Anda di halaman 1dari 11

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1.

Analisa Data Berdasarkan percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan dan Perhitungan Korosi Basah

Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan dan Perhitungan Korosi Atmosferik

21

22

4.2.

Grafik

Grafik 4.1 CPR Korosi Basah

23

Grafik 4.2 CPR Korosi Atmosferik 4.3. Pembahasan 4.3.1. Adriansyah A - 2410105016 Tujuan dari praktikum ini adalah untuk meneliti laju korosi untuk tiap-tiap larutan baik untuk korosi basah maupun korosi atmosferik. Korosi basah terjadi dimana spesimen uji yaitu paku dicelupkan dalam larutan dan didiamkan selama lima hari. Sedangkan korosi atmosferik terjadi dimana specimen uji yaitu paku dicelupkan dan dibiarkan dalam udara bebas selama tiga hari. Sebelum dan sesudah pengujian dilakukan pengamplasan dan penimbangan berat specimen. Pengurangan berat spesimen menunjukkan besar laju korosi dari benda. Dari hasil percobaan dan perhitungan dapat dilihat bahwa secara umum, korosi basah lebih mempercepat laju korosi dibandingkan korosi atmosferik. Hal ini terlihat pada korosi basah larutan HCL 15% didapat nilai CPR tertinggi yaitu sebesar 6,272E-03 %. Hal tersebut juga terlihat pada grafik, bahwa nilai CPR tertinggi terdapat pada korosi basah larutan HCL 15%. Sedangakan laju korosi seharusnya lebih cepat pada larutan HCl dengan konsentrasi tinggi karena HCl bersifat asam

24 dibandingkan NaCl. Hal ini dikarenakan sifat korosi yang lebih cepat terjadi pada suasana asam. Namun dapat dilihat bahwa hasil pengamatan memperlihatkan pola yang tidak teratur. Dimana tidak terjadi perubahan massa. Seperti pada data korosi basah pada larutan aquades dan larutan NaCl 20% serta data korosi atmosferik pada larutan aquades dan larutan NaCl 10%. Sebenarnya data yang dihasilkan terdapat data yang negatif, akan tetapi tidak dituliskan karena dianggap tidak ada perubahan massa. Hal ini jelas tidak mungkin. Hal ini terjadi karena pada saat praktikum terdapat kesalahan oleh praktikan pada saat proses pengamplasan dan penimbangan. Pengamplasan yang tidak sempurna menyebabkan karat yang terjadi karena proses korosi ikut terhitung beratnya saat penimbangan. Sedangkan penimbangan awal yang tidak presisi karena timbangan digital yang digunakan terdapat pembulatan. Sehingga hal tersebut mempengaruhi perhitungan CPR-nya. 4.3.2 Dhenok Ayu Setianingsih 2410105025 Telah dilaksanakan praktikum mengenai korosi basah dan korosi atmosferik. Tahap awal percobaan ini adalah pengamplasan 14 buah paku dan kemudian setelah itu ditimbang. Setelah ditimbang didapatkan massa yang sama, yaitu 4 gram. Hal ini terjadi karena kurang presisinya timbangan digital dikarenakan pembulatan angka dibelakang koma. Setelah itu membuat 7 buah larutan dengan masing-masing konsentrasi 100% aquades, NaCl dengan konsentrasi 10%, 20%, dan 30% serta larutan HCl dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 15% masingmasing pada sebuah gelas plastik. Kemudian cara percobaan korosi basah ialah benda kerja berupa paku berjumlah 7 buah dicelupkan ke dalam masing-masing larutan dengan konsentrasi tertentu selama 5 hari. Sedangkan korosi atmosferik adalah benda kerja berupa paku yang juga berjumlah 7 buah dicelupkan

25 ke dalam larutan dengan konsentrasi tertentu selama beberapa detik, kemudian diangkat dan diletakkan di ruang terbuka. Berdasarkan percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan beberapa data yang tidak mengalami pengurangan massa, yaitu korosi basah pada larutan aquades dan larutan NaCl 20% serta korosi atmosferik pada larutan aquades dan larutan NaCl 10%. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada, dimana larutan asam seperti HCl dan NaCl bersifat korosif terhadap logam dan seharusnya mengalami pengurangan massa. Hal tersebut terjadi karena nilai massa awal yang dibulatkan (karena faktor timbangan yang kurang presisi) dan pengamplasan setelah percobaan yang kurang sempurna. Selain itu, berdasarkan percobaan didapatkan grafik CPR korosi basah dan grafik CPR korosi asam. Berdasarkan grafik CPR korosi basah, didapatkan prosentase CPR tertinggi pada larutan HCl 15 % yaitu sebesar 6,272E-03 dan grafik CPR korosi atmosferik, didapatkan prosentase CPR tertinggi pada larutan HCl 15 % dan NaCl yaitu sama, sebesar 4,004E-04.

4.3.3

Arif Musa KW 2409105035 Pada praktikum Korosi dilakukan percobaan mengenai tingkat laju korosi dari suatu bahan, dalam percobaan kali ini menggunakan paku sebagai bahan logam yang akan di hitung laju korosi. Paku tersebut akan di celupkan pada larutan basa yaitu larutan NaCl dan larutan asam yaitu HCl dimana paku akan di masukan dalam larutan tersebut dan yang satunya akan di celupkan dan di letakkan di udara terbuka, sehingga tingkat laju korosi dapat dilihat perbedaannya. Konsentrasi larutan sebagai elektrolit dari bahan logam tersebut menggunakan konsentrasi

26 yang berbeda yaitu larutan basa NaCl dengan konsentrasi larutan masing-masing 10%, 20%, 30% dan larutan asam HCl juga sama dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%. Selain menggunakan larutan asam dan basa di gunakan juga larutan yang netral yaitu larutan aquades untuk perbandingan laju korosi. Percobaan di lakukan dalam 119,2 jam setelah sebelumnya berat dari masingmasing loganm di timbang. Bahan logam yang akan di analisa sebanyak 14 buah yang sebelumnya paku di amplas terlebih dahulu semuanya untuk menggilangkan kerak atau kotoran yang menempel di paku yang mengakibatkan terganggunya laju korosi pada paku, untuk 3 buah dicelupkan di masing-masing larutan basa NaCl 10%,20%,dan 30% kemudian 3 lagi di celupkan pada larutan NaCl dan di letakkan pada udara bebas dan 3 buah lagi digunakan pada larutan asam HCl dengan masing-masing dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 15 % dan yang 3 bahan logam lagi di celupkan pada larutan asam dan di biarkan di udara bebas, serta dengan satu paku di masukkan dalam aquades. Dari hasil percobaan yang di lakukan sesuai dengan prosedur diatas maka di dapat hasil yang bervariasi yaitu pada larutan HCl dengan konsentrasi HCl 5%, 10% dan 15% memiliki nilai laju korosi sebesar 3,470x10-3 mm/y, 3,603x10-3 mm/y, dan 6,272x10-3 mm/y sedangkan laju korosi pada paku yang disimpan pada udara bebas dengan konsentrasi HCl 5%, 10% dan 15% memiliki nilai laju korosi sebesar 2,669x10-4 mm/y, 1,335x10-4 dan 4,004x10-4 mm/y. Paku yang dicelupkan pada larutan NaCl 10%, 20% dan 30% memiliki laju korosi sebesar 3,603x10-3 mm/y, 0 mm/y dan 4,004x10-4 mm/y sedangkan paku yang disimpan di udara bebas dengan konsentrasi NaCl 10%, 20% dan 30% memiliki nilai laju korosi 0 mm/y, 2,669x10-4 mm/y, 4,004x104 mm/y. Paku yang dicelupkan pada aquades

27 memilki laju korosi sebesar 0 % sedangkan paku yang disimpan diudara bebas memiliki laju korosi 0 %. Dari data tersebut dapat dilihat pada saat melakukan pengukuran massa paku sebelum dicelupkan pada larutan, alat yang digunakan tidak mempunyai toleransi pengukuran yang tinggi sehingga mempengaruhi hasil pengukuran sedangkan pada pengukuran massa sedangkan setelah pencelupan menggunakan alat pengukuran massa yang berbeda dari sebelum pencelupan larutan sehingga menyebabkan data yang didapat pada massa paku sebelum dan sesudah pencelupan mengalami perbedaan dan kurang akurat. Nilai laju korosi yang paling tinggi yaitu laju korosi pada paku yang dicelup secara terus menerus pada HCl (korosi basah) dengan konsentrasi 15 % yaitu sebesar 4,004x10-4 mm/y. Bahkan pada paku yang dicelup terus pada larutan HCl (korosi basah) dengan konsentrasi 10 % dan 15%, kondisi paku patah. Hal ini terjadi karena HCl bersifat asam pekat dibanding dengan NaCl dan aquades. Larutan HCl memiliki laju laju korosi lebih tinggi dibandingkan dengan paku yang dicelupkan pada larutan NaCl dan aquades, hal tersebut terjadi karena larutan HCl bersifat asam pekat sehingga laju korosi pada paku lebih cepat daripada dengan menggunakan larutan NaCl dan aquades. Percobaan didiamkan selama 119,2 jam setelah itu di lakukan penggukuran yaitu untuk HCl 10% berganti warna menjadi kuning kecoklatan, untuk HCl 10% air berganti warna menjadi pekat dan untuk Hcl 15% menjadi pekat sekali dan untuk Nacl 10%,20%,30% keadaan air tidak berubah. Ada tiga sebab yang signifikan dalam percobaan yaitu yang pertama pada saat menimbang paku tidak steady sehingga berat paku tidah konstan, yang kedua adalah waktu yang di perlukan untuk laju korosi terlalu sedikit sehingga laju korosi belum sepenuhnya terjadi, pada Larutan asam HCl dengan konsentrasi masing-masing 5%, 10%, dan 15% ternyata terlalu pekat sehingga paku pada konsentrasi 15% dapat larut atau keropos.

28 4.3.4 Adam Daniary Ibrahim 2410105003 Pada percobaan korosi ini, dilakukan pengambilan data dengan cara mengambil data korosi basah dan korosi atmosferik. Percobaan dilakukan dengan menggunakan paku besi yang direndam pada larutan aquades, HCl 5%, HCl 10%, HCl, 15%, NaCl 10%, NaCl 20%, dan NaCl 30%. Adapun paku yang digunakan sebanyak 14 buah dengan luas 3,53cm2, dan massa jenis 7,8 gr/cm2. Dilakukan pengambilan data dengan dua metode yang berbeda yaitu untuk korosi basah, paku yang direndam pada masing-masing larutan selama 30 detik dan didiamkan dengan udara bebas selama 5 hari. Sedangkan untuk pengambilan data korosi basah, paku direndam pada larutan selama 5 hari. Setelah paku direndam, paku-paku tersebut diamplas untuk menghilangkan karatan dan kemudian ditimbang untuk pengumpulan data dari korosi basah dan korosi atmosferik. Adapun data yang didapatkan yaitu untuk korosi basah yang paling banyak kehilangan massa yaitu paku yang direndam pada larutan HCl 15% dan yang paling sedikit yaitu pada larutan aquades dan NaCl 20%. Pada korosi atmosferik, paku yang kehilangan massa paling banyak pada larutan HCl 15% dan NaCl 30%. Paku yang kehilangan massa paling sedikit yaitu pada larutan aquades dan NaCl 10%. Jadi dapat disimpulkan bahwa paku yang terendam untuk data korosi basah paling banyak kehilangan massa dari pada yang metode atmosferik. Ini disebabkan karena paku yang terendam lama dengan larutan akan terus menerus mengalami proses korosi dan untuk larutan HCl 15% paling kuat mengkorosikan paku. 4.3.5 Rhadityo Prabowo - 2410105026 Pada pembahasan ini mengenai korosi , korosi merupakan proses degradasinya suatu material baik berupa logam ataupun material lain salah satunya polimer . Pada percobaan ini yakni korosi pada logam (paku), logam paku tersebut diberi beberapa larutan diantaranya

29 Aquades, HCl 5%, HCl 10%, HCl 15%, NaCl 10%, NaCl 20%, NaCl 30%. Pada pengambilan data terdiri dari korosi atmosferik dan korosi basah, korosi atmosferik merupakan korosi yang bercampur dengan udara + uap dan korosi basah didalam lingkungan air dalam hal ini paku diletakkan didalam gelas berisi beberapa cairan tersebut. Dari data yang didapatkan berat logam sendiri adalah 4 gram dan memiliki massa jenis awal 9,8 (gram/cm^3). Pada korosi basah pada larutan aquades korosi basah massa setelah di celupkan sekitar 1 hari tidak ada degradasi massa maupun massa jenis, jika pada larutan HCl 5%, korosi basah massa setelah di celupkan sekitar 1 hari terjadi penurunan massa menjadi 2,7gr dan massa jenis sebesar 0,003470, jika pada larutan HCl 10%, korosi basah massa setelah di celupkan sekitar 1 hari terjadi penurunan massa menjadi 2.65gr dan massa jenis sebesar 0,003603 dan pada larutan HCl 15%, korosi basah massa setelah di celupkan sekitar 1 hari terjadi penurunan massa menjadi 1.65gr dan massa jenis sebesar 0,006272, pada larutan NaCl 10% korosi basah massa setelah di celupkan sekitar 1 hari terjadi penurunan massa menjadi 2.65gr dan massa jenis sebesar 0,003603, pada larutan NaCl 20% korosi basah massa setelah di celupkan sekitar 1 hari terjadi penurunan massa menjadi 4 gr dan massa jenis sebesar 0,0000, pada larutan NaCl 30% korosi basah massa setelah di celupkan sekitar 1 hari terjadi penurunan massa menjadi 3,85 gr dan massa jenis sebesar 0,004. Dari data yang didapatkan pada korosi basah ternyata semakin besar kadar hcl maupun nacl maka degradasi juga semakin besar pula terkecualidengan aquades yang tidak mengalami degradasi. Pada korosi atmosferik didapatkan data yang memiliki karakteristik yang sama dengan korosi yang basah namun degradasinya lebih sedikit , penggunaan aquades juga tidak meghasilkan degradasi, selisih degradasi massa paling besar 0,15 gr pada kandungan larutan yang lebih besar seperti HCL 15% dan NACL 15 %.Pengambilan data sedikit kurang akurat akibat penggosokan paku yang kurang merata.

30

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

31

Anda mungkin juga menyukai