Anda di halaman 1dari 4

~Masa Depan Gerakan Mahasiswa?

O Ada 2 hal yang perlu diingat, walau tidak untuk dibedakan secara tegas, ketika bicara
gerakan mahasiswa, yakni mahasiswa dan gerakan mahasiswa. Seringkali, ini di
tempatkan sama, padahal keduanya sangat berbeda secara praksis.
O etika bicara mahasiswa, maka kita menempatkannya sebagai subyek, yang memiliki
minat/bakat serta ia mengarahkan dirinya menjadi utuh. Selama ini, di semua kampus,
praktik ini belum terintergrasi dengan baik. Sehingga, keaktiIan mahasiswa di organisasi
hanya berbasis rutinitas atau kuantitas bukan sebaliknya. Problem ini sebenarnya bisa
diatasi bila peran sinergis terjadi antara pihak kampus dengan lembaga kemahasiswaan
(center of talented based)
O agaimana kabar mahasiswa sebagai subyek hari ini?
1. Anarkis
2. ritis tapi tak jarang Iatalis/pesimis
3. Pengangguran
4. Terjebak Pergaulan Bebas
5. Hedonis
O Bila pembahasan telah sampai pada ranah gerakan mahasiswa, maka yang perlu
diperhatikan, dari mana (hulu dan hilir) ia bergerak. Untuk memudahkannya, sering
dikategorisasi dalam bentukan koordinasi dengan kampus yakni Lembaga Intra ampus
dan di luar koordinasi kampus, yakni Ekstra ampus
O %erus, bagaimana wajah gerakan mahaiswa hari ini?
1. TerIragmentasi berdasarkan ideologi dan kepentingan. Namun, bersatu bila membawa isu
atau mencoba melakukan transaksi politik (bagi-bagi kue)
2. Belum ada pihak yang mampu mempersatukan elemen-elemen yang hadir (lack figure,
minimi:e intermediary institution) harusnya, pers mahasiswa atau kelompok studi
3. Terjebak dalam kepentingan politik praktis. Biasanya terejawahtahkan dalam aktivitas
organisasi-organisasi ekstra kampus. Namun, hari ini, kondisi yang terjadi sudah tak jauh
berbeda, karena inIiltrasi politik ansih semakin menguat di lembaga-lembaga intra
kampus seperti BEM, DPM, hingga Himpunan Mahaiswa

O Dengan kondisi seperti ini di mana celah mahasiswa dan gerakan dapat kembali
menjelma menjadi kekuatan yang diperhitungkan?
1. Ada semacam tuntutan bagi aktivis untuk berprestasi, sebagai bentuk integritas kualitas
diri dalam iklim kampus yang konsisten mengumandangkan world class research
university. Bila secara komunal ada pers mahasiswa dan kelompok studi yang diharapkan
menjadi intermediary actor, mahasiswa berprestasi juga sebenarnya mapu memainkan
peran ini. Namun, problematis, karena ke semua aktor tersebut hanya mengandalkan`
tradisi intelektualitas (menara gading) dan meninggalkan massa sebagai basis.
2. embali ke basis, agar penguataan manIaat dapat berlangsung secara konsisten.
Maksudnya, tradisi intelektualitas, yakni, baca, diskusi, aksi` perlu menjadi siklus wajib
yang menjadi budaya aktivisme. Berikutnya, agar basis kuat, maka orientasi aksi` yang
dimaksud harus menyentuh obyek perjuangan, yakni mahasiswa maupun masyarakat
(relevansi isu)
3. Sinergi. Pasca reIormasi terbentuk lembaga-lembaga baru yang berIungi memperkuat
peran negara, swasta, maupun masyarakat. Mereka terdiri dari Pers, LSM/NGO, omisi-
omisi Negara, dan sebagainya. Perlu pemetaan yang baik terhadap aktor-aktor ini agar
tujuan perjuangan semakin mudah diraih. edua, sinergi perlu dilakukan terhadap aktor-
aktor pro status quo, seperti militer, birokrat, parpol untuk memahami konteks perjuangan
yang sedang dilakukan. etiga, sinergi terhadap rekan-rekan mahasiswa sendiri, agar
perjuangan yang dilakukan bukan hanya sebatas milik kelompok tertentu.
4. InIormasi dan omunikasi. emajuan teknologi, menghantarkan manusia memasuki
peradaban nano yang multidisiplin, kompleks, dan unik. Dunia berubah setiap detik, oleh
karenanya penguasaan media inIormasi dan komunikasi mutlak dimiliki. Secara konkrit,
gerakan mahasiswa juga sudah harus melek untuk mengadaptasikan penggunaan jejaring
sosial via FB, Twitter, Blog, Website, BBM, dsb
O Bukan untuk menyimpulkan, namun, melihat secara praksis atau bergerak langsung (aktiI
di gerakan mahasiswa), jangan sampai kita melupakan dimensi strategis mahasiswa itu
sendiri. arena nilai tambah inilah yang masih membuat masyarakat menerima`
mahasiswa, walaupun tidak seperti dulu. pa yang membuat mahasiswa strategis?
1. 'isi : idealnya, aktivisme bukan berumur 4-5 tahun, tp, justru melampaui usia diri
ataupun usia peradaban manusia sendiri. Bagaimana kita mengkonstruknya dalam sebuah
pola dan ritme yang sinergis saat maupun pasca lembaga
2. Inovasi : ini lebih bicara pada aspek sinergitas dan nilai tambah yang bisa diberikan
terhadap aktivitas kemahaiswaan kita maupun gerakan mahasiswa. Sehingga eIeknya,
mampu secara konsisten memastikan Indonesia lebih baik
3. Evaluasi : gerakan yang baik, akan lebih baik bila memiliki waktu untuk berIikir`. Hal
ini dilakukan, agar mahasiswa dan gerakannya tetap dalam kondis Iit and Iresh

esimpulan
1. Perlunya institusionalisasi lembaga, untuk mengadakan kaderisasi mahasiswa secara
sistematis (center of talented based), sebagai bentuk kerjasama antara pihak kampus
dengan lembaga mahasiswaan dalam periode waktu tertentu dan terpusat. Sebelum
mahasiswa nantinya diwajibkan bergerak. Misalnya, Bagaimana menyikapi anak-anak
yang masuk ke kampus karena sebelum masuk berprestasi di olimpiade tingkat dunia atau
nasional? bagaimana mengapresiasi anak-anak yang berprestasi saat sudah masuk di
kampus? Bila mereka dikelola dengan baik, maka hasilnya akan memberi manIaat dan
mendatangkan mashlahat besar bagi pencapaian visi Indonesia 2025, 2030, atau bahkan
2045. Berapa pun waktu yang kita target untuk membuat bangsa ini lebih baik,
sebenarnya bisa, asal kampus juga terlibat aktiI di dalamnya.
2. Gerakan Mahasiswa masih tetap ada, selama negara belum sejahtera
3. Orientasi gerakan mahasiswa hari ini dan di masa mendatang, bukan hanya sekedar
menjatuhkan rezim atau mengubah sistem, namun lebih jauh dan strategis, bagaimana
gerakan mahasiswa mampu mengisi sistem yang diubah atau memperbaiki (reformative
social movement)
4. Mahasiswa dan Gerakannya saat ini tercerabut dari basis (tradisi intelektualitas dan
massa), sehingga menjadi kumpulan manusia kurang strategis
5. Walaupun zaman berubah, sebenarnya posisi tawar mahasiswa dan gerakannya masih
kuat, bila sadar dengan keterbatasan yang dimiliki. arena sepanjang pengamatan
penulis, gerakan mahasiswa selalu membutuhkan` keterlibatan aktor-aktor lainnya. Jadi,
besarnya gerakan mahasiswa sepanjang sejarah, karena mereka sadar betapa kecilnya`
diri mereka.
6. Bekerjasama dengan siapapun sah, asal gerakan mahasiswa sudah memiliki desain
perjuangan yang jelas (visi dan aksi jangka pendek-menengah-panjang), karena usia
gerakan yang dibangun tidak lama. Setidaknya, menguatkan pemahaman bahwa
semuanya butuh proses (waktu), kecerdasan, keteguhan, dan pengorbanan.
atatan :
1. Pointers ini pertama kali disampaikan pada saat diskusi terbatas dengan rekan-rekan
Lingkar Studi Bulaksumur, 7 Mei 2011
2. Pointers diskusi ini merupakan overview skripsi yang sedang kami tulis, rencananya
dalam bulan ini akan kami konsultasikan secara lebih mendalam (tahap akhir).
3. arena skripsi yang kami tulis akan dijadikan buku, maka kami menunggu saran dan
masukan rekan-rekan. Buku ini adalah karya kami yang kedua, setelah $tatus Update For
The Best $tudent. Rencananya ada 3 buah buku (Sebuah Trilogi Untuk Mahasiswa
Indonesia) yang kami selesaikan, sebelum meninggalkan Indonesia untuk bersekolah
kembali. Semoga bermanIaat.

Anda mungkin juga menyukai