Anda di halaman 1dari 13

1UDUL : SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM

TU1UAN :
O Penentuan Konsentrasi Cu Pada Sampel
O Penentuan Kadar Pb Pada Sampel Organik ( Destruksi Basah )
O Penentuan Kadar Fe Pada Air Sumur Dengan Metode Adisi
Standar
KA1IAN PUSTAKA
Analisis secara spektroskopi serapan atom merupakan analisis instrumen
yang berdasarkan adanya interaksi berupa absorbsi radiasi elektromagnetik dari
sumber radiasi oleh atom yang dianalisis dalam suatu sampel.
Spektroskopi atom dapat digunakan untuk analisa kualitatiI dan kuantitatiI
dari sekitar 70 unsur.Sensitivitas spektroskopi atom berada pada rentang ppm-
ppb.Kelebihan analisa dengan AAS adalah cepat, memiliki selektivitas tinggi, dan
biaya tidak terlalu mahal.
Analisa spektroskopi atom hanya dpat dilakukan pada medium gas.Pada
medium gas,atom dan ion terpisah satu sama lain dengan baik.Jadi tahapan
pertama dariseluruh prosedur spektroskopi atom adalah atomisasi.Proses
atomisasi dilakukan dengan cara mengaspirasikan larutan sampel melalui pipa
kapiler,dimasukkan kedalam nebulizer untuk diubah menjadi kabut dan dilakukan
pembakaran pada pembakar (burner) menggunakan campuran antara gas
pembakar dan oksidan.Penggunaan campuran antara gas pembakar dan oksidan
disesuaikan dengan kebutuhan suhu untuk atomisasi masing-masing atom unsur
yang dianalisis.
Perbedaan dan persamaan metode spektroskopi atom dan mlolekular.
Spektroskopi atom didasarkan pada Ienomena adsorpsi,Iluorensasi dan
emisi,sementara spektroskopi molekuler hanya didasarkan pada Ienomena
adsorpsi dan Iluorensasi. Metode emisi termal sangat jarang sekali digunakan
untuk analisa spesies molekular karena hampir seluruh molekul akan
terdekomposisi pada temperatur yang diperlukan untuk emisi eksitasi.
Perbedaan:
O Pada analisa spektroskopi atom radiasi yang digunakan terbatas pada
uv.visible,dan X-ray.
O Pada analisa spektroskopi molekuler, radiasi yang dapat digunakan
meliputi uv, visible, inIra merah, microwave, dan Irekuensi radio.
Persamaan:
O Keduanya sama-sama menggunakan monokromator dan Iilter untuk
seleksi panjang gelombang dan detektor Ioton utnuk menentukan
intensitas radiasi
O Keduanya juga menggunakan reservoir untuk menampung sampel
Spektroskopi molekuler: sel kuvet larutan sampel
Spektroskopi atomik: Ilame, arc, atau spark yang berisi sampel atom
dalam bentuk gas.

Peralatan
Komponen AAS terdiri dari sumber radiasi, pengkabut (nebulizer), pembakar
(burner), monokromator, detektor, dan piranti baca.
Cuplikan yang diukur oleh AAS adalah berupa larutan, biasanya air sebagai
pelarut. Larutan cuplikan mengalir kedalam ruang pengkabutan, karena terisap
oleh aliran gas bahan bakar dan oksigen yang cepat. Berbeda dengan spektroskopi
sinar tampak metode ini tidak memperdulikan warna larutan. Didalam AAS nyala
berguna untuk pembentukan atom. Setiap pengukuran dengan AAS kita harus
menggunakan hollow cathode khusus,misalnya akan menentukan konsentrasi
tembaga dari suatu cuplikan, maka kita harus menggunakan hollow cathode
khusus. Hollow cathode akan memancarkan energi radiasi yang sesuai yang
sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi elektron atom.
Atom-atom yang masih berada dalam keadaan dasar (ground state)
mempunyai kecenderungan untuk menyerap energi yang dipancarkan oleh atom
tereksitasi ketika kembali ke keadaan dasar (ground state). Peristiwa ini disebut
selI absorbsion. Akibat kelemahan ini hubungan antara konsentrasi dan intensitas
menjadi tidak linear lagi. Penggunaan hollow cathode sebagai sumber energi
pada AAS akan menghilangkan kelemahan yang disebabkan oleh selI absorbsion.
Pembuatan kurva kalibrasi berupa kurva antara konsentrasi larutan standar dan
absorbans, diperoleh dari beberapa larutan standar yang sudah disiapkan dengan
bermacam-macam konsentrasi, digunakan untuk perhitungan secara kuantitatiI
sampel yang dianalisis. Perhitungan kuantitatiI berdasarkan pada hukum Lambert-
Beer :


Penyimpangan Hukum Lambert Beer
GraIik antara absorbansi A vs C menurut hukum Lambert-Beer seharusnya selalu
memberikan kurva yang linear, namun demikian penyimpangan terhadap hukum
ini kadang-kadang terjadi.
Penyebab terjadinya penyimpangan hukum Lmbert-Beer dikelompokkan menjadi
3, yaitu:
1. nterIerensi Spektral
2. nterIerensi Kimia
Penyebab interIerensi spektral :
O Partikulat menghamburkan radiasi dari sumber pada proses atomisasi
O 2 adsorpsi atau emisi dari spesies pengganggu dengan panjang gelombang
analit
Solusinya yaitu dipilih spektra berbeda atau panjang gelombang dimana
interIerensi tersebut minimal
A abC aLau A 1 b C
Penyebab interIerensi Kimia:
Terjadinya sejumlah proses kimia selama atomisasi, yang kemudian mampu
mengubah karakteristik serapan (adsorpsi) dari analit dalam sampel
Solusinya yaitu melakukan perubahan terhadap kondisi operasional, seperti
menggunakan suhu nyala yang lebih tinggi atau menggunakan releasing agent.

IV. ALAT DAN BAHAN
Percobaan 1 :
O Bahan : larutan baku Cu () 1000 ppm
Sampel Cu ()
Asam nitrat 5 N
O Alat : labu ukur
Gelas kimia
Pipet tetes

Percobaan 2 :
O Bahan : larutan baku Pb
Daun sono
HNO
3
pekat
HClO
4
O Alat : labu ukur
Gelas kimia
Pipet tetes
Batu didih
Alu dan mortar
Pembakar spiritus




Percobaan 3 :
O Bahan : larutan kerja 50 ppm
Larutan blanko
Air sumur
HNO
3
1
O Alat : labu ukur
Pipet tetes
Gelas kimia
ALUR PERCOBAAN
PERCOBAAN 1 : Penentuan Konsentrasi Cu Pada Sampel
1. Pembuatan larutan standart













aruLan 8aku 1000ppm
ulLambah 2 m asam nlLraL 3 n
ulencerkan sampal Landa baLas
ulbuaL laruLan sLandarL Cu (ll)
dengan konsenLrasl
1 ppm 2 ppm 4 ppm 6 ppm 8 ppm 10 ppm
ulLambah 1 ml asam nlLraL 3 n
ulencerkan sampal Landa baLas
Pasll
2. Pembuatan kurva kalibrasi







3. Penentuan konsentrasi sampel







PERCOBAAN 2 : Penentuan Kadar Pb Pada Sampel Organik ( Destruksi Basah )







edereLan laruLan sLandarL
yang Lelah dlbuaL
ulukur absorbanslnya pada 2
217 dan 3247 nm
ulLenLukan persamaan kurvanya
kurva kallbrasl
ampel Cu (ll)
ulukur absorbanslnya

kurva regresl llnear
ulhlLung konsenLraslnya
edereLan laruLan
sLandarL
aruLan baku b
ulencerkan lalu dlbuaL laruLan
sLandarL 3101320dan 23 ppm






















ampel daun sono
ulberslhkan darl koLoranya
dengan dlcucl menggunakan alr
ul oven unLuk menghllangkan alr
pada daun
ulLumbuk hlngga halus
ulLambah PnC
3
pekaL

ampel [adl
ulambll 100 ml
ulasamkan dengan PnC3 pekaL
sampal lndlkaLor M! berubah
warna
ulLambah 3 ml PnC3 pekaL lagl
uluapkan sampal volume
men[adl 1020 ml
ulLambah 10 ml PnC3 pekaL dan
10 ml PCC4
ulmasukkan baLu dldlh dan
dluapkan sampal muncul bau
PCC4 serLa men[adl laruLan
[ernlh
!lka perlu dlLambah lagl PnC3
uldlnglnkan dan dlencerkan
sampal 30 ml
uldlhkan sampal gas klor dan
oksldaokslda nlLrogen hllang

Pasll
PERCOBAAN 3 :Penentuan Kadar Fe Pada Air Sumur Dengan Metode Adisi
Standar
Cara









Cara









aruLan ker[a 30 ppm
ulencerkan
men[adl
aruLan sLandar
12468 ppm
aruLan blanko aruLan sampel alr
sumur
ulbaca absorbanslnya pada
pan[ang gelombang 2483 nm
ulbuaL kurva sLandar le

konsenLrasl sampel
ampel
3 m
ampel
3 m
ampel
3 m
ampel
3 m
ampel
3 m
ampel
3 m
ullsl
03
ml
laruL
an
sLand
ar 1
ppm
ullsl
1 ml
laruL
an
sLand
ar 2
ppm
ullsl
13
ml
laruL
an
sLand
ar 4
ppm
ullsl
2 ml
laruL
an
sLand
ar 6
ppm
ullsl
23
ml
laruL
an
sLand
ar 8
ppm
ullsl
0 ml
laruL
an
sLand
ar 0
ppm
ulhlLung absorbanslnya pada
pan[ang gelombang 2483 nm
ulhlLung konsenLrasl
sampel
HASIL PENGAMATAN
Percobaan I : Penentuan Konsentrasi Cu Pada Sampel
Konsentrasi ( ppm ) Absorbansi
2 0,061
4 0,112
6 0,173
8 0,236
10 0,287

Percobaan II : Penentuan Kadar Pb Pada Sampel Organik
Konsentrasi (ppm ) Absorbansi
5 0,034
10 0,071
20 0,128
40 0,247
60 0,360

Percobaan III : Penentuan Kadar Fe Pada Air Sumur Dengan Metode Adisi
Standar
Konsentrasi Absorbansi
2 0,054
6 0,172
10 0,265
14 0,310
18 0,396



ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Percobaan 1
Pada percobaan pertama ini yang pertama dilakukan yaitu mengukur
absorbnsi dari sederetan larutan standar. Setelah diperoleh absorbansi dari
sederetan larutan standar dibuat persamaan kurva. Persamaan kurva inilah yang
nantinya akan digunakan untuk menentukan konsentrasi sampel Cu.
Dari data absorbansi larutan standar diperoleh persamaan kurva
Y 0,00075 X - 0,0043
A .b C Konstanta
Dan dari pengukuran, diperoleh absorbansi sampel Cu sebesar 0,173 dan
konsentrasi yang terbaca di alat 5,984 ppm. Sehingga dari persamaan kurva bisa
dihitung konsentrasi sampel Cu sebagai berikut :
0,173 0,028X 0,001
0,173 0,001 0,028 X
X 6,1428 ppm
Konsentrasi yang terbaca di alat tidak berbeda jauh dengan konsentrasi hasil
perhitungan. Sehingga bisa dihitung eIektivitas alat sebesar 5,984/ 6,1428 x
100 97,4148 dan erornya 100 - 97,4148 2,5852.
Percobaan II
Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar Pb yang terdapat pada daun
tumbuhan Sono. Sebelumnya dilakukan pengukuran absorbansi terhadap
sederetan larutan standar Pb, dan dari data absorbansi sederetan larutan standar
diperoleh persamaan kurva sebagai berikut:

Y 0,0059 X - 0,0091
A .b C Konstanta
Dari pengukuran diperoleh absorbansi sampel sebesar 0,005 dan konsentrasi
yang terbaca di alat 5,984 ppm. Sampel ini sebelumnya sudah mengalami
pengenceran, dan hasil absorbansinya menunjukkan nilai negatiI. Nilai negatiI ini
bisa berarti sampel mempunyai absorbansi dibawah absorbansi larutan standar Pb
yang pertama yaitu dibawah absorbansi 5 ppm. Namun dari perhitungan
menggunakan persamaan kurva tersebut diperoleh konsentrasi Pb sebesar:
- 0,005 0,0059 X 0,0091
- 0,005 0,0091 0,0059X
X - 2,3898
Hasil dari perhitungan ini berbeda jauh dengan konsentrasi yang terbaca dialat.
Sehingga bisa dihitung eIektivita alat sebesar -1,812/-2,3898 x 100 75,82
dan persen errornya sebesar 100 - 75,82 24,18.
Percobaan III
Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar Fe pada sampel air sumur.
Yang pertama kali dilakukan adalah mengukur absorbansi dari sederetan larutan
standar Fe. Dan dari data absorbansi sederetan larutan standar dapat diperoleh
persamaan kurva sebagai berikut:
Y 0,020 X 0,033
A .b C Konstanta
Dan dari pengukuran absorbansi terhadap sampel air sumur diperoleh absorbansi
air sumur sebesar 0,000 dan konsentrasinya sebesar 0,863 ppm. Nilai
konsentrasi yang terbaca di alat menunjukkan nilai negatiI hal ini bisa berarti
sampel air sumur kadar Fe-nya berada dibawah konsentrasi larutan standar yang
pertama yaitu dibawah 2 ppm, serta absorbansinya menunjukkan nilai 0 hal ini
bisa berarti sampel mempunyai kandungan Fe yang sangat rendah atau bahkan
sampel mungkin tidak terdapat kadar Fe.
Namun dari perhitungan menggunakan persamaan kurva diatas diperoleh
konsentrasi Fe yang terdapat di air sumur sebesar:
0,000 0,020X 0,033
0,000 0,033 0,020X
X - 1,65
Hasil dari perhitungan ini berbeda jauh dengan konsentrasi yang terbaca dialat.
Sehingga bisa dihitung eIektivita alat sebesar -0,863/- 1,65 x 100 52 dan
persen errornya sebesar 100 - 52 48.
Hasil yang terbaca dialat sanagat berbeda jauh dengan hasil perhitungan
menggunakan persamaan kurva kemungkinan disebabkan prosedur yang salah
dalam percobaan. Seharusnya pada penentuan kadar Fe ini digunakan metode
adisi standar, namun ternyata pengukuran absorbansi sampel dilakukan secara
langsung tanpa penambahan HNO3 maupun penambahan larutan standar.

KESIMPULAN
Dari hasil percobaan diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.Diperoleh konsentrasi Cu dari hasil perhitungan menggunakan persamaan
kurva sebesar 6,1428 ppm dan konsentrasi Cu yang terbaca di alat sebesar
5,984 ppm.
2.Diperoleh kadar Pb dari hasil perhitungan menggunakan persamaan kurva
sebesar 2,3898 ppm dan kadar Pb yang terbaca di alat sebesar 1,812
ppm.
3.Diperoleh kadar Fe dari hasil perhitungan menggunakan persamaan kurva
sebesar 1,65 ppm dan kadar Fe yang terbaca di alat sebesar 0,863 ppm.



DAFTAR PUSTAKA

Hendayana, Sumar, dkk. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang : KP
Semarang Pressyang
Kusumawati, Nita. 2011. Hand Out Atomic Absorbtion Spectrophotometry.
Surabaya
TauIikurrohmah, Titik, dkk. 2009. Panduan Praktikum Kimia Analitik III
Spektroskopi dan Kromatografi. Surabaya: Unipress

Anda mungkin juga menyukai