Anda di halaman 1dari 9

Candida Terkait Stomatitis Pada Geligi Tiruan

Carmen Salerno, Michelangelo Pascale, Maria Contaldo, Vincenzo Esposito,


Maurizio Busciolano, Lucio Milillo, Agostino Guida, Massimo Petruzzi, Rosario
Serpico


-strak
Candida albicans adalah ragi dimorIik gram positiI yang mampu hidup sebagai
organisme komensal dalam rongga mulut orang sehat. Ragi ini lebih sering terisolasi
dalam rongga mulut. Faktor lokal dan Iaktor sistemik yang berhubungan dengan
keadaan host, menyebabkannya menjadi virulen dan bertanggung jawab atas
terjadinya penyakit mulut yang dikenal sebagai kandidiasis oral. Telah terbukti bahwa
geligi tiruan merupakan Iaktor predisposisi timbulnya patologi yang berhubungan
dengan C. albicans. Studi klinis menunjukkan bahwa C. albicans tidak hanya mampu
menempel pada permukaan mukosa, tetapi juga pada resin akrilik dari protesa gigi.
Akumulasi plak pada geligi tiruan dan kurangnya kebersihan rongga mulut keduanya
berperan terhadap terjadinya virulensi Candida, menimbulkan gambaran klinis
Candida terkait dengan stomatitis pada pengguna geligi tiruan. Strategi terapinya saat
ini diambil dari praktek klinis yang berkaitan dengan penanganan inIeksi jamur
melalui penggunaan topikal dan/atau antiIungal sistemik dan antiseptik topikal dan
disinIektan, irradiasi dengan microwave dan penghilangan plak bakteri secara akurat
dari permukaan geligi tiruan dan dasar mukosa. Kebersihan mulut yang baik penting
untuk mengontrol bioIilm bakteri yang ada pada geligi tiruan dan mukosa mulut serta
merupakan dasar proIilaksis dan terapi dari Candida yang terkait stomatitis geligi
tiruan.
Kata kunci: Candida albicans, stomatitis geligi tiruan, plak gigi, obat antiIungal

Pendahuluan
Candida albicans adalah komunitas mikroba komensal yang berbahaya dalam
rongga mulut manusia. Terutama terletak di posterior lidah dan mukosa lain di rongga
mulut, selain itu dapat juga berkoloni menutupi permukaan gigi. Sering, karena sistem
pertahanan tubuh melemah akibat adanya suatu perubahan seperti immunodeIisiensi,
C. albicans menjadi purulen dan menyebabkan kandidiasis, yang dapat
bermanisIestasi dalam berbagai bentuk klinis, yang melibatkan satu atau lebih bagian
mulut, hingga mempengaruhi seluruh rongga mulut dan menyebar ke dalam bentuk
invasiI. Candida terkait stomatitis geligi tiruan merupakan suatu proses inIlamasi
yang sangat umum mempengaruhi sekitar 60 subjek yang memakai protesa.

5idemiologi
Candida terkait stomatitis geligi tiruan telah ditemukan sebesar 60-65 dari
subjek pemakai protesa dengan maniIestasi klinis yang lebih besar, tapi mengingat
juga subjek yang tidak menunjukkan tanda-tanda klinis yang nyata dari peradangan,
presentase meningkat menjadi 75 dari populasi pemakai protesa. C. albicans
menunjukkan bahwa pada prinsipnya strain Candida bertanggung jawab terhadap
terjadinya patologi inIlamasi bahkan berbagai penelitian telah mengisolasi spesies lain
dari Candida yang terlibat dalam patogenesis kandidiasis oral seperti C. dubliniensis,
C. parapsilosis, C. krusei, C. tropicalis dan yang terpenting yaitu C. glabrata.
Namun, C. albicans tetap merupakan patogen utama, karena kemampuannya untuk
menempel dan berkembang biak pada jaringan keras dan lunak rongga mulut
sehingga menghasilkan bioIilm bakteri yang kompleks dan heterogen.

Patogenesis
Patogenesis dari Candida terkait stomatitis geligi tiruan bersiIat rumit dan
multiIaktorial. Hal ini menyangkut Iaktor lokal dan sistemik yang berhubungan
dengan host dan kemampuan Candida untuk melekat dan berkembang biak pada
jaringan epitel host. Candida terkait stomatitis geligi tiruan mampu berkembang
ketika kondisi mikro lingkungan mulut menguntungkan bagi pertumbuhannya dan
adhesi dari ragi serta Iaktor-Iaktor sistemik dari host menyebabkan turunnya
mekanisme pertahanan tubuh.

Faktor Sistemik
Dia-etes
Saliva penderita diabetes secara in vitro menguntungkan bagi pertumbuhan C.
albicans dan telah terbukti bahwa koloni ragi berjumlah lebih tinggi pada permukaan
geligi tiruan penderita diabetes dibandingkan dengan non diabetes.

Faktor Defisiensi Nutrisi
Beberapa peneliti melaporkan bahwa anemia sideropenik dan kadar kolesterol
yang tinggi sebagai penyebab kandidiasis.

Pengaruh Ginjal
Pengaruh ini sering terjadi pada individu yang berusia lanjut. Perawatan berulang
yang menggunakan antibiotik dan sulIonamide dapat menjadi Iaktor predisposisi
terjadinya perubahan Ilora dalam rongga mulut.

erostomia
Perubahan kualitatiI dan kuantitatiI dari aliran saliva pada pasien usia lanjut yang
diperkirakan penyebab sekundernya obat, salah satu diantaranya obat antihipertensi,
daripada kekurangan Iungsi utama. Seperti pengurangan telah terbukti berperan
sebagai Iaktor predisposisi terjadinya virulensi dari spesies Candida.

Faktor Lokal
Trauma
Nyquist menganggap trauma bertanggung jawab terhadap terjadinya candida
terkait stomatitis geligi tiruan tanpa adanya hubungan dengan komunitas mikroba dan
geligi tiruan. Selanjutnya, Cawson menunjukkan bahwa trauma dan Candida bersama-
sama bertanggung jawab terhadap patogenesis dari stomatitis geligi tiruan. Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa trauma saja tidak menginduksi gambaran stomatitis
geligi tiruan secara umum tetapi trauma bisa menyebabkan timbulnya bentuk-bentuk
lokal. Sebaliknya, bentuk umum dari prinsip patogenesis diperankan oleh Candida
albicans. Dalam kasus ini, trauma dapat berperan sebagai co-Iaktor penyebab adhesi
dan penetrasi ragi, yang mendukung phlogosis dari palatum dan meningkatkan
permeabilitas epitel terhadap toksin dan agen pelarut yang dihasilkan oleh ragi
Candida. Trauma akibat geligi tiruan yang tidak stabil juga merupakan salah satu
Iaktor etiologi terjadinya stomatitis geligi tiruan. Analisis imunohistokimia dari
jaringan mukosa yang mengalami stomatitis geligi tiruan menunjukkan peran trauma
dalam bentuk yang bervariasi terhadap membran dasar antigen.

Saliva
Peran saliva dalam kolonisasi C. albicans masih kontroversial. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa saliva dapat mengurangi adhesi C. albicans. Bahkan,

saliva memiliki molekul deIensiI seperti liso:im, lactoferrine, calprotectin, IgA yang
dapat mengurangi adhesi pada permukaan mulut. Dalam penelitian lain, ditemukan
bahwa protein saliva seperti mucine dan statherin dapat berperan sebagai reseptor
adhesi yang digunakan oleh mannoprotein dari spesies Candida. Pada penurunan atau
tidak adanya saliva pada individu dengan xerostomia menginduksi perubahan dan
ketidakseimbangan dari komunitas mikroba normal yang menguntungkan bagi
perkembangbiakan bakteri seperti Staphylococcus aureus, yang menghambat adaptasi
normal dari komensal. Selain itu, keadaan pH yang rendah dan tekanan oksigen yang
tinggi dapat mengurangi pertumbuhan beberapa komensal sementara terjadi
peningkatan proliIerasi dari spesies Candida, Streptococcus mutans dan Lactobacillus.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa saliva memegang peran ganda yaitu dalam
adhesi C. albicans pada material plastik yang digunakan untuk protesa gigi dan
mengurangi adhesi dari sel-sel benih yang meningkatkan adhesi dari sel ragi.

5 Rongga Mulut
Keadaan pH yang rendah mendukung adhesi dan proliIerasi dari ragi Candida.
Bahkan, pH yang bernilai 3 optimal tidak hanya untuk adhesi dari ragi, tetapi juga
untuk aktivitas enzimatik dari proteinase yang bersama-sama dengan lipase sebagai
Iaktor terpeting dari virulensi Candida karena eIek sitotoksik dan cytolyticnya. Selain
itu, kadar karbohidrat yang tinggi dalam saliva dapat bertindak sebagai sumber nutrisi
tambahan bagi ragi Candida, dimana melalui metabolisme gula dihasilkan produk
metabolisme yang asam dan berkontribusi dalam mempertahankan pH lingkungan
tetap rendah.

Permea-ilitas Resin krilik
Awalnya, adhesi Candida tergantung pada mikroporos dari permukaan geligi
tiruan. Permukaan yang tidak teratur memungkinkan ragi untuk bersarang dan sulit
untuk menghilangkannya melalui pembersihan secara mekanik dan kimiawi. Oleh
karena itu, pada mulut dengan kebersihan yang buruk, Candida dapat masuk, melekat
dan menyatu dengan komunitas bakteri lainnya seperti Streptococcus sanguis,

Streptococcus gordonii, Streptococcus oralis dan Streptococcus anginosus (S. milleri)


melalui interaksi antara protein dan karbohidrat.

e-eradaan Plak Mikro-a
Berbagai penelitian mikrobiologis menggarisbawahi bahwa akumulasi plak di
geligi tiruan selama stomatitis memiliki komposisi yang kompleks, terutama diwakili
oleh bakteri gram positiI, seperti Streptococcus sanguis, S. gordonii, S.oralis, S.
anginosus, Staphylococcus dan bakteri berbentuk batang seperti Actinomycetes
predominatly, diikuti oleh Lactobacillus. Mikroorganisme yang ada dalam rongga
mulut berinteraksi antara sesama mereka dengan berbagai cara, melalui produk
mereka sendiri secara langsung atau melalui pertukaran molekul produk
metaboliknya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa co-aggregasi meliputi
interaksi protein-karbohidrat. Candida telah terbukti menjadi patogen yang dominan.
Pertama-tama, pada pasien dengan stomatitis geligi tiruan menunjukkan adanya
peningkatan keberadaan Candida bila dibandingkan dengan saat kontrol. Kedua,
respon pasien terhadap pemberian terapi antimikotik menyebabkan terjadinya
penurunan jumlah koloni yang ada pada plak geligi tiruan secara drastis. Pada tahap
ketiga, kita harus ingat bahwa massa sel ragi 50 kali lebih besar daripada kokus dan
massa hiIa dapat ratusan kali lebih besar daripada bakteri bentuk batang. Oleh karena
itu, Candida memegang peran penting patogenesis timbulnya stomatitis geligi tiruan,
namun kerja sama dari bakteri plak lainnya yang ada pada geligi tiruan tidak bisa
diabaikan.

dhesi
Kemampuan Candida melewati jaringan merupakan langkah awal dari proses
inIeksi. Telah diamati bahwa bentuknya yang dilengkapi dengan hiIa dapat menempel
dan menyerang jaringan host lebih cepat. Mekanisme interaksi yang kompleks antara
Candida dan host mendukung interaksi antara ligan sel Candida dan reseptor seluler
dari host. Yang diawali dengan adanya mannoprotein pada permukaan sel.
Sesungguhnya ragi menghasilkan bahan polimer ekstraseluler yang mengandung

mannoprotein. Interaksi terjadi antara sel epitel dengan mannoprotein dan fucose atau
nacetylblucosamine yang terdapat pada permukaan protein dari sel epitel.

Teori Patogenesis
Keberadaan bakteri Streptococcus dan Actinomycetes menginduksi organisme untuk
memproduksi protease seperti IgA1 dan enzim-enzim seperti amino-peptidases,
hyaluronidase, chondroitinases dan neuraminidases yang mampu menurunkan epitel
oral. Produk yang beracun ini berkontak dengan mukosa oral, menyebabkan
peningkatan eksudat inIlamasi yang tidak hanya menguntungkan koloni bakteri, tetapi
juga proliIerasi ragi sehingga Candida lebih mudah berkolonisasi pada mukosa yang
berkontak dengan geligi tiruan yang selanjutnya menyebar ke seluruh mukosa bukal.
Protease dapat meningkatkan potensi patogenik dari substansi bakteri, yang
mengarah kepada penghancuran immunoglobuline saliva. Selanjutnya, respon sistem
imun terhadap deposit plak bertanggung jawab atas lesi inIlamasi. Data eskperimental
menunjukkan bahwa reaksi hipersensitivitas terhambat bagi Candida albicans yang
terutama berkontribusi dalam inIlamasi dan pengelupasan sel epitel, yang mengarah
ke atroIi epitel daripada invasi hiIa, merupakan tanda khas dari stomatitis gigi tiruan.

Tera5i
Perawatan dari Candida terkait stomatitis geligi tiruan bersiIat kompleks karena
etiologinya yang multiIaktorial. Langkah-langkah terapi yang masih diterapkan yaitu
penggunaan obat antiIungi topikal dan sistemik, penggunaan pengawet dan
desinIektan, iradiasi dengan microwave dan pengambilan secara teliti dan terkontrol
plak yang terdapat pada gigi tiruan dan mukosa mulut.

O-at-O-at ntifungi
Perawatan antiIungi yang sering digunakan adalah suspensi antiIungi yang
berbahan dasar nistatin, amIoterisin-B, mikonazol dan Ilukonazol. Hampir semua obat
umumnya menghasilkan gejala lengkap remisi dalam 12-14 hari. Webb mengatakan
bahwa Epstein dkk menunjukkan pentingnya terapi antiIungi dalam perawatan dan
pencegahan kandidiasis mulut. Mereka melihat bahwa nistatin dan amIoterisin-B,

berikatan dengan ergosterol dari membrane sel Candida, yang menyebabkan


perubahan pada permeabilitas membran sel, penetrasi ke dalam sel dan akhirnya
menyebabkan kematian sel. Tobudic dkk mengatakan bahwa Merkel dan Phelps
menunjukkan sub-letal dosis amIoterisin-B dapat menghambat adhesi Candida ke
dalam sel mamalia, dan blastospora yang sedang berada dalam masa pertumbuhan
aktiI menjadi lebih sensitiI terhadap obat tersebut. Penelitian lain menunjukkan bahwa
dosis sub-inhibiting nistatin, amIoterisin-B dan mikonazole dapat menghambat adhesi
Candida pada sel epitel. Di antara obat antiIungi yang digunakan, khasiat dari
'locetar dicatat; hal ini digunakan dalam perawatan onychomicosis. AmorolIine
merupakan klas antiIungi kimia yang baru. Memiliki eIek Iungistatik dan Iungisida
yang didasarkan pada perubahan dari membran sel jamur, khususnya pada tingkat
biosintesis sterol. Dalam hal ini, isi dari ergosterol berkurang dan pada saat yang sama
tidak seperti biasanya sterol planar berakumulasi. AmorolIine memiliki spektrum
kerja yang luas secara in vitro, dan sangat eIektiI melawan diroIilariosis (trikoIiton,
Mikrosporum, Epidermopiton), ragi (Candida), cetakan (Alternaria, Hendersonula);
dengan pengecualian terhadap Actinomycetes, bakteri yang tidak sensitiI untuk
amorolIine (tabel 1).

ahan Pengawet dan Desinfektan
Penggunaan zat antiseptik seperti 0,2 khlorheksidine glukonat yang diberikan 3
atau 4 kali sehari, mampu menurunkan jumlah plak secara signiIikan tetapi tidak
memberikan pengaruh yang signiIikan terhadap penurunan jumlah koloni Candida.
Hasil yang lebih baik diperoleh ketika merendam gigi tiruan ke dalam larutan 2
klorheksidin yang menunjang terapi topikal. Harus diperhatikan bahwa klorheksidin
tidak harus diberikan pada saat yang bersamaan dengan nistatin sebab dapat
menghambat kapasitas dari antiIungi. Substansi antiseptik lain yang digunakan adalah
natrium hipoklorit. Hal ini terbukti bahwa dengan merendam gigi tiruan pada larutan
0,02 natrium hipoklorit, jumlah bakteri dan Candida menurun secara eIektiI.
Sayangnya, natrium hipoklorit tidak bisa digunakan dalam jangka waktu yang
panjang karena dapat merusak protesa.

radiasi Mikrowave
Iradiasi dengan menggunakan microwave telah diusulkan sebagai metode yang
murah dan eIektiI untuk desinIeksi gigi tiruan. Secara in vitro, pemaparan microwave
dapat menyebabkan kematian sel Candida albicans. Penilaian klinis telah
membuktikan eIektivitas nyata tentang metodologi untuk mendisinIeksi geligi tiruan
dan mengobati Candida terkait dengan stomatitis geligi tiruan melalui pemaparan gigi
tiruan dengan microwave (350 watt, 2450MHz) selama 6 menit, yang menghilangkan
Candida dan bakteri. Namun, perawatan ini bertanggung jawab terhadap terjadinya
perubahan konIormasi pada geligi tiruan, tergantung dari durasi perawatan dan oleh
karena itu mungkin untuk mengadopsi metode ini bersama dengan manuver dari
kebersihan mulut dan gigi tiruan. Bahkan, menurut teori kuantum, gelombang mampu
menginduksi pembentukan energi yang dapat mengganggu stabilitas dimensi dari
geligi tiruan.

Penghilangan Plak Pada Geligi Tiruan Secara Cermat
Kebersihan mulut dan geligi tiruan yang buruk merupakan dasar timbulnya
penyakit, hal ini menunjukkan betapa pentingnya pembersihan geligi tiruan melalui
metode mekanik dan kimiawi. Yang terpenting melakukan kontrol plak mikroba
secara eIisien dan diikuti oleh prosedur tertentu. Kebersihan mulut yang baik eIektiI
dalam mengobati stomatitis geligi tiruan sama baiknya ketika digunakan obat
antiIungi secara sistemik dan topikal. Kontrol terhadap kebersihan geligi tiruan
penting untuk menghindari terulangnya patologi yang diikuti perawatan dengan obat
antiIungi, dan oleh karena itu merupakan ukuran yang penting bagi proIilaksis
Candida. Baik protesa maupun mukosa oral harus selalu dijaga kebersihannya melalui
penyikatan setiap kali setelah makan dengan air atau bahan kimia. Para pasien juga
harus diinstruksikan untuk melepas geligi tiruan saat malam hari dan membiarkannya
kering; Selama terapi stomatitis, protesa harus dilepas minimal selama dua minggu.



esim5ulan
Candida terkait stomatitis geligi tiruan lebih sering berupa kandidiasis oral (25-
65 terdapat di bawah geligi tiruan) dengan lokasi preIerensial pada mukosa palatal.
Diantara Iaktor-Iaktor predisposisi lokal yang utama yaitu akumulasi plak mikroba
pada permukaan gigi tiruan yang berkontak dengan mukosa. Candida terkait
stomatitis geligi tiruan, walaupun tanpa gejala harus mendapatkan perawatan karena
dapat berperan sebagai reservoir untuk inIeksi yang lebih luas dan memicu resorpsi
tulang alveolar. Baik dalam terapi pencegahan, perawatan yang lebih eIektiI yaitu
pemberantasan dan kontrol terhadap plak mikroba.

Anda mungkin juga menyukai