Anda di halaman 1dari 5

37

BAB II
PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG
DITUANGKAN DALAM UN1UK RASA (DEMONSTRASI)
SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT
A. Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu
negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara)
atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Pada intinya, yang
banyaklah yang menang dan yang banyak dianggap sebagai suatu kebenaran.
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi
ketiga kekuasaan politik negara (eksekutiI, yudikatiI dan legislatiI) untuk
diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan
berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi
ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa
saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and
balances30.
Istilah "demokrasi" berasal dari Yunani Kuno yang tepatnya diutarakan di
Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut dianggap sebagai contoh awal
dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun,
arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan deIinisi modern telah
berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem
"demokrasi" di banyak negara. Kata "demokrasi" berasal dari dua kata,
30 http://materikuliah.net/artikel/perkembangan-demokrasi-di-indonesia.aspx, diakses
tanggal 03 September 2010.
Universitas Sumatera Utara
38
yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan,
sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal
sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep
demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini
disebabkan karena demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator
perkembangan politik suatu negara31.
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan
dalam suatu negara umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica
dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk
diperhitungkan ketika Iakta-Iakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah
(eksekutiI) yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk membentuk masyarakat
yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah seringkali
menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.
Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain,
misalnya kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatiI menentukan sendiri
anggaran untuk gaji dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa mempedulikan
aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk rakyat.
Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable),
tetapi harus ada mekanisme Iormal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap
31 Ibid
Universitas Sumatera Utara
39
lembaga negara dan mekanisme ini mampu secara operasional (bukan hanya
secara teori) membatasi kekuasaan lembaga negara tersebut.
Semenjak kemerdekaan 17 Agustus 1945, UUD 1945 memberikan
penggambaran bahwa Indonesia adalah negara demokrasi. Dalam mekanisme
kepemimpinannya Presiden harus bertanggung jawab kepada MPR dimana MPR
adalah sebuah badan yang dipilih dari Rakyat. Sehingga secara hirarki seharusnya
rakyat adalah pemegang kepemimpinan negara melalui mekanisme perwakilan
yang dipilih dalam pemilu. Indonesia sempat mengalami masa demokrasi singkat
pada tahun 1956 ketika untuk pertama kalinya diselenggarakan pemilu bebas di
indonesia, sampai kemudian Presiden Soekarno menyatakan demokrasi terpimpin
sebagai pilihan sistem pemerintahan. Setelah mengalami masa Demokrasi
Pancasila.
Selama 25 Tahun berdiri Republik Indonesia ternyata bahwa masalah
pokok yang kita hadapi adalah bagaimana, dalam masyarakat yang
beranekaragam pola budayanya, mempertinggi tingkat kehidupan ekonomi
disamping membina suatu kehidupan sosial dan politik yang demokratis.
Dipandang dari sudut perkembangan demokrasi sejarah Indonesia dapat
dibagi dalam tiga masa yaitu :
1. Masa republik Indonesia I, yaitu masa demokrasi yang menonjolkan
peranan parlemen serta partai-partai dan yang karena itu dapat
dinamakan demokrasi parlementer.
2. Masa republik Indonesia II, yaitu masa Demokrasi Terpimpin yang
dalam banyak aspek telah menimpang dari demokrasi konstitusional
Universitas Sumatera Utara
40
yang secara Iomil merupakan landasannya, dan menunjukan beberapa
aspek demokrasi rakyat.
3. Masa Republik Indonesia III, yaitu masa demokrasi Pancasila yang
merupakan demokrasi yang menonjolkan sistem Presidensil.32
B. Unjuk Rasa Sebelum Reformasi
Perkembangan demokrasi di Indonesia diawali pada tahun 1945.
Kemerdekaan Indonesia membawa sistem demokrasi di Indonesia, dimana
presiden sebagai kepala Negara tidak secara mutlak memiliki kekuasaan. Akan
tetapi presiden bertanggung jawab kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) sebagai wakil rakyat di dalam pemerintahan.33
Demokrasi di Indonesia mengalami transisi yang sangat berbeda antara era
sebelum reIormasi dengan era sesudah reIormasi.Demokrasi. Sebelum reIormasi
dapat dilihat pada masa orde baru.
Demokrasi pada masa orde baru belum mutlak terjadi di Indonesia,
dimana pada masa orde baru demokrasi yang seharusnya menjadi hak rakyat
masih dibatasi oleh besarnya kekuasaan dari pemerintah. Pada masa orde baru,
angkatan-angkatan bersenjata di Indonesia masih menjadi penghalang besar bagi
rakyat dalam mewujudkan demokrasi yang salah satu perwujudannya dapat
dilakukan dalam hal hak untuk kebebasan menyampaikan pendapat.
Di masa orde baru rakyat belum terbuka secara luas untuk menyampaikan
pendapat. Kekuasaan angkatan-angkatan bersenjata yang menjadi alat
32Ibid
33Asvi Warman Adam, Habibie, Prabowo dan Wiranto Bersaksi, Media Kita, Jakarta,
2006, hal 21.
Universitas Sumatera Utara
41
pemerintahan dijadikan alat oleh pemerintahan sebagai penghalang rakyat
mewujudkan demokrasi di Indonesia. Karena kokohnya kekuasaan menghalangi
rakyat bebas berpendapat, membuat rakyat menjadi takut dalam menyampaikan
pendapat.
Di dalam sistem demokrasi rakyat mempunyai hak mengawasi
pemerintahan agar berjalan sesuai konstitusional dari Negara tersebut. Namun di
Indonesia ketakutan yang telah melanda rakyat membuat rakyat tidak dapat
menyampaikan pendapat yang membawa Negara ini kearah yang lebih baik.
Diakhir masa orde baru rakyat keluar dan memberanikan diri secara
bersama-sama melakukan unjuk rasa terhadap apa yang telah dilakukan
pemerintah selama masa orde baru. Setiap elemen masyarakat secara bersamasama
keluar kejalan untuk melakukan unjuk rasa dan berani melawan angkatanangkatan
bersenjata Indonesia untuk satu tujuan melakukan reIormasi.
Diakhir masa orde baru banyak unjuk rasa-unjuk rasa yang dilakukan oleh
masyarakat untuk menentang pemerintahan orde baru. Salah satu unjuk rasa
tersebut dapat kita lihat dari unjuk rasa trisakti. Unjuk rasa tersebut banyak
dikenal dengan nama tragedi trisakti. Tragedi trisakti ini meletus pada tanggal 12
Mei 1998. Unjuk rasa ini dilakukan oleh mahasiwa, akan tetapi lagi-lagi angkatan
bersenjata menjadi lawan dari rakyat dalam unjuk rasa ini. Dalam unjuk rasa ini 4
Universitas Sumatera Utara
42
mahasiswa tewa akibat peluru tajam.34 Tragedi ini menjadi pemicu bagi rangkaian
kerusuhan atau unjuk rasa yang lebih besar.
. Unjuk Rasa Setelah Reformasi
Sejak pemerintahan Soeharto berakhir di tahun 1998, turut berubah pula
paradigma hubungan sipil-militer di negeri ini. Negeri kita sebelumnya amat
didominasi oleh militer, dan memang hal ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah
bangsa Indonesia itu sendiri.
Setelah reIormasi bergulir, saluran demokrasi dan prasyarat Indonesia
menjadi negara demokratis terbuka lebar. Kebebasan berpendapat secara lisan
atau tulisan, baik melalui media cetak maupun media elektronik mengalami
kemajuan yang sangat pesat. Namun, terkadang ada yang menyalah artikan
kemerdekaan menyampaikan pendapat tersebut. Dengan mengartikan semua hal
boleh diungkap walaupun melanggar etika, moralitas, dan hukum.
Sebagai negara demokrasi, tentunya Indonesia menganut prinsip bahwa
rakyat adalah penentu utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Seluruh
bangsa Indonesia dijamin dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat (2). Oleh karena itu,
berbagai hak-hak yang melekat dalam diri warga negara dijamin sepenuhnya oleh
negara atau Undang-undang.
Undang-undang Dasar 1945 memberikan jaminan konstitusional terhadap
kemerdekaan mengemukakan pendapat. Dalam Pasal 28 UUD 1945, dinyatakan
secara tegas bahwa 'Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan, dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-
34Habibie, etik-etik yang Menentukan . Jalan Panfang Menufu emokrasi THC
Mandiri, Jakarta, 2006, hal 32.
Universitas Sumatera Utara
43
undang. Kemudian dalam Pasal 28E Ayat (3) menyatakan 'Setiap orang berhak
atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Kedua pasal
tersebut membuktikan bahwa UUD 1945 memberikan jaminan bahwa
mengemukakan pendapat adalah hak asasi yang dijamin oleh Undang-undang.
Dalam Undang-undang No. 9 Tahun 1998 yang mengatur tentang
kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum, dinyatakan bahwa
kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk
menyampaikan pikiran dengan lisan dan tulisan secara bebas serta bertanggung
jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kemudian, Pasal 5 menyatakan 'Warga negara yang menyampaikan pendapatnya
di muka umum berhak mengeluarkan pikiran secara bebas dan memperoleh
perlindungan hukum.35
Perkembangan demokrasi ini membawa kepada keadaan maraknya aksi
unjuk rasa atau demonstrasi seperti nya sudah bukan hal yang baru dan aneh lagi
bagi kamu. Hampir setiap hari orang bisa melihat aksi unjuk rasa di televisi.
Berbagai aksi demonstrasi digelar di mana-mana. Mereka turun ke jalan untuk
menyuarakan aspirasinya masing-masing. Mulai dari aksi buruh, aksi guru,
sampai aksi yang dilakukan oleh pelajar dan mahasiswa. Bahkan tak kalah
menariknya, terkadang unjuk rasa dilakukan oleh ibu-ibu dan mengajak serta
anak-anak.
Akan tetapi demonstrasi yang semakin marak terjadi itu sering berakhir
anarki. Masyarakat sering melakukan hal-hal yang membuat terjadi bentrok antara
aparat dengan warga sipil. Masyarakat sering tidak mematuhi asas-asas
35Undang-Undang No. 9 Tahun 1998, p.Cit, Pasal 5.
Universitas Sumatera Utara
44
menyampaikan pendapat di muka umum, yang asas-asas itu adalah sebagai
berikut :
1. Asas keseimbangan antara hak dan kewajiban
2. Asas musyawarah dan muIakat
3. Asas kepastian hukum dan keadilan
4. Asas proporsionalitas
5. Asas manIaat36
Rakyat bebas untuk melakukan unjuk rasa untuk menyampaikan
pendapatnya, akan tetapi unjuk rasa itu harus mempunyai etika individual bukan
demi suatu kepentingan suatu kelompok. Masyarakat, dalam melakukan unjuk
rasa harus demi kepentingan rakyat banyak, sehingga tercipta suatu demokrasi
yang berjalan dengan baik.
Sebagai warga negara yang mengetahui arti demokrasi, pasti akan
menyambut baik nilai kebebasan itu dengan sikap dan perilaku positiI. Adapun
sikap dan perilaku tersebut, antara lain :
1. Bebas tetapi bertanggung jawab;
2. Jujur dan berani mengungkapkan pendapat;
3. Ikhlas menerima perbedaan dan berlapang dada;
4. Menghargai orang lain;
5. AktiI dan kreatiI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
36 Ibid, Pasal 3
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai