Anda di halaman 1dari 8

DIARE Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan/minuna yang tercemar

tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare perilaku tersebut antara lain : a) Tidak memberikan ASI ( Air Susi Ibu ) secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menmderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi AsI penuh dan kemungjinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar. b) Menggunakan botol susu , penggunakan botol ini memudahkan pencernakan oleh Kuman , karena botol susah dibersihkan c) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan berkembang biak, d) Menggunakan air minum yang tercemar . Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah, Perncemaran dirumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan. e) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak, f) Tidak membuang tinja ( termasuk tinja bayi ) dengan benar Sering beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar sementara itu tinja binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. 2) Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden beberapa penyakit dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah : a) Tidak memberikan ASI sampai 2 Tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti : Shigella dan v cholerae b) Kurang gizi beratnya Penyakit , lama dan risiko kematian karena diare meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi terutama pada penderita gizi buruk. c) Campak diare dan desentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita. d) Imunodefesiensi /Imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung sementara, misalnya sesudah infeksi virus ( seperti campak ) natau mungkin yang berlangsung lama seperti pada penderita AIDS ( Automune Deficiensy Syndrome ) pada anak imunosupresi berat, diare dapat terjadi karena kuman yang tidak parogen dan mungkin juga berlangsung lama, e) Segera Proposional , diare lebih banyak terjadi pada golongan Balita ( 55 % ) 3) Faktor lingkungan dan perilaku : Penyakit diare merupakan salah satu penyakiy yang berbasis lingkungan dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja kedua faktor ini akan berinteraksi bersamadengan perilaku manusia Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehatpula. Yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diareDiagnosis Keperawatan Komunitas 1.Resiko timbulnya penyakit: diare, DHF, typhoid, ISPA dll berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara lingkungan yang yang memenuhi syarat kesehatan ditandai dengan : letak Kandang di dalam rumah 1,41 %, sistem pembuangan air limbah sembarangan 5,71 %, jarak Pembuangan Sampah dengan rumah 30,29 %, tidak mempunyai tempat pembuangan sampah sementara 29,14 %, membuang sampah di sembarang tempat 18,86 %, tempat Penampungan sampah terbuka 58,29 %, penampungan air dalam kondisi terbuka 4 %, kondisi air berwarna 1,14 %, jarak sumber air dengan septik tank kurang dari 10 meter: 10,8 %, rumah yang tidak mempunyai jendela 4,57 %, rumah yang pencahayaannya remang remang 10,28 %, kasus penyakit yang paling sering diderita batuk pilek 67,42 %, tidak mempunyai tempat penampungan sampah sementara: 29,14 %, tempat penampungansampah terbuka 58,29 %. 2.Potensi masyarakat RW 04 Ds. X dalam meningkatkan kesehatan balita berhubungan dengan tingginya kesadaran ibu terhadap kesehatan balita yang ditunjang keaktifan kader kesehatan dan petugas yang ditandai dengan : hampir seluruhnya balita dibawa ke posyandu setiap bulan ( 91,14 %), hampir seluruhnya balita telah mendapat imunisasi lengkap (86,08 %), hampir selurunhnya balita memiliki KMS ( 92,41 % ), dan sebagian besar balita dalam garis hijau ( 71,23 % ). Keperawatan Diare di Komunitas A.Latar Belakang Diare sering kali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional, diare menunjukkan fakta lain. Menurut catatan WHO , diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan penyumbang kematian kedua terbesar di dunia. Diare merupakan penyebab utama angka kesakitan dan kematian pada anak di negara berkembang, dengan perkiraan 1,3 milyar episode dan 3,2 juta kematian setiap tahun pada balita. Secara keseluruhan anak-anak ini mengalami rata-rata 3,3 epoisode diare pertahun. Pada daerah yang dnegan angka episode yang tinggi ini, seorang balita dapat menghabiskan 25 % waktunya dengan diare. Sekitar 80 % kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Penyebab utama kematian karena diare adalah

dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinjanya. Penyebab kematian lain adalah disentri, kekurangan gizi, dan infeksi serius seperti pnemoni. Menurut laporan Departemen Kesehatan, di Indonesia setiap anak mengalami diare 1,6 samapi 2 kali setahun. Hasil SKRT (survaey kesahatan rumah tangga) di Indonesia angka kematian diare anak balita dan bayi permil pertahun berturut menunjukan angka sebagai berikut ; 6,6 (balita) 22 (bayi) pertahun 1980; 3,7 (balita) dan 13,3 (bayi) pada tahun1985. 2,1 (balita) 7,3 (bayi) pada tahun 1992. 1 balita dan 8 bayi pada tahun 1995. Sementara itu morbiditas diare tidak menunjukan hal yang sama. Dari hasil studi morbiditas oleh DEPKES di 8 propinsi pada tahun 1989,1990,1995 berturut-turut morbiditas diare menunjukan 78 %, 103 % dan 100 %. Apalagi dengan terjadinya krisis ekonomi yang melanda negara Asia dimana Indonesia yang terparah, angka kejadian diare menunjukan kenaikan. Bahkan gangguan kesehatan maupun yang terkait dengan diare seperti gangguan gizi dan ISPA menunjukan hasil yang nyata (DEPKES RI, 1999). Meskipun pada orang dewasa penyakit diare biasanya lebih ringan dari pada pada anak tetapi angka kejadian yang semakin menurun menujukan angka kemajuan penanganan diare. Pada saat ini sudah tersedia pengobatan yang mudah dan efektif yang dapat menurunkan jumlah kematian karena diare pada sebagian besar kasus. Sekarang dengan dipakainya upaya pembentukan KPD (kegiatan pendidikan Diare) antara lain dengan pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral) di banyak rumah sakit dan dilanjutkan dengan pendidikan medik penberantasan diare kasus diare di bangsal semakin berkurang secara nyata. Prevalensi diare pada tahun 1997 adalah lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil survey pada tahun 1991 sebesar 11 % dan tahun 1994 sebesar 12%.. Pada tahun 1997 prevalensi diare lebih tinggi di daerah pedesaan daripada di perkotaan, tetapi membandingkan wilayah Jawa-Bali dengan luar Jawa-Bali tidak tampak perbedaan yang berarti (Julianto Pradono dan L. Ratna Budiarso, 1999). faktor rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, pihaknya terus melakukan penyuluhan-penyuluhan kesehatan mulai tingkat Rukun Warga hingga kecamatan agar membiasakan pola PHBS yang baik. Selain itu, warga jangan membuang air besar di kebun atau sungai, karena penyebaran bakteri diare sangat berpotensi menularkan kepada warga lain. Apalagi, saat ini musim hujan sehingga rawan penyebaran kasus diare tersebut. Penyuluhan tersebut salah satu upaya untuk mengurangi penularan kasus penyakit diare. Suhartini menjelaskan, sejak tahun 2008 jumlah penderita diare mencapai 20.268 kasus, namun tidak ditemukan korban meninggal dunia. Menurut dia, jumlah kasus penyakit diare sepanjang tahun 2008 menurun, dibandingkan tahun 2007 lalu sebanyak 25.799 kasus. Menurunya kasus penyakit diare itu, karena gencarnya Dinas Kesehatan setempat melakukan penyuluhan-penyuluhan PHBS yang baik. "Saya kira tingginya kasus diare akibat rendahnya PHBS juga tingkat kebersihan lingkungan yang kurang," ujarnya. Sementara itu, Kepala Puskesmas Sajira, H Tedy, mengatakan, pihaknya tak henti-hentinya melakukan penyuluhan PHBS di setiap pengajian, majlis taklim dan sekolah-sekolah serta lingkungan masyarakat. "Selama saya giatkan penyuluhan PHBS, saat ini kasus diare berkurang. A.Pengertian Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Menurut Suriadi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair. Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus. B.Penyebab penyakit Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya diare, antara lain: 1.Faktor infeksi a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans). b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. 2. Faktor Malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein. 3. Faktor Makanan: Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu. 4. Faktor Psikologis Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas). Bahaya utama diare adalah kematian yang disebabkan karena tubuh banyak kehilangan air dan garam yang terlarut yang disebut dehidrasi. Kematian lebih mudah terjadi pada anak yang bergizi buruk, karena gizi yang buruk menyebabkan penderita tidak merasa lapar dan orang tuanya tidak segera memberi makanan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang. Keadaan gizi yang buruk akan mempengaruhi lamanya diare dan

komplikasinya. Anak dengan status kurang kalori protein akan mengalami gangguan keseimbangan elektrolit dan diare mempercepat proses ini. Pemberian air susu ibu terbukti meningkatkan daya tahan terhadap diare. Higiene dan sanitasi yang buruk mempermudah penularan diare baik melalui makanan, air minum yang tercemar kuman penyebab diare maupun air sungai. Dehidrasi yang terjadi pada penderita diare karena usus bekerja tidak sempurna sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut didalamnya dibuang bersama tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan. Dehidrasi lebih mudah terjadi pada bayi dan balita serta pada penderita demam. Derajat dehidrasi diukur menurut persentase terjadinya penurunan berat badan selama diare. Bila berat badan turun kurang dari 5% termasuk dehidrasi ringan, berat badan turun 5%-10% termasuk dehidrasi sedang dan bila berat badan turun lebih dari 10% termasuk dehidrasi berat. C.Tren dan Issue Keperawatan komunitas Penyakit Diare di Kalimantan Barat Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak Multi Juto Bhatarendro mengungkapkan Selasa (22/7/2009) pagi jumlah penderita diare meningkat. Hingga minggu ke 28 tahun ini penyakit tersebut mencapai 6.447 kasus. Penyebabnya karena musim kemarau ini. Air bersih yang mereka gunakan untuk kebutuhan sehari-hari terbatas. Penyakit diare ini tersebar di seluruh kecamatan. Paling banyak terdapat di Pontianak Utara, mencapai 2.108 kasus. Diikuti Pontianak Timur sebanyak 1.378 kasus, Pontianak Barat 1.188 kasus, Pontianak Kota 901 kasus, Pontianak Selatan 513 kasus, dan Pontianak Tenggara 315 kasus. Beruntung belum ada korban jiwa meninggal akibat penyakit tersebut. Pada 2008, total diare sebanyak 11.481 kasus.Multi menjelaskan faktor kebersihan memiliki andil sebagai penyebab diare. Mulai dari kebersihan alat makan, bahan makanan, hingga kebersihan setelah buang air kecil atau besar. Adapun program-program dari pemerintah Kalimantan Barat yang telah berjalan antara lain: 1.Membentuk Pos KesehatanKebijakan yang dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak adalah dengan mengimplementasikan Pos Kesehatan tingkat Kelurahan melalui RW Siaga dengan Posyandu Permanen sebagai Pos RW Siaga antara lain Posyandu Permanen Kapuas Ceria di Kelurahan Parit Tokaya Kecamatan Pontianak Selatan yang dibentuk pada tanggal 20 Februari 2010 dan Posyandu Permanen Anggur Manis pada tanggal 17 Maret 2010. Hal ini dilakukan dengan maksud agar masyarakat mampu untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Kegiatan di Pos RW Siaga meliputi :a.Upaya kesehatan Promotif, preventif dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela lainnya, dengan 5 (lima) kegiatan utamanya (kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, Imunisasi, Gizi dan Pencegahan & Penanggulangan Diare) dan kegiatan pengembangan yang meliputi pengamatan dan kewaspadaan dini (surveilans penyakit, survelans gizi, surveilans komplikasi dan kematian maternal neonatal, surveilans perilaku beresiko, dan surveilans lingkungan serta masalah kesehatan lainnya ) serta pengembangan pembiayaan kesehatan oleh masyarakat. b.Pilihan kegiatan sesuai dengan masalah dan kemampuan masyarakat setempat Dengan dibentuknya RW Siaga, kesehatan lingkungan di tingkat RW sekalipun diharapkan bisa meningkat. Masyarakat ditingkat RW akan memiliki dan dapat mengembangkan sistem surveilans penyakit serta faktorfaktor risiko berbasis masyarakat.2.Pencapaian Program Pembangunan Milenium tahun 2012Salah satu upaya untuk meningkatkan jumlah masyarakat yang menikmati layanan air bersih melalui Program Air Minum Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat. Program tersebut bagian dari Community Water Supply and Health (CWSH) yang sumber dananya dari pinjaman Asia Development Bank. Enam kabupaten di Kalbar mendapat program tersebut yakni Landak (60 desa), Sintang (30 desa), Kapuas Hulu (54 desa), Ketapang (36 desa), Sanggau (45 desa), dan Sambas (50 desa). Kepala Bidang Bina Pengendalian Pencegahan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kalbar Monthe Krisman mengatakan, hingga kini realisasi program itu sudah menjangkau 62,6 persen dari total 285 desa yang menjadi sasaran. 3.Hari Mencuci Tangan Sedunia,Tanggal 15 Oktober dicanangkan sebagai Hari Mencuci Tangan Sedunia (HMTS) atau Global Hand Washing Day oleh PBB. Di Kalbar, HMTS dipusatkan di SD 20 Pontianak Kota. Gubernur Kalbar, Cornelis dan Ny Frederika Cornelis ikut memperagakan cara cuci tangan dengan benar. Mencuci tangan dengan sabun dapat mencegah penyakit. Untuk itulah tanggal 15 Oktober dicanangkan sebagai Hari Mencuci Tangan Sedunia (HMTS) atau Global Hand Washing Day oleh PBB.Kuman paling mudah masuk lewat tangan, untuk itu kita berupaya mencegah penyakit dengan mencuci tangan yang benar di air mengalir sehingga dapat terhindar dari bibit penyakit. Penyakit seperti diare 80 persen disebabkan tangan tidak bersih, selain cacingan. Mencegahnya, cukup dengan gerakan cuci tangan dengan sabun yang benar. Indikator keberhasilan gerakan ini dapat dilihat berapa banyak diare dan cacingan di masyarakat.Berdasarkan sebuah penelitian (Lorna Fewtrell et al), mencuci tangan dengan sabun mampu mengurangi kematian akibat diare hingga 44%. Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan cara lain seperti intervensi pada titiktitik penggunaan air (39%), sanitasi (32%), edukasi (28%), penyediaan air (25%), dan in Pemerintah Indonesia telah berusaha meningkatkan program pengawasan diare dengan melakukan berbagai upaya penanggulangan, diantaranya dengan rnengembangkan larutan rehidrasi oral sesuai dengan anjuran WHO yang terdiri dari elektrolit, glukosa, yang lebih murah dan efektif untuk mengatasi dehidrasi non kholera (Depkes RI, 1993). Prevalensi diare pada tahun 1997 adalah lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil survey pada tahun 1991 sebesar 11 % dan tahun 1994 sebesar 12%.. Pada tahun 1997 prevalensi diare lebih tinggi di daerah pedesaan daripada di perkotaan, tetapi membandingkan wilayah Jawa-Bali dengan luar Jawa-Bali tidak tampak perbedaan yang berarti (Julianto Pradono dan L. Ratna Budiarso, 1999).

Untuk mengetahui hubungan antara sanitas lingkungan dengan kejadian diare pada masyarakat perkotaan, telah diadakan suatu penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa tingkat V FKUI, diantaranya adalah KR Margawani, C Wawolumaya, Sudjatmiko, H Paramita, Iwj Naibaho, JD Berliana, E Sulistio dan D Arif. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode sampling kluster terhadap 1088 KK yang bertempat tinggal di RW 08 dan 09 Kelurahan Kayu Manis, Kecamatan Matraman Jakarta Timur pada 22-28 Juni 1996. Pengumpulan data survei dilakukan dengan mengunjungi dan mewawancarai kepala keluarga di tempat, informasi yang dikumpulkan antara lain meliputi masalah kesehatan lingkungan tentang sumber air yang digunakan oleh setiap KK, ternyata belum memenuhi standar kualitas air bersih sesuai peraturan Menkes RI No. 416 Tahun 1996 yaitu koli tinja sebesar 50/m, adanya koli tinja dalam sumber air menunjukkan bahwa sumber air tersebut kemungkinan besar juga tercemari oleh bakteri patogen lainnya yaitu Escherichia coli sendiri yang mempunyai strain-strain patogen penyebab diare.tervensi pada sumber air (11%). D.Kendala-kendala dan solusi untuk menurunkan resiko penyakit diare Adapun kendala-kendala yang dihadapi dalam menurunkan resiko penyakit diare antara lain: hygiene dan sanitasi lingkungan masyarakat yang buruk factor budaya masyarakat yang menganggap bahwa anak yang menderita diare diharuskan puasa. Hal ini tentunya sangat bertentangan dengan penanganan yang seharusnya dilakukan. Perilaku masyarakat yang negative misalnya membuang tinja dikebun, sawah atau sungai, minum air yang tidak dimasak. Padatnya penduduk pada suatu daerah dan social ekonomi yang rendah serta lingkungan yang kurang mendukung sering menimbulkan wabah diare. Sanitasi lingkungan adalah bagian dari kesehatan masyarakat secara umum yang meliputi prinsip-prinsip usaha untuk meniadakan atau menguasai faktor- factor lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit melalui kegiatan- kegiatan yang ditujukan untuk : Sanitasi air (Water Sanitasi) Sanitasi Makanan (food Sanitasi) Pembuangan Sampah (Sewage and Excreta disposal). Sanitasi Udara (Air Sanitation) Pengendalian vektor dan binatang mengerat (vektor ang rodent controle). Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada pengawasan terhadap pelbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajad kesehatan manusia, jadi sanitasi itu lebih mengutamakan upaya pencegahan. Bertolak dari pemikiran di atas dapat disimpulakn beberapa gatra lingkungan akan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Solusi yang dapat dilakukan oleh perawat komunitas antara lain: 1.Memberikan penyuluhan kesehatan mengenai Diare. 2.Melakukan kegiatan pemberantasan penyakit Diare serta penyuluhan kesehatan masyarakat untuk memasyarakatkan perilaku sehat pada populasi masyarakat. 3.Berkolaborasi dengan toga dan toma dalam rangka kegiatan sanitasi lingkungan. E.Peran Perawat Komunitas Dalam menangani kasus-kasus penyakit yang terdapat di komunitas, perawat komunitas memiliki banyak peran, diantaranya: 1.Pemberi Pelayanan Kesehatan yaitu memberikan asuhan keperawatan kepada masyarakat yang terkena diare mulai dari dampak yang sederhana sampai yang kompleks. 2.Sebagai pendidik yaitu memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar masyarakat melakukan program asuhan kesehatan terkait dengan kebutuhan dan dapat merubah perilakunya. 3.Penemu kasus yaitu melakukan pemuan kasus atau masalah-masalah kesehatan pada korban diare, menerapkan prinsip privacy dalam penemuan kasus yang dinilai negatif oleh masyarakat, melaporkan hasil penemuan pada pihak terkait. 4.Model pemodifikasi lingkungan yaitu seorang perawat komunitas memberikan contoh yang baik kepada masyarakat pada saat mewabahnya penyakit diare dan sesudahnya. Misalnya dengan menjaga sanitasi lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan. 5.Sebagai konsultan perawat komunitas memberikan saran dan anjuran yang bisa dilakukan korban untuk mengatasi masalah kesehatannya. Misalkan dalam mengatasi dehidrasi yang benar. 6.Sebagai pembaharu, peran kita disini membantu masyarakat bagaimana nantinya setelah diare mewabah didaerah tersebut diharapkan muncul perilaku baru yang dikemudian hari tidak lagi terjadi wabah diare. Misalnya membantu bergotong royong membersihkan lingkungan, membuat saluran yang dulunya tidak ada, membantu membuat tempat sampah yang dulunya juga tidak ada. 7.Manajer kasus yaitu membuat asuhan keperawatan sesuai kasus atau masalah kesehatan yang ditemukan pada saat kejadian maupun setelahnya dengan sistematis dari pengkajian sampai evaluasi. 8.Peran perawat komunitas sebagai advokat adalah menghormati hak korban selaku klien, memberikan perlindungan dan rasa aman, memberikan perlakuan yang proporsional sesuai dengan kebutuhan klien, memberikan informasi yang dibutuhkan tentang pelayanan kesehatan saat kejadian maupun pasca kejadian diare. 9.Sebagai peneliti, berhubungan dengan masalah Penyakit Diare yaitu melakukan surveilan epidemiologi terhadap penyakit atau adanya kemungkinan tejadinya kejadian luar biasa penyakit diare sehingga tindakan yang akan dilakukan tepat. 10.Melakukan kolaborasi yaitu perawat juga harus bekerja sama dengan lintas program maupun secara lintas sektoral dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat untuk mencapai kesehatan yang optimal. Misalnya dalam penanganan masalah diare, perawat dapat bekerja sama dengan petugas gizi, sanitarian atau pemerintah.

A.Kesimpulan Diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus. Kasus diare di Kalimantan Barat pada tahun 2009-2010 meningkat. Hal ini disebabkan oleh terjadinya musim kemarau sehingga persediaan air bersih. Menanggapi hal tersebut pemerintah kalimantan barat. Banyak membentuk program-program untuk menanggulangi masalah tersebut, antara lain membentuk pos kesehatan, pencapaian program pembangunan milenium 2012, dan hari mencuci tangan sedunia. Adapun peran perawat komunitas dalam menangani kasus diare ini adalah sebagai penemu kasus, sebagai konselor, pemodifikasi lingkungan, sebagai konsultan, sebagai pembaharu, manajer kasus, sebagai advokat dan sebagai peneliti. Dalam hal ini perawat komunitas harus melakukan kerjasama dengan semua masyarakat agar hasilnya lebih maksimal dalam melakukan upaya promotif, preventif yang merupakan upaya pokok dalam menyelesaikan masalah diare, kemudian ada beberapa kendala-kendala yang menyebabkan tersendatnya program- program tersebut yang berasal dari masyarakat. B.Saran Untuk menghindari terjadinya penyakit diare mewabah di komunitas, kita dapat melakukan beberapa hal, antara lain: 1.Menjaga agar lingkungan tetap bersih atau sanitasi lingkungan baik. 2.Menjaga kebersihan makanan 3.Menjaga kebersihan individu ( Personal Hygene) 4.Memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu mencegah dan mengatasi ancaman penyakit di lingkungannya. 1. Tujuan Umum Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara mandiri. 2. Tujuan khusus a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat. b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah keperawatan. c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan. d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di panti dan di masyarakat. e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindaklanjut dan asuhan keperawatan di rumah. f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di Puskesmas. g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju keadaan sehat optimal. PENCEGAHAN DIARE 1. Tujuan Tujuan Pencegahan adalah untuk tercapainya penurunan angka kesakitan 2. Upaya Kegiatan Pencegahan daire Hasil penelitihan terakhir menunjukkan ,bahwa cara pencegahan yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah - Memberikan ASI - Memperbaiki makanan pendamping ASI - Menggunakan air bersih yang cukup - Mencuci Tangan - Menggunakan Jamban - Membuang tinja bayi yang benar - Memberikan imunisasi campak a) Pemberian ASI Asi adalah makanan paling baik untuk bayi . komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna diserap secara optimal oleh bayi Asi saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan, tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. Asi steril , berbeda dengan sumber susu lain : susu formula atau cairan lain disiapkan dengan air atau bahanbahan yang terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian Asi saja , tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol , menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare . Keadaan seperti ini disebut disusui secara penuh. Bayi bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 4-6 bulan . Setelah 6 bulan dari kehidupnya ,pemberian Asi harus diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih). Asi mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibidi dan zat-zat lain yang dikandungnya. Asi turut memberikan perlindungan terhadap diare Pada bayi yang baru lahir pemberian Asi secara penuh mempunyai daya lindung 4x lebih besar terhadap diare daripada pemberian Asi yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayibayi yang

disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyabab diare. Pada bayi yang tidak diberi Asi secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan, risiko mendapat diare adalah 30 x lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui Penggunaan botol untuk susu formula, biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga mengakibatkan terjadinya gizi buruk. b) Makanan Pendamping Asi Pemberian makanan pendamping Asi adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Padamasa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping Asi dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian. Perilaku pemberian makanan pendamping Asi yang baik meliputi perhatian kapan, apa dan bagaimana makanan pendaping Asi diberikan. Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan bara pemberian makanan pendamping Asi yang lebih baik yaitu : - perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi teruskan pemberian Asi. Tambahkan macam makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih . Birikan makanan lebih sering (4x sehari) setelah anak berumur 1tahun , berikan semua makanan yang dimasak dengan baik 4-6x sehari teruskan pemberian Asi bila mungkin. - Tambahkan minyak, lemak dan gula kedalamnasi/bubur dan biji-bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging. Kacangkacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau kedalam makanannya, Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak. Suapi anak dengan sendok yang bersih - Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan panaskan dengan bener sebelum diberikan kepada anak. c) Menggunakan air bersih yang cukup. Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang bener-bener bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan dirumah. Yang harus diperhatikan oleh keluarga - Ambil air dari sumber air yang bersih - Ambil dan simpan air dalam tempat yang bersih dantertutup serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air - Pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak - Gunakan air yang direbus - Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan cukup 3. Mencuci tangan Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare. Menggunakan Jamban Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat, dan keluarga harus buang air besar di jamban. Yang harus diperhatikan oleh keluarga : - Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga. - Bersihkan jamban secara teratur - Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki. Membuang tinja bayi yang benar Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya , hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar. Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

- Kumpulkan segera tinja bayi atau anak kecil dan buang ke jamban - Bantu anak-anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah dijangkau olehnya - Bila tidak ada jamban plih tempat untuk membuang tinja anak seperti didalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun - Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan nya dengan sabun Pemberian Imunisasi Campak Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian iimunisasi campak juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan. PERAN SERTA MASYARAKAT 1. Tujuan Dilaksanakannya potensi masyarakat dalam membantu pelaksanaan program pemberantasan penyakit diare baik dalam aspek pelayanan/tatalaksana penderita pencatatan penyuluhan dan pencegahan 2. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh masyarakat Aspak pelayanan dan tatalaksana penderita diare Masyarakat dapat melakukan kegiatan antara lain: a) Memberikan oralit untuk dibawa pulang b) Menunjukkan cara memcampur oralit dan meminumkannya c) Tatalaksana penderita diare dirumah yaitu : - Memberikan cairan lebih banyak dari biasanya - Meneruskan pemberian makanan yang bergizi termasuk Asi - Mengetahui tanda-tanda penderita diare ( balita ) yang harus dibawa kesarana kesehatan ( bertambah parah, demam, darah dalam tinja, malas minum) Aspek Pencatatan - Melakukan pencatatan tentang umur, alamat, nama penderita/KK dan jenis pertolongan yang diberikan - Melaporkan penggunaan oralit dan meminta tambahan oralit ke puskesmas Aspek Penyuluhan Masyarakat dapat melakukan kegiatan antara lain: - Menganjurkan penderita dan keluarganya budaya pola hidup bersih dan sehat - Menganjurkan keluarga/pengasuh penderita menjaga lingkungan tempat tinggal agar selalu bersih - Menganjurkan keluarga/pengasuh yang mempunyai bayi yang belum diimunisasi campak agar diimunisasi di Puskesmas. Aspek pencegahan diare Meningkatkan motivasi agar masyarakat melaksanakan : - Pemberian Asi yang baik dan benar : bayi harus disusui secara penuh selama 4 6 bulan - Memperbaiki makanan pendamping Asi : tambahkan minyaki, susu ikan/daging - Mengunakan air bersih yang cukup : terlindung dari kontaminasi - Mencuci tangan : sebelum makan,sesudah BAB dengan sabun - Menggunakan jamban : memenuhi sarat kesehatan dan jarak lebih 10 meter dari sumber air - Membuang tinja bayi yang benar: buang ke jamban atau dikubur sebab tinja bayi dapat menularkan penyakit. - Anak diberi imunisasi campak : salah satu akibat penyakit campak adalah diare KODE ETIK KEPERAWATAN INDONESIA n Tanggung jawab perawat terhadap imdividu, keluarga, dan masyarakat. n Tanggug jawab perawat terhadap tugas n Tanggungjawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain. n Tanggungjawab perawat terhadap profesi keperawatan. PERAN PERAWAT KOMUNITAS 1. Pendidik (Educator) Perawat memiliki peran untuk dapat memberikan informasi yang memungkinkan klien membuat pilihan dan mempertahankan autonominya. Perawat selalu mengkaji dan memotivasi belajar klien. 2. Advokat Perawat memberi pembelaan kepada klien yang tidak dapat bicara untuk dirinya. 3. Manajemen Kasus Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas, mengurangi fragmentasi, serta meningkatkan kualitas hidup klien. 4. Kolaborator Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan yang optimal. 5. Panutan (Role Model) Perawat kesehatan komunitas seharusnya dapat menjadi panutan bagi setiap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai dengan peran yang diharapkan. Perawat dituntut berperilaku sehat jasmani dan rohani

dalam kehidupan sehari-hari. 6. Peneliti Penelitian dalam asuhan keperawatan dapat membantu mengidentifikasi serta mengembangkan teori-teori keperawatan yang merupakan dasar dari praktik keperawatan. 7. Pembaharu (Change Agent) Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat terutama dalam merubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan. TATANAN PRAKTIK DALAM KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS Perawat kesehatan komunitas melakukan pekerjaan pada berbagai posisi dengan fokus utama klien individu, keluarga, dan komunitas. (Archer, 1976). Tatanan praktik dalam keperawatan kesehatan komunitas sangat luas, karena pada semua tatanan perawat komunitas dapat memberikan pelayanan dengan penekanan tingkat pencegahan primer, sekunder dan tertier. Perawat yang bekerja di komunitas dapat bekerja sebagai perawat keluarga, perawat sekolah, perawat kesehatan kerja atau pegawai gerontology. Perawat Keluarga Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan tingkat kesehatan masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai satu kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan perawatan sebagai upaya (Bailon dan Maglaya, 1978). Perawat keluarga adalah perawat terregistrasi dan telah lulus dalam bidang keperawatan yang dipersiapkan untuk praktik memberikan pelayanan individu dan keluarga disepanjang rentang sehat sakit. Peran yang dilakukan perawat keluarga adalah melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, berpartisipasi dan menggunakan hasil riset, mengembangkan dan melaksanakan kebijakan dibidang kesehatan, kepemimpinan, pendidikan, case management dan konsultasi. Perawat Kesehatan Sekolah Keperawatan sekolah adalah keperawatan yang difokuskan pada anak ditatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan mengikut sertakan keluarga maupun masyarakat sekolah dalam perencanaan pelayanan (Logan, BB, 1986). Fokus utama perawat kesehatan sekolah adalah siswa dan lingkungannya dan sasaran penunjang adalah guru dan kader. Perawat Kesehatan Kerja Perawatan kesehatan kerja adalah penerapan prinsip-prinsip keperawatan dalam memelihara kelestarian kesehatan tenaga kerja dalam segala bidang pekerjaan. Perawat kesehatan kerja mengaplikasikan praktik keperawatan dalam upaya memenuhi kebutuhan unik individu, kelompok dan masyarakat ditatanan industri, pabrik, tempat kerja, tempat konstruksi, universitas dan lain-lain. Perawat Gerontologi Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi diberbagai tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal. Lingkup praktik keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan, melaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan atau kemandirian lanjut usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat.

Anda mungkin juga menyukai