentukan pemberian therapi
4. Timbang BB setiap hari
Rasional : menilai keadaan dehidrasi, mempercepat pemberian therapi tindakan
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan parenteral
Rasional : mempercepat proses penyembuhan
6. Monitor nilai laboratorium (Ht, Trombosit)

2. Hipertermi berhubungan dengan proses inIeksi yang ditandai dengan :
Data SubjektiI : Demam, sakit kepala, lemah
ta ObjektiI : Suhu meningkat, leukosit meningkat, akral teraba hangat
Tujuan : Kurang volume cairan dapat teratasi
teria hasil : Suhu tubuh 36
0
C-37
0
C, hasil laboratorium darah dalam batas normal (leukosit)
ncana tindakan :
1. Ukur tanda-tanda vital tiap 6 jam
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien atau data dasar pasien
2. Beri kompres hangat bila suhu ~ 38
0
C
Rasional : untuk menurunkan suhu
3. Anjurkan pasien untuk banyak minum sesuai dengan kebutuhan
Rasional : menggantikan cairan yang keluar karena panas
4. Anjurkan keluarga untuk mengenakan pakaian anak yang tipis dan menyerap rasa
panas
Rasional : mengurangi penguapan karena adanya peningkatan suhu
5. Kolaborasi pemberian therapi antipireik sesuai program
Rasional : mempercepat penyembuhan

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denga mual, muntah,
anoreksia yang ditandai dengan :Data subjektiI : BB ()
ta ObjektiI : Anoreksia, mual, muntah, BB menurun, pasien tampak kurus, lidah kotor.
Tujuan : Nutrisi dapat terpenuhi sesuai kebutuhan
teria hasil : BB meningkat, pasien naIsu makan bertambah, tidak mual
ncana tindakan :
1. Kaji keluhan mual, sakit menelan, muntah
Rasional : menetapkan cara mengatasinya
2. Kaji dan observasi status nutrisi pasien
Rasional : mengetahui tingkat nutrisi pasien
3. Beri makan sedikit tapi sering, dalam keadaan hangat, tinggi kalori dan protein
Rasional : menghindari mual, meningkatkan asupan nutrisi
4. Timbang BB setiap hari
Rasional : memonitor BB adakah peningkatan atau penurunan
5. Jelaskan pentingnya makanan bergizi bagi pasien
Rasional : meningkatkan status nutrisi, mempercepat proses penyembuhan
6. Kolaborasi dengan dokter pemberian antiemetik sesuai program
Rasional : mengurangi rasa mual, muntah dan diharapkan dapat meningkatkan asupan nutrisi
7. Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diit
Rasional : gizi seimbang sangat penting untuk intake

4. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia yang ditandai dengan :
Data SubjektiI : adanya perdarahan gusi, kulit, hidung, melena
ta ObjektiI : tampak terjadi perdarahan (kulit, gusi, hidung, melena) trombosit 100.000/ul, uji toniquet ().
Tujuan : resiko perdarahan tidak terjadi
teria hasil : tidak ada perdarahan (gusi, kulit, hidung, melena, trombosit 150.000-440.000/ul, Ht 40-57)
ncana tindakan :
1. Kaji adanya tanda-tanda perdarahan (gusi, kulit, hidung, melena)
Rasional : mengetahui perdarahan secara cepat dan penanganan yang tepat
2. Ukur tanda-tanda vital tiap 4 jam
Rasional : mengetahui data dasar pasien
3. Anjurkan keluarga untuk melapor dan bila terdapat perdarahan
Rasional : mempercepat pemberian therapi dan penanganan yang tepat
4. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
Rasional : mencegah terjadinya perdarahan
5. Kolaborasi dengan petugas laboratorium darah untuk pemeriksaan Hb, Ht, trombosit
Rasional : mempercepat proses penyembuhan

5. Kecemasan pada orang tua dan anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi
ditandai dengan :
ta SubjektiI : -
ta ObjektiI : gelisah, rewel, menangis terus, marah, berontak, menendang kaki, tampak cemas.
juan : kecemasan dapat teratasi
teria hasil : pasien tidak rewel, pasien tenang, orang tua pasien tampak tenang
ncana tindakan :
Pada orang tua
1. Jelaskan kondisi pasien pada orang tua
2. Anjurkan orang tua untuk mendampingi pasien
3. Anjurkan orang tua untuk mengekspresikan perasaan takut dan cemas
Pada anak
1. Gunakan komunikasi terapeutik ( kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan )
2. Lakukan interaksi pada pasien ( melakukan pendekatan pada pasien dengan bermain )
3. Berikan penjelasan saat dilakukan tindakan kepada pasien dengan mencontohkan
menggunakan boneka
6. Kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit anaknya berhubungan dengan
kurangnya inIormasi ditandai dengan :
ta SubjektiI : orang tua bertanya-tanya tentang penyakit anaknya pengobatan, perawatannya
ta ObjektiI : orang tua tampak bingung, bertanya-tanya tentang penyakit anaknya
Tujuan : pengetahuan orang tua bertambah
teria hasil : orang tua mengerti tentang penyakit anaknya dan perawatannya, dapat menyebutkan kembali
ncana tindakan :
1. Kaji tingkat pengetahuan, mengenai penyakit DHF
Rasional : untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua
2. Kaji latar belakang pendidikan orang tua pasien
Rasional : memberikan cara penyampaian yang tepat pada orang tua
3. Jelaskan tentang penyakit, perawat, pengobatan dan penatalaksanaan DHF
Rasional : meningkatkan pengetahuan orang tua tentang DHF
4. Izin anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan anak
Rasional : motivasi keluarga untuk perawatan anak
5. Evaluasi kembali tentang penjelasan penyakit yang telah diberikan
Rasional : mengetahui sejauh mana pemahaman orang tua terhadap penjelasan yang telah
diberikan
6. Berikan kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan
dengan penyakit DHF.
Rasional : memberi kesempatan keluarga mengexpresikan ketidaktahuannya

10.Pelaksanaan eperawatan
Merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan yang terdapat inisiatiI dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan spesiIik. (Nursalam, 2001). Tahap pelaksanaan dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada norsing orders untuk membantu pasien
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Tahap pelaksanaan terdiri dari 2 tahap yaitu :
1. Tahap Persiapan
Adalah tahap awal tindakan keperawatan dalam mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan dalam tindakan yang meliputi kegiatan-kegiatan :
1. Review tindakan keperawatan yang diidentiIikasi dalam tahap perencanan
2. Menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang diperlukan
3. Mengetahui komplikasi dari keterampilan keperawatan yang diperlukan
4. Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan
5. Mempersiapkan lingkungan yang kondusiI sesuai dengan tindakan yang akan
dilaksanakan
6. MengindentiIikasikan aspek hukum dan etik terhadap resiko dari potensial tindakan
2. Tahap Intervensi
Adalah kegiatan pelaksanaan tindakan dari keperawatan untuk memenuhi kebutuhan Iisik dan
emosional yang terdiri dari tindakan independen, interpenden dan dependen.
1. Independen
Kegiatan yang dilakukan berdasarkan tindakan mandiri perawat karena tanpa instruksi atau
petunjuk dari tim kesehatan lain.
2. Interdependen
Kegiatan untuk memerlukan kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya : tim gizi,
Iisioterapi, dokter
3. Dependen
Tindakan yang berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis
(Nursalam, 2001)

11.Evaluasi eperawatan
Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Nursalam, 2001).
Evaluasi bertujuan untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan hal ini bisa
dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan pasien dalam mencapai tujuan. Pada
evaluasi terdiri dari dua kegiatan yaitu : kegiatan yang dilakukan dengan menilai dari respon
pasien disebut evaluasi proses, dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang
diharapkan disebut evaluasi hasil.
Jenis evaluasi :
1. Evaluasi IormatiI adalah evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi
dengan respon segera
2. Evaluasi submatiI adalah rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status pasien
pada waktu tertentu berdasarkan dengan tujuan yang direncanakan pada tahap
perencanaan

Evaluasi juga sebagai alat untuk suatu tujuan yang mempunyai kriteria tertentu yang
membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak tercapai atau tercapai sebagian.

Adapun evaluasi keperawatan yang didapatkan dari diagnosa DHF :
Diagram Keperawatan I
Kurang volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dapat teratasi
menunjukkan turgor kulit elastis, capilarirevil _ 2 detik, mukosa lembab, kulit tidak kering.

Diagnosa Keperawatan II
Hipertermi berhubungan dengan proses inIeksi virus dengue dapat teratasi, menunjukkan
suhu dalam batas normal (36C-37C), hasil laboratorium darah normal (LED leukosit)

Diagnosa Keperawatan III
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat dapat teratasi, menunjukkan BB meningkat, HB dalam batas normal, naIsu makan
bertambah

Diagnosa Keperawatan IV
Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia dapat teratasi, menunjukkan
trombosit ( N : 150.000-140.000/ul), tidak ada perdarahan.




Diagnosa Keperawatan V
Kecemasan pada orang tua dan anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi dapat teratasi,
menunjukkan orang tua tampak tenang, kecemasan dapat hilang atau menurun sampai tingkat
yang dapat ditangani.
Diagnosa Keperawatan VI
Kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit anaknya berhubungan dengan kurangnya
inIormasi dapat teratasi, menunjukkan orang tua mengerti dan memahami tentang
pencegahan, perawatan dan penularan pada pasien dengan DHF.

Anda mungkin juga menyukai