Anda di halaman 1dari 14

Abstrak

Transportasi merupakan kegiatan antropogenik di perkotaan yang berperan sebagai sumber


utama pencemaran udara. Aktivitas perkotaan berpengaruh terhadap perubahan kondisi
meteorologi lokal. Ketika terjadi perubahan kondisi meteorologi maka terjadi pula proses-
proses transIormasi Iisiko-kimia yang mengubah pencemar primer menjadi unsur atau
partikulat bentuk lain yang dikenal sebagai pencemaran sekunder.
Untuk memantau pencemaran udara diperlukan alat, baik berupa alat elektronik ataupun
berupa organisme. Salah satu alternatiI yang bisa dipertimbangkan sebagai alat pemantau
pecemaran udara adalah lichen. Lichen secara integral mencerminkan lingkungan yang
mempengaruhi makhluk hidup dan dapat dipahami serta digunakan oleh semua orang dengan
melalui latihan sederhana. Respon lichen terhadap perubahan lingkungan akibat adanya
pencemaran udara dapat digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran udara dimana
lichen tumbuh. Lichen mampu memberikan respon secara cepat dan lambat. Respon cepat
ditunjukkan secara Iisiologis. Sementara itu respon lambat ditunjukkan secara ekologis.
Secara garis besar penelitian ini bertujuan untuk (1) mengungkap perbedaan kandungan Pb
dalam lichen yang ditemukan di Kota Malang dan hubungan kandungan Pb di udara dengan
kandungan Pb yang temukan dalam lichen, (2) meneliti hubungan bahan pencemar yaitu
SulIur dioksida (SO
2
), Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO
2
) dan Pb di udara
dengan konsentrasi kloroIil a dan b, laju Iotosintesis, keanekaragaman lichen, (3) meneliti
hubungan jumlah kendaraan bermotor yang melintasi stasiun penelitian dengan
keanekaragaman lichen, dan (4) memperoleh inIormasi mengenai implementasi kajian lichen
sebagai bioindikator pencemaran udara pada mahasiswa program studi Pendidikan Biologi.
Penelitian ini dilakukan di kota Malang. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptiI,
korelasional dan komparasi kausal. Variabel yang terlibat dalam penelitian ini terdiri dari
variabel bebas yaitu bahan pencemar udara dan variabel terikat yaitu konsentrasi kloroIil a
dan b, laju Iotosintesis, kandungan Pb dalam lichen dan keanekaragaman lichen. Penelitian
ini dilaksanakan dalam dua tahap. Pada tahap pertama dilakukan penelitian tentang
kandungan Pb di udara dan kandungan Pb dalam lichen; hubungan bahan pencemar di udara
dengan konsentrasi kloroIil a dan b, laju Iotosintesis, dan keanekaragaman lichen; hubungan
jumlah kepadatan kendaraan dengan keanekaragaman lichen. Tahap kedua dilakukan
penelitian tentang implementasi lichen sebagai bioindikator pencemaran udara dikaitkan
dengan pengetahuan lingkungan mahasiswa. Analisis data yang digunakan adalah analisis
perbedaan yaitu uji independent sample t test, Analisis regresi sederhana, dan analisis regresi
ganda metode backward. Data dianalisis dengan menggunakan program SPSS 16.0 Ior
windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lichen yang teridentiIikasi sebanyak 12 jenis.
Selanjutnya diambil 2 jenis untuk dianalisis di laboratorium. Kedua jenis tersebut adalah X.
xanthofarinosa dan Peltigera sp..Kandungan kloroIil a dalam X. xanthofarinosa terendah:
0,486 mg/g, dan tertinggi: 1,432 mg/g; sedangkan kandungan kloroIil b terendah: 0,333
mg/g, dan tertinggi: 1,170 mg/g; Pb dalam X. xanthofarinosa tertinggi: 0,072 mg/m
3
; dan laju
Iotosintesis terendah: 0,694 cm
3
/detik dan tertinggi: 2,3148 cm
3
/detik. Kandungan kloroIil a
dalam Peltigera sp. terendah: 0,410 mg/g, dan tertinggi: 1,564 mg/g; kandungan kloroIil b
terendah: 0,332 mg/g, dan tertinggi: 1,313 mg/g; Pb dalam Peltigera sp. tertinggi: 0,129
mg/m
3
; dan laju Iotosintesis terendah: 0,694 cm
3
/detik dan tertinggi: 2,546 cm
3
/detik.
Hasil uji t-test menunjukan bahwa kandungan Pb dalam X. xanthofarinosa dan Peltigera sp.
perbedaannya tidak signiIikan. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hubungan antara
Pb di Udara dengan kandungan Pb dalam X. xanthofarinosa, signiIikan, sedangkan hubungan
antara Pb di Udara dengan kandungan Pb dalam Peltigera sp., tidak signiIikan. Hubungan
antara bahan pencemar di udara secara bersama-sama dengan konsentrasi baik kloroIil a
maupun kloroIil b dalam X. xanthofarinosa, tidak signiIikan; hubungan antara bahan
pencemar di udara secara bersama-sama dengan konsentrasi baik kloroIil a maupun kloroIil b
dalam Peltigera sp., tidak signiIikan. Sementara itu terdapat hubungan negatiI yang
signiIikan antara bahan pencemar di udara secara bersama-sama dengan laju Iotosintesis X.
xanthofarinosa dan juga Peltigera sp.
Bahan pencemar di udara dan keanekaragaman lichen memiliki hubungan yang signiIikan.
Hubungan jumlah kendaraan secara keseluruhan dengan keanekaragaman lichen, tidak
signiIikan. Tapi bila dilihat secara parsial yaitu jumlah kendaraan roda 6 dan roda 4 memiliki
hubungan yang signiIikan dengan keanekaragaman lichen. Sementara jumlah kendaraan roda
4 juga memiliki hubungan yang signiIikan dengan keanekaragaman lichen.
Hasil implementasi menunjukan bahwa rata-rata persentase penilaian dosen pada penuntun
praktikum adalah 88,30 dengan kualiIikasi sangat layak untuk digunakan; rata-rata
persentase penilaian mahasiswa pada penuntun praktikum adalah 84,48 dengan kualiIikasi
sangat layak untuk digunakan; Rerata persentase penilaian dosen pada buku nonteks sebesar
86,56 dengan kualiIikasi sangat layak untuk digunakan.
Bila ditinjau dari kandungan Pb dalam X. xanthofarinosa dan Peltigera sp. serta
hubungannya dengan Pb di udara maka keduanya merupakan bioakumulator. Kalau dilihat
hubungan bahan pencemar dengan laju Iotosintesis dan keanekaragaman lichen serta
dihubungkan dengan jumlah kendaraan bermotor maka lichen yang ditemukan di kota
Malang dapat disimpulkan sebagai bioindikator pencemaran udara. Namun demikian masih
diperlukan data-data pendukung lainnya guna memperoleh hasil yang lebih meyakinkan.
Penelitian lanjut perlu dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut: penelitian perlu
dilakukan dalam waktu jangka panjang, cakupan lokasi penelitian diperluas, dan perlu
penelitian eksperimen di laboratorium.

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Lichen sebagai tumbuhan pioneer memiliki peranan yang sangat penting dalam
kehidupan. Jenis ini menjadi tumbuuhan perintis pada daerah-daerah yang keras dan kering
sehingga pada akhirnya dapat mendukung pertumbuhan organism lainnya. Saat ini Lichen
telah banyak dimanIaatkan oleh sebagian masyarakat, beberapa jenis Asolichen telah
dimanIaatkan dan dapat pula dikonsumsi, oleh karena itu perlu dijelaskan mengenai Lichen
tersebut khusunya pada pemanIaatan Lichen bagi kehidupan.

1.2 Tujuan
Tujuan makalah ini yaitu agar dapat mengetahui dan mengenal tumbuhan Lichen dan
perananya.

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Lichenes
Lichen merupakan organisme yang tediri atas organisme ganda hidup bersama
sehingga terlihat sebagai organisme dengan siIat-siIat morIologi dan Iisiologi yang konstan.
Lichen disusun oleh Alga dan Fungi. Alga yang biasa membentuk lichen ini yaitu Alga yang
tergolong dalam anoph.eae atau hloroph.eae sedangkan Fungi yang dapat membentuk
Lichen berasal dari Fungi yang tergolong dalam As.om.etes dan Basidiom.etes. Alga
yang menyusun tubuh Lichen disebut juga dengan gonidia. Gonidia ini dapat bersiIat
uniselular ataupun koloni yang berbentuk benang.
Hidup bersama antara dua organisme umumnya disebut dengan simbiosis dan
organisme pembentuknya dinamakan symbiont. Lichens hidup pada pohon-pohonan tetapi
banyak yang hidup pada tanah ataupun pada batu terutama di daerah tundra. Hidup Lichen
tidak bergantung pada tinggi tempat hidupnya dari permukaan laut oleh karena itu Lichen
dapat ditemukan mulai dari dataran randah sampai pada dataran tinggi.
Tumbuhan ini tergolong dalam tumbuhan perintis dan menjadi salah satu organisme
yang melakukan pelapukan pohon-pohon dan batu-batuan serta dalam proses terjadinya
tanah. Lichen sangat tahan terhadap kekeringan. Jenis-jenis Lichen yang hidup pada bebatuan
pada musim kering berkerut sampai terlepas alasnya tetapi organisme tersebut tidak mati dan
hanya berada dalam hidup laten. Jika segera mendapat air maka tubuh tumbuhan yang telah
kering tersebut mulai menunjukkan aktivitasnya kembali.
Pertumbuhan talusnya sangat lambat. Ukuran tubbuhnya dalam satu tahun tidak
mencapai 1 cm. badan buah yang baru akan tumbuh setelah Lichen mengadakan
pertumbuhan vegetatiI selama bertahun-tahun. Menurut habitusnya, Lichen dibagi menjadi
dua yaitu :
a. Lichenes dengan talus berbentuk lembaran-lembaran
b. Lichenes dengan talus berbentuk semak-semak
Pada tipe Lichen dengan talus lembaran, talus seluruhnya melekat dengan sisi
bawahnya pada alas sedangkan tipe Lichen dengan talus berbentuk semak-semak, hanya
pangkal talus saja yang melekat pada alas dan ujungnya tetap bebas dan bercabang-cabang
seperti batang ormophta.







Gambar 2.1.1. Macam-macam Lichen (Google, 2009)


2.2 Reproduksi dan Pertumbuhan Lichen
Tubuh talus Lichen sangat berbeda dari Fungi dan Alga lainnya. Jenis ini merupakan
tumbuhan dengan bentuk dan pertumbuhan yang sederhana. Reproduksinya dapat melalui
aseksual, vegetative, dan seksual. Reproduksi secara aseksula umunya dilakukan oleh tipe
Fructiose Lichen. Fructiose Lichen dapat dengan mudah melakukan Iragmentasi. Sebagian
besar Iragmentasi tersebut dilakukan saat musim kering atau saat talus pada Lichen
mengalami kekeringan dan memulai pertumbuhannya ketika mulai terdapat embun. Lichen
yang berkembang biak dengan cara vegetatiI yaitu sebagai berikut
a. Sebagian talus memisahkan diri yang kemudian akan berkembang menjadi individu
baru.
b. Perkembangbiakan melalui soredia. Soredia adalah kelompok sel-sel ganggang yang
sedang membelah diselubungi oleh hiIa-hiIa Fungi. Soredia ini sering terbentuk
dalam bagian khusus dari talus yang mempunyai batas-batas yang jelas yaitu sorala.
c. Perkembangbiakan dengan spora Fungi yang hanya menghasilkan Lichenes baru
jika Fungi tersebut dapat menemukan partner alga yang cocok.
Perkembangbiakan secara seksual umunya terjadi pada Basidiolichen.
Perkembangbiakan ini melalui spora yang dihasilkan oleh hiIa-hiIa Fungi yang kemudian
bertemu dengan partner alga yang cocok maka akan terjadi sexual fusion dan pembelahan
meiosis.

2.3 Peranan Lichen
Lichen dibedakan menurut jenis cemndawan yang menyusunnya yaitu :
a. Ascolichenes
b. Basidiolichenes
Anggota kelompok Ascolichen memiliki khasiat sebagai obat. Contohnya suku
Parmeliceae yaitu &snea sp. dan Ro..ella sp. Ciri-ciri morIologinya yaitu talus berbentuk
benang, tegak ataupun bergantungan tanpa rizhoid dan melekat pada substrat pada suatu
cakram pelekat yang berasal dari lapisan teras. Bila dilihat secara keseluruhan menyerupai
jaring laba-laba.
&snea sp. ini mengandung apotesium.Ro..ella sp. mengandung zat warna. Talus
Lichenes tersebut mengandung suatu substansi yang terdiri atas suatu asam atau anhidrid
asam. Oksidasinya dengan amoniak zat tersebut akan terpecah menjadi orsin (suatu zat yang
tidak berwarna) yang kemudian diubah menjadi orsein (zat yang berwarna), setelah maserasi
dengan amoniak cair, kapur, atau soda selama kurang lebih 1 minggu akan timbul warna
merah lebayung yang mengandung eritrolitmin dan azolimin.
Beberapa jenis &sneea sp. dan &mbili.aria es.ulentaini dapat dikonsumsi. Sebagian
besar yang umunya mengonsumsi adalah Jepang dan Korea yang dikenal dengan nama
Iwatake (Jepang) dan Seogi (Korea).
Beberapa Lichen lainnya memproduksi komponen sekunder termasuk pigmen yang
mereduksi sinar matahari yang berbahaya dan sebagai toksin yang kuat untk membunuh
bakteri. Komponen ini sangat bermanIaat dalam pengidentiIikasian Lichen dan sangat
penting dalam perekonomian karena dapat menjadi primitive antibioti.s. PemanIaatan
lainnya terhadap Lichen yaitu Iamili Roccellacea telah digunakan sebagai ekstrak pewarna
ungu dan merah yang sangat penting bagi perekonian masyarkat.


BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Lichen adalah bentuk simbiosis antara dua organisme yaitu Fungi dan Alga dengan
bentuk morIologi dan Iisiologi yang menunjukkan sebagai organisme tunggal. Lapisan atas
berupa sel-sel Alga dan lapisan di bawahnya merupakan hiIa-hiIa Fungi. Lichen hidup pada
bebatuan, tanah, taupun pada batang-batang pohon. Lichen juga dapat hidup pada keadaan
yang sangat kering sehingga dapat menjadi tumbuhan perintis kehidupan organism lainnya.
Lichen memiliki peranan yang penting dalam perekonomian yaitu sebagai bahan makanan
yang dapat diolah oleh daerah-daerah tertentu, dapat digunakan sebagai primitive antibioti.s,
maupun sebagai ekstrak pewarna ungu dan merah.


3.2. Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu agar dapat lebih dikhususkan topik pembahasan
Lichen

2002 digitized by USU digital library 1


LICHENES
(KARAKTERISTIK, KLASIFIKASI DAN KEGUNAAN)

YURNALIZA, S.Si., M.Si.
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jurusan Biologi
Universitas Sumatera Utara


PENDAHULUAN

Lichenes (lumut kerak) merupakan gabungan antara fungi dan alga
sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan. Lumut ini
hidup secara epifit pada pohon-pohonan, di atas tanah terutama di daerah
sekitar
kutub utara, di atas batu cadas, di tepi pantai atau gunung-gunung yang
tinggi.
Tumbuhan ini tergolong tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam
pembentukan tanah. Tumbuhan ini bersifat endolitik karena dapat masuk pada
bagian pinggir batu. Dalam hidupnya lichenes tidak memerlukan syarat hidup
yang tinggi dan tahan terhadap kekurangan air dalam jangka waktu yang lama.
Lichenes yang hidup pada batuan dapat menjadi kering karena teriknya
matahari,
tetapi tumbuhan ini tidak mati, dan jika turun hujan bisa hidup kembali.
Lichenes menghasilkan lebih dari 500 senyawa biokimia yang unik untuk
dapat beradaptasi pada habitat yang ekstrim. Senyawa tersebut berguna untuk
mengontrol sinar terik matahari, mengusir/menolak (repellen) herbivora,
membunuh mikroba dan mengurangi kompetisi dengan tumbuhan, dll.
Diantaranya berbagai jenis pigmen dan antibiotik yang juga membuat lichenes
ini
sangat berguna bagi manusia pada masyarakat tradisional.
Tumbuhan ini memiliki warna yang bervariasi seperti putih, hijau keabu-
abuan, kuning, oranye, coklat, merah dan hitam.
Alga dan jamur bersimbiosis membentuk lichenes baru jika bertemu jenis
yang tepat. Para ahli mengemukakan berbagai pendapat mengenai
pengelompokan atau klasifikasi lichenes dalam dunia tumbuhan. Ada yang
berpendapat bahwa lichenes dimasukkan ke dalam kelompok yang tidak terpisah
dari jamur, tapi kebanyakan ahli berpedapat bahwa lichenes perlu dipisahkan
dari
fungi atau menjadi golongan tersendiri. Alasan dari pendapat yang kedua ini
adalah karena jamur yang membangun tubuh lichenes tidak akan membentuk
tubuh lichenes tanpa alga. Hal lain didukung oleh karena adanya zat-zat
hasil
metabolisme yang tidak ditemui pada alga dan jamur yang hidup terpisah.

MJRFJLJGI THALLUS

A. Morfologi Luar
Tubuh lichenes dinamakan thallus yang secara vegetatif mempunyai
kemiripan dengan alga dan jamur. Thallus ini berwarna abu-abu atau abu-abu
kehijauan. Beberapa spesies ada yang berwarna kuning, oranye, coklat atau
merah dengan habitat yang bervariasi.
Bagian tubuh yang memanjang secara selluler dinamakan hifa. Hifa
merupakan organ vegetatif dari thallus atau miselium yang biasanya tidak
dikenal
pada jamur yang bukan lichenes. Alga selalu berada pada bagian permukaan
dari
thallus.
Berdasarkan bentuknya lichenes dibedakan atas empat bentuk :
a. Crustose
Lichenes yang memiliki thallus yang berukuran kecil, datar, tipis dan
selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon atau di tanah. Jenis ini
susah untuk mencabutnya tanpa merusak substratnya.


2002 digitized by USU digital library 2
Contoh : Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau
Pleopsidium


Haematomma accolens Acarospora

Lichen Crustose yang tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian
tubuh buahnya yang berada di permukaan disebut endolitik, dan yang
tumbuh terbenam pada jaringan tumbuhan disebut endoploidik atau
endoploidal. Lichen yang longgar dan bertepung yang tidak memiliki
struktur berlapis, disebut leprose.

Caloplaca luteominea subspecies bolanderi (lichen endolitik)
b. Foliose
Lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun oleh lobus-
lobus. Lichen ini relatif lebih longgar melekat pada substratnya.
Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut
berputar. Bagian permukaan atas dan bawah berbeda. Lichenes ini
melekat pada batu, ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi
sebagai alat untuk mengabsorbsi makanan.
Contoh : Xantoria, Physcia, Peltigera, Parmelia dll.

Xantoria elegans Physcia aipolia

Peltigera malacea Parmelia sulcata
2002 digitized by USU digital library 3
c. Fruticose
Thallusnya berupa semak dan memiliki banyak cabang dengan bentuk
seperti pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu,
daun-daunan atau cabang pohon. Tidak terdapat perbedaan antara
permukaan atas dan bawah.
Contoh : Usnea, Ramalina dan Cladonia

Usnea longissima Ramalina stenospora

Cladonia perforata

d. Squamulose
Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut
squamulus yang biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dan
sering memiliki struktur tubuh buah yang disebut podetia.

Psora pseudorusselli Cladonia carneola

B. Morfologi dalam (Anatomi)
Struktur morfologi dalam diwakili oleh jenis foliose, karena jenis ini
mempunyai empat bagian tubuh yang dapat diamati secara jelas yaitu.
- Korteks atas, berupa jalinan yang padat disebut pseudoparenchyma dari
hifa jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material yang berupa gelatin.
Bagian ini tebal dan berguna untuk perlindungan.
2002 digitized by USU digital library 4
- Daerah alga, merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak di
bawah korteks atas. Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang longgar.
Diantara hifa-hifa itu terdapat sel-sel hijau, yaitu Gleocapsa, Nostoc,
Rivularia dan Chrorella. Lapisan thallus untuk tempat fotosintesa disebut
lapisan gonidial sebagai organ reproduksi.
- Medulla, terdiri dari lapisan hifa yang berjalinan membentuk suatu bagian
tengah yang luas dan longgar. Hifa jamur pada bagian ini tersebar ke
segala arah dan biasanya mempunyai dinding yang tebal. Hifa pada bagian
yang lebih dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu yang tebal pada bagian
atas dan tipis pada bagian ujungnya. Dengan demikian lapisan tadi
membentuk suatu untaian hubungan antara dua pembuluh.
- Korteks bawah, lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat
dan
membentang secara vertikal terhadap permukaan thallus atau sejajar
dengan kulit bagian luar. Korteks bawah ini sering berupa sebuah akar
(rhizines). Ada beberapa jenis lichenes tidak mempunyai korteks bawah.
Dan bagian ini digantikan oleh lembaran tipis yang terdiri dari hypothallus
yang fungsinya sebagai proteksi.
Dari potongan melintang Physcia sp. terlihat lapisan hijau sel-sel alga dan
rhizines coklat bercabang pada bagian bawah. Bagian tengah yang
berwarna putih terdiri dari sel-sel jaringan jamur yang disebut medulla.
Struktur pipih pada bagian atas dan kanan disebut apothecia dan lapisan
coklat di atasnya disusun oleh asci, yaitu bagian dari ascomycete yang
megandung spora jamur.


Potongan melintang Physcia sp.


C. Struktur Vegetatif
Struktur tubuh lichenes secara vegetatif terdiri dari
- Soredia, terdapat pada bagian medulla yang keluar melalui celah kulit.
Diameternya sekitar 25 . 100 m. , sehingga soredia dapat dengan mudah
diterbangkan angin dan akan tumbuh pada kondisi yang sesuai menjadi
tumbuhan licenes yang baru. Jadi pembiakan berlangsung dengan
perantaraan soredia. Soredia itu sendiri merupakan kelompok kecil sel-sel
gangang yang sedang membelah dan diselubungi benang-benang
miselium menjadi satu badan yang dapat terlepas dari induknya. Soredia
ini terdapat di dalam soralum.
2002 digitized by USU digital library 5


Potongan Lobaria pulmonaria. Bagian hitam yang membengkak disebut
cephalodium dan struktur bentuk mahkota adalah soralium dengan bentuk
bola kecil soredia di atasnya. Lapisan hijau adalah koloni alga.
- Isidia
Isidia berbentuk silinder, bercabang seperti jari tangan dan terdapat pada
kulit luar. Diamaternya 0,01 . 0,03 m. dan tingginya antara 0,5 . 3 m..
Berdasarkan kemampuannya bergabung dengan thallus, maka dalam
media perkembangbiakan, isidia akan menambah luas permukaan
luarnya. Sebanyak 25 . 30 % dari spesies foliose dan fructicose
mempunyai isidia. Proses pembentukan isidia belum diketahui, tetatpi
dianggap sebagai faktor genetika.
- Lobula
Lobula merupakan pertumbuhan lanjutan dari tahllus lichenes yang sering
dihasilkan di sepanjang batas sisi kulit luar. Lobula ini dapat berkembang
dengan baik pada jenis foliose, Genus Anaptycia, Neproma, Parmelia dan
Peltigera. Lobula sangat sukar dibedakan dengan isidia.
- Rhizines
Rhizines merupakan untaian yang menyatu dari hifa yang berwarna
kehitam-hitaman yang muncul dari kulit bagian bawah (korteks bawah)
dang mengikat thallus ke bagian dalam. Ada dua jenis rhizines yaitu
bercabang seperti pada Ctraria, Physcia dan Parmelia dan yang tidak
bercanag terdapat pada Anaptycis dan beberapa Parmelia.
- Tomentum
Tomentum memiliki kepadatan yang kurang dari rhizines dan merupakan
lembaran serat dari rangkaian akar atau untaian yang renggang. Biasanya
muncul pada lapisan bawah seperti pada Collemataceae, Peltigeraceae
dan Stictaceae.
- Cilia
Cilia berbentuk seperti rambut, menyerupai untaian karbon dari hifa yang
muncul di sepanjang sisi kulit. Cilia berhubungan dengan rhizines dan
hanya berbeda pada cara tumbuh saja.
- Cyphellae dan Pseudocyphellae
Cypellae berbentuk rongga bulat yang agak besar serta terdapat pada
korteks bawah dan hanya dijumpai pada genus Sticta. Pseudocyphellae
2002 digitized by USU digital library 6
mempunyai ukuran yang lebih kecil dari cyphellae yaitu sekittar 1 m. dan
terdapat pada korteks bawah spesies Cetraria, Cetralia, Parmelia dan
Pasudocyphellaria. Rongga ini berfungsi sebagai alat pernafasan atau
pertukaran udara.
- Cephalodia.
Cephalodia merupakan pertumbuhan lanjutan dari thallus yang terdiri dari
alga-alga yangg berbedadari inangnya. Pada jenis peltigera aphthosa,
cephalodia mulai muncul ketika Nostoc jatuh pada permukaan thallus dan
terjaring oleh hifa cephalodia yang berisikan Nostoc biru kehijauan. Jenis
ini mampu menyediakan nitrogen thallus seperti Peltigera, Lecanora,
Stereocaulon, Lecidea dan beberapa jenis crustose lain.

KLASIFIKASI LICHENES

Lichenes sangat sulit untuk diklasifikasikan karena merupakan gabungan
dari alga dan fungi serta sejarah perkembangan yang berbeda. Para ahli
seperti
Bessey (1950), Martin (1950) dan Alexopoulus (1956), berpendapat bahwa
lichenes dikelompokkan dan diklasifikasikan ke dalam kelompok jamur
sebenarnya. Bessey meletakkannya dalam ordo Leocanorales dari Ascomycetes.
Smith (1955) menganjurkan agar lichenes dikelompokkan dalam kelompok yang
terpisah yang berbeda dari alga dan fungi.
Lichenes memiliki klasifikasi yang bervariasi dan dasar dasar
klasifikasinya
secara umum adalah sebagai beriktu :
1. Berdasarkan komponen cendawan yang menyusunnya
A. Ascolichens.
- Cendawan penyusunnya tergolong Pyrenomycetales, maka
tubuh buah yang dihasilkan berupa peritesium. Contoh :
Dermatocarpon dan Verrucaria.
- Cendawan penyusunnya tergolong Discomycetes. Lichenes
membentuk tubuh buah berupa apothecium yang berumur
panjang. Contoh : Usnea dan Parmelia.
Dalam Klas Ascolichens ini dibangun juga oleh komponen alga dari
famili: Mycophyceae dan Chlorophyceae yang bentuknya berupa
gelatin.
Genus dari Mycophyceae adalah : Scytonema, Nostoc, Rivularia,
Gleocapsa dan lain-lain. Dari Cholophyceae adalah : Protococcus,
Trentopohlia, Cladophora dll.
B. Basidiolichenes
Berasal dari jamur Basidiomycetes dan alga Mycophyceae.
Basidiomycetes yaitu dari famili : Thelephoraceae, dengan tiga
genus Cora, Corella dan Dyctionema. Mycophyceae berupa filamen
yaitu : Scytonema dan tidak berbentuk filamen yaitu Chrococcus.

C. Lichen Imperfect
Deutromycetes fungi, steril. Contoh : Cystocoleus, Lepraria,
Leprocanlon, Normandia, dll.

2. Berdasarkan alga yang menyusun thalus
A. Homoimerus
Sel alga dan hifa jamur tersebar merat pada thallus. Komponen
alga mendominasi dengan bentuk seperti gelatin, termasuk dalam
Mycophyceae.





2002 digitized by USU digital library 7
Contoh : Ephebe, Collema

Collema coccophorum


B. Heteromerous
Sel alga terbentuk terbatas pada bagian atas thallus dan komponen
jamur menyebabkan terbentuknya thallus, alga tidak berupa
gelatin Chlorophyceae.
Contoh : Parmelia

3. Berdasarkan type thallus dan kejadiannya
A. Crustose atau Crustaceous.
Merupakan lapisan kerak atau kulit yang tipis di atas batu, tanah
atau kulit pohon. Seperti Rhizocarpon pada batu, Lecanora dan
Graphis pada kulit kayu. Mereka terlihat sedikit berbeda antara
bagian permukaan atas dan bawah.

Rhizocarpon geographicum Lecanora argopholis

B. Fruticose atau filamentous
Lichen semak, seperti silinder rata atau seperti pita dengan
beberapa bagian menempel pada bagian dasar atau permukaan.
Thallus bervariasi, ada yang pendek dan panjang, rata, silindris
atau seperti janggut atau benang yang menggantung atau berdiri
tegak. Bentuk yang seperti telinga tipis yaitu Ramalina. Yang
panjang menggantung seperti Usnea dan Alectoria. Cladonia adalah
tipe antara kedua bentuk itu.
2002 digitized by USU digital library 8

Alectoria samentosa Cladonia cornuta

Secara umum Taksonomi lichenes menurut Misra dan Agrawal (1978)
adalah sebagai berikut :
Klas : Ascolichens
Jrdo : Lecanorales
Famili : Lichinaceae, Collemataceae, Heppiaceae, Pannariaceae,
Coccocarpiaceae, Perltigeraceae, Stictaceae, Graphidaceae,
Thelotremataceae, Asterothyriaceae, Gyalectaceae, Lecidaeceae,
Stereocaulaceae, Cladoniaceae, Umbilicariaceae, Lecanoraceae,
Parmeliaceae, Usneaceae, Physciaceae, Theloshistaceae.
Jrdo : Sphariales
Famili : Pyrenulaceae, Strigulaceae, Verrucariaceae
Jrdo : Caliciales
Famili : Caliciaceae, Cypheliaceae, Sphaephoraceae
Jrdo : Myrangiales
Famili : Arthoniaceae, Myrangiaceae
Jrdo : Pleosporales
Famili : Arthopyreniaceae
Jrdo : Hysteriales
Famili : Lecanactidaceae, Jpegraphaceae, Rocellaceae
Klas : Basidiolichens
Famili : Herpothallaceae, Coraceae, Dictyonamataceae, Thelolomataceae.
Klas : Lichens Imperfect
Genus : Cystocoleus, Lepraria, Lichenothrix, Racodium.

PERKEMBANGBIAKAN LICHENES

Perkembangbiakan lichenes melalui tiga cara, yaitu :
A. Secara Vegetatif
- Fragmentasi
Fragmentasi adalah perkembangbiakan dengan memisahkan bagian tubuh
yang telah tua dari induknya dan kemudian berkembang menjadi individu baru.
Bagian-bagian tubuh yang dipisahkan tersebut dinamakan fragmen.
Pada beberapa fruticose lichenes, bagian tubuh yang lepas tadi, dibawa
oleh angin ke batang kayu dan berkembang tumbuhan lichenes yang baru.
Reproduksi vegetatif dengan cara ini merupakan cara yang paling produktif
untuk
peningkatan jumlah individu.
- Isidia
Kadang-kadang isidia lepas dari thallus induknya yang masing-masing
mempunyai simbion. Isidium akan tumbuh menjadi individu baru jika
kondisinya
sesuai.
- Soredia
2002 digitized by USU digital library 9
Soredia adalah kelompok kecil sel-sel ganggang yang sedang membelah
dan diselubungi benag-benang miselium menjadi suatu badan yang dapat
terlepas dari induknya. Dengan robeknya dinding thallus, soredium tersebar
seperti abu yang tertiup angin dan akan tumbuh lichenes baru. Lichenes yang
baru memiliki karakteristik yang sama dengan induknya.

B. Secara Aseksual
Metode reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan spora yang
sepenuhnya bergantung kepada pasangan jamurnya. Spora yang aseksual
disebut pycnidiospores.
Pycnidiospores itu ukurannya kecil, spora yang tidak motil, yang
diproduksi dalam jumlah yang besar disebut pygnidia. Pygnidia ditemukan
pada
permukaan atas dari thallus yang mempunyai suatu celah kecil yang terbuka
yang disebut Jstiole. Dinding dari pycnidium terdiri dari hifa yang subur
dimana
jamur pygnidiospore berada pada ujungnya. Tiap pycnidiospore menghasilkan
satu hifa jamur. Jika bertemu dengan alga yang sesuai terjadi perkembangan
menjadi lichenes yang baru.

C. Secara Seksual
Perkembangan seksual pada lichenes hanya terbatas pada pembiakan
jamurnya saja. Jadi yang mengalami perkembangan secara seksual adalah
kelompok jamur yang membangun tubuh lichenes.

KEGUNAAN EKJNJMI LICHENES

Lichenes memiliki bermacam-macam kegunaan dan bahaya, antara lain :
A. Lichenes sebagai bahan makanan
Thallus dari lichenes belum digunakan sebagai sumber makanan secara
luas, karena lichenes memiliki suatu asam yang rasanya pahit dan dapat
menimbulkan gatal-gatal, khususnya asam fumarprotocetraric. Asam ini harus
dibuang terlebh dahulu dengan merebusnya dalam soda.
Tanaman ini mempunyai nilai, walaupun tidak sama dengan makanan dari
biji-bijian. Pada saat makanan sulit didapat, orang-orang menggunakan
lichenes
sebagai sumber karbohidrat dengan mencampurnya dengan tepung. Di Jepang
disebut Iwatake, dimana Umbilicaria dari jenis foliose lichenes digoreng
atau
dimakan mentah.
Lichenes juga dimakan oleh hewan rendah maupun tingkat tinggi seperti
siput, serangga, rusa dan lain-lain. Rusa karibu menjadikan sejumlah jenis
lichenes sebagai sumber makanan pada musim dingin, yang paling banyak
dimakan adalah Cladina stellaris. Kambing gunung di Tenggara Alaska memakan
lichenes dari jenis Lobaria linita.

Umbilicaria americana Lobaria linita Cladina stellaris
2002 digitized by USU digital library 10
B. Lichenes sebagai obat-obatan
Pada abad pertengahan lichenes banyak digunakan oleh ahli pengobatan.
Lobaria pulmonaria digunakan untuk menyembuhkan penyakit paru-paru karena
Lobaria dapat membentuk lapisan tipis pada paru-paru. Selain itu lichenes
juga
digunakan sebagai ekspektoran dan obat liver. Sampai sekarang penggunaan
lichenes sebagai obat-obatan masih ada.
Dahulu di Timur Jauh, Usnea filipendula yang dihaluskan digunakan
sebagai obat luka dan terbukti bersifat antibakteri. Senyawa asam usnat
(yang
terdapat dalam ekstrak spesis Usnea) saat ini telah digunakan pada salep
antibiotik, deodoran dan herbal tincture. Spesies Usnea juga digunakan
dalam
pengobatan Cina, pengobatan homeopathic, obat tradisional di kepulauan
Pasifik,
Selandia Baru dan lain benua selain Australia. Banyak jenis lichenes telah
digunakan sebagai obat-obatan, diperkirakan sekitar 50% dari semua spesies
lichenes memiliki sifat antibiotik. Penelitian bahan obat-obatan dari
lichenes terus
berkembang terutama di Jepang.

Lobaria pulmonaria Usnea filipendula
C. Lichenes sebagai antibiotik
Substrat dari lichenes yaitu pigmen kuning asam usnat digunakan sebagai
antibiotik yang ampu menghalangi pertumbuhan mycobacterium. Cara ini telah
digunakan secara komersil. Salah satu sumber dari asam usnat ini adalah
Cladonia dan antibiotik ini terbukti ampuh dari penisilin.
Selain asam usnat terdapat juga zat lain seperti sodium usnat, yang
terbukti ampuh melawan kanker tomat. Virus tembakau dapat dibendung dan
dicegah oleh ekstrak lichenes yaitu : lecanoric, psoromic dan asam usnat.

D. Lichenes yang berbahaya
Pigmen kuning yang berasal dari jenis Usnea dan Everia dapat
menyebabkan alergi pada kulit dan menyebabkan gatal-gatal. Abu soredia yang
melekat pada kulit akan menimbulkan rasa gatal.
Lichen serigala atau Letharia vulpina adalah lichen beracun. Dari namanya
menggambarkan kegunaannya secara tradisional di bagian utara Eropah sebagai
racun untuk serigala. Bangsa Achomawi menggunakannya (kadang-kadang
dicampur dengan bisa ular) untuk membuat panah beracun. Walaupun demikian,
suku Blackfoot dan Jkanagan-Colville memakai Letharia sebagai teh obat.

2002 digitized by USU digital library 11
E. Kegunaan lain dari lichen
Dari hasil ekstraksi Everina, Parmelia, dan Ramalina diperoleh minyak.
Beberapa di antaranya digunakan untuk sabun mandi dan parfum. Di Mesir
digunakan sebagai bahan pembungkus mummi dan campuran buat pipa
cangklong untuk merokok, khususnya Parmelia audina yang mengandung asam
lecanoric.
Ekstrak lichenes dapat juga dibuat sebagai bahan pewarna untuk
mencelup bahan tekstil. Bahan pewarna di ekstrak dengan cara merebus
lichenes
dalam air, dan sebagian jenis lain diekstrak dengan cara fermentasi
lichenes
dalam amonia. Parmelia sulcata digunakan untuk pewarna wol di Amerika
Utara.



Evernia prunastri yang tumbuh di ranting pohon oak di
Utara California. Spesies ini di diproduksi secara komersial
di Eropa dan dikirim ke Prancis untuk industri parfum.








PENUTUP

Dari pembahasan mengenai lichenes ini dapat disimpulkan bahwa lichenes
adalah sejenis tumbuhan yang unik. Tumbuhan ini merupakan simbiosis antara
alga dan jamur tertentu, dan memiliki morfologi, reproduksi dan klsifikasi
yang
dapat dikelompokkan ke dalam kelompok tersendiri.
Tubuhnya berupa thallus yang terdiri dari benang-benang hifa. Sebagai
tumbuhan perintis, lichenes ikut berperan dalam pembentukan tanah dan tidak
memerlukan syarat hidup yang tinggi.
Tumbuhan lichenes tidak akan terbentuk tanpa adanya simbiosis antara
alga dan jamur yang sesuai. Tumbuhan ini juga menghasilkan senyawa-senyawa
metabolit yang tidak dihasilkan oleh alga dan jamur yang hidup terpisah.
Selain keunikan struktur, fisiologi maupun reproduksinya, lichenes juga
memiliki kegunaan ekonomi yang tidak kalah pentingnya. Sampai sekarang para
ahli masih terus meneliti tumbuhan ini dan ada yang mengusulkan agar
lichenes
dimasukkan ke dalam golongan tersendiri dan terpisah dari jamur dan alga.
2002 digitized by USU digital library 12
DAFTAR PUSTAKA

Bold, H.C., C.J. Alexopoulus, T. Delevoryas, 1987. Morphology of Plants and
Fungi. Fifth edition. Harper and Row Publishers. New York.

Duta, A.C. 1968. Botany for Degree Stuudens. Jxford University Press.
Bombay-
Calcuta-Madras.

Misra, A. ,R.P. Agrawal. 1978. Lichens (A Preliminary Text). Jxford and IBH
Publishing Co. New York-Bombay-Calcuta.
Sharnoff. S. D. 2002. Lichen Biology And The Environment The Special
Biology Jf
Lichens. http:/ www.lichen.com.
_________________. Lichens And Wildlife. http://www.lichen.com
_________________. Lichens And People. For a Bibliographical Database of
the
Human Uses of Lichens. http://www.lichen.com
Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai