Anda di halaman 1dari 2

1 HIPERTENSI: FAKTOR RISIKO DAN PENATALAKSANAANNYA

Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan stroke sehingga memerlukan penanganan yang cepat dan cepat. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8 - 18,6% penduduk yang berusia 20 tahun adalah penderita hipertensi. DEFINISI HIPERTENSI Suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Penulisan tekanan darah (contoh: 130/85 mmHg) didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung: 1. Sistolik (nilai yang lebih tinggi : 130) menunjukan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung. 2. Diastolik (nilai yang lebih rendah : 85) menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung. Menurut WHO batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua bagian: 1. Hipertensi essensial/primer. Jenis hipertensi yang penyebabnya masih belum dapat diketahui. Sekitar 90% penderita hipertensi menderita jenis hipertensi ini. Oleh karena itu, penelitian dan pengobatan lebih banyak ditujukan bagi penderita hipertensi essensial ini. 2. Hipertensi sekunder. Jenis hipertensi yang menjadi penyebabnya dapat diketahui, antara lain kelainan pada pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid, atau penyekit kelenjar adrenal. FAKTOR RISIKO DAN GEJALA KLINIS HIPERTENSI Faktor risiko terjadinya hipertensi, adalah antara lain: 1. Obesitas (Kegemukan). Merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitasobesitas dengan hipertensi lebih tinggi daripada penderita hipertensi dengan berat badan normal. 2. Stres. Diduga melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). 3. Faktor Keturunan (Genetik). Apabila riwayat hipertensi didapat pada keuda orang tua, maka dugaan hipertensi essensial akan sangat besar. Demikian pula dengan kembar monozigot (satu sel telur) apabila salah satunya adalah penderita hipertensi. 4. Jenis Kelamin (Gender). Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita. Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada wanita seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada pria lebih berhubungan dengan pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran. 5. Usia. Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi juiga semakin besar. 6. Asupan garam. Melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah yang akan diikuti oleh peningkatan eksresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada hipertensi essensial mekanisme inilah yang terganggu. 7. Gaya hidup yang kurang sehat. Walaupun tidak terlalu jelas hubungannya dengan hipertensi namun kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol dan kurang olahraga dapat pula mempenegaruhi peningkatan tekanan darah.

Nursis/pkm/0306

2
Adapun gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa: Pusing Mudah marah Telinga berdengung Sukar tidur Sesak nafas Rasa berat di tengkuk Mudah lelah Mata berkunang-kunang Mimisan (jarang dilaporkan)

PENATALAKSANAAN FAKTOR RISIKO Penanganan/pengobatan hipertensi Pengobatan Non-farmakologis.Terkadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis tidak diperlukan, atau minimal ditunda. Pengobatan Farmakologi. Pengobatan dengan menggunakan obat-obatan kimiawi. Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan secara non farmakologis, antara lain: 1. Mengatasi Obesitas. dengan melakukan diet rendah kolesterol, namun kaya dengan serat dan protein. Dianjurkan pula minum suplemen potassium dan kalsium. Minyak ikan yang kaya dengan asam lemak omega 3 juga dianjurkan. Diskusikan dengan dokter ahli/ahli gizi sebelum melakukan diet. 2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Harus memperhatikan kebiasaan makan penderita hipertensi. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan, jadi sebaiknya dilakukan secara bertahap dan tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal. 3. Menghindari stress. Ciptakan suasana yang menenangkan bagi pasien penderita hipertensi. Perkenalkan berbagai metode relaksasi seperti yoga atau meditasi, yang dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah. 4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Anjurkan kepada pasien penderita hipertensi untuk melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. Selain itu menghentikan kebiasaan merokok dan mengurangi minum minuman beralkohol sebaiknya juga dilakukan. 5. Pengobatan tradisional juice mentimun juice mengkudu juice belimbing air rebusan daun alpukat daun seledri

6. Hal-hal yang perlu diperhatikan : hipertensi bisa timbul gejala ataupun tidak timbul gejala terapi bukan untuk menyembuhkan tetapi untuk mengontrol hipertensi kontrol dengan teratur dapat menunjukkan perbaikan dan hidup yang normal jika tidak kontrol dapat terjadi komplikasi seperti diatas minum obat secara teratur sesuai dosis, tidak boleh dipakai secara terus menerus & hentikan sesuai anjuran medis dilarang menambah dosis sendiri tanpa kontrol pd pengobatan jangka panjang, makan makanan tinggi potasium seperti: sayuran hijau dan jeruk citrun

Sumber: http://www.pjnhk.go.id/artikel22.htm

Nursis/pkm/0306

Anda mungkin juga menyukai