Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Catatan ini didedikasikan kepada sebagian rasa yang tersembunyi. Bukan untuk diwujudkan atau diberi bentuk. Biarlah dia tetap absurd, karena bagian rasa itu baru akan lengkap apabila ada nyata dan fatamorgana. Hanya ingin merasakan ini dan tidak ingin mengalami ini. Berperan menjadi orang lain bukan berarti ingin menjadi orang lain. Lakon hanyalah lakon.. bukan nyata.. maka jangan tanyakan atau berpraduga.. nikmati saja..
Zero Grounded
oleh Samsul Ramli pada 18 Mei 2008 Sunyi itu adalah tuli dikeramaian Sepi itu adalah sendiri dikerumunan Sedih itu adalah menangis disenyuman.. Gagal itu adalah hilangnya asa dipuncak kesuksesan.. Zero Grounded adalah melayang diantara semuanya.
IJINKaN Ku RINdu
oleh Samsul Ramli pada 15 Mei 2009 jam 19:59
Hmm.. air hujan itu kembali menghantam atap seng rumah ku.. Beberapa hari terakhir ini bunyinya terasa lebih dalam menyentuh kisi-kisi hati Hari ini ku coba menyingkap gorden dan memandangi tirai air itu.. Entah kenapa lambat laun tirai itu membentuk seraut wajah yang kukenal.. Ya.. kau tersenyum disana Khayalan yang aneh.. Tapi sungguh.. ku terus mencium aroma tubuhmu.. Kelebat putih jilbab mu tampak nyata Hmmm.. sepertinya kerinduan ini sudah terlalu dalam.. Seperti halnya aku merindukan bintang yang telah seminggu ini tak menampakkan diri.. Seperti halnya aku merindukan rembulan penuh, yang hampir mustahil ku lihat karena sudah lewat masa nya.. Seperti halnya aku merindukan petikan gitar mu yang ku tak tau kapan terakhir itu ku dengar.. Hmmmpuisi murahan pun terasa indah rasaku.. Meski kau pernah melarang jangan kau rindui Aku.. Kali ini setelah sekian lama.. ijinkan ku merindui mu.. Meski ku tau kau hanya hayalan.. Tetap saja ijinkan Ku Rindu
Hening..
oleh Samsul Ramli pada 5 Juli 2009 jam 5:54 Gaduh itu mulai hilang... Ceracau itu mulai sirna.. Gelak tawa itu mulai terlelap.. Sejurus senyap mulai menyeruak... Gerak terasa melambat.. Sendi mulai terasa berat.. Mata seolah menahan beban ribuan kilo.. Tahan sejenak.. Pelan detak jam dinding itu semakin keras.. Desiran angin bersuara.. Pertahankan rasa mu.. Kunci rapat mulut mu.. Pejamkan mata mu.. Sekarang ada suara yang tak asing sedang berbicara.. Suara yang selama ini ada dan terus ada.. Bukankah menyenangkan bisa curhat dengan diri mu sendiri.. Semua ada karena hening..
Irama..
oleh Samsul Ramli pada 27 November 2009 jam 20:47
Biarkan tangan ini didadamu sejenak.. Kan ku simpan irama itu.. Untuk ku lesakkan ke dalam irama yang ada didadaku.. Seandainya aku harus merubah seluruh cord yang ada dalam iramaku.. Aku ikhlas.. Karena tepat saat tangan ini tlah kau ijinkan menyentuh iramamu.. Sejak itu iramamu adalah irama yang terindah diseluruh bagian hidupku.. Jangan sekalipun bertanya pada angin..air..cahaya atau apapun jua..tentangku.. Karena mulai sekarang tanyamu adalah tanyaku.. Jawabmu adalah jawabku.. Sekarang aku adalah engkau.. dan engkau adalah aku.. Tidurlah wahai irama terindah.. Pejamkan kelopak indah itu.. Tenanglah sekarang.. Jangan takut dengan gelegar jarak.. Jangan takut dengan detakan waktu.. Aku akan selalu ada dalam iramamu.. Aku tak pernah jauh seperti halnya engkau tak pernah hilang diiramaku... ..:: catatan ketika ingin ::..
Murni inginku...
oleh Samsul Ramli pada 15 Januari 2011 jam 17:45
Ku kira siang benar-benar membebaskanku dari tirani wangi tubuhmu kemarin.. Ku kira setumpuk target mampu melepasku dari belenggu dekapanmu.. Ku kira deru mesin dan derit printer ini akan melepaskan pendengaranku dari desahmu.. Malam ternyata membawa harum itu lebih jauh kedalam relung penciumanku..dibanding malam kemarin.. Dingin angin malam ini tidak juga mampu menghilangkan hangatnya dekapanmu kemarin.. Senyap ini seakan menghantarkan lagi renyah suara dan tawamu... Dihitungan hari, bulan, bahkan tahun kelebatan demi kelebatan menjadi dejavu tak berujung.. Tepat dua puluh empat bulan malam ini... Yakinku akan dustamu kemarin..bahwa engkau pasti akan mudah kulupakan... Yakinku akan dustamu kemarin..bahwa engkau kan mudah tergantikan... Tak perlu kau merasa bersalah atas semua ini... Karena ini murni inginku...
MaLaM HeNINg
oleh Samsul Ramli pada 23 Januari 2011 jam 23:59 Baru saja kau menanyakan untuk siapa tulisan itu.. Kujawab dengan pertanyaan untuk siapa lagi goresan itu layak ku sampaikan? Sungguh sebenarnya tidaklah sopan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.. bukankah pelengkap dari pertanyaan adalah jawaban Tiba-tiba kamu hening seperti heningnya malam ini tanpa hujan Tidaklah perlu terlalu kau pikirkan untuk siapa tulisan itu Yang penting bagaimana rasa Mu terhadap apa yang terasa dalam tulisan itu.. Karena cukuplah rasa itu menyentuh rasa ku.. Terkadang pengakuan tidaklah penting apabila nurani mengatakan iya.. Malam ini hening sehening rasaku pada Mu.. Pejamkanlah mata indah itu.. biarkan rasa itu bercengkrama dengan rasa ku.. Sungguh malam ini hening..
Begitu dering itu kuangkat kata yang terucap dari bibirmu lagi-lagi pertanyaan.. "Apakah kau akan membenciku?" ucap mu lirih "Adakah alasan yang teramat sangat tepat untuk membencimu?" jawabku yang akhirnya melahirkan runtutan pertanyaan yang terus kujawab.. Karena aku telah meninggalkanmu... Pantaskah aku membenci kepergianmu? Sedangkan setelah itu aku begitu sangat menikmati rasa merindu... Karena aku telah menghianatimu? Pantaskah aku membenci karena khianatmu? Sedangkan setelah itu aku begitu sangat menikmati rasa kehilangan... Karena aku telah membuatmu bersedih? Pantaskah aku membenci karena sedih itu? Sedangkan setelah itu, air mata kembali menyirami kelopak yang sempat kering bertahun-tahun.. Karena aku tak mungkin lagi kembali padamu? Pantaskah aku membenci karena tak bisa memilikimu? Sedangkan setelah itu aku menjadi mengerti akan diriku... Sedangkan setelah itu aku dapat merasakan segarnya air wudhu... Sedangkan setelah itu aku menjadi akrab dengan bau sajadah... Sedangkan setelah itu aku menjadi syahdu dengan qiyamullail.. Sedangkan setelah itu aku menjadi sangat dekat denganNYA... Lalu adakah alasan yang teramat sangat tepat untuk membencimu? Karena kau bisa lihat sekarang, betapa indahnya kau dijalanku mencintaiNYA..
Terlalu baik..
oleh Samsul Ramli pada 25 Januari 2011 jam 1:19 Ketika ku berikan sepotong roti kepada pengemis jalanan Kau bertanya buat apa? Ketika ku berikan uang 100ribuan pada orang yang menganggapku musuh.. Kau bertanya buat apa? Ketika ku berikan tumpangan kepada seorang yang baru dikenal.. Kau bertanya buat apa? Ketika tetap kuberikan kebaikan meskipun kau berkali-kali menyakitiku.. Kau bertanya buat apa? Dan untuk beribu kebaikan yang kuberikan kepada semua orang.. Kau bertanya buat apa? Kujawab.. semua kebaikan yang kuberikan itu bukan untuk apa atau siapa.. Karena sesungguhnya itu hanya untuk diriku saja.. Aku tidak peduli pada orang lain yang ingin hatinya tergerus oleh keburukan.. Yang penting potongan hatiku tetap utuh.. Jadi jangan kira kulakukan itu untuk kalian, anda dan kau.. Terlalu baik kalau kulakukan itu
Kadang-kadang..
oleh Samsul Ramli pada 25 Januari 2011 jam 19:59 Kadang-kadang Ku sms kamu.. Kadang-kadang Ngga Kadang-kadang Kamu balas sms ku Kadang-kadang Ga sama sekali.. Kadang-kadang Ku BBM kamu.. Kadang-kadang Ngga Kadang-kadang Kamu balas BBM ku Kadang-kadang Ga sama sekali.. Kadang-kadang Ku telpon kamu.. Kadang-kadang Ngga Kadang-kadang Kamu jawab telponku Kadang-kadang Ga sama sekali.. Tapi aku ga khawatir seberapa banyak kadang-kadang itu.. Kamu tetap Teman dan sahabatku Bukan untuk Kadang-kadang.. Tapi untuk selamanya
Berhenti...
oleh Samsul Ramli pada 28 Januari 2011 jam 23:05 Sayang. diperjalanan kita, aku ingin berhenti Sejenak. Ku ingin behenti menjadi yang terbaik untukmu.. Ku ingin berhenti menjadi Fahri dalam Aisyahmu Ku ingin berhenti menjadi Samson dalam Delilahmu.. Ku ingin berhenti menjadi bintang dalam bulanmu Ku ingin berhenti menjadi cahaya dalam gelapmu Tidak untukmu.. tidak juga bagi orang lain Ku hanya ingin menjadi dan menjadi.. tanpa harus terikat bentuk apapun.. Karena ini aku apa adanya.. Ceritanya.
Kan kuberitahu padamu.. Sesuatu yang kutakuti dari ruh malam.. Kadang ku benci dengan heningnya.. Kadang ku rindu dengan kelamnya.. Benci bukan karena ku tak suka sepinya.. Rindu bukan karena ku suka dengan hitamnya.. Satu-satunya alasan karena ruh malam adalah ruh mu.. Mentari hanya menyamarkan bayang mu... Sirna dipandangan kekal digenggaman hati... Dan kau mewujud kala bulan mengintip, bertahta hingga tidur lagi.. Maaf kalau ku tak bisa lupakan mu.. Maaf ku slalu ingkar dengan sumpah ku.. Kini dengar sumpahku saat ini, agar kau tenang.. Kan ku sirnakan wujud mu dalam selimut hatiku.. Kan kupenuhi pinta untuk lupakan raga mu.. Ragamu sama sekali bukan arahku.. Bening matamu sama sekali bukan cerminku.. Harum tubuhmu sama sekali bukan aromaku.. Bibirmu sama sekali bukan gairahku Rasa ini adalah milik rasamu.. Itu yang kumengerti dari bulir air mata mu itu.. Rasa ini tak akan terganti.. Itu yang kumengerti dari segala pinta melupakan mu.. Bahkan saat berbantal tanah, bukan raga yang kupinta.. Biarlah malam dan kelam jadi temanku selamanya... Ijinkan ku tetap rengkuh ruh mu...
Apa Kabar?
oleh Samsul Ramli pada 16 Oktober 2011 jam 2:19 Digerimis yang datang Didingin yang mendekap Ditelisik kelam malam Seperti sering ku katakan pada hati Kau sangat suka dengan malam Seperti malam ini Setelah lebih dari seribu malam wujudmu menghilang Bisikan itu datang bersama pesan pendek yang sangat kukenal Apa kabar? Seuntai tanya canggung yang bercerita lebih dari ratusan lembar surat Tidak kah sia-sia kata itu? Karena aku telah berjanji aku akan baik-baik saja Seperti janjiku dahulu Sungguh, telah kau berikan risau bersama tanya itu Apakah kau baik-baik saja wahai pengajar rindu pada-NYA Masih kah terjaga janji tahajud kita.. Masih terjagakah janji tadarus kita.. Berhambur tanya yang tak akan cukup ditampung oleh satu pesan Sungguh tak sopan menjawab tanya dengan tanya Tapi inilah aku yang tak berubah dan tak akan berubah kepada mu Hingga 1/3 malam hampir berakhir tak juga datang balas Bersama tetesan air suci yang mebasuh wajah kutitipkan doa Doa agar kau baik-baik saja Bersama tumaninah kutitipkan doa.. Doa agar kau menjaga suci rasa kita Bersama salam kutitipkan doa Doa agar kau selamat dalam bahtera cinta-NYA.. Bersama cekungan telapak pinta kutitipkan doa.. Doa agar kau baik-baik saja Agar ku tak perlu bertanya kepadamu Apa kabar?
Tidak ada hembusan angin malam ini... Pucuk daun tak bergeming sedikitpun.. Tapi dingin ini menyampaikan sesuatu... Ku tau pasti malam ini gelisahmu ada.. Ku tau pasti malam ini sedihmu ada.. Ku tau pasti malam ini marahmu ada.. Seperti halnya udara yang yakin akan menjadi angin.. Seperti halnya awan yang yakin akan menjadi hujan.. Seperti halnya malam yang yakin akan berbatas siang.. Jangan paksa ubah gelisah menjadi ketenangan malam ini... Jangan paksa ubah sedih menjadi tawa malam ini... Jangan paksa ubah marah menjadi kasih malam ini... Nikmati semuanya dengan khusyuk... Karena yakin ada DIA yang akan datangkan tenang diwaktu yang tepat... Karena yakin ada DIA yang akan datangkan tawa diwaktu yang tepat... Karena yakin ada DIA yang akan datangkan kasih diwaktu yang tepat... Nikmati malam ini Dik dengan melarutkan diri dengan malam... Biarkan senyap melarutkan segala gelisah... Biarkan diam itu mengantarkan sedih itu pada malam.. Biarkan dingin itu menyayangi marah itu... Segala sesuatu pasti berganti sesuai fitrahnya... Dan yakinlah ketika rasa itu begitu berat... Ada banyak orang yang bersedia menopang ketika goyah.. Ada banyak orang yang bersedia memapah ketika tertatih.. Ada banyak orang yang bersedia menuntun ketika tersesat.. Dan ketika mereka semua tidak nyata.. Ada aku dan DIA untuk mu...