Anda di halaman 1dari 27

BAB II URAIAN TEORITIS

2.1 Cadangan devisa 2.1.1 Pengertian Cadangan Devisa

Cadangan devisa ( foreign exchange reserves) adalah simpanan mata uang asing oleh bank sentral dan otoritas moneter. Simpanan ini merupakan asset bank sentral yang tersimpan dalam beberapa mata uang cadangan (reserve currency) seperti dolar, euro, atau yen, dan digunakan untuk menjamin kewajibannya, yaitu mata uang lokal yang diterbitkan, dan cadangan berbagai bank yang disimpan di bank sentral oleh pemerintah atau lembaga keuangan. Menutur buku Rachbini tahun 2000;113, cadangan devisa adalah alat pembayaran luar negeri yang antara lain berupa emas, uang kertas asing dan tagihan lainnya dalam valuta asing kepada pihak luar negeri. Secara teoritis, cadangan devisa adalah aset eksternal yang memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) likuid, (2) dalam denominasi mata uang asing utama, (3) di bawah kontrol otoritas moneter, dan (4) dapat dengan segera digunakan untuk penyelesaian transaksi internasional.Cadangan devisa meliputi emas moneter (monetary gold), hak tarik khusus (Special Drawing Rights), posisi cadangan di IMF (Reserve Position in the Fund), cadangan dalam valuta asing (foreign exchange), dan tagihan lainnya (other claims).Yang menjadi sumber cadangan devisa tersebut tentunya sumber daya alam yang melimpah ruah dan yang dapat diperdagangkan ke luar negeri . Sumber daya alam yang dimaksud seperti kopi, minyak, gas, karet,kayu dan lain-lain. Devisa diperlukan untuk membiayai impor dan membayar utang luar negeri. Dimana pengelolaannya dilakukan oleh Bank Indonesia berdasarkan UU No.23 Tahun 1999 pasal 13.

Pengelolaan itu dilakukan dengan melalui berbagai jenis transaksi devisa yaitu menjual, membeli, dan atau menempatkan devisa , emas dan surat-surat berharga secara tunai atau berjangka termasuk pemberian pinjaman. Sedangkan menurut Bank Dunia , peranan cadangan devisa adalah :

1. Untuk melindungi negara dari gangguan eksternal. Krisis keuangan pada akhir 1990an membuat para pembuat kebijakan memperbaiki pandangannya atas nilai dari cadangan devisa sebagai proteksi dalam melindungi dari krisis mata uang. 2. Tingkat cadangan devisa merupakan faktor penting dalam penilaian kelayakan kredit dan kredibilitas kebijakan secara umum,sehingga negara dengan tingkat cadangan devisa yang cukup dapat mencari pinjaman dengan kondisi yang lebih nyaman. 3. Kebutuhan likuiditas untuk mempertahankan stabilitas nilai tukar.

Posisi cadangan devisa suatu negara biasanya dinyatakan aman apabila mencukupi kubutuhan impor untuk jangka waktu setidak-tidaknya tiga bulan. Jika cadangan devisa yang dimilki tidak mencukupi kebutuhan untuk tiga bulan impor, maka hal itu dianggap rawan. Tipisnya persedian valuta asing suatu negara dapat menimbulkan kesulitan ekonomi bagi negara yang bersangkutan. Bukan saja negara tersebut akan kesulitan mengimpor barangbarang yang dibutuhkannya dari luar negeri, tetapi juga bisa memerosotkan kredibilitas posisi cadangan devisa itu terus menipis dan semakin tipis, maka dapat terjadi serbuan rush terhadap valuta asing di dalam negeri. Menghadapi keadaan demikian, sering terjadi pemerintah negara yang bersangkutan akhirnya terpaksa melakukan devaluasi. Menurut Tjahjono, cadangan devisa suatu negara dipengaruhi oleh transaksi berjalan dan impor. Perkembangan transaksi berjalan suatu negara perlu diwaspadai dengan cermat, karena defisit transaksi berjalan yang berjalan yang berlangsung dalam jangka panjang dapat menekan cadangan devisa. Oleh karena itu defisit transaksi berjalan sering kali dipandang

sebagai signal ketidakseimbangan makro ekonomi yang memerlukan penyesuaian nilai tukar atau kebijakan makro ekonomi yang lebih ketat. Dalam rumus cadangan devisa dapat dilihat sebagai berikut : Cdvt = ( Cdvt 1 + Tbt + Tmt ) Keterangan : Cdvt : Cadangan devisa Tahun tertentu

Cdvt 1 : Cadangan devisa sebelumnya Tbt Tmt : Transaksi berjalan : Transaksi modal

2.1.2 Sistem Devisa Sistem devisa mengatur pergerakan lalu lintas devisa (valuta asing ) dari suatu negara ke negara lain. Pada dasarnya sistem devisa terbagi atas tiga sistem, yaitu :

Sistem devisa kontrol Sistem devisa semi bebas Sistem devisa bebas

a.Sistem devisa kontrol

Pada sistem devisa kontrol, devisa pada dasarnya dimiliki oleh negara. Karena itu devisa yang dimiliki oleh masyarakat harus diserahakan pada negara, dan setiap penggunaan devisa harus memperoleh izin dari negara. Sistem ini pernah diterapkan di Indonesia berdasarkan UU no. 32 tahun 1964. Devisa ini juga terbagi atas dua , yaitu: Devisa Hasil Ekspor ( DHE ) Devisa Umum (DU )

Dimana, setiap perolehan devisa baik itu Devisa Hasil Ekspor ( DHE ) maupun Devisa umum ( DU ), wajib diserahkan kepada negara seperti ke Bank Indonesia ( BI ). Dan setiap penggunaan devisa tersebut, baik impor maupun keperluan lainnya, harus memperoleh izin juga dari Bank Indonesia. Dengan kewajiban seperti ini, bank Indonesia mengadministrasikan pergerakan devisa yang masuk maupun yang keluar indonesia

sehingga jumlah cadangan devisa , besarnya arus lalu lintas devisa dan penggunaannya dapat dipantau dan diperkirakan secara lebih pasti. b.Sistem devisa semi bebas Pada sistem devisa semi bebas, untuk perolehan dan penggunaan devisa devisa tertentu wajib diserahkan dan mendapatkan izin dari negara, sementara untuk jenis devisa lainnya dapat secara bebas digunakan dan diperoleh. Dalam arti, perolehan dan penggunaan Devisa hasil ekspor ( DHE ) wajib diserahkan ke dan memperoleh izin dari Bank Indonesia, sementara untuk Devisa umum ( DU ) dapat secara bebas diperoleh dan dipergunakan. Sistem devisa ini pernah diterapkan di Indonesia berdasarkan Perpu No. 64 tahun 1970 menggantikan UU No.32 tahun 1964. c. Sistem devisa bebas Sistem devisa bebas mulai diterapkan di Indonesia dengan PP No.1 tahun 1982 menggantikan baik UU No. 32 Tahun 1964 maupun Perpu No. 64 tahun 1970.Dengan peraturan ini, masyarakat dapat secara bebas memperoleh dan menggunakan devisa. Hal ini berlaku baik bagi devisa dalam bentuk Devisa Hasil Ekspor maupun Devisa Umum. Tidak ada pengaturan mengenai kewajiban bagi penduduk untuk melaporkan devisa yang diperoleh dan dipergunakannya. Kebebasan ini yang kemudian disalahartikan dengan tidak wajib lapor, meskipun di negara-negara lain kewajiban pelaporan ini masih diberlakukan.

2.2 EKSPOR 2.2.1 Pengertian Ekspor

Ekspor adalah penjualan barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara ke negara lainnya, terdiri dari barang berwujud dan jasa-jasa (transport, pinjaman dan investasi). Menurut Michael Todaro ekspor adalah kegiatan perdangangan internasional yang memberi ransangan guna menumbuhkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan tumbuhnya industri-industri pabrik besar, bersamaan dengan struktur positif yang stabil dan lembaga sosial yang efesien. ekspor adalah upaya menjalankan atau melakukan penjualan komoditas yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing sesuai dengan ketentuan pemerintah dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing , serta melakukan komunikasi dengan bahasa asing ( Amir, 2004). Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan internasional, lawannya adalah impor (Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas). 2.2.2 Komposisi dan Struktur ekspor Ekspor Indonesia terdiri dari berbagai macam barang atau komoditas dan tertuju ke berbagai belahan bumi atau negara. Namun komposisi atau segmentasinya tidak berimbang. Komposisi barang yang diekspor didominasi oleh jenis komoditas-komoditas tertentu sehingga penerimaan ekspor total tergantung sekali pada hasil ekspor komoditas-komoditas yang dimaksud. Segmentasi pasar tujuan ekspor terkonsentrasi ke segelintir negara tertentu,sehingga penerimaan ekspor total sangat terpengaruh oleh keadaan ekonomi dan suasana politik di negara-negara tersebut. Ketergantungan ekspor apakah secara komoditas taupun dari segi pasar negara tujuan jelas tidak menguntungkan , setidak-tidaknya tidak menenangkan. Risiko jangka pendeknya

dalah kerawanan penerimaan ekspor. Perolehan devisa mudah goyah , rentan terhadap perubahan perubahan yang terjadi pada tambatan ketergantungan itu. Gejolak yang timbul bekenaan dengan komoditas yang menjadi gantungan ekspor ( misalnya kelangkaan bahan baku, kemerosotan harga, atau keusangan manfaatnya ) akan dengan mudah mengurangi penerimaan ekspor secara signifikan. Di lain pihak , gejolak nasional yang muncul di negara yang menjadi konsentrasi tujuan ekspor ( misalnya resensi, sentimen rasial- primordial terhadap produk asing,atau bahkan pegulatan politik ) dapat menukikkan penerimaan ekspor dangan tajam. Risiko jangka berikutnya adalah defisit neraca perdagangan. Jika neraca jasa dan neraca modal tidak cukup mampu mengimbangi,maka ancaman selanjutnya niscaya tekanan terhadap neraca pembayaran. Sementara itu, akibat ekspor tersendat , hasil-hasil produksi tidak optimal terpasarkan ,percaturan ekonomi di dalam negeri mungkin mulai porak peranda. Apabila beban neraca pembayaran semakin tak tertahankan maka pada gilirannya , dalam upaya menggalakkan kembali ekspor sekaligus meredam ekspor ,sangat boleh jadi pemerintah terpaksa mempertaruhkan kredibilitasnya dengan menempuh kebijaksanaan devaluasi. Ketergantungan ekspor , oleh karenannya terlalu mahal untuk dibiarkan! Apabila jika ketergantungan komoditas dan ketergantungan pasar tujuan itu menyatu tau tumpangtindih, kerentanan penerimaan ekspor niscaya semakin parah. Harus diupayakan pengenekaragaman komoditas maupun negara tujuan ekspor. 2.2.3 Kebijakan Ekspor Pada masa yang lalu , titik berat kebijakan perdagangan luar negeri diarahkan pada usaha- usaha membatasi impor, pengaturan impor , dan pengontrolan valuta asing, disamping tentu saja berusaha keras untuk dapat mengembangkan ekspor. Sedangkan sekarang ini setiap negara sadar bahwa hal ini sulit dilaksanakan. Prinsip kebijakan perdagangan luar negeri yaitu berusaha mengimpor sekecil-kecilnya dan mengekspor sebanyak banyaknya ternyata

justru berakibat menghambat dan mempersempit hubungan perdagangan internasional. Apabila semua negara berprinsip demikian, berarti tiap negara akan mengurangi impornya. Olah sebab itu,sebagian besar negara berprinsip mengembangkan kedua-duanya. Ekspor dikembangkan dan impor juga dikembangkan. Akan tetapi, diusahakan agar perkembangan ekspor lebih cepat dibandingkan impornya. 2.2.4 Kesulitan-kesulitan di bidang Ekspor Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh masing-masing negara tidak lah sama,tetapi secara teoritis, yakni dengan disederhanakan , kita dapat menarik garis-garis pokok dari kesulitan kesulitan tersebut. Kesulitan-kesulitan yang bersifat umum, yakni :

1. Kesulitan yang berkaitan dengan bahan bahan mentah lokal,baik harganya yang mungkin sudah cukup tinggi, kualitas barangnya yang kurang baik,atau bahkan bagi bahan-bahan yang laku di luar negeri justru tidak mencukupi jumlahnya yang akhirnya sulit untuk dikembangkan. 2. Tingkat ongkos angkut yang tinggi. 3. Persaingan yang tajam antara negara-negara dalam daerahnya. Tentu saja juga

persaingan natara negara negra lain yang mengekspor hasil produksi yang sama. 4. Harga harga barang yang diekspor kadang-kadang sudah cukup tinggi,hingga sulit bersaing di pasar dunia. 5. Prosedur peraturan yang berbelit-belit. Selain kesulitan-kesulitan yang bersifat umum, ada juga kesulitan yang dialami oleh para pengusaha-pengusaha ekspor,yang antara lain adalah : 1. Keadaan harga barang barang ekspor yang kerap kali mengalami goncangan hingga akan membawa akibat yang luas , baik bagi anggaran belanja negara , neraca

pembayaran dan bahkan kesempatan kerja bagi prosedun yang menghasilkan barangbarang ekspor. 2. Kesulitan memperbesar spread effect dalam arti perluasan pengaruh-pengaruh pada sektor sektor yang lain. 2.2.5 Alat-alat pelaksana kebijakan Ekspor Adapun instrumen-instrumen yang biasa digunakan untuk suatu kebijakan ekspor, antara lain: A.Macam-macam Subsidi

Ekspor yang semakin besar berarti devisa makin besar, dan semakin besar pula kemungkinan kemungkinan yang dapat dicapai dengan devisa itu untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Dan beberapa kemungkinan tersebut antara lain :

1. Ada barang-barang ekspor yang secara relatif selalu dalam posisi pasaran yang kuat, baik kerena pentingnya barang tersebut atau terbatasnya supply barang tersebut sehingga demand selalu lebih besar daripada supplynya. 2. Ada pula barang-barang ekspor yang supplynya cukup banyak , tetapi kedudukan di pasaran dunia lemah sehingga demi memperoleh devisa yang cukup pemerintah akan memberikan subsidi dengan berbagai bentuk . 3. Ada pula barang barang ekspor yang supplynya tidak begitu besar, padahal demand dalam negara cukup kuat. Dalam hal ini pemerintah mengatur sedemikian rupa, bila perlu melaksanakan disparitas harga.

B.Exchange Control (Kontrol Valuta Asing )

Kontrol valuta asing

ialah bila pemerintah berusaha untuk mengatur alat-alat

pembayaran luar negeri secara langsung , baik dengan berusaha untuk memegang monopoli

pemilikan valuta asing atau mengatur penggunaannya ,mengatur tingkat kursnya,dan sebagainya. Kontrol valuta asing sebenarnya merupakan alat yang dianggap efektif untuk maksud-maksud yang sangat banyak,bukan hanya sebagai alat untuk melaksanakan politik ekspor saja. Dalam bukunya, Franklin Root manyebutkan tujuan-tujuan exchange control antara lain:

Untuk menutup kemungkinan ketidakseimbangan neraca pembayaran. Memudahkan penyelenggaraan rencana pembangunan nasional. Melindungi industri dalam negeri. Meningkatkan pendapatan negara. Memperluas ekspor,terutama menghadapi negara-negara yang melaksanakan kontrol valuta asing.

Di Indonesia sendiri, kontrol valuta asing sudah pernah dijalankan sejak jaman Hindia Belanda , yaitu tahun 1993 dengan dibuatnya peraturan-peraturan ekspor baru yang berisi : o Pembatasan terhadap barang-barang ekspor tertentu. o Pembatasan ekspor dari negara-negara tertentu. o Diperkenalkannya sistem lisensi ekspor.

2.2.6 Strategi ekspor Melakukan analisis kinerja ekspor memang agak kompleks, karena tidak cukup hanya berdasarkan angka-angka makro, serta tidak memadai jika hanya mengandalkan sentimen informasi dan fenomena mikro yang cenderung terpisah-pisah. Misalnya, banyak kalangan yang menduga-duga bagaimana keterkaitan wabah flu burung dengan kinerja ekspor impor hasil pertanian . Lalu, kalangan lain lagi terlalu percaya diri untuk menggalakkan skema

imbal dagang untuk meningkatkan kinerja ekspor karena observasi sepintas dari penggalan beberapa kasus yang terkesan menguntungkan. Demikian pula, pola pergerakan dan fluktuasi volume dan nilai ekspor impor dalam jangka pendek tentu tidak dapat dijadikan basis pengambilan keputusan kebijakan karena strategi kebijakan ekspor perlu mempertimbangkan juga keterkaitan dengan cadangan devisa, karakter nilai tukar mata uang, neraca pembayaran, dan dukungan sektor produksi dan pembiayaan perdagangan yang memang amat dibutuhkan. Beberapa poin penting tentang strategi ekspor tersebut akan diuraikan berikut ini. Pertama, ekspor hasil pertanian perlu digerakkan kembali. Kinerja ekspor komoditas pertanian (dan perikanan) lebih banyak ditentukan kapasitas produksi dan sistem budi daya di hulu, serta dukungan kebijakan sektor hilir. Mustahil mengharapkan kinerja baik bila tidak ada dukungan memadai. Tidak adanya skema perlindungan terhadap risiko fluktuasi harga kopi, teh, dan tembakau dunia yang demikian tinggi dan (ketakutan terhadap rencana) Undang-Undang Bio-Terorisme di AS juga amat memengaruhi kinerja ekspor. Alih-alih melindungi petani dan pelaku, pemerintah bahkan berencana menerbitkan PP tentang pungutan ekspor (PE) terhadap beberapa komoditas strategis seperti kelapa sawit, karet, dan cokelat sampai 60%. Argumen klasik untuk meningkatan kinerja industri domestik masih terus digulirkan, walaupun masyarakat awam telah memahami bahwa langkah pungutan ini tidak lebih dari sekadar manifestasi perburuan rente biasa. Sekalipun tidak sedang dilanda wabah flu burung, ekspor hasil pertanian beberapa waktu mendatang tidak akan berasal dari sektor perunggasan karena sistem produksi masih mengalami permasalahan struktural. Pada 2003, ekspor komoditas unggas Indonesia tidak sampai US$2 juta, suatu penurunan signifikan dibandingkan kinerja ekspor unggas 2000 sebesar US$3 juta. Acuan perdagangan Penurunan tingkat kompetisi atau daya saing produk peternakan Indonesia inilah yang perlu

dipecahkan dan ditanggulangi, misalnya dengan peningkatan kapasitas pelaku usaha dalam memasuki kancah perdagangan dunia. Untuk impor hasil pertanian, Indonesia perlu menggenjot perolehan devisa dari komoditas hortikultura (buah-buahan, sayuran, dan tanaman bunga) yang telah menunjukkan tren pertumbuhan positif, terutama untuk memperbaiki standar efisiensi, standar higienis, dan kualitas ekspor yang menjadi syarat utama. Kedua, skema imbal dagang bukan strategi ekspor efisien. Pengalaman empiris selama tiga dasawarsa terakhir menunjukkan bahwa permintaan skema imbal dagang umumnya datang dari negara berkembang yang sedang mengalami permasalahan neraca pembayaran dan cadangan devisa. Kontraksi ekonomi dunia sejak akhir 1990-an sampai 2003 juga turut berkontribusi pada semakin melemahnya hubungan fungsional antara laju perdagangan internasional dan tingkat output dunia. Manifestasi dari hal tersebut adalah semakin anjloknya harga komoditas barang primer (barang mentah) sejak akhir 1980-an, yang umumnya dihasilkan oleh negara berkembang. Akibatnya, tingkat acuan perdagangan jadi mengecil bagi negara berkembang, sehingga meningkatkan jumlah utang luar negeri. Kebutuhan terhadap skema imbal beli semakin mengental di negara berkembang, yang dimulai dari kasus ambruknya sektor perbankan Meksiko pada 1982 dan buruknya skema kredit ekspor untuk menopang perdagangan internasional. Krisis ekonomi Asia juga tidak terlalu berbeda dengan krisis ekonomi Amerika Latin dalam hal-hal tertentu, seperti menurunnya perolehan devisa walaupun terdapat devaluasi besar-besaran karena tumbuh lebih lambat dibandingkan tingkat bunga utang luar negeri. Apabila pun ada, maka laju perolehan devisa dari ekspor habis untuk membayar utang luar negeri yang juga semakin besar. Benar sekali bila dikatakan skema imbal dagang jadi begitu krusial untuk menjaga laju ekspor sebagai penopang roda perekonomian nasional. Tetapi,

fungsi di atas tentu tidak dapat dijadikan strategi peningkatan ekspor dalam jangka panjang karena mekanisme imbal dagang lebih banyak berfungsi sebagai skema pembiayaan ekspor, terutama bagi negara berkembang yang mengalami persoalan finansial. Benar bahwa dalam jangka pendek, skema imbal dagang bermanfaat mengurangi hambatan perdagangan antarnegara untuk sementara. Namun, sebenarnya berimplikasi bahwa skema imbal dagang tumbuh dan berkembang seiring erosi sistem perdagangan internasional. Ketiga, dukungan riset dan pengembangan (R&D) berbagai pihak. Kinerja ekspor dan perdagangan dunia secara umum harus ditopang aktivitas riset dan pengembangan tangguh. Dalam konteks arus globalisasi yang semakin pesat, dunia usaha (dan aktor lain seperti lembaga riset, perguruan tinggi dan pemerintah) yang lalai dalam melaksanakan R&D pasti akan tertinggal dalam percaturan persaingan global. Mereka yang hanya mampu menunggu informasi dan perkembangan tekonologi maju, hanya akan menjadi pelaku pasif yang menjadi sasaran empuk dalam persaingan ekonomi global. Untuk memanfaatkan dan mengisi momentum pemulihan ekonomi --sekalipun Indonesia menghadapi guncangan politik pada Pemilu 2004-- kinerja impor masih akan bergantung pada sektor produksi yang memiliki keunggulan komparatif dengan orientasi pasar internasional, seperti komoditas migas, elektronik, manufaktur, dan logam berat. Dukungan strategi memadai untuk menghasilkan kerja terlatih dan terdidik dalam jumlah besar sangat bermanfaat mengejar pasar ekspor internasional yang mampu membawa nilai tambah tinggi. Terakhir, hal yang lebih penting lagi adalah mengaitkan strategi dan kebijakan pembangunan ekonomi domestik dengan langkah-langkah yang ditempuh di tingkat internasional. Dalam keadaan demikian, pemerintah secara sadar dan sistematis harus senantiasa berupaya menjalin kerja sama memperkuat keterkaitan dan kemitraan yang memungkinkan para produsen dan dunia usaha dalam negeri mampu dan berani terjun ke kancah persaingan lebih ketat. Di sinilah esensi menumbuhkan kesadaran pentingnya tekad meningkatkan efisiensi

usaha dengan kriteria paling dasar sekalipun. Kesejahteraan konsumen dalam negeri dapat meningkat, sementara seleksi pasar akan menciptakan lapisan pengusaha tangguh dan semakin kukuh daya saingnya dalam mendobrak pasar luar negeri.

2.3.IMPOR 2.3.1 Pengertian Impor Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Impor adalah bagian penting dari perdagangan internasional, lawannya adalah ekspor. 2.3.2 Kebijakan Impor Karena begitu eratnya kaitannya antara kegiatan impor dan impor, maka sebenarnya kebijakan yang diambil untuk kedua bidang ini dalam praktik sulit dipisahkan satu sama lain. Namun untuk memudahkan pembahasan masing-masing segi tersebut dicoba untuk memisahkannya. Pada garis besarnya, kebijakan di bidang impor hanya menyangkut masalah tarif,macam-macam kouta impor,dan sebagaimana di bidang impor juga kebijakan valuta asing,baik melalui exchange control maupun berbagai kebijakan kurs valuta asing. 1.Tarif perdagangan Perpajakan yang dikenakan dalam transaksi perdagangan merupakan hal yang sudah lama sekali dikerjakan bahkan sama tuanya dengan perdagangan itu sendiri. Khusus mengenai tarif biasanya dikandung juga maksud, yaitu untuk sumber penghasilan negara,alat melaksanakan proteksi, dan perbaikan neraca pembayaran. Arti tarif yang sebenarnya ialah

daftar segala jenis barang-barang yang dikenakan beban pajak , baik pajak impor maupun impor, ataupun berupa pajak transit,yaitu pajak yang dikenakan atas barang yang melalui negara tersebut,tetapi tujuannya yang sebenarnya ialah negara lain. Misalnya barang dari Indonesia akan dibawa ke Malaysia tetapi masuk melalui Singapura,maka Singapura dapat mengenakan transit duties. Suatu negara yang ingin menggunakan tarif sebagai instrumen kebijakan perdagangan akan menghadapi berbagai masalah yang harus diselesaikan, yaitu sistem perhitungan beban tarif yang harus dikenakan pada barang-barang. Biasanya ada tiga kemungkinan : Advalorem ,yaitu pajak yang dikenakan atas dasr presentase dari harga barang-barang yang diimpor, seperti misalnya 5%,10% dan sebagainya. Specific duties,yaitu bila pajak itu dipungut atas dasar jumlah atau volumenya. Compound duty, yaitu gabungan antara cara pertama dan kedua.

2.Kuota Selain tarif yang banyak menjadi alat kebijakan perdagangan, masih banyak cara yang kadang-kadang lebih efektif daripada tarif , seperti kuota. Kuota yaitu pembatasan fisik secara kuantitatif yang dilakukan atas pemasukan barang ( kuota impor) dan pengeluaran barang ( kuota impor ) dari / ke suatu negara untuk melindungi kepentingan industri dan konsuimen .Menurut WTO, sistem kuota ini hanya dapat digunakan dalam hal sebagai berikut :

Untuk melindungi hasil pertanian. Untuk menjaga keseimbangan balance of payment. Untuk melindungi kepentingan ekonomi internasional.

macam-macam kuota impor meliputi :

a. Unilateral kuota, yaitu penetapan jumlah impor yang diperbolehkan dalam suatu negara yang tanpa konsultasi atau tanpa perjanjian,baik bersifat bilateral maupun multilateral,dengan negara-negara lain. Oleh sebab itu, kuota impor jenis ini cenderung menimbulkan efek untuk saling membatasi impor barang yang dilakukan oleh negara-negara lain yang mungkin dapat berakibat makin menyempitnya perdagangan internasional. b. Licencing kuota, yaitu suatu cara mengatur jatah impor dengan mengeluarkan suratsurat ijin atau lisensi agar jumlah impor yang terbatas itu dapat menemui sasaran yang tepat, baik para importir yang dianggap tepat ataupun jenis barangnya. c. Tarif kuota, yaitu jenis kuota impor yang menghendaki sebelum jumlah impor yang ditentukan tercapai, maka setiap transaksi impor tidak dikenakan tarif atau hanya dengan tarif yang rendah. Akan tetapi, bila limit yang ditentukan itu sudah tercapai, maka setiap impor baru akan dikenakan pajak tertentu yang lebih tinggi. d. Voluntary export kuota, yaitu pembatasan impor yang dilakukan oleh negara importir sendiri setelah mengadakan perjanjian dengan negara importir mengenai jenis-jenis barang tertentu. Pembatasan tersebut pada hakikatnya adalah untuk kepentingan negara importir agar dapat membuat batas maksimal yang boleh dimasukkan. 2.Subsidi Subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk memberikan perlindungan atau bantuan kepada industri dalam negeri dalam bentuk keringanan pajak, pengembalian pajak, fasilitas kredit,subsidi harga, dan lain-lain yang bertujuan sebagai berikut : Menambah produksi dalam negeri Mempertahankan jumlash konsumsi dalam negeri. Menjual dengan harga yang lebih murah daripada produk impor.

Kebijakan proteksi terhadap industri dalam negeri dengan pemberian subsidi ini dalam hal tertentu mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan cara proteksi lainnya karena :

a. Subsidi biasanya diberikan untuk barang-barang kebutuhan pokok masyarakat banyak. b. Subsidi biasanya bersifat transparan dan dapat dikontrol oleh masayarakat.

2.3.3 Teori Pembatasan Impor Pembatasan impor ( import quota ) merupakan pembatasan langsung atas jumlah barang yang boleh diimpor. Pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan memberikan lisensi kepada beberapa kelompok individu atau perusahaan. Misalnya, Amerika serikat membatasi impor keju. Hanya perusahaan perusahaan dagang tertentu yang diizinkan mengimpor keju, masing-masing yang diberikan jatah untuk mengimpor sejumlah tertentu setiap tahun,tak boleh melebihi jumlah maksimal yang telah ditetapkan. Besarnya kuota untuk setiap perusahaan didasarkan pada jumlah keju yang diimpor tahun-tahun sebelumnya. Kerancuan yang paling penting untuk dihindari dalam memahami pembatasan impor adalah pandangan bahwa kuota pasti membatasi impor tanpa meningkatkan harga domestik. Pembatasan impor selalu meningkatkan harga langsungnya adalah bahwa pada tingkat harga semula (sebelum ada pembatasan ) permintaan untuk barang yang bersangkutan lebih besar dari penawaran domestik plus impor. Keadaan ini menyebabkan harga lebih tinggi sampai pada keseimbangan baru tercapai. Akhirnnya, pembatasan impor akan meningkatkan harga di dalam negeri yang besarnnya sama dengan tarif yang menurunkan impor ke tingkatan yang sama. Perbedaan dampak dari kuota dan tarif adalah bahwa dengan kuota pemerintah tak memperoleh pendapatan. Jika pemerintah memilih untuk memberlakukan kuota dan bukan

tarif untuk membatasi impor, besarnya dengan memungutnya dari siapa saja yang menerima lisensi impor. Pemegang lisensi dapat mengimpor dan menjualnya di dalam negeri dengan harga yang lebih tinggi. Keuntungan yang diperoleh pemegang lisensi dikenal sebagai rente pembatasan ( quota rents ). Dalam menghitung biaya dan manfaat dari pembatasan impor, masalah utamanya adalah menentukan siapa yang diberikan kepada pemerintah negara pengimpor, seperti sering terjadi , ahli keuntungan ke luar negeri menyebabkan biaya kuota secara nyata lebih besar dibandingkan dengan kasus tarif yang sepadan. 2.4 Produk Ekspor dan Impor Dari Negara Indonesia Secara umum produk impor dan impor dapat dibedakan menjadi dua yaitu barang migas dan barang non migas. Barang migas atau minyak bumi dan gas adalah barang tambang yang berupa minyak bumi dan gas. Barang non migas adalah barang-barang yang akan berupa minyak bumi dan gas,seperti hasil perkebunan,pertanian,peternakan,perikanan dan hasil pertambangan yang bukan berupa minyak bumi dan gas. a. Produk Ekspor Indonesia

Produk ekspor Indonesia meliputi hasil produk pertanian, hasil hutan, hasil perikanan, hasil pertambangan, hasil industri dan begitupun juga jasa.

a. Hasil Pertanian

Contoh karet, kopi kelapa sawit, cengkeh,teh,lada,kina,tembakau dan cokelat.

b. Hasil Hutan

Contoh kayu dan rotan. ekspor kayu atau rotan tidak boleh dalam bentuk kayu gelondongan atau bahan mentah, namun dalam bentuk barang setengah jadi maupun barang jadi, seperti mebel.

c. Hasil Perikanan

Hasil perikanan yang banyak di ekspor merupakan hasil dari laut. produk ekspor hasil perikanan, antara lain ikan tuna, cakalang, udang dan bandeng.

d. Hasil Pertambangan

Contoh barang tambang yang di ekspor timah, alumunium, batu bara tembaga dan emas.

e. Hasil Industri

Contoh semen, pupuk, tekstil, dan pakaian jadi.

f. Jasa

Dalam bidang jasa, Indonesia mengirim tenaga kerja keluar negeri antara lain ke malaysia dan negara-negara timur tengah.

b. Produk Impor Indonesia

Indonesia mengimpor barang-barang konsumsi bahan baku dan bahan penolong serta bahan modal. Barang-barang konsumsi merupakan barang-barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,seperti makanan, minuman, susu, mentega, beras, dan daging. bahan baku dan bahan penolong merupakan barang- barang yang diperlukan untuk kegiatan industri baik sebagai bahan baku maupun bahan pendukung, seperti kertas, bahanbahan kimia, obat-obatan dan kendaraan bermotor.Barang Modal adalah barang yang digunakan untuk modal usaha seperti mesin, suku cadang, komputer, pesawat terbang, dan alat-alat berat. produk impor indonesia yang berupa hasil pertanian, antara lain, beras, terigu, kacang kedelai dan buah-buahan. produk impor indonesia yang berupa hasil peternakan antara lain daging dan susu.

Produk impor Indonesia yang berupa hasil pertambangan antara lan adalah minyak bumi dan gas, produk impor Indonesia yang berupa barng industri antara lain adalah barangbarang elektronik, bahan kimia, kendaraan. dalam bidang jasa indonesia mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri.

2.5 TEORI-TEORI

2.5. 1. Teori Merkantilis Para penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi suatu negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sedikit mungkin impor. Surplus ekspor yang dihasilkannya selanjutnya akan dibentuk dalam aliran emas lantakan, atau logam-logam mulia, khususnya emas dan perak. Semakin banyak emas dan perak yang dimiliki oleh suatu negara maka semakin kaya dan kuatlah negara tersebut. Dengan demikian, pemerintah harus menggunakan seluruh kekuatannya untuk mendorong ekspor, dan mengurangi serta membatasi impor (khususnya impor barang-barang mewah). Namun, oleh karena setiap negara tidak secara simultan dapat menghasilkan surplus ekspor, juga karena jumlah emas dan perak adalah tetap pada satu saat tertentu, maka sebuah negara hanya dapat memperoleh keuntungan dengan mengorbankan negara lain. Keinginan para merkantilis untuk mengakumulasi logam mulia ini sebetulnya cukup rasional, jika mengingat bahwa tujuan utama kaum merkantilis adalah untuk memperoleh sebanyak mungkin kekuasaan dan kekuatan negara. Dengan memiliki banyak emas dan kekuasaan maka akan dapat mempertahankan angkatan bersenjata yang lebih besar dan lebih baik sehingga dapat melakukan konsolidasi kekuatan di negaranya; peningkatan angkatan bersenjata dan angkatan laut juga memungkinkan sebuah negara untuk menaklukkan lebih banyak koloni. Selain itu, semakin banyak emas berarti semakin banyak uang dalam sirkulasi dan semakin besar aktivitas bisnis. Selanjutnya, dengan mendorong ekspor dan mengurangi impor, pemerintah

akan dapat mendorong output dan kesempatan kerja nasional. Dalam perkembangannya, pendapat merkantilis in membawa dampak negatif berupa tekanan inflasi bagi perkembangan prekonomian domestik. Dengan semakin menumpuknya cadangan logam mulia ( emas ) sekaligus berarti peningkatan jumlah uang beredar sehingga secara perlahan dan pasti membawa konsekuensi berupa tekanan laju inflasi pada perekonomian domestik. Kondisi tekanan inflasi domestik diakibatkan oleh kenaikan harga didalam negeri yang gilirannya produk domestik tujuan ekspor menjadi tidak kompetitif di pasar dunia. 2.5.2. Teori Murni Klasik Suatu negara melakukan perdagangan internasional disebabkan dua alasan yaitu untuk mendapatkan keuntungan perdagangan dan negara berdagang satu sama lain dngan tujuan skala ekonomis dalam proses produksi. Untuk itu tokoh kaum klasik Adam Smith dan David Ricardo telah memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap perkembangan teori perdagangan internasional. Adam Smith Adam Smith berpendapat bahwa sumber tunggal pendapatan adalah produksi hasil tenaga kerja serta sumber daya ekonomi. Dalam hal ini Adam Smith sependapat dengan doktrin merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan suatu negara dicapai dari surplus ekspor. Kekayaan akan bertambah sesuai dengan skill, serta efisiensi dengan tenaga kerja yang digunakan dan sesuai dengan persentase penduduk yang melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Smith suatu negara akan mengimpor barang tertentu karena negara tersebut bisa menghasilkan barang dengan biaya yang secara mutlak lebih murah dari pada negara lain, yaitu karena memiliki keunggulan mutlak dalam produksi barang tersebut. Adapun keunggulan mutlak menurut Adam Smith merupakan kemampuan suatu negara untuk menghasilkan suatu barang dan jasa per unit dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dibanding kemampuan negara-negara lain.

Teori Absolute Advantage lebih mendasarkan pada besaran/variabel riil bukan moneter sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel riil seperti misalnya nilai suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai barang tersebut (Labor Theory of value). Teori Absolute Advantage Adam Smith yang sederhana menggunakan teori nilai tenaga kerja. Teori nilai kerja ini bersifat sangat sederhana sebab menggunakan anggapan bahwa tenaga kerja itu sifatnya homogeny serta merupakan satu-satunya faktor produksi. Dalam kenyataannya tenaga kerja itu tidak homogen, faktor produksi tidak hanya satu dan mobilitas tenaga kerja tidak bebas, dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: Misalnya hanya ada dua negara, Amerika dan Inggris memiliki faktor produksi tenaga kerja yang homogen menghasilkan dua barang yakni gandum dan pakaian. Untuk menghasilkan 1 unit gandum dan pakaian Amerika membutuhkan 8 unit tenaga kerja dan 4 unit tenaga kerja. Di Inggris setiap unit gandum dan pakaian masing-masing membutuhkan tenaga kerja sebanyak 10 unit dan 2 unit. Negara Amerika Inggris Gandum 8 10 Pakaian 4 2

Dari tabel di atas nampak bahwa Amerika lebih efisien dalam memproduksi gandum sedang Inggris dalam produksi pakaian. 1 unit gandum diperlukan 10 unit tenaga kerja di Inggris sedang di Amerika hanya 8 unit (10 > 8). 1 unit pakaian di Amerika memerlukan 4 unit tenaga kerja sedang di Inggris hanya 2 unit. Keadaan demikian ini dapat dikatakan bahwa Amerika memiliki absolute advantage pada produksi gandum dan Inggris memiliki absolute advantage pada produksi pakaian.

Dikatakan absolute advantage karena masing-masing negara dapat menghasilkan satu macam barang dengan biaya yang secara absolut lebih rendah dari negara lain.Kelebihan dari teori absolute advantage yaitu terjadinya perdagangan bebas antara dua negara yang saling memiliki keunggulan absolut yang berbeda, dimana terjadi interaksi impor dan impor hal ini meningkatkan kemakmuran negara. Kelemahannya yaitu apabila hanya satu negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan. David Ricardo Menurut David Ricardo, perdagangan internasional dapat saja terjadi meskipun

negara itu tidak memiliki keunggulan mutlak, tetapi memiliki keunggulan komparatif dari negara lain. Misalnya hanya ada dua negara, Amerika dan Inggris memiliki faktor produksi tenaga kerja yang homogen menghasilkan dua barang yakni gandum dan pakaian. Untuk menghasilkan 1 unit gandum dan pakaian Amerika membutuhkan 2 unit tenaga kerja dan 1 unit tenaga kerja. Di Inggris setiap unit gandum dan pakaian masing-masing membutuhkan tenaga kerja sebanyak 8 unit dan 2 unit. Negara Amerika Inggris Gandum 2 8 Pakaian 1 2

Dari tabel diatas tampak bahwa Amerika dalam kedua komoditas tersebut lebih sedikit menggunakan tenaga kerja. Akan tetapi keunggulan mutlak Amerika lebih besar pada barang gandum daripada pakaian ; terlihat bahwa 2/8 (25 persen ) lebih kecil dari1/2 ( 50 persen ) atau kebutuhan tenaga kerja untuk memproduksi gandum di Amerika lebih murah dibanding produksi pakaian. Hal ini berarti bahwa Amerika memiliki keunggulan komperatif terhadap barang gandum daripada memproduksi pakaian. Menurut David ricardo perdagangan dapat terjadi antara Amerika dan Inggris karena Inggris memilki keunggulan

komperatif juga dalam memproduksi pakaian disebabkan 8/2 ( 4 ) lebih besar daripada 2/1 ( 2 ). 2.6 NERACA PEMBAYARAN Neraca pembayaran suatu negara adalah catatan yang sistematis tentang transaksi ekonomi internasional antar penduduk negara itu dengan penduduk negara lain dalam jangka waktu tertentu. Tujuan utamannya adalah untuk memberikan informasi kepada pemerintah tentang posisi keuangan dalam hubungan ekonomi dengan negara lain serta membantu di dalam pengambilan kebijaksanaan moneter,fiskal,perdagangan dan pembayaran

internasional. 2.6.1 Transaksi barang dan jasa Persamaan penghasilan nasional : Y=C+I+G+(XM) Keterangan : Y = Penghasilan Nasional C = Pengeluaran Konsumsi I = Pengeluaran Investasi G = Pengeluaran Pemerintah X = Ekspor M = Impor ( X - M ) merupakan neraca pembayaran (netto). Apabila (X M) positip berarti ( C + I + G ) < Y, implikasinya bahwa suatu negara menghasilkan lebih banyak dari yang digunakan sehingga kelebihan dijual di luar negeri, ( X M ) bernilai negatip berarti negara itu pengeluarannya lebih besar dari pada yang dihasilkan. 2.6.2 Transaksi Modal Transaksi modal terdiri: a.Transaksi modal jangka pendek:

Kredit untuk perdagangan dari negara lain (kredit) Kredit perdagangan kepada penduduk negara lain (debet) Deposit bank di LN (debet) Deposit bank dalam negeri milik penduduk negara lain (kredit) Pembelian surat berharga LN jk. pendek (debet) Penjualan surat berharga jk. pendek kpd penduduk LN (kredit)

b.Transaksi modal jangka panjang: Investasi langsung di luar negeri (transaksi debet ) Investasi asing di dalam negeri (transaksi kredit ). Pembelian surat berharga jk. panjang penduduk LN (debet) Pembelian surat berharga jk. panjang DN oleh penduduk LN (kredit)

2.6.3 Masalah Dalam Analisis Neraca Pembayaran Tujuan analisi neraca pembayaran sangat berbeda - beda dan perbedaan ini menentukan pola analisanya. Beberapa masalah atau kekeliruan yang sering timbul dalam analisa neraca pembayaran antara lain : Seringkali mengabaikan saling hubungan antara transaksi internasional yang satu dengan yang lain, sehingga ketidak seimbangan dalam neraca pembayaran

diasosiasikan dengan satu transaksi saja tanpa melihat hubungannya dengan yang lain Surplus Transaksi yang sedang berjalan sering dianggap baik, sebaliknya deficit dianggap jelek. Keputusan untuk memberi bantuan ekonomi negara secara keseluruhan. seharusnya lebih didasarkan pada kekuatan

2.7 Penelitian Terdahulu 1.Juniartha R. Pinem

Penelitian ini berjudul Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs nilai tukar rupiah terhadap cadangan devisa Indonesia. Dimana data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series yang berkurun waktu tahun 1985 sampai 2007. Dengan hipotesisnya yakni apakah ekspor memiliki pengaruh yang positif terhadap cadangan devisa ? apakah impor mempunyai pengaruh yang negatif terhadap cadangan devisa ? dan terakhir apakah kurs nilai tukar rupiah memiliki pengaruh yang positif terhadap cadangan devisa ?. Sedangkan metode yang digunakan adalah regresi kuadrat teerkecil ( OLS ). 2.Esther Ria Simanjuntak Penelitian ini memiliki judul Analisis determinan cadangan devisa di Indonesia . Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekspor, impor, dan produk domestik bruto ( PDRB ) di Indonesia. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data untuk waktu dari tahun 1985-2007. Sedangkan metode yang digunakan adalah regresi kuadrat terkecil ( OLS ). Hasil estimasi memperlihatkan bahwa koefisien determinasi sama dengan 97 %, hal ini berarti variabel terikat dalam persentase 97%,sementara itu sisanya 3 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model estimasi. F-hitung > F-tabel ( 294.5158 > 5.01 ), ini berarti bahwa ekspor , impor dan PDB secara bersama-sama mempengaruhi peningkatan jumlah casdangan devisa di Indonesia yang signifikan pada = 1 %. Variabel ekspor, impor, dan PDB signifikan mempengaruhi jumlah cadangan devisa di Indonesia. Dimana hasil estimasi menunjukan bahwa T-hitung dari ekspor sama dengan 8,888, impor sama dengan 5.156 pada tingkat kepercayaan 99 % ( 1%) dan PDB sama dengan 2.109 pada tingkat kepercayaan 95 % ( 5%).

3.Jurnal berjudulkan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Neraca Berjalan di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linier dengan metode OLS dengan model yang digunakan yaitu model Penyesuaian Parsial atau (Partial Adjusment Model). Untuk memperoleh hasil estimasi yang valid dilakukan pengujian secara statistik dan pengujian asumsi klasik. Pengujian secara statistik meliputi uji t, uji F dan uji R2. Adapun hasil dari uji t menunjukan bahwa hanya variabel pendapatan nasioanal yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap neraca transaksi berjalan di Indonesia. Uji F menunjukkan bahwa secara bersama sama variabel independen berpengaruh signifikan terhadap neraca transaksi berjalan di Indonesia. Dengan nilai Uji F sebesar 38,201. Uji R2 menunjukkan sebesar 0,941 sehingga variabel dependen mempengaruhi variabel dependen sebesar 94,1% sedangkan sisanya 5,9% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model. Pengujian asumsi klasik meliputi multikolinieritas, Autokorelasi dan Heteroskedastisitas. Ada 2 variabel yang terjadi gejala multikolieniritas yaitu variabel kurs dan SBI. Sedangkan untuk Heteroskedastisitas dan autokorelasi menunjukkan bahwa lolos dalam pengujian dan tidak ada gejala gangguan sehingga penelitian ini baik digunakan untuk pengambilan keputusan. Hasil interpretasi dari masing masing nilai koefisien regresi diperoleh hasil bahwa hanya pendapatan nasional mempunyai pengaruh negatif terhadap neraca transaksi berjalan di Indonesia. Untuk variabel Kurs, SBI dan SIBOR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap neraca transaksi berjalan di Indonesia. 4. Artikel oleh : Firman Mutakin, Aziza R Salam dan Aryo Daru Driyo yang berjudul Yang berjudul Peta Ekspor - Impor 2008 dan Proyeksi Ekspor Indonesia Tahun 2009. Kinerja ekspor Indonesia pada 2009 diperkirakan akan mengalami penurunan dibandingkan 2008 yang dikarenakan adanya penurunan permintaan barang ekspor sebagai dampak dari krisis global yang sangat berpengaruh terhadap permintaan pasar internasional. Melemahnya kinerja ekspor disebabkan oleh permintaan produk ekspor yang berkurang dan atau menurunnya harga komoditas ekspor. Apabila penurunan kinerja ekspor

tersebut berkelanjutan maka kemungkinan terjadi penurunan cadangan devisa. Adapun batas aman nilai cadangan devisa adalah empat bulan ekspor dan pembayaran kewajiban atau kurang lebih US$50 miliar. Salah satu cara meningkatkan cadangan devisa antara lain melalui peningkatan kegiatan ekspor, sehingga kestabilan perekonomian dapat dipertahankan. Menurut data Bank Indonesia, cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2008 mencapai US$51,6 miliar, namun pada Januari 2009 mengalami penurunan menjadi sebesar US$50,9 miliar. Untuk mengantisipasi keberlanjutan penurunan kinerja ekspor, perlu adanya upaya untuk meningkatkan kinerja ekspor, antara lain dengan cara memperluas/diversifikasi tujuan negara ekspor (Timur Tengah, ASEAN, RRT, Korea Selatan, dan India), meningkatkan kualitas produk ekspor, menghapus ekonomi biaya tinggi, mencegah impor ilegal, memberikan paket stimulus, memperluas pasar domestik, memperlancar logistik, mengganti produk impor dan adanya regulasi pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai