Anda di halaman 1dari 16

MATERI PENYULUHAN A.

PERILAKU REMAJA Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berperilaku dalam segala aktivitas, banyak hal yang mengharuskan berperilaku. Karakteristik perilaku ada yang terbuka dan tertutup. Perilaku terbuka adalah perilaku yang dapat diketahui oleh orang lain tanpa menggunakan alat bantu. Perilaku tertutup adalah perilaku yang dapat dimengerti dengan menggunakan alat atau metode tertentu, misalnya berpikir, sedih, berkhayal, bermimpi. Perilaku timbul karena ada dorongan dalam rangka pemenuhan kebutuhan. Terdapat bermacam kebutuhan diantaranya kebutuhan dasar dan kebutuhan tambahan. kebutuhan dasar adalah kebutuhan yang menentukan kelangsungan hidup manusia seperti makan, minum, perlindungan diri. Sedangkan kebutuhan diri merupakan kebutuhan tambahan. Kebutuhan tambahan sifatnya mendukung atau menambah kebutuhan dasar manusia. Perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan. Perilaku dikatakan wajar apabila ada penyesuaian diri yang harus disesuaikan dengan peran manusia sebagai makhluk individu, sosial, dan ketuhanan. Kepekaaan sosial berarti kemampuan untuk menyelesaikan perilaku dengan harapan dari pandangan orang lain. Perilaku atau perbuatan manusia tidak terjadi secara sporadis (timbul dan hilang saat tertentu), tetapi selalu ada kelangsungan kontinuitas antara satu perbuatan dengan perbuatan berikutnya. Perilaku manusia tidak pernah berhenti pada suatu saat. Tiap-tiap perilaku selalu mengarah pada suatu tugas tertentu. Hal ini nampak pada perbuatan-perbuatan belajar atau bekerja, tetapi hal ini juga terdapat pada perilaku lain yang nampaknya tidak ada tujuan. Keunikan perilaku berbeda dari lainnya. Jadi tiap-tiap manusia selalu mempunyai ciriciri, sifat-sifat tersendiri yang membedakan dari manusia lainnya. Perilaku adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon, serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004). Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi atau disebut rangsangan. Rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu.

Masa remaja adalah usia yang harus dilewati oleh setiap orang dewasa. Masa ini akan menguji setiap orang bahwa tidak selamanya hidup dilewati dengan perjalanan yang mulus dan lurus. Masa remaja adalah masa yang penuh hambatan dan tidak semua orang bisa melewati masa-masa itu. Ada minimal tiga hambatan yang akan mengguncang masa remaja ini. Pertama, hambatan perubahan. Pada masa ini remaja cenderung bersikap ketergantungan (dependen). Remaja akan banyak diterpa oleh perubahan lain yang mampu memengaruhi sikapnya. Ketidaktergantungan didapat melalui penghargaan atas perubahan orang tua, teman sebaya, guru maupun orang yang dituakan. Kedua, hambatan rangsang emosi. Remaja menunjukkan emosi yang labil sehingga mudah dipengaruhi oleh rangsang emosi di luar dirinya. Remaja akan terdorong bertindak agresif hanya dengan dipanas-panasi oleh teman sepermainannya. Ketiga, hambatan ego. Remaja cenderung menunjukkan keakuannya pada orang lain. Kebutuhan untuk diakui bisa menjerat remaja pada tindakan yang dilarang oleh norma. Dengan kata lain, remaja bisa saja melakukan tindakan yang melanggar norma asal dirinya bisa diakui oleh orang lain. Tiga hambatan/ gangguan di atas sangat memungkinkan remaja untuk melakukan berbagai perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang ada di masyarakat. B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU REMAJA A. Faktor Internal Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam dirinya. Faktor-faktor intern yang dimaksud antara lain jenis ras/keturunan, jenis kelamin, sifat fisik, kepribadian, bakat, dan intelegensia. Faktor-faktor tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci seperti di bawah ini. 1) Jenis Ras/ Keturunan Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas. Tingkah laku khas ini berbeda pada setiap ras, karena memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri perilaku ras Negroid antara lain bertemperamen keras, tahan menderita, menonjol dalam kegiatan olah raga. Ras Mongolid mempunyai ciri ramah, senang bergotong royong, agak tertutup/pemalu dan sering mengadakan upacara ritual. Demikian pula beberapa ras lain memiliki ciri perilaku yang berbeda pula.

2) Jenis Kelamin
7

Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara berpakaian, melakukan pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini bisa dimungkikan karena faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Wanita seringkali berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderug berperilaku atau bertindak atas pertimbangan rasional. 3) Sifat Fisik Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku seseorang berdasarkan tipe fisiknya. Misalnya, orang yang pendek, bulat, gendut, wajah berlemak adalah tipe piknis. Orang dengan ciri demikian dikatakan senang bergaul, humoris, ramah dan banyak teman. 4) Kepribadian Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik yang datang dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari pengertian tersebut, kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap perilaku sehari-harinya. 5) Intelegensia Intelegensia adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah dan efektif. Bertitik tolak dari pengertian tersebut, tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh intelegensia. Tingkah laku yang dipengaruhi oleh intelegensia adalah tingkah laku intelegen di mana seseorang dapat bertindak secara cepat, tepat, dan mudah terutama dalam mengambil keputusan 6) Bakat Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya berupa kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga, dan sebagainya B. Faktor Eksternal 1) Pendidikan Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah. 2) Agama
8

Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang diajarkan oleh agama yang diyakininya. 3) Kebudayaan Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Tingkah laku seseorang dalam kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang yang hidup pada kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa dengan tingkah laku orang Papua. 4) Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku individu karena lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya. Individu terus berusaha menaklukkan lingkungan sehingga menjadi jinak dan dapat dikuasainya. 5) Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi perilaku seseorang. C. GANGGUAN TINGKAH LAKU DAN KENAKALAN REMAJA 1. Definisi Gangguan tingkah laku adalah pola perilaku berulang dan menetap dimana perilaku tersebut melanggar norma sosial atau aturan-aturan yang sesuai dengan umurnya atau menyimpang dari kebenaran. Perilaku ini paling tidak terjadi selama 12 bulan terakhir atau minimal terdapat 1 perilaku dalam 6 bulan terakhir dan menyebabkan gangguan sosial, akademik dan fungsi pekerjaannya secara signifikan. Kenakalan remaja adalah tindakan kriminal (sesuai dengan batasan hukum setempat) yang dilakukan oleh remaja berumur kurang dari 17 atau 18 tahun. 2. Faktor Risiko Beberapa faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya gangguan tingkah laku adalah faktor kerentanan psikiatrik, neurologi, kognitif dan keluarga. Sebagian besar penyebab terjadinya kekerasan berulang yang dilakukan oleh remaja adalah karena adanya salah

persepsi dimana mereka merasa dihina atau melihat bahwa sesuatu itu merupakan suatu ancaman dan merendahkan dirinya. Remaja yang mempunyai gangguan tingkah laku mungkin menderita cedera pada sistem saraf pusat misalnya menderita penyakit epilepsi, kejang parsial kompleks. Remaja yang mempunyai kesulitan untuk membaca dan bahasa sering sulit melimpahkan kemarahannya melalui kata-kata, mereka justru langsung bertindak dengan perilaku anti sosial. Sekolah menjadi tempat kegagalan dan kekecewaannya, bukan tempat untuk belajat dan memberikan suasana kegembiraan. Tanpa asuhan dan bimbingan, mereka akan gagal dalam sekolahnya, menjadi anak jalanan dan akhirnya menjadi suatu kenakalan remaja yang serius. 3. Penyebab Beberapa faktor-faktor yang menjadi penyebab gangguan tingkah laku, antara lain : a. Faktor biokemikal Teori biokemikal mengatakan bahwa terdapat hubungan antara berkurangnya kadar serotonin pada sistem saraf pusat dengan terjadinya perilaku agresif dan impulsif. b. Faktor-faktor biologi anak Temperamen anak sering menjadi prediktor terjadinya gangguan tingkah laku. Aspekaspek kepribadian seperti tingkat aktivitas anak, respon emosional, kualitas mood dan adaptasi sosial merupakan bagian dari temperamen anak. apabila orang tua menanggapi temperamen ini dengan tidak sabar, tidak konsisten, dan banyak memberikan larangan pada anaknya, maka kelak anak ini akan mengalami gangguan tingkah laku. Kognitif anak juga mempengaruhi terjadinya gangguan tingkah laku. Anak yang kurang mampu memecahkan masalah sosial melihat bahwa suatu masalah sebagai suatu permusuhan, cenderung mengalami gangguan tingkah laku di kemudian hari. c. Faktor sekolah Kemamupan guru dalam menanggapi perilaku dan empati guru terhadap prestasi akademik murid yang mempunyai intelektual dan prestasi akademik rendah akan mempengaruhi angka kejadian gangguan tingkah laku.

10

d.

Psikologi orang tua

Ibu yang mengalami depresi, ayah pecandu alkohol, penjahat dan mempunyai perilaku anti sosial, berhubungan erat dengan terjadinya gangguan tingkah laku pada anaknya. e. Peranan keluarga Keluarga merupakan salah satu faktor yang terpenting yang sangat mempengaruhi perilaku seorang anak, Dalam suatu keluarga, jika terjadi perubahan fungsi dan peranan yang menyimpang dalam keluarga akan mengakibatkan dampak sebagai berikut: Perceraian, konflik dalam perkawinan dan kekerasan mengakibatkan anakanak akan kehilangan dukungan dan persahabatan dengan orang tuanya, tidak disiplin, lebih iritabel, sulit memecahkan masalah yang dihadapi.
Interaksi orang tua dengan anak yang kurang baik dalam memberikan asuhan

akan meningkatkan perilaku negatif pada anak seperti menganiaya anaknya sehingga memberikan contoh tidak baik bagi anaknya. Orangtua yang mengalami gangguan psikiatri, cenderung anak-anaknya akan mengalami gangguan perilaku pada saat mereka remaja karena orang tua lebih tidak konsisten, lebih keras dalam menerapkan disiplin, lebih sering menghukum dan kurang memantau anaknya. Orang tua yang otoriter, mengakibatkan seorang anak tidak dapat mandiri dan mengambil keputusan untuk dirinya sendiri.
Overprotektif, tingkah orang tua yang berlebihan dalam melindungi anaknya

menyebabkan anak tersebut tidak mampu bersosialisasi dengan baik dan tumbuh kembangnya anak terganggu. 4. Penatalaksanaan Ada beberapa intervensi yang dapat dilakukan antara lain : a. Komunikasi terbuka Anak diupayakan dapat berinteraksi secara efektif dengan yang lainnya, mengerjakan tugas-tugas perkembangan dengan baik, kontak dengan lingkungannya serta meningakatkan kemampuan adaptif mereka. Selain itu juga perlu mengajarkan persahabatan dan komunikasi yang baik sehingga mereka dapat berinteraksi dengan lingkungan.

11

b.

Intervensi keluarga diberikan pelatihan bagaimana menerapkan disiplin yang benar,

Orang tua c.

melakukan komunikasi efektif dengan anaknya serta strategi memecahkan masalah. Pendidikan sekolah Program yang difokuskan pada kemampuan anak memecahkan masalah, mengontrol diri, mengatasi amarah, memahami perasaan, upaya agar anak suskses di sekolah. d. Program komunitas Program aktifitas bagi remaja dan diadakannya pelatihan terhadap aktifitas tersebut. Anak-anak diberi penghargaan atas partisipasinya dalam program tersebut. 5. Pencegahan a. Pencegahan primer Identifikasi terhadap remaja dan orang tuanya mengunjungi dan memberikan Meningkatkan stabilisasi pendapatan keluarga yang beriksiko terutama single Program sekolah yang mampu memberikan pendidikan intelektual, emosi dan Mengurangi paparan kekerasan media pada film anak-anak termasuk program pelatihan terhadap orangtuanya. parent. sosial kepada anak sehingga nantinya mampu memecahkan masalah. kekerasan pada kartun. Membatasi menonton tv, video games tidak lebih dari 1-2 jam per hari. Mengajar remaja untuk berekreasi Program ekstrakurikuler pada sekolah Mencegah remaja membolos dan putus sekolah. Memberikan penghargaan (reward) terhadap perilaku positif

b. Pencegahan sekunder Memperbaiki lingkungan sekolah dengan membuat kelas yang lebih sedikit jumlahnya dan mengawasi mereka setelah pulang sekolah Mendukung peranan orang dewasa dalam mempersiapkan masa transisi yaitu mengadakan pelatihan kerja, magang dan tempat kerja. Memberikan asuhan oleh orang yang tidak berisiko melakukan tindakan kekerasan. Menyatukan orang dewasa ke dalam aktifitas remaja yang tidak mengganggunya.
12

Memberikan psikoterapi pada remaja dan keluarganya. c. Pencegahan tertier Pencegahan tertier dilakukan apabila remaja sudah terlibat dalam tindakan kekerasa dan sistem peradilan remaja. Efektifitas pemberian hukuman pada remaja yang melaukan tindakan anti sosial baik yaitu bertujuan untuk rehabilitatif perilaku remaja tersebut. D. PERILAKU YANG MENYIMPANG PADA REMAJA 1. Merokok pada Remaja Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk baik bagi si perokok itu sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. Bila telah kecanduan, sangatlah susah untuk menghentikan kebiasaan merokok. Faktor-Faktor Risiko bagi Remaja untuk Merokok : 1. Faktor Psikologik a. Faktor Perkembangan Sosial Aspek perkembangan pada remaja antara lain menetapkan kebebasan dan otonomi, membentuk identitas diri, penyesuaian perubahan psikososial berhubungan dengan maturasi fisik. Merokok dapat menjadi sebuah cara bagi remaja agar mereka tampak bebas dan dewasa saat mereka menyesuaikan diri dengan teman-teman sebayanya yang merokok. b. Faktor Psikiatrik Studi epidemiologi pada dewasa mendapatkan asosiasi antara merokok dengan gangguan psikiatrik seperti skizofrenia, depresi, cemas, dan penyalahgunaan zat-zat tertentu. Pada remaja didapatkan asosiasi antara merokok dengan depresi dan cemas. Gejala depresi lebih sering pada remaja perokok daripada bukan perokok. Merokok berhubungan dengan meningkatnya kejadian depresi 2. Faktor Biologik a. Faktor Kognitif Studi-studi yang dilakukan dengan dewasa perokok dan bukan perokok memperlihatkan bahwa nikotin dapat mempengaruhi respon motorik dalam fokus
13

perhatian, perhatian terus-menerus dan pengenalan memori. Mitos-mitos pada remaja efek nikotin dapat meningkatkan penampilan, pergaulan dan percaya diri, Hal ini menyebabkan jumlah remaja yang merokok semakin meningkat. b. Faktor Jenis Kelamin Belakangan ini kejadian merokok meningkat pada remaja wanita. Wanita perokok dilaporkan lebih percaya diri, suka menentang, dan secara sosial cakap, keadaan ini berbeda dengan laki-laki perokok yang secara sosial. c. Faktor Genetik Variasi genetik mempengaruhi fungsi reseptor dopamin dan enzim hati yang memetabolisme nikotin. Konsekuensinya adalah meningkatnya risiko kecanduan nikotin pada beberapa individu. Variasi efek nikotin dapat diperantarai oleh gen reseptor dopamin yang mengakibatkan lebih besar atau lebih kecilnya ganjaran dan mudah kecanduan obat. 3. Faktor Lingkungan Faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan tembakau antara lain orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok, terpapar reklame tembakau, artis pada reklame tembakau di media. Orang tua memegang peranan terpenting, Dari remaja yang merokok, didapatkan 75% salah satu atau kedua orang tuanya merokok. Reklame tembakau diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih kuat daripada pengaruh orangtua atau teman sebaya, mungkin karena mempengaruhi persepsi remaja terhadap penampilan dan manfaat merokok. 4. Faktor Regulatori Peningkatan harga jual atau diberlakukan cukai yang tinggi akan menurunkan pembelian atau konsumsi. Pembatasan fasilitas untuk merokok, dengan menetapkan ruang/daerah bebas rokok, diharapkan mengurangi konsumsi. Tetapi kenyataannya terdapat peningkatan kejadian memulai merokok pada remaja, walaupun telah dibuat usaha-usaha untuk mencegahnya. Bahaya Penggunaan Tembakau dan Terpapar Asap Tembakau Terpapar asap rokok selama 8 jam sebanding dengan merokok sebanyak 20 batang perhari. Konsekuensinya dari merokok antara lain meningkatnya kejadian infeksi saluran napas bagian atas, batuk, asma, sinusitis, penyakit kardiovaskuler, kanker, mengganggu
14

fertilitas, lahir kurang bulan, kematian, maupun absen dari kerja atau sekolah. Anak dan kaum muda yang merokok, pertumbuhan dan perkembangan parunya segera akan terpengaruh oleh asap rokok tersebut. Pada dewasa maupun remaja, merokok secara statistik berhubungan dengan depresi, cemas, dan kelainan psikiatrik lainnya. Anak-anak umur belasan dengan gangguan ini secara bermakna lebih mungkin memulai merokok daripada teman sebayanya tanpa gangguan ini. Sebaliknya, anak umur belasan yang merokok lebih mungkin berkembang depresi daripada bukan perokok. Penatalaksanaan Remaja Perokok 1. Intervensi Psikososial Anak-anak yang dalam kesehariannya terpapar rokok lebih sedikit dapat memelihara penurunan merokok sampai 1 bulan setelah melengkapi program, tidak dilaporkan adanya efisiensi jangka panjang. Keberhasilan penghentian merokok dapat dihindari oleh faktor-faktor sosial seperti adanya perokok lain di dalam rumah tangga. 2. Pendekatan Farmakologi Remaja yang kecanduan tembakau mengalami derajat dan bermacam-macam gejala putus obat yang sama dengan dewasa, serta kembali merokok dengan alasan yang sama seperti tempelan kulit dan permen telah menghasilkan penurunan kejadian dari 9-44% pada dewasa perokok. 3. Pendekatan Kombinasi Kombinasi intervensi biopsikososial dan farmakoterapi yang telah sukses pada dewasa, bisa juga dilakukan pada remaja. Dukungan perilaku mempunyai efektifitas sekitar 2 kali farmakoterapi pada dewasa. Studi intervens farmakologik pada remaja perokok sudah pernah dilakukan sebelumnya. Pencegahan Merokok Program anti merokok yang dilakukan di sekolah terutama memfokuskan pemberian informasi tentang bahaya merokok bagi kesehatan. Program tersebut berdasarkan asumsi bahwa jika kaum muda tahu mengapa merokok itu tidak sehat, maka mereka tidak akan memilih jadi perokok. Beberapa faktor yang bisa membuat seseorang lebih peka terhadap penggunaan zatzat tertentu adalah rendahnya diri, kurangnya komunikasi dan sosialisasi, kurangnya motivasi untuk berprestasi, dan kurangnya strategi yang kuat dalam menghadapi stres. Program
15

berdasarkan pendekatan ini biasanya memberikan pelatihan pada bidang : peningkatan rasa rendah diri, ketegasan, cara berkomunikasi, interaksi sosial, santai dalam mengatasi stres, pewmecahan masalah, dan membuat keputusan. 2. Masalah Belajar Pada Remaja Gangguan belajar adalah: suatu gangguan pada satu atau lebih dari proses psikologi dasar yang meliputi mengerti atau menggunakan bahasa, berbicara, atau menulis, yang dapat muncul sebagai kemampuan yang tidak sempurna dari mendengar, berpikir, bicara, membaca, menulis, mengeja, atau mengerjakan perhitungan matematika. A. Masalah masalah yang berhubungan dengan gangguan belajar 1. Masalah-masalah emosi dan perilaku Dalam sistem pendidikan seorang remaja dikatakan mengalami masalah perilaku jika mereka sulit belajar di dalam kelas. Remaja memiliki masalah emosi jika mereka mempunyai gangguan psikiatri yang mempengaruhi kehadiran dan penampilan di sekolah. 2. Masalah-masalah keluarga, sosial, dan budaya Sistem keluarga, masyarakat dan lingkungan sekolah berpengaruh terhadap motivasi remaja, dan penampilan di sekolah. Masing-masing faktor tersebut perlu mendapat perhatian bila seorang individu mengalami prestasi yang kurang. Stres ekonomi, lingkungan, dan emosi dalam keluarga dapat mengakibatkan seorang remaja mengalami disfungsi di sekolah. Minat orang tua terhadap keberhasilan pendidikan remaja dapat juga mempunyai pengaruh yang besar pada perjalanan dan motivasi remaja di sekolah. B. Diagnosis Bila dicurigai adanya gangguan belajar, dapat dilakukan tes-tes psiko edukasional. Penilaian psikologis, dapat meliputi evaluasi neuropsikologi atau psikologi klinik. Salah satu tes yang penting adalah tes IQ, terutama untuk menentukan apakah terdapat suatu ketidaksesuaian atau scatter dalam subtest. Tes-tes lain adalah menilai persepsi, kognitif dan gangguan bahasa.

16

C. Penatalaksanaan Pengobatan pada gangguan belajar adalah pendidikan khusus. Intervensi ini dapat dilakukan melalui sekolah, dimana murid-murid dapat dimasukkan dalam sekolah regular atau sekolah khusus. Beberapa orang memerlukan program pendidikan khusus secara terus menerus agar dapat menolong dirinya sendiri. Pendidikan professional khusus akan memberikan intervensi khusus dalam bidang membaca, menulis dan matematika. Disamping itu berusaha menyusun strategi belajar disesuaikan dengan kemampuan dan kekurangan. Secara keseluruhan intervensi ini bertujuan untuk membangun kemampuan belajar atau mengatasi gangguan belajar. Selain peranan guru perlu juga peranan dari professional lain seperti ahli terapi wicara dan ahli terapi okupasi. Peran orang tua di rumah diharapkan dapat mengerti mengenai keadaan anaknya dan mereka dapat membangun kekuatan pada anaknya dalam mengatasi gangguan tersebut. Jika terdapat masalah-masalah emosi,sosial, dan keluarga, mereka seharusnya menangani dengan baik masalah tersebut. 3. Penyimpangan Perilaku Remaja Dalam Penggunaan Internet Sejalan dengan perkembangan zaman ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat mengenai informasi dan komunikasi secara global yang ingin serba cepat. Internet termasuk media dalam golongan new-media yang pemakaiannya telah menjadi kebutuhan vital di kalangan masyarakat baik itu anakanak, remaja, dewasa dan orang tua. Akan tetapi perkembangan mutakhir tersebut belakangan ini pemakaiannya disalahgunakan sehingga meresahkan masyarakat. Adapun penyimpangan perilaku remaja dalam penggunaan internet antara lain, sebagai berikut: 1. Situs Porno KRMT Roy Suryo Notodiprojo juga menyatakan bahwa dari 24,5 juta pengakses internet sekitar 54% berusia 15-20 tahun dan lebih dari 90% di antaranya pernah masuk situs porno. Berdasarkan data tersebut, terungkap bahwa pengakses situs-situs porno kebanyakan adalah para pelajar. Situs porno merupakan perilaku individu yang sering membuka situs porno di internet dan dapat mengakibatkan kecanduan. Ada dua pandangan yang muncul sehubungan dengan hal tersebut yang pertama adalah pandangan yang menganggap situs porno mendorong terjadinya
17

hal-hal yang bersifat patologis bagi user. Pandangan ini cenderung berfokus pada perilaku addictive dan compulsive. Kedua adalah pandangan yang menganggap bahwa situs porno hanya merupakan sarana untuk mengeksplorasi dan mencari informasi mengenai masalahmasalah seksual. Dengan kata lain mengakses situs porno merupakan suatu ekspresi seksual. 2. Game Online Selain situs porno, game online yang berlebihan juga termasuk penyalahgunaan internet. Dimana game online atau sering disebut Online Games adalah sebuah permainan (games) yang dimainkan di dalam suatu jaringan (baik LAN maupun Internet). Game online muncul tidak hanya mempengaruhi kehidupan sosial pemainnya dalam dunia nyata tetapi juga terkadang mempengaruhi kejiwaan seseorang apabila memainkannya terlalu lama. Seperti yang dilansir ketok.com, gara-gara sebuah game, seorang pemuda di Amerika Serikat nekad menusuk temannya sendiri. Bahkan anak-anak yang kecanduan bermain game sering membolos dari sekolahnya agar bisa melanjutkan petualangannya di dunia maya. 4.Penggunaaan Alkohol Pada remaja A. Penyalahgunaan Alkohol Penggunaan alkohol di kalangan remaja sering terjadi, baik di negara sedang berkembang maupun di negara yang sudah maju. Bahkan di beberapa negara penggunaan alcohol sering dikaitkan dengan kebudayaan setempat. Menurut Smith & Anderson (dalam Fagan,2006), kebanyakan remaja melakukan perilaku berisiko dianggap sebagai bagian dari proses perkembangan yang normal. Perilaku berisiko yang paling sering dilakukan oleh remaja adalah penggunaan rokok, alkohol dan narkoba (Rey, 2002). Akhir-akhir ini banyak orang tua maupun pendidik yang merasa khawatir bahwa anak-anak mereka terutama remaja mengalami degradasi moral. Sementara remaja sendiri juga sering dihadapkan pada dilemadilema moral sehingga remaja merasa bingung terhadap keputusan-keputusan moral yang harus diambilnya. Walaupun di dalam keluarga mereka sudah ditanamkan nilai-nilai, tetapi remaja akan merasa bingung ketika menghadapi kenyataan ternyata nilai-nilai tersebut sangat berbeda dengan nilai-nilai yang dihadapi bersama teman-temannya maupun di lingkungan yang berbeda. Pengawasan terhadap tingkah laku oleh orang dewasa sudah sulit dilakukan terhadap remaja karena lingkungan remaja sudah sangat luas. Pengasahan terhadap hati nurani sebagai pengendali internal perilaku remaja menjadi sangat penting agar remaja bisa mengendalikan

18

perilakunya sendiri ketika tidak ada orang tua maupun guru dan segera menyadari serta memperbaiki diri ketika dia berbuat salah. B. Beberapa Faktor Yang Berkontribusi Dalam Bahaya Penggunaan Alkohol Dan ObatObatan Semua remaja mempunyai risiko untuk menyalahgunakan alkohol dan obat-obatan. Namun ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan penyalahgunaan alkohol di kalangan remaja meningkat seperti faktor genetik, keluarga, dan lingkungan. Faktor Genetik dan Keluarga Risiko faktor genetik didukung oleh hasil penelitian bahwa remaja dari orang tua kandung alkoholik mempunyai risiko 3-4 kali sebagai peminum alkohol dibandingkan remaja dari orangtua angkat alkoholik. Keluarga memainkan peranan penting dalam perkembangan masalah alkohol dan obat-obatan pada remaja. Penggunaan obat-obatan oleh orang tua atau saudara yang lebih tua serta perilaku orang tua yang membebaskan anaknya (tidak terkontrol) terhadap penyalahgunaan obat-obatan pada remaja, akan beresiko tinggi terjadinya penggunaan alkohol dan obat-obatan pada para remaja. Pengawasan orang tua terhadap apa yang akan digunakan oleh anak-anaknya, dan memastikan berlakunya aturan dan etika dalam rumah tangga akan menghalangi atau menekan penggunaan alkohol di antara para remaja. Faktor-faktor Lainnya Keadaan lingkungan dan mempunyai teman-teman yang pengguna alkohol, tembakau atau obat-obatan, merupakan pendorong terkuat kemungkinan besar terjadinya perilaku penggunaan zat-zat kimiawi oleh para remaja. Peluang terjadinya penyalahgunaan ini lebih tinggi lagi terjadi bila di dalam komunitas tersebut alkohol dan obat-obatan terlarang murah biayanya dan mudah didapatkan. Faktor resiko lainnya yang juga ikut mendorong terjadinya penyalahgunaan zat-zat kimiawi di antaranya kinerja sekolah yang buruk, tidak adanya penanganan ADHD, dan penyimpangan perilaku. Konsumsi alkohol dalam tekanan besar dan jangka panjang dapat menyebabkan gangguan mood, depresi, dan kecemasan serupa serangan panic. Sedangkan gangguan mental hanya dapat menjadi psikotik karena alkohol sebanyak 3% yang gejalanya mirip dengan skizofrenia. Ketergantungan akan alkohol harus dipertimbangkan dengan gangguan mental lainnya seperti : gangguan kepribadian, anti sosial, gangguan skizofrenia, gangguan bipolar dan depresi.

19

Terapi penderita dengan kecanduan alkohol adalah:


1. Konfrontasi, yaitu memberi penjelasan pada pecandu alkohol

2. Detoksifikasi, yaitu dengan memberikan obat benzodiazepine golongan lorasepam (aktivan) yang bersifat short acting dan diazepam long acting
3. Rehabilitasi

20

DAFTAR PUSTAKA Kartono, Kartini. 1998. Patologi Sosial 2, Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Purwonto, H. 1998. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta : ECG Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta Soetjiningsih, 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto Kaswidjanti, Wilis. 2009. Game Online. Diunduh dari http://www.wilis.himatif.or.id Waspada Online, Polda Sumut Amankan 717 Preman, http://www.waspada.com, 14 November 2008 http://www.pemkomedan.go.id/Selayang_Kependudukan , 09 November 2008 http://serambikalbu.blogspot.com/2010/07/penyalahgunaan-internet.html http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/12083443.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai