Anda di halaman 1dari 12

KEMAS - Volume 3 / No.

2 / Januari - Juni 2008

BEBERAPA FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STROKE (STUDI KASUS DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG)
Ova Sarini*); Suharyo**)

ABSTRAK Kasus Stroke di RSUP Dr. Kariadi Semarang kasus stroke pada tahun 2005 menunjukkan angka 631 kasus dan pada tahun 2006 adalah 574 kasus. Tercatat 171 kasus stroke pada tahun 2005 dan mengalami peningkatan menjadi 192 kasus pada tahun 2006 yang disebabkan oleh hipertensi. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian stroke. Penelitian ini merupakan studi observasional penelitian analitik karena peneliti ingin menganalisis beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian stroke. Rancangan penelitian yang digunakan adalah kasus control. Variabel Bebas ( Independent ) dalam penelitian ini adalah hipertensi, kadar lipid, dan kebiasaan merokok. Sedangkan Variabel Terikat ( Dependent ) dalam penelitian ini adalah kejadian stroke. Sampel penelitian yaitu 60 pasien rawat inap Bangsal Penyakit Dalam dan Penyakit Saraf, terbagi 30 pasien sebagai kasus (penderita stroke) dan 30 pasien sebagai kontrol (tidak stroke) di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Dari 60 sampel didapatkan kasus kejadian stroke dengan hipertensi sebesar 83,33%, kejadian stroke dengan kadar lipid tinggi sebesar 33,33%, dan kejadian stroke dengan kebiasaan merokok yang buruk sebesar 70,0%. Ada hubungan bermakna antara kejadian hipertensi dengan kejadian stroke dengan nilai p=0,012 (OR 4,375 CI 1,320 14,504). Tidak ada hubungan bermakna antara kadar lipid dan kebiasaan merokok dengan kejadian stroke. Saran yang bisa disampaikan bagi masyarakat, khususnya penderita hipertensi hendaknya memonitor tekanan darahnya dan menghindari asap rokok. Kata kunci : Stroke, hipertensi, lipid, merokok

*) Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro Semarang **) Staf Pengajar S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro Semarang

153

Beberapa Faktor Risiko Yang Berhubungan... - Ova Sarini; Suharyo

PENDAHULUAN Penyakit stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu dan penyebab kematian nomor tiga di Indonesia, sesudah penyakit jantung dan kanker. Karena itu sangat penting untuk mengenal secara dini gejala dan faktor penyebab terjadinya stroke. Stroke dibedakan menjadi 2 jenis yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke merupakan suatu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan modern saat ini. Di Indonesia diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke. Sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal dan sisanya cacat ringan maupun berat. Jumlah penderita stroke cenderung meningkat setiap tahun. Bukan hanya menyerang penduduk usia tua tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Insiden stroke di berbagai negara berbeda - beda. Di negara maju diperkirakan 200/100.000 per tahun untuk segala usia, 5/1000 pada usia 40 tahun dan meningkat menjadi 10/1000 pada usia 70 tahun. Angka kematian stroke cukup tinggi, terutama stroke hemoragik. Di Amerika Serikat setiap tahunnya tercatat sebanyak 297.000 penderita dirawat di rumah sakit karena stroke dan kira - kira 45 % meninggal dunia, 25 % mengalami cacat dan perlu terapi, sedangkan 30 % sisanya mendapatkan kesembuhan dengan fungsi kehidupan sehari - hari yang normal. Di Indonesia angka kejadian stroke menurut data dasar rumah sakit yaitu 63,52 per 100.000 penduduk pada kelompok usia diatas 65 tahun. Secara kasar, tiap hari 2 orang Indonesia terkena serangan stroke. Di perkirakan bahwa hampir setengah juta penduduk berisiko tinggi terserang

stroke, sedangkan jumlah yang meninggal mencapai 125.000 jiwa. Faktor risiko penyakit stroke adalah usia, jenis kelamin, keturunan, ras, hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, merokok , aterosklerosis , penyakit jantung, obesitas, konsumsi alkohol, stress, kondisi sosial ekonomi yang mendukung, diet yang tidak baik, aktifitas fisik yang kurang, penggunaan obat anti hamil. Dari beberapa faktor risiko penyakit stroke yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah hipertensi, kadar lipid dan merokok. Di berbagai Negara, hipertensi semakin mengundang perhatian disamping karena prevalensi hipertensi yang tinggi, juga karena kewaspadaan, kepatuhan berobat dan efektifitas pengobatan yang rendah. Hipertensi merupakan suatu penyakit tanpa gejala atau keluhan dan biasanya ditemukan pada waktu pemeriksaan. Hipertensi adalah penyebab paling lazim dari stroke, 60 % dari penderita hipertensi yang tidak terobati akan mengalami stroke. Risiko timbulnya stroke trombolik pada hipertensi adalah 4,5 kali lebih besar dari normotensi. Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko penyakit. Tekanan darah tinggi yang menetap telah dikenal sebagai faktor risiko stroke yang sangat penting. Seseorang yang mempunyai tekanan darah tinggi atau hipertensi yang tidak terkontrol adalah calon utama untuk mengalami stroke. Hipertensi membuka peluang 12 kali lebih besar bagi penderitanya untuk menderita stroke dan 6 kali lebih besar untuk serangan jantung, serta 5 kali lebih besar kemungkinan meninggal karena gagal jantung (congestive heart failure). Hiperkolesterolemia merupakan kondisi dislipid dimana terdapat kenaikan 154

KEMAS - Volume 3 / No. 2 / Januari - Juni 2008

kadar kolesterol dalam darah. Adapun kriteria yang ditetapkan oleh konsensus nasional pengelolaan dislipidemia Indonesia tahun 1997, kategori dislipidemia apabila seseorang memiliki kadar total kolesterol dalam darah >200 mg/dl dan kadar trigliserid >200 mg/dl. Hiperkolesterolemia dan kenaikan low density lipoprotein (LDL) merupakan faktor risiko stroke iskemik di negeri barat, tetapi untuk populasi Asia belum terbukti. Peran hiperkolesterolemia sebagai faktor risiko sebenarnya masih belum jelas benar. Meningkatnya kadar kolesterol dalam darah terutama LDL merupakan faktor risiko penting untuk terjadinya aterosklerosis. Peningkatan kadar LDL dan penurunan HDL merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner dan penyakit jantung koroner sendiri merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke. Masalah merokok, di mana rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Diduga hingga menjelang tahun 2030 kematian akibat merokok akan mencapai 10 juta orang pertahunnya. Sejauh ini, wabah merokok telah terjadi di negaranegara maju dan pada tahun 2030 diperkirakan tidak kurang dari 70 % kematian yang disebabkan oleh rokok akan terjadi di negara berkembang. Kebiasaan merokok sudah meluas di hampir semua kelompok masyarakat di Indonesia dan cenderung meningkat, terutama di kalangan anak dan remaja sebagai akibat gencarnya promosi rokok di berbagai media massa. Hal ini memberi makna bahwa masalah merokok telah menjadi semakin serius, mengingat rokok menimbulkan risiko timbulnya berbagai penyakit atau gangguan kesehatan seperti penyakit tidak menular yang dapat terjadi 155

baik pada perokok itu sendiri maupun orang lain disekitarnya yang tidak merokok. Insidensi stroke dalam kaitannya dengan merokok tidak dapat dihilangkan dari peran rokok terhadap kejadian hipertensi. Risiko menderita perdarahan otak pada wanita perokok 1,6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita tidak merokok, tetapi tidak dijumpai pada infark. Di RSUP Dr. Kariadi Semarang kasus stroke pada tahun 2005 adalah 631 kasus dan pada tahun 2006 adalah 574 kasus. Tercatat 171 kasus stroke pada tahun 2005 dan mengalami peningkatan menjadi 192 kasus pada tahun 2006 yang disebabkan oleh hipertensi. Sedangkan pada bangsal Unit Penyakit Dalam tercatat kasus hipertensi sebanyak 989 pada tahun 2005 dan pada tahun 2006 adalah 814 kasus. METODE Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan kejadian hipertensi, kadar kolesterol dan kebiasaan merokok antara kelompok stroke dan kelompok tidak stroke serta menganalisis beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian stroke. Penelitian ini merupakan studi observasional penelitian analitik karena peneliti ingin menganalisis beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian stroke. Rancangan penelitian yang digunakan adalah kasus kontrol atau case control. Variabel Bebas (Independent) dalam penelitian ini adalah hipertensi, kadar lipid, dan kebiasaan merokok. Sedangkan Variabel Terikat ( Dependent ) dalam penelitian ini adalah kejadian stroke. Populasi penelitian yang diambil

Beberapa Faktor Risiko Yang Berhubungan... - Ova Sarini; Suharyo

yaitu semua pasien rawat inap di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada bulan Mei Juni 2007. Pengambilan sampel penelitian menggunakan Accidental Sampling yaitu sampel diambil dari pasien rawat inap yang sedang dirawat pada saat penelitian di unit rawat inap bangsal Penyakit Dalam dan Bangsal Penyakit Saraf. Jumlah sampel minimum dihitung dengan menggunakan rumus studi kasus-kontrol tidak berpasangan, didapatkan sampel minimum sebanyak 29 sampel (perhitungan dengan rumus sampling). Kasus adalah pasien yang didiagnosa/ sudah dinyatakan stroke dan kontrol hdala pasien selain stroke. Adapun kriteria ekslusi kasus : (1) Pasien stroke dengan gangguan fungsi luhur, afasia dan kebingungan (Confusional state) dan koma. (2) Pasien meninggal dunia dalam masa penelitian. (3) Pasien tidak melakukan pemeriksaan darah (kolesterol dan trigliserid). Sedangkan kriteria ekslusi kontrol adalah sebagai berikut : (1) Pasien rawat inap bangsal penyakit dalam dengan gangguan TIA. (2) Pasien meninggal dunia dalam masa penelitian. (3) Pasien tidak melakukan pemeriksaan darah (kolesterol dan trigliserid) Instrumen untuk pengambilan data adalah kuesioner untuk mengetahui kebiasaan merokok dan lembar observasi untuk mengetahui kejadian hipertensi dan kadar kolesterol terhadap kejadian stroke baik untuk kelompok kasus maupun kelompok kontrol. Kuesioner ini berisi pertanyaan yang akan ditanyakan kepada responden dan bersifat tertutup. Setelah penelitian, kuesioner ini akan diuji validitas dan reliabilitasnya untuk memberikan informasi kepada penelitian

selanjutnya yang sejenis mana pertanyaan yang valid dan reliabel dan mana pertanyaan yang tidak valid dan tidak reliabel. Jenis data yang dikumpulkan adalah :data primer (pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner yang didapatkan langsung dari responden yang menyangkut informasi tentang kebiasaan merokok) dan data sekunder (adalah data yang dikumpulkan berupa rekam medis di RSUP Dr. Kariadi antara lain identitas pasien, diagnosis penyakit, hasil pemeriksaan darah, riwayat penyakit terdahulu). HASIL RS Dr. Kariadi merupakan RS Vertikal tipe B pendidikan milik Departemen Kesehatan, pusat Rujukan Pelayanan di Propinsi Jawa Tengah dan sebagian Kalimantan, ditetapkan menjadi Perusahaan Jawatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 120 Tahun 2000 tentang Perusahaan Jawatan RS Dr. Kariadi Semarang. Secara de facto mulai operasional sebagai Perjan ditindaklanjuti dengan pengangkatan Direktur Utama dengan SK Menkes No. : 1060/MenKes/ SK/X/2001 tanggal 4 Oktober 2001 dan pengangkatan Direktur-Direktur tanggal 26 Desember 2001. Selanjutnya Struktur Organisasi dan Tata Kerja ditetapkan dengan surat Keputusan Direksi Nomor OT.01.01.1529 tanggal 21 Desember 2002. RS Dr. Kariadi mempunyai fasilitas dan kemampuan menyelenggarakan hampir semua jenis pelayanan kesehatan spesialis/subspesialis, dan merupakan pusat layanan rujukan tertier di wilayah Jawa Tengah dan sebagian Kalimantan. Luas lahan RS Dr. Kariadi 210.080 m2, 156

KEMAS - Volume 3 / No. 2 / Januari - Juni 2008

luas bangunan 80.066 m2. Kapasitas tempat tidur sejumlah 740 buah terdiri dari kelas utama I 30 buah (4,1%), kelas I 42 buah (5,7%), kelas II 272 buah (36,8%) dan kelas III 396 buah (53,5%). Penyelenggaraan pelayanan didukung oleh tenaga sejumlah 2608 orang, terdiri dari PNS Departemen Kesehatan 2059 orang, PNS Non Departemen Kesehatan 187 orang dan Non PNS 358 orang. Untuk mengetahui gambaran kejadian hipertensi, kadar kolesterol, kebiasaan merokok dan kejadian stroke antara kelompok kasus dan kelompok kontrol pada sampel penelitian yaitu pasien rawat inap Bangsal Penyakit Dalam dan Bangsal Penyakit Saraf di RSUP Dr. Kariadi Semarang digunakan analisa data secara deskriptif berdasarkan hasil yang diperoleh dengan menggunakan tabulasi data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut : (1) Kejadian hipertensi Kejadian hipertensi pada sampel

penelitian (pasien rawat inap Bangsal Penyakit Dalam dan Bangsal Penyakit Saraf) di RSUP Dr. Kariadi Semarang dikategorikan hipertensi dan tidak hipertensi, ini bisa dilihat pada tabel 1 berikut ini : Dari tabel 1 diketahui bahwa persentase kejadian stroke pada kelompok kasus dengan hipertensi (83,33 %) lebih besar daripada kelompok kontrol dengan hipertensi (53,33 %), sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak hipertensi (46,67 %) lebih besar daripada kelompok kasus dengan tidak hipertensi sebanyak (16,67 %). Hubungan antara kejadian hipertensi dengan kejadian stroke pada pasien rawat inap Bangsal Penyakit Dalam dan Penyakit Saraf di RSUP Dr. Kariadi Semarang dengan P (p value) : 0,012, OR : 4,375, CI : 1,320 -14,504. Hasil uji statistik Chi Square terhadap 60 sampel dengan tingkat kepercayaan 95%, P (p value) : 0,012

Tabel 1.

Tabulasi Silang antara Kejadian Hipertensi pada sampel penelitian dengan Kejadian Stroke
Kejadian Stroke Kasus f 25 5 30 % 83,33 16,67 100,0 f 16 14 30 Kontrol % 53,33 46,67 100,0

Kejadian Hipertensi Hipertensi Tidak Hipertensi Total

Tabel 2.

Tabel Kejadian Hipertensi pada Sampel Penelitian antara Kasus dan Kontrol
Kejadian Stroke Kasus f 9 5 11 25 % 36,0 20,0 44,0 100,0 f 7 6 3 16 Kontrol % 43,75 37,5 18,75 100,0

Kejadian Hipertensi Hipertensi Ringan Hipertensi Sedang Hipertensi Berat Jumlah

157

Beberapa Faktor Risiko Yang Berhubungan... - Ova Sarini; Suharyo

(<0,05) maka Ho ditolak berarti ada hubungan yang bermakna antara kejadian hipertensi pada pasien dengan kejadian stroke. Hasil dari analisis tabulasi silang didapatkan odds ratio (OR) sebesar 4,375 dengan 95% Confidence Interval (CI) : 1,320 < OR < 14,504 dengan nilai P : 0,012 dengan demikian kejadian hipertensi memiliki risiko untuk terjadinya Stroke sebesar 4,375 kali dibandingkan dengan yang tidak hipertensi. Untuk mengetahui kejadian hipertensi baik hipertensi ringan, hipertensi sedang, hipertensi berat, dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini : Dari tabel 2 diketahui pada sampel penelitian yaitu pada kasus kebanyakan menderita hipertensi berat sebanyak 44,0%, sedangkan pada kontrol kebanyakan menderita hipertensi ringan sebanyak 43,75%.

(2) Kadar Lipid Kadar lipid pada sampel penelitian (pasien rawat inap Bangsal Penyakit Dalam dan Bangsal Penyakit Saraf) di RSUP Dr. Kariadi Semarang dikategorikan kadar lipid tinggi dan kadar lipid normal, ini bisa dilihat pada tabel 3 berikut ini : Dari tabel 3 diketahui bahwa persentase kejadian stroke pada kelompok kasus dengan kadar lipid tinggi (33,33%) lebih besar daripada kelompok kontrol dengan kadar lipid tinggi (26,67%), sedangkan pada kelompok kasus dengan kadar lipid normal (66,67%) lebih kecil daripada kelompok kontrol dengan kadar lipid normal (73,33%). Hubungan antara kadar lipid dengan kejadian stroke pada pasien rawat inap Bangsal Penyakit Dalam dan Penyakit Saraf di RSUP Dr. Kariadi Semarang dengan P (p value) : 0,573, OR : 1,375, CI : 0,453 4,170. Hasil uji

Tabel 3.

Tabulasi Silang antara Kadar Lipid pada sampel penelitian dengan Kejadian Stroke
Kadar Lipid Kejadian Stroke Kasus f 10 20 30 % 33,33 66,67 100,0 Kontrol f 8 22 30 % 26,67 73,33 100,0

Kadar lipid tinggi Kadar lipid normal Total

Tabel 4.

Tabulasi Silang antara Kebiasaan Merokok pada sampel penelitian dengan Kejadian Stroke
Kejadian Stroke Kasus f 21 9 30 % 70,0 30,0 100,0 f 15 15 30 Kontrol % 50,0 50,0 100,0

Kebiasan Merokok Buruk Baik Total Sumber : Data Primer, 2007

158

KEMAS - Volume 3 / No. 2 / Januari - Juni 2008

statistik dengan menggunakan Chi Square terhadap 60 sampel dengan tingkat kepercayaan 95%, P (p value) : 0,573 (>0,05) maka Ho diterima berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kadar lipid dengan kejadian stroke. Hasil dari analisis tabulasi silang didapatkan odds ratio (OR) sebesar 1,375 dengan 95% Confidence Interval (CI) : 0,453 < OR < 4,170 dengan nilai P : 0,573, dengan demikian kadar lipid tinggi belum bisa dikatakan sebagai risiko terjadinya Stroke. (3) Kebiasaan merokok Kebiasaan merokok pada sampel penelitian (pasien rawat inap Bangsal Penyakit Dalam dan Bangsal Penyakit Saraf) di RSUP Dr. Kariadi Semarang dikategorikan buruk dan baik, ini bisa dilihat pada tabel 4 berikut ini : Dari tabel 4. diketahui bahwa persentase kejadian stroke pada kelompok kasus dengan kebiasaan merokok yang buruk (70,0%) lebih besar daripada kelompok kontrol dengan kebiasaan merokok yang buruk(50,0%), sedangkan pada kelompok kontrol dengan kebiasaan merokok yang baik (50,0%) lebih besar daripada kelompok kasus dengan kebiasaan merokok yang baik (30,0%). Ini berarti untuk kelompok kasus lebih banyak yang merokok dibandingkan dengan yang tidak merokok, sedangkan untuk kelompok kontrol perbandingannya sama yaitu 50,0%. Hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian stroke pada pasien rawat inap Bangsal Penyakit Dalam dan Penyakit Saraf di RSUP Dr. Kariadi Semarang dengan P (p value) : 0,114, OR : 2,333, CI :0,809 6,730. Hasil uji statistik Chi Square terhadap 60 sampel dengan tingkat 159

kepercayaan 95%, P (p value) : 0,114 (> 0,05) maka Ho diterima berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian stroke. Hasil dari analisis tabulasi silang didapatkan odds ratio (OR) sebesar 2,333 dengan 95% Confidence Interval (CI) : 0,809 < OR < 6,730 dengan nilai P : 0,114, dengan demikian kebiasaan merokok yang buruk belum bisa dikatakan sebagai risiko terjadinya Stroke. PEMBAHASAN Hasil penelitian pada kasus terdapat 83,33% menderita hipertensi lebih besar dibandingkan pada kontrol 53,33%. Ada beberapa penelitian yang mendapatkan prevalensi lebih dari 50 % pada usia 65 tahun ke atas. Dari survei hipertensi yang telah diadakan di Indonesia selama ini, prevalensi hipertensi pada orang dewasa berkisar antara 615% dan angka ini akan menjadi lebih dari 20 % pada kelompok usia 50 tahun ke atas. Pada penelitian Kannel antara lain diperoleh hasil setiap kenaikan tekanan darah sebesar 10 % akan menaikan risiko stroke sebesar 30 %, sedang pada hipertensi borderline maka risikonya naik menjadi 2 kali lipat. Selanjutnya dikatakan bahwa lebih dari separuh penderita stroke ditemukan pada penderita hipertensi. Hasil penelitian pada kasus didapatkan 30,0% sampel mempunyai kadar lipid tinggi dan pada kontrol didapatkan 70,0% sampel mempunyai kadar lipid normal. Sekitar 80% kasus sroke terjadi akibat tersumbatnya pembuluh darah darah ke otak, sedangkan 20% lainnya disebabkan rusaknya pembuluh darah di otak. Usia penderita stroke belakangan ini makin muda, yakni sekitar 40 tahun. Tidak

Beberapa Faktor Risiko Yang Berhubungan... - Ova Sarini; Suharyo

jarang beberapa pasien yang terserang stroke baru berumur 32 tahun. ini juga disebabkan pola makan yang cenderung mengkonsumsi makanan siap saji atau fast food tanpa diimbangi dengan olah raga secara rutin. Hasil penelitian pada kasus didapatkan dengan kebiasaan merokok yang buruk (70,0%) lebih besar daripada kelompok kontrol dengan kebiasaan merokok yang buruk (50,0%), sedangkan pada kelompok kontrol dengan kebiasaan merokok yang baik (50,0%) lebih besar daripada kelompok kasus dengan kebiasaan merokok yang baik (30,0%). Besarnya persentase kebiasaan merokok biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor orang tua, teman, kepribadian, dan iklan. Hasil penelitian menunjukkan hampir 70% perokok Indonesia mulai merokok sebelum mereka berumur 19 tahun. Banyaknya perokok pemula di kalangan anak-anak dan remaja mungkin karena mereka belum mampu menimbang bahaya merokok bagi kesehatan dan dampak adiktif yang ditimbulkan nikotin. Pada pria, prevalensi perokok tertinggi adalah kelompok umur 25-29 tahun. Hal ini terjadi karena jumlah perokok pemula jauh lebih banyak dari perokok yang berhasil berhenti merokok dalam satu rentang populasi penduduk. Sebagian besar perokok mulai merokok pada umur kurang dari 20 tahun dan separuh dari laki-laki umur 40 tahun ke atas telah merokok selama 30 tahun atau lebih. Lebih dari separuh perokok mengkonsumsi minimal 10 batang rokok per hari. Uji statistik Chi Square hubungan antara kejadian hipertensi dengan kejadian stroke menunjukkan ada hubungan bermakna antara kejadian hipertensi dengan kejadian stroke dengan

nilai p value : 0,012 dengan OR : 4,375 (CI : 1,320-14,504), jadi pasien yang menderita hipertensi memiliki risiko untuk terjadinya Stroke sebesar 4,375 kali dibandingkan dengan pasien yang tidak menderita hipertensi. Penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yuli Prasetya, hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kejadian hipertensi dengan kejadian stroke dengan OR 5,5 (CI : 2,62 11,60). Hipertensi (Tekanan Darah Ting gi) merupakan faktor risiko utama yang menyebabkan pengerasan dan penyumbatan arteri. Penderita hipertensi memiliki faktor risiko stroke 4 6 kali lipat dibandingkan orang yang tanpa hipertensi dan sekitar 40 90 % pasien stroke ternyata menderita hipertensi sebelum terkena stroke. Secara medis, tekanan darah diatas 140 90 mmHg tergolong dalam penyakit hipertensi. Oleh karena dampak hipertensi pada keseluruhan risiko stroke menurun seiring dengan pertambahan umur, pada orang lanjut usia, faktor faktor lain di luar hipertensi berperan lebih besar terhadap risiko stroke. Pada orang yang tidak menderita hipertensi, risiko stroke meningkat terus hingga usia 90, menyamai risiko stroke pada orang yang menderita hipertensi. Berbagai risiko yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi perlu dipahami segera dengan baik. Dengan mengabaikan hipertensi maka pasien cenderung menderita hipertensi yang lebih berat. Hipertensi yang berlangsung lama apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan perubahan struktur pada arteri di seluruh tubuh, ditandai oleh fibrosis dan sklerosis pada dinding pembuluh darah kematian dapat terjadi 160

KEMAS - Volume 3 / No. 2 / Januari - Juni 2008

akibat infark miokardium, payah jantung kongestif, atau kecelakaan vaskuler serebral (Cerebro Vasculer Accident / CVA). Hipertensi menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah karena adanya tekanan darah yang melebihi batas normal dan pelepasan kolagen. Endotel yang terkelupas menyebabkan membran basal bermuatan positif menarik trombosit yang bermuatan negatif, sehingga terjadi agregasi trombosit. Selain itu terdapat pelepasan trombokinase sehingga menyebabkan gumpalan darah yang stabil dan bila pembuluh darah tidak kuat lagi menahan tekanan darah yang tinggi akan berakibat fatal pecahnya pembuluh darah pada otak maka terjadilah stroke. Uji statistik Chi Square hubungan antara kadar lipid dengan kejadian stroke menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kadar lipid dengan kejadian stroke dengan nilai p value 0,573 dengan OR : 1,375 (CI : 0,453-4,170), jadi kadar lipid yang tinggi belum bisa dikatakan sebagai risiko terjadinya Stroke. Penelitian yang dilakukan Yuli Prasetya (2002), terbukti bahwa kadar kolesterol total ada hubungan yang bermakna terhadap kejadian Stroke. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yuli Prastya lebih terfokus pada Stroke Non Hemoragik. Sedangkan penelitian yang dilakukan Prabancono (1997) sebagaimana dikutip oleh Yuli Prasetya, terbukti bahwa kadar kolesterol total tidak ada hubungan yang bermakna. Pada penelitian yang dilakukan oleh Prabancono ini menggunakan seluruh jenis stroke (stroke hemoragik dan stroke non hemoragik) sebagai subyek penelitian. 161

Peran hiperkolesterolemia sebagai faktor risiko sebenarnya masih belum jelas benar. Meningkatnya kadar kolesterol dalam darah terutama LDL merupakan faktor risiko penting untuk terjadinya aterosklerosis. Peningkatan kadar LDL dan penurunan HDL merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner dan penyakit jantung koroner sendiri merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke. Setiap orang memiliki kolesterol dalam darahnya, dimana 80 % diproduksi oleh tubuh sendiri dan 20 % berasal dari makanan. Kolesterol yang diproduksi terdiri atas 2 jenis yaitu kolesterol HDL dan LDL. Kolesterol LDL adalah kolesterol jahat, yang bila jumlahnya berlebih didalam darah akan diendapkan pada dinding pembuluh darah membentuk bekuan yang dapat menyumbat pembuluh darah. Kolesterol HDL adalah kolesterol baik, yang mempunyai fungsi membersihkan pembuluh darah dari kolesterol LDL yang berlebihan. Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan suatu tanda yang baik sepanjang kolesterol LDL kurang dari 150 mg/dl. Selain itu ada juga Trigliserida. Lemak ini terbentuk sebagai hasil dari metabolisme makanan, bukan saja yang berbentuk karbohidrat dan protein yang berlebihan, yang tidak seluruhnya dibutuhkan sebagai sumber energi. Kadar trigliserida ini akan meningkat bila kita mengkonsumsi kalori berlebihan, lebih besar daripada kebutuhan kita. Kadar trigliserida yang tinggi akan memperburuk risiko terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah jantung dan otak, jika bersamaan dengan didapatkan kadar koleserol LDL yang tinggi dan kadar kolesterol HDL yang rendah.

Beberapa Faktor Risiko Yang Berhubungan... - Ova Sarini; Suharyo

Uji statistik Chi Square hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian stroke menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian stroke, dengan nilai P (p value) : 0,114 dengan OR : 2,333 (CI : 0,8096,730), jadi kebiasaan merokok yang buruk belum bisa dikatakan sebagai risiko terjadinya Stroke. Penelitian ini mendapatkan hasil yang sama dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yuli Prasetya (2002), terbukti bahwa kebiasaan merokok tidak ada hubungan yang bermakna terhadap kejadian stroke. Penelitian yang dilakukan oleh Yuli Prasetya terfokus pada Stroke Non Hemoragik sedangkan pada penelitian ini menggunakan seluruh jenis Stroke sebagai subyek penelitian. Dari sisi kesehatan, bahaya rokok sudah tak terbantahkan lagi. Bukan hanya menurut WHO, tetapi lebih dari 70 ribu artikel ilmiah membuktikan hal itu. Dalam kepulan asap rokok terkandung 4000 racun kimia berbahaya, dan 43 diantaranya bersifat karsinogenik (merangsang tumbuhnya kanker). Berbagai zat berbahaya itu, adalah tar, karbon monoksida (CO), dan nikotin. Akibatnya, berbagai penyakit kanker pun mengintai, seperti : kanker paru. 90% kanker paru pada laki-laki disebabkan rokok, dan 70% untuk perempuan, kanker mulut, kanker bibir, asma, kanker leher rahim, jantung koroner,darah tinggi, stroke, kanker darah, kanker hati, bronchitis, kematian mendadak pada bayi, bahaya rusaknya kesuburan bagi wanita dan impotensi bagi kaum pria. Mereka yang dikatakan perokok sangat berat adalah bila mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah

bangun pagi. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit. Perokok sedang menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi. Dari hasil penelitian pada sampel didapatkan pada kelompok kasus banyak menggunakan rokok yang non filter, merokok sekitar 21-30 batang sehari dan lama merokok >10 tahun. Sedangkan pada kelompok kontrol, penggunaan rokok filter dan non filter seimbang, merokok sekitar 21-30 batang sehari dan lama merokok >10 tahun. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : (1) Prevalensi kejadian stroke yang diteliti pada sampel penelitian yaitu pasien rawat inap Bangsal Penyakit Dalam dan Penyakit Saraf adalah 60 pasien, terbagi 30 pasien sebagai kasus (penderita stroke) dan 30 pasien sebagai kontrol (tidak stroke) di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Dari 60 sampel didapatkan dengan kasus kejadian stroke dengan hipertensi sebesar 83,33%, kejadian stroke dengan kadar lipid tinggi sebesar 33,33%, dan kejadian stroke dengan kebiasaan merokok yang buruk sebesar 70,0%. (2) Ada hubungan bermakna antara kejadian hipertensi dengan kejadian stroke dengan nilai p value : 0,012. (3) Tidak ada hubungan bermakna antara kadar lipid dengan kejadian stroke dengan nilai p value : 0,573. (4) Tidak ada hubungan bermakna 162

KEMAS - Volume 3 / No. 2 / Januari - Juni 2008

antara kebiasaan merokok dengan kejadian stroke dengan nilai p value : 0,114. (5) Besar risiko kejadian hipertensi, kadar lipid, dan kebiasaan merokok terhadap kejadian stroke : a) Odds Ratio (OR) kejadian hipertensi terhadap kejadian stroke adalah 4,375 (CI : 1,32014,504), artinya hipertensi memiliki risiko untuk terjadinya stroke sebesar 4,375 kali dibandingkan yang tidak hipertensi. b) Odds Ratio (OR) kadar lipid terhadap kejadian stroke adalah 1,375 (CI : 0,453-4,170), artinya kadar lipid yang tinggi belum bisa dikatakan sebagai risiko terjadinya stroke. Odds Ratio (OR) kebiasaan merokok terhadap kejadian stroke adalah 2,333 (CI : 0,8096,730), artinya kebiasaan merokok yang buruk belum bisa dikatakan sebagai risiko terjadinya stroke. Saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut (1) Bagi peneliti lain hendaknya perlu kajian dengan metode lain seperti metode kohort tentang penelitian sejenis dan variabel yang lebih beragam seperti gaya hidup, konsumsi alkohol, diet, dll. (2) Bagi program, hendaknya meningkatkan mutu pelayanan lebih di optimalkan terutama bagi pasien stroke. (3) Bagi Masyarakat, khususnya penderita hipertensi hendaknya memonitor tekanan darahnya, sedapat mungkin dirumah / di pelayanan kesehatan yang ada, untuk penderita hipertensi berat sebaiknya segera hubungi 163

dokter untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, untuk penderita hipertensi ringan cek tekanan darah satu bulan atau dua bulan sekali, menghindari asap rokok dalam lingkungan keluarga dan melakukan kebiasaan hidup sehat, bagi perokok disarankan untuk berhenti merokok, karena dampak rokok akan merugikan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA Andradi S, Penanggulangan Stroke Secara Terpadu, Media Stroke 2, Bagian Neurologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia / RSCM, Jakarta, 1992. Andradi S, Akibat Lanjut Hipertensi di Bidang Neurologi, Cermin Dunia Kedokteran no. 57, Bagian Neurologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia / RSCM, Jakarta, 1989. Depkes, Profil Kesehatan Jawa Tengah, page 23 28. Hadinoto S, Stroke Pada Usia Lanjut, Dalam : Hadinoto S, Noerjanto M, Soetedjo, Edisi Neurogeriatri, Universitas Diponegoro, Semarang, 1993. Iskandar J, Panduan Praktis Pencegahan dan Pengobatan Stroke, Cetakan ke 2, Bhuana Ilmu Populer, 2004. Janis J. Hypertension and Hipercolesterolemia as The Stroke Risk Factor, Kumpulan Makalah dan Abstrak Dalam Pertemuan Neurogeriatri Pertama, PERDOSI, 5-7 April 2002, Jakarta, 2002.

Beberapa Faktor Risiko Yang Berhubungan... - Ova Sarini; Suharyo

Kuncoro W, Bahaya Rokok , http:// www.rokok.komunikasi.org/artikel/ index.php. NINDS, Stroke Information Page National Institute Of Neurological Disorders http : // and Stroke , www.nih.gov.USA.2005. Siswono, Bahaya Dari Kolesterol Tinggi, http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/ fullnews.cgi?newsid99705968,35248, Thomas, Buku Pintar Kesehatan, Stroke dan Pencegahannya , Penerbit Arcan, Jakarta, Indonesia, 1994. Vallery L. Feigin, et. all, Risk Factor for Ischemic Stroke in a Rusian Community Vol 29, 1 Januari 1998, 34-39. Vitahealth, Hipertensi Informasi Lengkap Untuk Penderita dan Keluarganya, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004.

164

Anda mungkin juga menyukai